Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SOSIAL BUDAYA

DOSEN:

HJ. NURNASARI P,SKM. M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4:

PUTRI INDRIANI SUKMA JULIA RAUF

PUPUT NUR ASSARY SESILIA ARISKA

SITI NUR SAFIRA

KEMETRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

PRODI D-III KEBIDANAN T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sosial Dan Budaya tanpa adanya

halangan dan rintangan yang berarti. Penulis menyampaikan trimakasih kepada teman-teman dan

semua pihak yang terkait dalam penyelesaian makalah ini, tanpa bantuan dari teman-teman dan

semua yang membantu saya dalam pembuatan makalah ini saya tidak bisa menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh sekali dari kata

sempurna dan masih terdapat banyak sekali kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makaalah ini.semoga

makalah ini bisa berguna bagi kita semua amin.

Kendari, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………….i

Daftar isi…………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang.........................................................................................................1

2.      Maksud dan Tujuan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1.      Dampak dan pengaruh social budaya terhadap lingkungan……………………….2

2.      Dampak dan pengaruh social budaya terhadap kehamilan………………………...2

3.      Dampak dan pengaruh social budaya terhadap persalinan………………………...2

4.      Dampak dan pengaruh social budaya terhadap nifas……………………………...2

5.      Dampak dan pengaruh social budaya terhadap bayi baru lahir……………………2

BAB III PENUTUP

1.      Kesimpulan..............................................................................................................3

2.      Saran........................................................................................................................3

Referensi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Manusia memiliki kehidupan yang sangat rumit, mereka tidak dapat hidup sendiri, oleh

karena itu mereka pasti memiliki hubungan dengan segala sesuatu di dalam ruang lingkup

hidupnya, baik itu hubungan dengan sang pencipta, sesama manusia, lingkungan sekitarnya

maupun dengan mahluk lain di alam ini. Semua aspek relasi hidup tersebut haruslah terpenuhi

secara merata. Tentunya manusia perlu beradaptasi dengan keadaan lingkungan hidup di

sekitarnya karena itu merupakan tahap awal pembelajaran untuk dapat menjadi pribadi yang

berkualitas. Dimulai dari pemahaman tentang norma dan nilai yang berlaku sampai kepada ilmu

pengetahuan yang luas. Sosialisasi antara sesama manusia yang berwawasan akan membentuk

suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut akan menjadi suatu bukti perkembangan hidup manusia.

Manusia merupakan salah satu dari mahluk hidup yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan hidup sekitarnya, baik secara vertikal (genetika,tradisi) maupun horizontal

(geografik, fisik, dan social), setiap manusia memiliki banyak kebutuhan untuk bertahan hidup.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut didapatkan dari lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan

memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk hidup

yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain.

1.2 Maksud dan Tujuan

Dapat menjelaskan dampak dan pengaruh social budaya terhadap

lingkungan,kehamilan,persalinan,nifas,dan bayi baru lahir.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak dan pengaruh social budaya terhadap lingkungan


Kebudayaan merupakan kata berimbuhan dari kata dasar budaya. Budaya atau kebudayaan

berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu budayyah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut dengan culture yang berasal dari Bahasa Latin

Colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia  culture sudah

menjadi kata serapan yaitu kultur.

Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw

Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan

oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam ehidupan sehari-hari kita

melihat segala upaya yang dilakukan manusia untuk menemukan dan penciptakan suatu inovasi

merupakan proses dan hasil dari budaya.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,

norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,

tambahan lagi, segala penryataan intelektual dan artistik yng menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Sedangkan definisi dari Ki Hajar Dewantara, mengartikan kebudayaan sebagai buah budi

manusia yang merupakan perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman alam

yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai macam rintangan dan

kesukaran dalam hidup.

Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-

pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.Jadi, kebudayaan merupakan suatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan

yang meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun, kebudayaan dapat dilihat dari perilaku dan

benda-benda yang bersifat nyata yang ada di lingkungan masyarakat sebagai wujud ciptaannya

sebagai makhluk yang berbudaya.

