ANTROPOLOGI AGAMA
“KEPERCAYAAN TERHADAP KEKUATAN-KEKUATAN
SUPRANATURAL”
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
Bab I
PENDAHULUAN
1
Brian McNair, An Introduction To Political Communication, (London and New York:
Routledge, 2003), 5.
4
mereka tercermin dari perilaku pengikut yang meniru dan berbuat seperti apa yang
diajarkan oleh guru supranatural yang mereka anut. Guru supranatural atau
paranormal itu dianggap sebagai orang yang akan bisa mewujudkan semua
keinginannya, hingga mereka seolah-olah mendewakan paranormal tersebut.2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
Kaskus, Dunia Supranatural, http://www.kaskus.co.id/post, (26 Oktober 2012, 22.25)
5
1. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian, fungsi, dan tujuan
dari Sihir.
2. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian, fungsi, dan tujuan
dari Magi.
3. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian dari Tabu.
4. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian, fungsi, dan tujuan
dari Mitos.
5. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian dari Sakral dan
Profan.
6. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian, fungsi, dan tujuan
dari Dukun dan kekuatan Gaib.
7. Agar dapat mengetahui penjelasan tentang pengertian dan fungsi dari Jiwa
dan Roh.
Bab II
6
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sihir
Berdasarkan bahasa Arab, sihir berasal dari kata “saharo/sihrun” yang berarti
sihir/tipu daya. Terminologinya menurut ulama [tauhid] adalah suatu hal/perkara
atau kejadian yang luar biasa dalam pandangan orang yang melihatnya.
Hakikatnya, sihir tidaklah dapat dikatakan sebagai sesuatu yang luar biasa,
oleh sebab dapat dipelajari/diusahakan, hanya saja orang-orang yang melihatnya
tidak mengetahui, hingga dapat dikatakan tertipu daya oleh si pelaku sihir itu.
3
Al-Mishbaahul Muniir (268), Beirut
7
sesuatu yang mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa
berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada
yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami tidak dapat
mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau membuat salah
satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling
mencintainya.4
B. Fungsi Sihir
Sihir berfungsi untuk mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena
sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat,
diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami
tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau
membuat salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak
saling mencintainya.
C. Tujuan Sihir
A. Pengertian Magi
4
Al-Mughni, (X/104).
5
Zaadul Ma’aad, (IV/126)
8
Menurut Honig Jr, kata magi berasal dari bahasa Parsi, “maga” yang berate
“imam” atau pendeta untuk agama Zoroaster yang bertugas mengembangkan dan
memelihara kelestarian agama. Ia pun menegaskan bahwa magi sama dengan
sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan primitive, magi lebih luas artinya dari
pada sihir. Karena yang di katakana magi adalah suatu cara berfikir dan suatu cara
hidup yang mempunyai arti lebih tinggi dari pada apa yang diperbuat oleh seorang
ahli sihir sebagai peseorangan.6
Magi (sihir) adalah suatu fenomena yang sangat dikenal dan umumnya
dipahami, namun tampaknya sangat sulit dirumuskan dengan tepat. Secara garis
besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan praktik menurut mana
manusia yakin bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi kekuatan
alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan baik atau buruk dengan usaha
mereka sendiri dengan memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Magi primitif
terbagi dua jenis, tiruan dan sentuhan. Magi tiruan didasarkan pada kesamaan
dalam bentuk atau dalam proses; keserupaan menghasilkan keserupaan. Misalnya
kalau seseorang memasukkan jarum pada suatu boneka, orang yang diserupakaan
dengan boneka itu akana terkena pengaruhnnya. Di sini ahli magi dapat membuat
‘hujan turun dengan menirukan bunyi guntur. Sedangkan magi sentuhan
didasrkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan dan pengaruh magis
mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Disini ahli magi dapat mencelakakan
orang lain , kalau dia dapat memperoleh sehelai rambut, seopotong kuku, secarik
kain yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut.
