Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ADITYA KEVIN PRATAMA

NIM : GAC 117 045


JURUSAN/KELAS : ILMU PEMERINTAHAN/A
ANGKATAN : 2017
MK : DAYAKOLOGI A
DOSEN PENGAMPU : FEBRIOMICO GRIANDO, S.Pd., M.Si

SOAL DAN JAWABAN UAS DAYAKOLOGI A


1. Jelaskan konsep tentang asal usul orang dayak secara lisan dan tertulis?
Jawaban : -Menurut secara lisan Nenek moyang orang Dayak kalimantan tengah dan
pulau kalimantan pada umumnya, termasuk pulau kalimantan utara, berasal dari langit
susunan yang ke tujuh yang diturunkan oleh Ranying dan disebarkan ke seluruh
wilayah pulau kalimantan. Dan ada juga cerita dulu bahwa Orang Dayak yang
pertama kali diturunkan ke bumi pada saat itu adalah orang Dayak yang Gagah berani
Dan sakti mandra guna.

-Menurut sumber sejarah tertulis, nenek monyang orang Dayak berasal dari Yunan,
Cina Selatan, yang datang ke kalimantan antara 3000-1500 sebelum masehi. Dengan
alasan permasalahan penduduk yang melimpah, kemiskinan, terbatasnya lapangan
pekerjaan, kurangnya jaminan kesehatan, dan lain-lain. Orang dayak yang terdapat di
Kalimantan selatan dan Kalimantan tengah adalah kelompok imigran cina yang
memilih semenanjung malaysia sebagai batu loncatan mereka menuju Indonesia,
khususnya pulau kalimantan.

2. Termasuk dalam rumpun manakan orang dayak itu


Jawaban : Ada banyak suku Dayak di Kalimantan, ada yang membagi orang Dayak
dalam enam rumpun yaitu:
-Rumpun klemantan/kalimantan
-Rumpun iban
-Rumpun apokayan yaitu dayak kayan, kenyah dan Bahau,.
-Rumpun murut
-Rumpun ot danum-ngaju dan
-Rumpun punan

3. Mengapa mereka disebut suku Dayak ?


Jawaban : kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang melayu yang
datang ke Kalimantan. Suku dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah
kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri
sungai-sungai hingga kehilir dan kemudian mendiami pesisir pulau kalimantan.
4. Apa latar belakang dilaksanakannya kerapatan besar adat dayak tahun 1894 yang
melibatkan banyak tokoh untuk berkumpul dari berbagai wilayah kalimantan?
Jawaban : Karena adanya Perselishan antar sesama Suku dayak dan untuk
menciptakan ketentraman antar penduduk.
Untuk menghentikan perselisihan antar sesama suku dayak Pedalaman. Pemerintahan
belanda memprakarsai dan mendukung terlaksananya kerapatan besar Adat di
Tumbang Anoi yang kemudian sesuai dengan tujuannya disebut Rapat Damai
Tumbang Anoi (22 mei-24 juli 1894), dengan tuan rumah Damang Ribu, yang dikenal
juga dengan nama Damang Batu.

5. Dimanakah Kerapatan Besar adat dayak dilaksanakan, dan siapa tokoh yang kala itu
bersedia dan mau wilayahnya dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan kerapatan
besar adat dayak?
Jawaban : Di Tumbang Anoi, kecamatan damang batu, kabupaten gunung mas,
Provinsi Kalimantan Tengah dengan tuan Rumah Damang ribu, yang dikenal juga
dengan nama Damang Batu.

6. Apa hasil dari pertemuan kerapatan besar adat tersebut?


Jawaban : hasilnya ada sembilan diantaranya yaitu
-persetujuan penghentian permusuhan dengan pihak pemerintah Hindai Belanda
-menghentikan kebiasaan perang antar suku
-menghentikan kebiasaan balas dendam antar keluarga
-menghentikan kebiasaan adat mengayau
-menghentikan kebiasaan adat perbudakan
-pihak Belanda mengakui berlakunya hukum Adat Dayak dan memulihkan segala
kedudukan, dan hak-hak suku dayak lingkup pemerintahan lokal tradisional mereka
-penyeragaman hukum adat antar suku
-menghentikan kebiasaan hidup berpindah-pindah dan agar menetap di suatu
pemukiman tertentu
-mentaati berlakunya penyelesaian sengketa antar penduduk maupun antar kelompok
yang diputuskan oleh rapat Adat Besar yang khusus diselenggarakan selama
pertemuan adat ini.

7. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa untuk memahami satu kebudayaan harus


diliat dari unsur-unsurnya yang terdiri atas 7(tujuh) sistem. Sebutkan?