Setiap mansyarakat memiliki tujuh unsusr kebudayaan (cultural universal) yang dikemukan

oleh C. Kluckhon, yaitu:

1) Sistem religius (homo religius) Merupakan produk manusia sebagai makhluk homo
religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa
di atas kekuatan dirinya terdapat kekutan lain yang Maha Besar. Karena itu, manusia
takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2) Sistem organisasi kemasyarakatn (homo socius) Merupakan produk manusia sebagai
homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal, maka
disusunlah organisasi kemasyarakatan di mana manusia bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3) Sistem pengetahuan (homo safiens) Merupakan produk manusia sebagai homo safiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.
4) Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (homo economicus) Merupakan
produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan manusia
secara umum terus meningkat.
5) Sistem peralatan hidup dan teknologi (homo faber) Merupakan produk manusi sebagai
homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya
manusia dapat membuat dan menggunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah
manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya.
6) Kesenian
7) Sistem bahasa

Ketujuh hal ini, oleh C. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Univesral Categories of
Culture, disebur sebagai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal (cultural universals).
Unsur-unsur ini merupakan perwujudan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
dan memelihara eksistensi diri dan kelompokknya.Usaha yang dilakukan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain melahirkan teknologi yang membantu
manusia dalam memenuhi kebutuhan dan menjalani kehidupannya di dalam lingkungan.
Sehingga Ridwan Effendi dan Elly Malihah (2007:112) mengemukakan bahwa kebudayaan
berperan sebagai:
1) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.

2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.

3) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi


kebutuhan hidupnya.

4) Pembeda manusia dan binatang.

5) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam


pergaulan.

6) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,


menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7) Sebagai modal dasar pembangunan.

Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, untuk menaklukkan
berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam
dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual
maupun materil.

 .Proses Perkembangan Budaya

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia
oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan terebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.Setiap kehidupan di dunia ini
tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi
berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara
aktif. Karena kemampuannya beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan
diri sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya
memenuhi dunia.Suatu masyarakat akan terus berupaya mengadakan proses modernisasi pada
berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang
iptek, namun demikian, tidaklah luput dari perhatian masyarakat tersebut untuk berupaya
menelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai
kepribadian atau jati diri sebagai masyarakat yang bermartabat.Proses belajar budaya meliputi
tiga hal, yaitu:

1)Proses Interelasi

Manusia terlahir dengan potensi bawaan; perasaan, hasrat, nafsu, emosi dan seterusnya.
Sepanjang hidupnya manusia menanamkan dalam kepribadiannya hal-hal yang diperlukan dalam
kehidupan. Individu berusaha memenuhi hasrat dan motivasi dalam dirinya; beradaptasi, belajar
dari alam dan lingkungan sosial dan budayanya.
2) Proses Sosialisasi

Individu belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan sesama, dari individu yang
menduduki aneka peranan sosial. Sosialisasi berarti proses belajr anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.

3) Proses Enkulturasi

Individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat,
sistem norma, dan peraturan-peraturan dalam kebudayaannya. Pada awalnya manusia meniru,
sesuai dengan perkembangan kehidupan, ‘membaca’, menghayati, hingga menjadi pola tindakan.

  Budaya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Kebudayaan dari kelompok sosial
tidak secara komplit ditentukan oleh lingkungan fisik saja, namun lingkungan tersebut
memberikan peluang untuk terbentuk hingga berkembangnya suatu budaya. Ada enam tahap
perkembangan kebudayaan yang kita kenal secara umum yaitu:

1) Cultural Evolution

Prose evolusi dari suatu masyarakat dan kebudyaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti,
seolah-olah dari dekat secara detail atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan
memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja. Proses evolusi sosial budaya yang
dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagi macam proses
perubahan yang terjadi dalam dinamuka kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.

2) Diffusion Process

Proses difusi ini terjadi karena adanya penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia
di muka bumi. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan dan sejarah juga ikut menyebar. Salah
satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa
adanya migrasi, tetapi karena ada individu-individu  yang membawa unsur-unsur kebudayaan
itu, seperti para pedagang dan pelaut.

3) Aculturation Process

Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur  dari suatu kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.

4) Asimilation Proces

Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemudian saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing  berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang
campuran.

5) Innovation

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan
modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat
erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu dicovery dan
invention.