Kesusasteraan etnologi membedakan secara umum antara magi putih dan
magi hitam menurut tujuannya masing-masing yakni apakah hal itu dilakukan
untuk menolong atau mencederai orang.Pada umumnya magi hitam dianggap
tidak etis dalam hal sikap maupun campur tangannya dalam hubungan
antarpribadi. Orang primitif melihat magi hitam sebagai suatu kejahatan yang
sungguh-sungguh melawan masyarakat. Orang jahat adalah orang yang
6
Dandoeng Nurhadi, Magi, 2013. (http://tul1sankec1l.blogspot.co.id/2013/04/magi.html diakses
pada tanggal 13 Mei 2016)
9
mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dalam hal magi hitam untuk melawan
anggota-anggota dalam kelompoknya sendiri.7
B. Fungsi Magi
1. Magi produktif
2. Magi Protektif
3. Magi Destruktif
10
mencederai, membasmi orang lain dengan segal miliknya baik parsial maupun
menyeluruh. Tujuannya adalah utuk merugikan seseorang atau mendatangkan
bencana bagi seseorang.
C. Tujuan Magi
Secara umum tujuan magi adalah untuk meningkatkan iman pengikutnya
dalam harapan kemenangan akan ketakutan. Menurut Malinowski, magi
mengungkapkan nilai bagi kepercayaan manusia atas keraguan, atas
kebimbangan, dan atas pesimisme (Malinowski, 1854: 90). Adapun tujuan khusus
magi yaitu instrumental, di mana magi digunakan sebagai sarana untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Seperti magi untuk menolak bahaya, untuk mengobati
penyakit, untuk keselamatan dalam perjalanan, untuk menjaga harta benda.
Biasanya hal ini dapat berbentuk benda-benda kramat atau dapat juga dalam
bentuk mantra-mantra. Sementara tujuan ekspresif, di mana tindakan yang
menyatakan makna dari simbol dan kosmologi tertentu secara turun temurun
(Malinowski, 1854: 88-9).
(1) Menurut Mead dalam Apte (1998:986) salah satu dari banyak arti konsep
tabu dalam budaya-budaya polenisean adalah larangan apa saja yang tidak
membawa hukumanhukuman melebihi keinginan dan keadaan yang memalukan
yang muncul dari pelanggaran batasan-batasan ketat adat.
11
(2)Matthews (1997:371) adalah kata-kata yang diketahui oleh penutur, tetapi
dihindari dalam sebagian atau semua bentuk atau konteks dalam sebuah tuturan
karena alasan agama, kepantasan, kesantunan, dan sebagainya.
Menurut motivasi psikologis, kata-kata tabu muncul minimal karena tiga hal,
yakni adanya sesuatu yang menakutkan (taboo of fear), sesuatu yang membuat
perasaan tidak enak (taboo of delicacy), dan sesuatu yang tidak santun dan tidak
pantas (taboo of propriety).
1. Taboo of Fear
2. Taboo of Delicacy
Beberapa nama penyakit yang merupakancacat bawaan seperti buta, tuli, bisu,
dan gila secara berturut-turut dapat diganti dengan kata tunanetra, tunarungu,
tunawicara, dan tunagrahita.
3. Taboo of Propriety
12
Tabu jenis ini berkaitan dengan seks, bagian-bagian tubuh tertentu dan
fungsinya, serta beberapa kata makian yang semuanya tidak pantas atau tidak
santun untuk diungkapkan.
Dalam bahasa Indonesia, kata pelacur misalnya, kata seperti ini kurang
nyaman didengar telinga. Maka dari itu kata pelacur bisa dieufemismekan menjadi
kata tuna wisma. Menurut pendapat ahli di atas, jelas adanya penyimpangan
terhadap penggunaan kata tabu tersebut pada kehidupan dan keragaman sosial di
masyarakat. Jelas,konsepnya tidak sesuai dengan kultur daerah yang ada Aceh.
A. Pengertian Mitos
Mitos atau disebut juga dengan Mite merupakan cerita prosa rakyat yang
bercerita suatu kisah yang mempunyai latar belakang di masa lampau, berisikan
penafsiran mengenai alam semesta dan adanya makhluk di dalamnya, serta
dipercaya benar terjadi oleh yang menganutnya atau sang empunya.
