Ternak kelinci sudah dikenal manusia sejak jutaan tahun silam sebagai hewan
peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakkan, dahulu
berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses domestikasi. Menurut Cheeke et
al. (1987), taksonomi kelinci yaitu : Kingdom : Animalia, Phylum : Chordata, Sub
phylum : Vertebrata, Class : Mammalia, Ordo : Lagomorpha, Famili : Leporidae, Sub
famili : Leporinae, Species : Lepus spp, Oryctolagus spp.
Kelinci mempunyai potensi biologis yang tinggi, yaitu kemampuan reproduksi
yang tinggi, cepat berkembang biak, interval kelahiran yang pendek, prolifikasi yang
sangat tinggi, mudah pemeliharan dan tidak membutuhkan lahan yang luas
(Templeton, 1968). Keuntungan lainnya yaitu pertumbuhan yang cepat, sehingga
cocok untuk diternakkan sebagai penghasil daging komersial. Kelinci penghasil
daging memiliki bobot badan yang besar dan tumbuh dengan cepat, seperti Flemish
Giant, Chinchilla, New Zealand White, English Spot dan lainnnya (Raharjo, 2005).
Bangsa kelinci lainnya adalah penghasil wool yaitu Angora dan sebagai penghasil
kulit/bulu yaitu Rex (Gillespie, 1992). Daging kelinci memiliki kadar lemak yang
paling rendah dibanding ternak lainnya, seperti terlihat pada (Tabel 1).
Kelinci 160 21 8 70
Gambar 3. Angora
Rex
Kelinci Rex berasal dari Prancis (Brown, 1978). Badan kecil Rex yang sehat
seperti kapsul, bulat memanjang. Bulunya pendek lembut merata. Warna bulu bisa
bermacam-macam yaitu putih, hitam, oranye, hitam jelaga seperti rusa, biru, coklat,
dan lain-lain. Panjang bulunya antara 6-8 mm, atau 0,5-1 cm. Bobot Kelinci Rex
dewasa antara 2-3 kg. Induk dapat beranak 6-12 ekor.
Gambar 4. Rex
Dutch
Berat badan kelinci yakni antara 1,7-2,2 kg, namun tak jarang bisa juga
memiliki berat badan lebih dari 3 kg. Warna bulunya unik. Bagian belakang warna
gelap, sedangkan bagian perut ke depan warnanya putih. Kelinci jenis Dutch berasal
dari Belanda.
Satin
Kelinci Satin berasal dari Amerika Serikat, ditemukan pada tahun 1930-an.
Bobot Satin pejantan dewasa antara 3,8-4,3 kg. Sedangkan induk betina dewasa sedikit
lebih besar, rata-rata 4,2-5 kg. Warna Kelinci Satin adalah hitam, biru, california,
chinchilla, coklat, perak, merah, dan lain-lain. Rata-rata induk dapat menghasilkan
anak antara 7-10 anak.
English Spot
Kelinci jenis ini berasal dari Inggris dan dikenal memiliki badan besar dengan
bulu dasar putih halus dengan totol hitam, coklat, abu-abu, atau kehijauan di sekitar
tubuh. Badan English Spot dewasa antara 2,5-3,9 kg. Umur rata-rata mencapai 5-8
tahun. Masa produktif induk 5,5 bulan hingga 3 tahun. Induk melahirkan rata-rata 3- 5
ekor atau terkadang mencapai 6 dan 8 ekor
Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya produktivitas ternak. Penerapan tatalaksana pemberian pakan, yang berorientasi
pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan pakan, merupakan upaya yang tepat untuk
meningkatkan produktivitas ternak kelinci secara efisien. Pemberian pakan harus mengacu
kepada kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh kelinci (Muslih et al., 2005).
Kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Jumlah
kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta laju atau kecepatan
pertumbuhannya (Blakely dan Bade, 1995).
Williamson dan Payne (1993), menyatakan bahwa secara garis besar pakan
ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, hijauan dan konsentrat. Pada
peternakan kelinci intensif, hijauan diberikan 60-80%, sisanya konsentrat. Ada juga
yang memberikan 60% konsentrat, sisanya hijauan. Kebutuhan zat gizi pakan pada
kelinci dapat dilihat pada (Tabel 3).
Sitorus et al. (1982) menyatakan bahwa hijauan merupakan bahan pakan utama
yang diberikan oleh peternak kelinci di Jawa, dengan jumlah pemberian mencapai 80-
90% dari total ransum. Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan sebagai pakan kelinci
diantaranya rumput lapang, daun ubi jalar, daun pisang, daun wortel, daun singkong,
kobis, dan lamtoro. Sedangkan konsentrat untuk bahan pakan kelinci dapat berupa
pellet (pakan buatan pabrik), atau campuran beberapa bahan pakan diantaranya dedak,
bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas tapioka, bulgur, pakan
starter ayam, ubi jalar dan ubi kayu. Pemilihan jenis bahan konsentrat tergantung
kepada tujuan, sistem pemeliharaan dan ketersediaan bahan pakan di masing-masing
daerah.
Cheeke et al. (1987) menyatakan ada dua cara pemberian pakan yaitu ad
libitum dan pemberian pakan terbatas. Pemberian pakan ad libitum untuk induk kelinci
dengan anak-anaknya dan kelinci sapihan. Pemberian secara terbatas dengan
pengaturan waktu yang tepat akan lebih mengefisienkan dan mengefektifkan jumlah
pakan yang diberikan.
Penyakit Kelinci
Penyakit kelinci dapat timbul akibat kurang baik dalam menjaga sanitasi
kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular kelinci
yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti lesu,
nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun. Kelinci yang
menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk
dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang
menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe
syndrome, scabies, dan coccidioses (Farrell dan Raharjo, 1984). Penyakit lain yang
biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, dan kanker telinga.
Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak lainnya
(Suryani, 2002).
Reproduksi dan Perkawinan
Cheeke et al. (1987) menyatakan bahwa pejantan dapat dikawinkan setiap hari,
tetapi sebaiknya dikawinkan 3-4 kali dalam seminggu. Satu ekor pejantan cukup untuk
mengawini 10-15 ekor betina dewasa. Data biologi kelinci tertera pada (Tabel 4).
Tenaga Kerja
Kegiatan pokok dari tenaga kerja dalam suatu usaha peternakan adalah
pemberian pakan dan pembersihan kandang. Kegiatan lain seperti pengawasan dan
pencegahan penyakit hanya merupakan pendukung. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam suatu peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena
berdampak pada biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Irwansyah (1993),
curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menangani satu ekor induk dan enam
ekor kelinci muda lepas sapih sebesar 0,081 HKP/ hari. Curahan tenaga kerja tersebut
meliputi kegiatan menyabit rumput, membersihkan kandang, merawat kandang,
membuat pellet, memberi makan, dan tidak termasuk membuat mesin pembuat pellet.