6) Discovery dan Invention

Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu
alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa  individu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat
sudai mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol
atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut
kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang dengan
budaya yang dianut di dalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol social
yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu ‘cambuk’ bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan
man yang tidak sesuai (Effendi Ridwan dan Elly Malihah, 2007: 114)

2.2 Dampak dan pengaruh social budaya terhadap kehamilan


Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga kesehatan janin dan menjaga pertumbuhan.Memahami perawatan kehamilan adalah
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.fakta berbagai kalangan
masyarakat di Indonesia masih banyak ibu ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang
biasa, hal alamiah dan kodrati.Mereka merasa tidak perlu memerikasakan dirinya secara rutin ke
bidan ataupun dokter.Masih banyaknya ibu ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan
kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya factor factor resiko tinggi yang mungkin dialami
oleh mereka.Resiko ini bari diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.Hal ini kemungkinan disebabkan 
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.Selain dari kurangnya pengetahuan
akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalhan permasalahan pada kehamilan dan
persalinan dipengaruhi juga oleh factor nikah diusia muda yang masih banyak dijumpai didaerah
pedesaan.Disamping itu dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya
pada beberapa suku yang menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka
waktu yang relative pendek, menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.

     Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap beberapa
makanan.Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah lagi dengan
pantangan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janin.Tidak heraan
kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedessaan.Dikatakan
pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena
kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.Beberapa kepercayaan yang ada
misalnya di jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan meyebabkan perdarahan yang
banyak.Sementara disalah satu daerah jawa barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.Dimasyarakat betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.Contoh lain didaerah Subang pantang
makan dengan piring yang besarkarena khawatir bayinya akan besar sehingga mempersulit
persalinan.Dan memangselain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.Selain itu
larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas, ketimun dll bagi wanita hamil juga
masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat didaerah pedesaan.
   Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah .Data survey kesehatan Rumah Tangga
tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.Bebrapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek  persalinan oleh
dukun yang membahayakan si ibu.Penelitian iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan
praktek  yang membawa resiko infeksi seperto “ngolesi”(membasahi vagina dengan minyak
kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus
untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi
bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama bejam jam yang dapat menyebabkan perdarahan
dan pembengkakan).
      Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40
hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang
ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek praktek tradisional
tertentu masih dilakukan.Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan
penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara
medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi,
eksklamsia(keracunan kehamilan).