Secara umum mitos bercerita tentang kejadian alam semesta, dunia dan para
makhluk yang menghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural
serta lain sebagainya. Mitos muncul sebagai catatan kejadian sejarah yang terlalu
dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau personifikasi untuk kejadian alam atau juga
suatu penjelasan mengenai ritual.
B. Fungsi Mitos
Mitos atau disebut juga Mite mempunyai fungsi dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat, antara lain sebagai berikut:
13
b) Merupakan suatu sarana pendidikan yang sangat efektid dalam pengukuan
dan penanaman nilai budaya, norma sosial dan keyakinan tertentu
c) Merupakan suatu pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk
menjalin kesetiakawanan sosial terhadap para anggotanya agar dapat
saling membedakan antara komunis yang satu dengan yang lainnya.
d) Untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai budaya, pemikiran ataupun
pengetahuan tertentu
e) Sebagai perangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir.
C. Tujuan Mitos
Mircea Eliade berpendapat bahwa salah satu fungsi dan tujuan mitos adalah
untuk membangun suatu model perilaku8 dan bahwa mitos dapat memberikan
pengalaman religius. Dengan menceritakan atau memeragakan mitos, anggota
suatu masyarakat tradisional dapat merasa lepas dari masa kini dan kembali lagi
ke zaman mitis, sehingga membawa mereka dekat dengan ilahi.9
8
Eliade 1963, hlm. 8.
9
Honko 1984, hlm. 51.
10
Honko 1984, hlm. 49.
11
Barthes, Roland (1957). Mythologies.
14
A. Pengertian Sakral dan Profan
a. Sakral
Sakral adalah sesuatu yang dikhususkan bagi Tuhan, entah itu barang, orang,
entah apa saja. Manusialah yang membuatnya menjadi sakral. Profan itu bidang
manusia, sedang yang sakral adalah bidang Allah. (Dr. Tom Jacobs, SJ. :2002)
b. Profan
Profan adalah segala urusan atau wilayah setiap hari, hal-hal yang biasa tak
disengaja dan pada umumnya adalah sesuatu yang tidak penting, sementara yang
sakral adalah hal yang sebaliknya yang pada umumnya menyangkut wilayah
supernatural mengesankan dan penting serta hal-hal yang luar biasa. (Mircea
Eliade)
KEDUA istilah di atas, sakral dan profan, lazim dijumpai dalam berbagai
kajian ilmu sosial, filsafat, dan agama. Secara populer sakral artinya suci,
disucikan, atau dianggap suci, sedangkan profan bermakna sebaliknya. Contoh
paling sederhana, ada dua buku tebal, yang satu kitab suci, satunya lagi buku
akademis.
Buku pertama dianggap sakral, yang lain profan. Tentu saja sakralitas sebuah
entitas berkaitan dengan kepercayaan dan iman seseorang. Kitab Injil dan Alquran
bagi pemeluk Nasrani dan Islam diyakini sakral sehingga disebut kitab suci, tetapi
bagi orang ateis dianggap profan.
Bagi muslim, bangunan Kakbah dan batu hitam (hajar aswad) yang melekat
di tembok Kakbah, Mekkah, dianggap sakral, suci, bukan bangunan sembarangan
dan bukan sembarang batu. Kakbah itu bahkan disebut baitullah dan hajar aswad
itu simbol tangan Tuhan.
Secara tekstual, baitullah berarti rumah Allah. Apakah berarti rumah milik
Allah ataukah Allah bertempat di situ? Tentu bukan begitu maknanya. Semua
langit dan bumi seisinya adalah milik Allah.
15
Di situ terkandung konsep sakral, sesuatu yang dianggap suci. Dan Kakbah
memiliki derajat kesucian istimewa karena semua bangunan masjid oleh umat
Islam juga disebut tempat suci. Tempat ibadah agama lain, misalnya gereja, juga
dipandang sebagai tempat suci. Tempat khusus untuk memuji Tuhan.
Contoh lain yang sakral dan yang profan misalnya gerakan salat dan senam.