Jawaban : Menurut beliau, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, dan


tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki
manusia dengan belajar. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur budaya terdiri dari 7
unsur di antaranya adalah bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau
organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi dan kesenian.
8. Simbol batang garing dipamahi oleh masyarakat dayak sebagai keseimbangan
hubungan manusia antar manusia dan keseimbangan hubungan manusia dengan sang
pencipta, jelaskan konsep tersebut?
Jawaban : Teras Mihing (1986) menyebutkan pohon batang garing berbentuk tombak
(Ranying Pandereh Bunu) dan menunjuk ke atas. Pohon tersebut melambangkan Ranying
Hatalla Langit. Bagian bawah pohon yang ditandai oleh adanya guci (Katalatah) berisi air
suci yang melambangkan Jatha Balawang Bulau atau dunia bawah. Inti yang disampaikan
bahwa dunia atas dan dunia bawah pada hakikatnya bukanlah dua dunia yang berbeda,
melainkan sebenarnya merupakan suatu kesatuan dan saling berhubungan. Dahan-dahan
pohon perlekuk melambangkan Jata sedangkan daun-daun berbentuk ekor burung enggang.
Perlambangan deskripsi tentang kesatuan tetap dipertahankan. Setiap buah batang garing
terdiri dari tiga yang menghadap ke atas dan tiga yang menghadap ke bawah. Hal tersebut
mendeskripsikan tiga kelompok besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang,
Maharaja Sangen, dan Maharaja Bunu. Pulau Batu Nindan Tarung yakni pulau tempat
kediaman manusia pertama sebelum manusia diturunkan ke bumi sebagai wujud tempat
bertumpu batang garing. Burung Tingang (Enggang) dan matahari memberi simbol bahwa
asal-usul kehidupan ini adalah berasal dari atas. Burung enggang dan matahari sebagai
lambang lambang-lambang Ranying Mahatala Langit yang merupakan sumber segala
kehidupan.

9. Wujud tertinggi dalam praktek kepercyaaan keharingan adalah mematuhi adat yaitu,
tidak melanggar pali (pantangan) dan melaksanakan upacara ritual yang meliputi gawi
belom dan gawi matei. Sebutkan dan jelaskan?
Jawaban : Bagi masyarakat Dayak Ngaju yang umumnya memeluk kepercayaan lokal yakni
Kaharingan, kematian merupakan hal akhir yang dijalani manusia. Bagi mereka, kematian
hanyalah awal untuk mencapai dunia kekal abadi yang menjadi tempat asal manusia. Dunia
kekal abadi tersebut adalah dunia roh tempat manusia mencapai titik kesempurnaanya. Dalam
mitos suku Dayak Ngaju, awalnya manusia tidak mengenal kematian. Hal tersebut
dikarenakan kehidupan duniawi adalah sesuatu yang kekal. Namun, suatu ketika manusia
berbuat kesalahan dan akhirnya kekekalan hidup duniawinya dicabut oleh dewata. Manusia
yang meninggal akan melanjutkan perjalanannya ke dunia para arwah. Manusia yang telah
berganti wujud menjadi arwah ini disebut dengan Lio/Liau/Liaw. Liau oleh masyarakat
Dayak Ngaju wajib diantar ke dunia arwah yakni alam tertinggi yang disebut Lewu Liaw atau
Lewu Tatau. Proses pengantaran ini melalui serangkaian upacara kematian, yakni upacara
Tiwah. Liaw sendiri menurut masyarakat Dayak Ngaju terbagi atas tiga jenis yakni:
1. Salumpuk liaw haring kaharingan, yakni roh rohani dan jasmani,
2. Salumpuk liaw balawang panjang, yakni roh tubuh/badan,
3. Salumpuk liaw karahang tulang, yaitu roh tulang belulang.
Penyelenggaran upacara Tiwah bagi masyarakat Dayak Ngaju dianggap sesuatu yang wajib
secara moral dan sosial. Pihak keluarga yang ditinggalkan merasa memilki kewajiban untuk
mengantar arwah sanak saudara yang meninggal ke dunia roh. Selain itu, dalam kepercayaan
Dayak Ngaju, arwah orang yang belum diantar melalui upacara Tiwah akan selalu berada di
sekitar lingkungan manusia yang masih hidup. Keberadaan mereka dianggap membawa
gangguan berupa munculnya peristiwa gagal panen, penyakit, dan bahaya-bahaya lainnya.

10. Jelaskan konsep tentang nilai utama yang menonjol dalam kehidupan rumah betang ?
jawaban : Rumah Betang merupakan rumah tradisional masyarakat dayak di provinsi
Kalimantan Tengah yang berbentuk rumah panggung dengan tinggi  tiang penopang 3-5
m dan panjang 30-150 m. Rumah Betang dapat dihuni oleh sekitar 150 orang. Setiap
rumah betang memiliki sekat yang berfungsi untuk menjaga privasi dari setiap anggota
keluarga yang menghuninya. Pembanguan rumah betang dilakukan dengan perhitungan
yaitu salah satu  bagian ujung harus searah dengan matahari terbit dan bagian satu lagi
harus serah matahari terbenam. Rumah betang dibangun secara gotong royong oleh
masyarakat dayak. Rumah betang disebung juga rumah panjang atau lazimnya disebut
Rumah Lou, Lamin, Betang Dab Lewu Hante.
Rumah betang dihuni oleh banyak orang dan saling turun temurun. Didalam rumah
betang mengabut sistem kepemimpinan terbuka dimana menjadi symbol sistem
kemasyarakat yang damai, rukun dan harmonis. Didalam masyarakat dayak yang
mendiami rumah betang memiliki nilai-nilai kehidupan yang terus diterapkan oleh
masyarakat di provinsi Kalimantan tengah. Adapun nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil dan terapkan adalah
- Adanya saling toleransi dalam bermasyarakat,
- Saling bergotong royong
- Hidup rukun dan saling menghormati
- Melakukan musyawarah untuk mencegah perselisihan dan menyelesaikan masalah

Anda mungkin juga menyukai