2.3 Dampak dan pengaruh social budaya terhadap persalinan


Persepsi Terhadap Penolong Persalinan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang
hendak bersalin lebih merasa nyaman bila persalinannya dilakukan di rumah dan dibantu oleh
dukun bayi, hal ini dikarenakan tingginya kepercayaan masyarakat kepada dukun bayi dan
kenyamanan melakukan persalinan dirumah. Dukun bayi juga dinilai lebih perhatian, lebih sabar,
ramah dan penuh kelembutan dalam melayani ibu bersalin yang membutuhkan pertolongan
sehingga membuat para ibu lebih merasa nyaman. "... di biang saya rasa lebih tenang & nyaman
karena mereka sangat perhatian, sabar dan tidak marah-marah, mereka mengelus-elus perut saya,
mereka kasih tenang sama saya, katanya harus sabar, terus berdoa dan tidak usah terlalu
khawatir…".Dukun bayi juga dinilai lebih berpengalaman. Informan mengungkapkan bahwa
mereka percaya dengan dukun bayi karena dukun bayi sudah bertahun-tahun menolong
persalinan dan tidak terjadi halhal yang membahayakan atau merugikan jiwa informan. Selain
itu, Dukun bayi juga dengan sabar bersedia menunggui ibu bersalin sampai ibu melahirkan
bahkan juga bersedia merawat ibu yang melahirkan hingga tali pusat sang bayi lepas. Dukun
bayi juga dapat membersihkan ari-ari serta dapat memperbaiki posisi bayi di dalam perut ibu jika
belum benar atau posisinya turun. Pelayanan seperti ini yang tidak didapatkan ibu di bidan. "...
dan kalau dipanggil langsung datang, mereka juga bersedia menunggu dari sakit perut hingga
bersalin bahkan mereka juga mau merawat saya dan bayi hingga tali Kepercayaan Masyarakat
terhadap. pusat bayi lepas, biang juga mau membersihkan dodomi (ari-ari) dan kalau perut kita
turun maka akan dibetulkan posisinya..."Dari hasil penelitian, informan juga mengungkapkan
bahwa pelayanan oleh dukun bayi dan bidan dirasakan berbeda. Menurut informan, jika dukun
bayi lebih perhatian dalam menangani pasiennya. Lain halnya dengan bidan yang kurang
perhatian dan kurang ramah dalam menghadapi pasiennya. Selain itu bidan juga jarang berada di
tempat yang membuat bidan kurang berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka terkesan
kurang ramah di mata masyarakat. Pandangan terhadap dukun bayi berdasarkan pendapat dari
tokoh masyarakat (ustad, orang yang dituakan atau yang berpengaruh di desa Kokota Jaya dan
Tolonuo) adalah pada umumnya para dukun bayi akan segera datang jika diminta untuk
menolong persalinan, meskipun tengah malam bahkan dengan cuaca yang ekstrim sekalipun
dukun bayi tersebut akan segera datang untuk menolong persalinan. Pendapat lainnya yang juga
diungkapkan oleh seorang informan dari desa Tolonuo, menurutnya bidan yang bertugas di
tempatnya masih muda dan belum menikah sehingga belum berpengalaman dalam hal bersalin
dan menolong persalinan. Ada juga sebagian informan yang menggunakan jasa bidan dalam
membantu persalinan, namun informan juga tetap memanggil dukun bayi untuk mendampingi
bidan dalam menolong persalinan mereka. Sebagian besar informan mengungkapkan bahwa jika
bersalin didampingi dukun bayi maka mereka merasa lebih kuat. Keberadaan bidan muda
meskipun berasal dari masyarakat setempat, tidak serta merta diterima di lingkungannya. Bidan
muda dengan usia yang masih sangat muda, mereka termasuk ke dalam kriteria bidan yang
kurang berpengalaman, hal itu ditambah dengan statusnya yang belum menikah dan belum
berpengalaman untuk hamil atau merawat bayi. Lebih jauh informan mengungkapkan alasan
bahwa dalam memilih penolong persalinan, ingin memilih yang berpengalaman, baik
pengalaman dalam persalinan ataupun pengalaman dalam menolong persalinan, bukan oleh
penolong persalinan yang belum pernah melewati proses persalinan, karena hal ini berhubungan
dengan keselamatan ibu dan bayinya. Kepercayaan adalah keyakinan dalam diri individu dalam
kondisi yang rentan bahwa orang yang dipercayai (trustee) akan menunjukkan perilaku yang
konsisten, jujur, bisa dipercaya, perhatian terhadap kepentingan orang yang mempercayai
(truster), mengupayakan yang terbaik bagi truster melalui sikap menerima,mendukung, sharing,
dan bekerja sama. (Mayer dkk, 1995). Sejalan dengan teori tersebut, dari hasil penelitian ini,
sikap yang ditunjukkan oleh dukun bayi seperti memberi perhatian yang lebih, sabar, ramah dan
sikap saling percaya merupakan faktorfaktor yang membuat masyarakat pergi ke dukun bayi
untuk melakukan persalinan. Hasil penelitian oleh Nuraeni juga menunjukkan hal yang sama
yakni perasaan aman dan nyaman juga dirasakan oleh ibu setiap ditolong oleh dukun bayi, kesiap
siagaan dukun bayi telah membuat sebagian informan merasa senang karena dukun bayi selalu
ada saat dibutuhkan, sehingga sebagian besar ibu memiliki kecendurungan merencanakan
kembali ditolong oleh dukun bayi saat persalinan. (Nuraeni, 2012). Hasil penelitian lain oleh
Triratnawati menunjukan bahwa dukun bayi dianggap mampu menentramkan ibu hamil yang
akan melahirkan beserta keluarganya. Hal tersebut karena dukun bayi bersedia menunggu saat
persalinan hingga berjamjam bahkan lebih. Jika ibu hamil merasakan badannya capai menjelang
persalinan, dukun bayi tersebut segera memijat dan memberi nasehat agar ibu hamil sabar dan
tabah dalam menghadapi persalinan. Berbeda dengan bidan yang memiliki jam kerja yang
terbatas sehingga waktu komunikasi dan interaksi antara bidan dan pasien sangat terbatas,
membuat bidan hanya bisa melakukan hal-hal yang memang hanya untuk membantu sang bayi
lahir dan ibunya selamat. (Triratnawati, 1995). Menurut Taylor, Bannet & Murphy pengaruh
kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan diri seseorang dalam berperilaku.
Keyakinan dalam melakukan suatu perilaku akan memberikan pengaruh dalam melakukan suatu
tindakan tertentu. Dalam teori sosial kognitif, faktor internal maupun eksternal dianggap penting.
Peristiwa di lingkungan, faktor-faktor personal, dan perilaku dilihat saling berinteraksi dalam
proses belajar. Faktorfaktor personal (keyakinan, ekspektasi, sikap, rasa nyaman dan
pengetahuan), lingkungan fisik dan sosial (sumber daya, konsekuensi tindakan, orang lain, dan
setting fisik) semuanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi. (Santrock, 2010). Alasan lain
masyarakat masih mempercayakan persalinan mereka kepada dukun bayi karena dukun bayi
merupakan seorang yang berpengaruh di masyarakat yang diyakini dan dipercaya mempunyai
keterampilan dan kemampuan untuk menolong persalinan. Kepercayaan seseorang tergantung
pada pengalaman dari orang itu sendiri, dukun bayi dinilai berpengalaman karena sudah sering
menolong persalinan. Dukun bayi juga pada umumnya adalah seseorang yang sudah lanjut usia,
sehingga mengerti bagaimana cara menenangkan ibu yang sedang hamil Kepercayaan
Masyarakat terhadap ataupun menjelang persalinan, mereka biasanya mengatakan hal-hal yang
menenangkan yang kemudian bisa menguatkan sang ibu hamil dan keluarga. Dalam kajian
kesehatan ibu dan anak (KIA) menyebutkan bahwa dukun bayi dianggap penting semenjak masa
kehamilan hingga pascakelahiran, bukan hanya terkait dengan kebutuhan fisik perempuan, tetapi
juga kebutuhan mental dan spiritiual ibu sebagai anggota komunitas yang sehat. (Hermawati,
2012). Hasil penelitian oleh Astuti juga menunjukan bahwa ibu yang memilih dukun sebagai
penolong persalinan mengungkapkan alasan mereka bahwa sudah beberapa kali semua keluarga
dan juga masyarakat sekitarnya bersalin dengan dukun dan hasilnya aman dan lebih mudah serta
yang paling penting kondisi bayi lahir dengan selamat dan sehat. (Astuti, 2013). Faktor yang
juga ikut mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi adalah kepercayaan diri/
keyakinan (self efficacy) serta kemampuan dari dukun bayi itu sendiri dalam menolong
persalinan. Dalam teori sosial kognitif menurut Bandura self efficacy merupakan faktor kunci
sumber tindakan manusia (human agency), apa yang orang pikirkan, percaya, dan rasakan
mempengaruhi bagaimana mereka bertindak. (Mukhid, 2009). Selain itu, self efficacy yang
tinggi dapat meningkatkan kinerja seseorang. (Harrison dkk, 1997). Peneliti menemukan ada
kaitan antara uraian teori diatas dengan hasil temuan peneliti, dimana dukun bayi sebagai orang
yang membantu persalinan mempunyai self efficacy/ kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini di
dukung dengan pengalaman dukun bayi yang sudah sering menolong persalinan, kepercayaan
diri yang tinggi, banyaknya orang yang percaya dan banyaknya dukun bayi lain yang juga
menolong persalinan. Hasil ini sejalan dengan teori sosial kognitif oleh Bandura yang dikutip
oleh Mukhid. (Mukhid, 2009). Menurut Bandura terdapat 4 sumber utama yang mempengaruhi
self efficacy, yaitu penguasaan atau pengalaman yang menetap, pengalaman yang dirasakan
sendiri, bujukan sosial, dan keadaan psikologis atau emosi yang dapat dijelaskan dibawah ini.
Pertama, penguasaan atau pengalaman yang menetap dapat dilihat dari peristiwa masa lalu atas
kesuksesan dan atau kegagalan yang dirasakan sebagai faktor terpenting pembentuk self efficacy
seseorang. Pengalaman menetap yang peneliti lihat disini adalah pengalaman masa lalu dari para
dukun bayi tersebut yang mampu membantu persalinan dengan selamat. Kedua, pengalaman
yang juga dirasakan sendiri oleh dukun bayi yang sudah berulang kali menolong persalinan.