Keduanya sama-sama gerak tubuh secara teratur dan terstruktur, tetapi senam
tubuh diposisikan sebagai budaya yang bersifat profan.
Jadi yang disebut sakral selalu dikaitkan dengan keyakinan dan ritual
keagamaan, sedangkan yang profan masuk pada kategori kebudayaan. Keduanya
secara teori dan konsep bisa dibedakan, tetapi pada praktik dan kenyataannya
sesungguhnya tidak bisa dipisahkan antara yang sakral dan yang profan, antara
agama dan budaya.12
2.6 Pengertian, fungsi, dan tujuan dari Dukun dan Kekuatan Gaib
Dukun atau "orang pintar" adalah sebuah istilah yang secara umum dipahami
dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan
supranatural yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak kasat mata serta
mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan
sihir, kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.13
16
meskipun memiliki persamaan karakteristik dengan dukun dalam hal bantuan
yang diberikan, merujuk pada penggunaan istilah “orang pintar” biasanya tidak
meminta imbalan atas jasa yang diberikan, dan tidak seperti tipikal dukun dalam
penggunaannya secara istilah, keberadaan “orang pintar” di dalam masyarakat,
tidak berbeda dengan anggota komunitas lainnya. Selain menarik bayaran untuk
keuntungan pribadi serta kurang berinteraksi dan berbaur dengan komunitas
masyarakat, konotasi negatif yang muncul apabila istilah dukun yang digunakan,
yaitu cenderung bersifat oportunistik dan menjalani praktik-praktik tidak
bermoral, dengan dalih sebagai bagian dari “treatment”.14
Dukun dalam pengertiannya yang asli dan tidak dibedakan dari istilah “orang
pintar”, mempunyai peranan signifikan dalam masyarakat. Adanya pengobatan
medis moderen dan asuransi kesehatan, terutama di daerah pelosok, tidak dapat
menyingkirkan eksistensi pengobatan alternatif melalui dukun. Penyembuhan
penyakit secara non-medis tersebut masih dipraktikkan dan masih menjadi pilihan
utama masyarakat karena lebih murah dan lebih mudah. Di Kediri, dukun yang
membantu menyembuhkan penyakit sangat dibutuhkan dan dihormati di
masyarakat, sehingga mereka memegang peranan sosial yang cukup penting. Para
pasien yang datang untuk berobat ke sana tidak hanya terbatas dari dalam Kediri
saja, tetapi juga dari luar Kediri, hingga luar provinsi, bahkan luar pulau Jawa.15
Pengertian kekuatan sakti atau kekuatan gaib (magical power) adalah suatu
kekuatan yang luar biasa di luar jangkauan akal manusia, sehingga timbul suatu
14
"Something Wicked This Way Comes - Indonesia Expat". Indonesia Expat (dalam bahasa
Inggris). 2012-10-23. Diakses tanggal 2017-11-02.
15
Arini, Ratih Tyas; Alimi, Moh Yasir; Gunawan, Gunawan (2016-08-22). "The Role of Dukun
Suwuk and Dukun Prewangan in Curing Diseases in Kediri Community". KOMUNITAS:
INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE (dalam bahasa Inggris). 8 (2):
328–338.
17
kepercayaan tertentu terhadap kekuatan semacam itu. Manusia melihat adanya
kekuatan sakti itu di dalam berbagai gejala, hal, atau peristiwa yang luar biasa.
Mereka melihatnya dalam gejala-gejala alam, seperti petir, topan, pelangi, gempa.
Kekuatan sakti itu terlihat juga pada diri tokoh-tokoh tertentu, seperti kepala adat,
pemimpin, dukun, orang cacat, dan sebagainya. Kekuatan luar biasa itupun bisa
berada pada bagian tubuh tertentu, seperti kepala, rambut, kuku, darah, kotoran,
dan lain-lain. Benda-benda tertentu bisa juga mengandung kekuatan sakti, seperti
senjata, kereta kencana, benda-benda berupa jimat.
16
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kekuatan-sakti/
18
2.7 Pengertian dan fungsi dari Jiwa dan Roh
Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih kehidupan".
Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah
(immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan
kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.17 Di dalam teologi, jiwa
dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama
mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-
benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.18
Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang pertama
lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua.19 Jiwa
dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih
berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan
agama.20 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki
arti roh manusia (yang ada di di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau
nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi
dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya). Jiwa manusia berbeda
dengan jiwa makhluk yang lain seperti binatang, pohon, dan sebagainya. Jiwa
manusia bagaikan alam semesta, atau alam semesta itu sendiri, yang tersembunyi
di dalam tubuh manusia dan terus bergerak dan berotasi.[butuh rujukan] jiwa
hanya lah sebuah nyawa yang dikendalikan oleh roh.
b. Pengertian Roh
Roh (bahasa Arab: روح, ruuh) adalah unsur non-materi yang ada dalam jasad
yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan. Roh adalah
17
"Soul", Encyclopædia Britannica. 2008. Retrieved November 12, 2008.
18
"Soul", The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition. 2001-07. Retrieved November 12, 2008.
19
Hillman J (T Moore, Ed.) (1989). A blue fire: Selected writings by James Hillman. New York, NY,
USA: HarperPerennial. hlm. 112–129.
20
Hillman J (T Moore, Ed.) (1989). A blue fire: Selected writings by James Hillman. New York, NY,
USA: HarperPerennial. hlm. 20.
19
pengendali jiwa dan raga, roh bertindak sebagai pikirkan jiwa dan raga, jiwa
merasakan seolah-olah pikirkan itu asli dari diri sendiri, sebenarnya roh itulah
yang bersandiwara sebagai pikiran manusia.
Dalam bahasa Arab, jiwa disebut sebagai nafs, sementara dalam bahasa
Yunani disebut sebagai psyche atau soul dalam bahasa Inggris. Jiwa ini
merupakan salah satu unsur non materi yang juga ikut menyusun seorang individu
dan menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hal ini
sangat terlihat dari segi kehidupan seorang manusia yang memiliki norma-norma
psikologis yang tidak dimiliki makhluk hidup lainnya.
Lalu, sebenarnya apa saja fungsi jiwa itu? Berikut ini akan dibahas fungsi
jiwa dalam psikologi yang perlu kita ketahui.
Jika jiwa diartikan sebagai ruh pada manusia, maka artinya jiwa ini
merupakan sumber kehidupan bagi tubuh fisik manusia yang memiliki jiwa
tersebut. Dengan adanya jiwa ini, tubuh manusia bisa bergerak dan bertingkah
laku mengikuti apa yang dikehendaki dan diinginkannya.
Fungsi jiwa dalam psikologi dalam konsep kesadaran manusia bisa menjelma
dalam bentuk unsur rasional dan irasional. Rasional adalah pikiran di dalam diri
manusia yang memiliki fungsi sebagai penilai benar atau salah serta senang atau
tidak senang. Sementara itu, unsur irasional akan mengatur pendirian dan intuisi
21
“15 Fungsi Jiwa dalam Psikologi”, https://dosenpsikologi.com/fungsi-jiwa-dalam-psikologi
20
yang dimiliki oleh seorang individu. (Baca juga: Contoh Intuisi dalam Psikologi
Umum)
Masih menurut pendapat Plato, jiwa pada manusia juga mengambil lokasi di
kepala (logition), yang berarti juga mempengaruhi pikiran manusia. Hal ini
ditunjukkan pada cara manusia berpikir ketika ada permasalahan yang dia hadapi
dan bertindak bijaksana atasnya. Hal ini pula yang membuat setiap manusia
memiliki cara berpikir yang berbeda karena setiap jiwa manusia tidaklah identik
satu dengan yang lainnya.
Selain berlokasi di kepala dan di dada, menurut Plato jiwa manusia juga
terletak di perut (abdomen) berupa perasaan. Artinya, jiwa manusia juga berfungsi
untuk mengendalikan perasaannya, apakah dia rendah hati, tidak sombong dan
lain sebagainya. (Baca juga: Perbedaan Perasaan dan Emosi dalam Psikologi)
b. Fungsi Roh
21
lumba-lumba juga memiliki IQ yang tidak kalah dengan manusia. Kalau begitu
apa komponen yang hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh hewan
dan tumbuhan?