hingga saat ini. Dalam proses perawatan dan pertolongan persalinan tidak ada masalah atau
mengakibatkan terjadinya sesuatu yang buruk terhadap informan sehingga informan masih
mempercayakan proses kehamilan dan persalinan mereka ditangani langsung oleh dukun bayi.
Ketiga, bujukan sosial. Informan dihadapkan pada lingkungan, baik lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat yang mana kebanyakan dari masyarakat yang masih
membutuhkan serta menggunakan jasa dukun bayi dalam membantu persalinan sehingga secara
tidak langsung “bujukan sosial” tersebut dapat mempengaruhi si informan dalam berperilaku,
yakni masih mau menolong persalinan. Penelitian ini mendukung temuan dari Anderson &
Wojcik (Anderson, 1997) yang mengatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga berpengaruh
terhadap self efficacy seseorang dan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh orang
tersebut. Sementara temuan lain oleh Shoji dan Benight (Shoji dkk, 2014) dukungan sosial dan
self efficacy dapat mengurangi trauma dan stress. Faktor yang keempat yakni keadaan psikologis
atau emosi termasuk didalamnya adalah perasaan. Perasaan positif seperti rasa senang karena
bisa membantu orang lain dalam persalinan sehingga ada kepuasaan tersendiri yang dirasakan
oleh dukun bayi tersebut.