Seekor merpati misalnya punya raga, dan dia hidup karena ada ruh (disebut
ruh hewani). Tapi seekor burung tidak punya jiwa, maka seekor burung tidak akan
diminta pertanggungjawabannya di hari akhirat. Sama halnya dengan seekor
macan tidak akan dihisab walau menerkam kambing atau merebut betinanya,
karena itu natural saja, tidak punya jiwa yang akan diminta
pertanggungjawabannya.
Demikian pula tumbuhan mempunyai ‘raga’ tumbuhan dan bisa tumbuh atau
hidup dengan ruh (disebut ruh nabatiyah). Perhatikan apabila setangkai bunga
mawar dipotong dari pohonnya, maka dalam hitungan beberapa jam sang bunga
akan layu dan kemudian mati, karena saat dipotong dari pohon itulah ruhnya
tercerabut.
Raga manusia juga hidup dengan ruh disebut dengan ruh insaniyah. Hanya
manusia memiliki sesuatu yang spesial karena manusia mempunyai jiwa.
Adapun ruh al quds, atau sering disebut sebagai ‘holy spirit’ atau ruh kudus;
adalah ruh dari tingkatan yang tertinggi di alam ruh. Semua manusia mempunyai
ruh yang dengannya ia hidup, tapi tidak semua manusia diberikan anugerah ruh al
quds. Dalam hadis Rasulullah juga disebut beberapa kali tentang ruh al qudus, ada
seorang penyair yang indah zaman Rasulullah, lalu Rasul berdoa untuknya
“Semoga Allah menguatkan engkau dengan ruhul qudus” artinya ia bisa bersyair
dengan syair-syair Tuhan. Di saat lain Rasulullah saw bersabda, “Ruhul qudus
mudah ke dalam hatiku.”
22
Dengan demikian, ada lima tingkatan alam ruh :
1. Ruh al quds
2. Ruh insaniyah
3. Ruh hewaniyah
4. Ruh nabatiyah
5. Ruh material
Adapun fungsi ruh berbeda bagi jasad dan jiwa. Ruh bagi jasad berfungsi
untuk menghidupkan, maka apabila ruh dicabut dari raga manusia, tibalah ajalnya.
Pada saat ruh dicabut dari jasad, maka jiwa pun mengikuti keluar dari jasad
sebagaimana pada saat pertama kali jiwa dan ruh dimasukkan ke dalam jasad
manusia yang berbentuk janin di usia 120 hari dalam kandungan ibu.
Fungsi ruh bagi jiwa bukan untuk menghidupkan, karena jiwa sudah hidup –
material jiwa adalah cahaya Allah yang maha hidup, maka ruh bagi jiwa berfungsi
untuk menumbuhkan. Hakikat jiwa adalah cahaya Allah. Jiwa itu dicipta dari
cahaya Allah. Sebagaimana malaikat. Jin dari api yang diwujudkan. Cahaya Allah
tentu sesuatu yang dekat dengan Allah Taala, maka sudah mengenal Allah. Segala
hal yang dekat dengan Allah semakin mewarisi sifat-sifat Allah. Jiwa akan
tumbuh dengan memakan cahaya ruh (amr Allah), sabda-sabda Allah, perintah-
perintah Allah. Wallahua’lam
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
1. Sihir adalah sistem konseptual yang merupakan kemampuan manusia
untuk mengendalikan alam (termasuk kejadian, objek, orang dan
fenomena fisik) melalui mistik, paranormal, atau supranatural. Dalam
banyak kebudayaan, sihir berada di bawah tekanan dari, dan dalam
kompetisi dengan ilmu pengetahuan dan agama. Orang yang menjadi
pelaku sihir biasa disebut penyihir, tukang sihir, nenek sihir dan lain
sebagainya.
2. Menurut Honig Jr, kata magi berasal dari bahasa Parsi, “maga” yang
berate “imam” atau pendeta untuk agama Zoroaster yang bertugas
mengembangkan dan memelihara kelestarian agama. Ia pun menegaskan
bahwa magi sama dengan sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan
primitive, magi lebih luas artinya dari pada sihir. Karena yang di katakana
magi adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti
lebih tinggi dari pada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir sebagai
peseorangan.
3. Menurut pengertiannya,kata tabu merupakan suatu tindakan pelanggaran
penggunaan kode bahasa atau kosakata yang berbau pantang (tidak santun,
tidak pantas, kasar) diucapkan oleh setiap individu yang hidup di tengah
masyarakat. Kosakata atau klausa tersebut merupakan makian dan atau
perihal ungkapan kotor yang serta merta lantang disebutkan.
4. Secara umum mitos bercerita tentang kejadian alam semesta, dunia dan
para makhluk yang menghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk
supranatural serta lain sebagainya. Mitos muncul sebagai catatan kejadian
sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau personifikasi
untuk kejadian alam atau juga suatu penjelasan mengenai ritual.
5. Sakral dan profan, lazim dijumpai dalam berbagai kajian ilmu sosial,
filsafat, dan agama. Secara populer sakral artinya suci, disucikan, atau
dianggap suci, sedangkan profan bermakna sebaliknya. Contoh paling
sederhana, ada dua buku tebal, yang satu kitab suci, satunya lagi buku
akademis.
24
Jadi yang disebut sakral selalu dikaitkan dengan keyakinan dan ritual
keagamaan, sedangkan yang profan masuk pada kategori kebudayaan.
Keduanya secara teori dan konsep bisa dibedakan, tetapi pada praktik dan
kenyataannya sesungguhnya tidak bisa dipisahkan antara yang sakral dan
yang profan, antara agama dan budaya.
6. Dukun atau "orang pintar" adalah sebuah istilah yang secara umum
dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal
kemampuan supranatural yang menyebabkannya dapat memahami hal
tidak kasat mata serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib,
yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah di
masyarakat, seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesialan,
dan lain-lain.
Pengertian kekuatan sakti atau kekuatan gaib (magical power) adalah suatu
kekuatan yang luar biasa di luar jangkauan akal manusia, sehingga timbul
suatu kepercayaan tertentu terhadap kekuatan semacam itu. Manusia
melihat adanya kekuatan sakti itu di dalam berbagai gejala, hal, atau
peristiwa yang luar biasa. Mereka melihatnya dalam gejala-gejala alam,
seperti petir, topan, pelangi, gempa.
7. jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang.
Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim
dengan roh, akal, atau awak diri. Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup
terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan
bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati
dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme. Penggunaan
istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang pertama lebih
sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua.
Roh (bahasa Arab: روح, ruuh) adalah unsur non-materi yang ada dalam
jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan. Roh
adalah pengendali jiwa dan raga, roh bertindak sebagai pikirkan jiwa dan
raga, jiwa merasakan seolah-olah pikirkan itu asli dari diri sendiri,
sebenarnya roh itulah yang bersandiwara sebagai pikiran manusia.
25
3.2 Kritik dan Saran
“Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak salah dan kurangnya. Untuk
itu demi kemajuan dan perbaikan kedepan penulis mengharap saran dan
kritiknya.”
DAFTAR PUSTAKA
26
Hillman J (T Moore, Ed.) (1989). A blue fire: Selected writings by James Hillman.
New York, NY, USA: HarperPerennial. hlm. 20.
Dandoeng Nurhadi, Magi, 2013.
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kekuatan-sakti/
http://tul1sankec1l.blogspot.co.id/2013/04/magi.html
Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. 1995. Yogyakarta: Kanisius
http://heidich304.wordpress.com/2009/07/19/ilmu-pengetahuan-agama-lawan-
atau-kawan
“15 Fungsi Jiwa dalam Psikologi”, https://dosenpsikologi.com/fungsi-jiwa-
dalam-psikologi
Komaruddin Hidayat, Sakral dan Profan,
https://nasional.sindonews.com/read/1231400/18/sakral-dan-profan-1502983114
27