2.4 Dampak dan pengaruh social budaya terhadap nifas


Masa nifas adlah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamnya enam minggu. Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial
budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia
untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.
1. macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas
~ Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Dampak positif: tidak ada
Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi
seimbang agar ibu dan bayi sehat.
~Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa
garam ,ngayep´dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar.
Dampak positif:tida ada
dampak negative :merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka.
~masa nifas dilarang tidur siang.
Dampakpositif:tidakada
Dampak negative : karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena
tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi‡
~Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan
makanan yangpadat.
 Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah
maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadii
berkuran
~ Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif: tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama
yaitu umur0-7haridan8-30hari .
~ Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan
tapel.
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii
lancar
Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak
kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan
alergi.
~Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan
asam diminumkan supaya ASI banyak.
Dampak positif : tidakada
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang
diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.
~Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama
usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses
penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke
bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi
libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi
Dampak negative: tidakada.
2.Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain :
1.Harus pakai sandal kemana pun iBu harus pergi, selama 40hari.
2.Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)
3.Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4.Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya     cepat hilang.
5.Tidak boleh bicara dengan keras keras
6.tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah
lancar .
7.kalau tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapat
mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/ mudah
terkena Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.  
 
2.5 DAMPAK DAN PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP BAYI BARU LAHIR
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg dengan panjang
45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-hari setelah
kelahiran Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik
kembali.Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan
beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari
kepala disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan meutup dengan
sempurna. Fontonel anterror.Menjadi orang tua baru memang menyenangkan, tapi terkadang
juga bisa menjadi gugup atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa
turun temurun dari orang-orang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari
mitos-mitos yang dianut orang tua kita. Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak selalu salah,
mungkin hanya beda pengertian saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang benar-
benar salah menurut dokter. Inilah beberapa mitos yang masih beredar di masyarakat.
1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan
lebih berat memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan
nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada
kesempatan untuk bergerak.Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari
dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya
dengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di
dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun
masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua
tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan si bayinya
"sakit tau..." Jadi mau ditarik-tarik setiap detikpun kalo memang tidak mancung ya ga bakal
mancung.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-organ perut.
Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak
nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang
terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika
tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun
tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda
asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu
denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia
pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin
lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang
kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus
membelikan pakaian yang baru lagi.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya salah
karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si
ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi
yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh
adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker
penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena
ASI nya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Social budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pemikiran dan budi nuraninya untuk dan / atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya
yang diperuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan merupakan kata berimbuhan dari kata dasar budaya. Budaya atau
kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu budayyah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga
pertumbuhan.
Persepsi Terhadap Penolong Persalinan Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa Ibu yang hendak bersalin lebih merasa nyaman bila persalinannya
dilakukan di rumah dan dibantu oleh dukun bayi, hal ini dikarenakan
tingginya kepercayaan masyarakat kepada dukun bayi dan kenyamanan
melakukan persalinan dirumah.
Masa nifas adlah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamnya enam minggu. Jadi arti keseluruhan
dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa
sesudah persalinan.
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg
dengan panjang 45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat
tubuhnya dalam hari-hari setelah kelahiran Kemudian pada akhir minggu
pertama berat tubuhnya akan mulai naik kembali.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan


pengetahuan dan keterampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan
saran demi pengembangan penulisan selanjutnya.
REFERENSI

1) Wijayanto,Neu.2012.http://newijayanto.blogspot.co.id/2012/04/pengaruh-budaya-
terhadap-lingkungan.html

2) http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

3) Http://www.yabina.org/artikel/A’02_46.htm

4) http://www.google.co.id/search?q=aspek+sosial+budaya+pada+masa+nifas
(sumber referensi), di unduh pada tanggal 12 Oktober 2010
5) http://carinfomu.blogspot.com/2015/01/makalah-bbl-aspek-sosial-budaya-pada.html

Anda mungkin juga menyukai