PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan
tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki
ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup
di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi,
Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia
disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
Kelinci merupakan satu hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat, mulai dari binatang hias,
penghasil kompos dari kotoran/fesesnya, tulangnya digunakan sebagai bahan tepung tulang, penghasil
daging yang mempunyai gizi tinggi serta rambut dan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.
Sejak maraknya daging gelonggongan pada sapi dan ayam tiren serta flu burung dan antraks, daging
kelinci menjadi sasaran konsumsi sebagai pengganti daging tersebut. Dari berbagai jenis kelinci , kelinci
Flamish Giant merupakan alternatif, karena kelinci ini memiliki bobot badan yang besar, berat badannya
mampu mencapai sampai 10 kilogram bahkan ada yang mencapai 12 kilogram. sehingga daging yang
dihasilkan juga cukup banyak.
Kelinci merupakan golongan ternak herbivora yang mempunyai sifat coprophage/cecotrophy Sifat ini
merupakan ciri khas dari kelinci, yaitu tingkah laku kelinci memakan kembali kotoran (faeces) lunak
langsung dari anusnya (coprophage pellets) yang terjadi pada malam hari, sehingga disebut juga
Ruminansia semu (pseudo-ruminant). Walaupun memiliki caecum (bagian pertama usus besar) yang
besar, kemampuan kelinci dalam mencerna serat kasar terbatas, tidak sebanyak ruminansia.
Dalam peternakan kelinci, kelangsungan hidupnya akan sangat tergantung perhatian dan tatalaksana
pemeliharaan dari peternaknya. Jenis, jumlah, dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan produksi.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang di bahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
· Jenis-jenis kelinci yang ada
· Cara budidaya kelinci
C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai:
· Mengetahui ciri-ciri dari kelinci
· Mengetahui cara beternak
D. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan informasi bahwa kelinci. Sebagai pengembang ilmu pengetahuan pada Matakuliah
Aneka Ternak
BAB II
METODE PENULISAN
A. Objek Penulisan
Objek penulisan mencakup tentang pemeliharaan kelinci khususnya kelinci. Dalam suatu usaha
peternakan ada tiga faktor utama yang sangat penting yang dikenal dengan "Segitiga
Emas"(Breeding, Feeding dan Management). Ketiga faktor ini satu sama lain harus selalu berhubungan
dan saling menunjang, disampaing faktor lainnya yang saling mendukung dari ketiga faktor tersebut
yaitu kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran yang tidak boleh diabaikan dengan begitu
saja.
D. Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mengidentifikasi
permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka
dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.
BAB III
ISI dan PEMBAHASAN
B. Breeding
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk
tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok.
Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian,
Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok
dipelihara.
1) Pemilihan bibit dan calon induk Bila peternakan bertujuan untuk daging,
dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan
yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya
potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya
harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih
dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.
2) Perawatan Bibit dan calon induk Perawatan bibit menentukan kualitas induk
yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah
pemberian pakan yang cukup,
pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.
3) Sistem Pemuliabiakan Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan
mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori
yaitu:
a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat
spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat
unggul.
c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang
diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.
4) Reproduksi dan Perkawinan Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai
dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan
terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali
mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu
kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali
perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.
5) Proses Kelahiran Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama
30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci
betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang
beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara
merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari
dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak
yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
C. Feeding
a. Sumber Pakan
Kelinci membutuhkan pakan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi. Bahan pakan untuk kelinci
secara garis besar dibagi menjadi dua golongan, yaitu: hijauan (forage) dan penguat (konsentrat).
1. Hijauan
Hijauan merupakan pakan pokok kelinci yang pemberiannya sebanyak 60-80 %, meliputi antara lain:
jenis rumput-rumputan (graminae), teki (cyperaeceae), dan kacang-kacangan (leguminoceae). Jenis
hijauan yang banyak terdapat di Indonesia dan biasa diberikan kepada kelinci antara lain: rumput
lapang, rumput jampang, gigirinting, daun turi, daun pisang, daun ubi jalar, kangkung, daun kacang
tanah, sawi, wortel, kol dan lain-lain.
Hijauan tersebut dapat diberikan dalam bentuk segar yang telah dilayukan terlebih dahulu, maupun
dalam bentuk awetan (hay).
Hijauan segar yang dilayukan dimaksudkan untuk menghilangkan getah dan racun yang dapat
mengakibatkan mencret, kembung, dan kejang-kejang.
Hijauan awetan diberikan pada saat hijauan segar sulit diperoleh karena adanya musim kemarau
panjang.
2. Pakan Penguat (Konsentrat)
Konsentrat dibutuhkan kelinci untuk memperoleh produksi yang memadai, terutama pada saat masa
pertumbuhan, bunting, dan menyusui.
Bahan pakan penguat antara lain: jagung giling, dedak padi, bungkil kelapa, polar, molasis dan lain-
lain. Bahan-bahan tersebut mengandung protein tinggi dan serat kasar yang rendah.
b. Zat Pakan
Kelinci membutuhkan zat pakan yang tersedia cukup dalam ransumnya untuk kebutuhan hidup pokok,
produksi dan keperluan proses metabolisme di dalam tubuh. Zat-zat tersebut antara lain: karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
1. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat dalam ransum kelinci adalah sebagai sumber energi. Kelebihan energi akan disimpan
dalam bentuk glikogen dan lemak. Dalam kondisi kurang pakan lemak-lemak tersebut mengalami
pemecahan menjadi sumber energi bagi keperluan fisiologi tubuh.
2. Protein
Fungsi protein dalam ransum kelinci adalah sebagai sumber zat pembangun. Kelinci muda
membutuhkan protein untuk pertumbuhan. Kelinci bunting dan induk menyusui membutuhkan protein
dalam ransum untuk perkembangan embriyo, pertumbuhan anak dan produksi susu.
3. Lemak
Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi dalam ransum kelinci. Pemberian 2-3 % kadar lemak dalam
ransum sudah mencukupi kebutuhan hidupnya.
4. Mineral
Mineral merupakan unsur yang paling diperlukan dalam semua fase pertumbuhan kelinci. Kebutuhan
paling tinggi terhadap mineral didapatkan pada induk laktasi dan anak kelinci pada awal periode
pertumbuhan.
5. Vitamin
Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, hidup pokok dan mengatur metabolisme.
Vitamin A
Vitamin A dibutuhkan kelinci untuk memelihara jaringan, alat reproduksi dan untuk pembentukan tulang
rawan.
Vitamin D
Peranan vitamin D dalam tubuh kelinci sangat erat hubungannya dengan metabolisme mineral Ca dan
P. Defisiensi vitamin D akan memperlihatkan gejala osteoporosis (pengeroposan tulang), sedang
pemberian yang berlebih akan mengakibatkan pengapuran jaringan ginjal dan saluran pembuluh darah.
Vitamin E
Vitamin E dibutuhkan kelinci untuk memelihara jaringan (sel-sel) tubuh dan dalam sintesa hormon-
hormon reproduksi.
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan kelinci dalam proses reproduksi normal, pembekuan darah.
6. Air
Air adalah zat makanan yang penting bagi kehidupan ternak, sedangkan fungsi air bagi tubuh ternak
dalam hidupnya antara lain:
a. Penghantar panas
b. Pelarut zat makan
c. Berperan dalam reaksi enzimatis
d. Berperan sebagai bantalan sistem syaraf
Kelinci New Zealand White membutuhkan air sekitar 250 ml/ekor/hari, sedangkan kelinci tipe kecil
(lokal) konsumsi air minumnya 50-70 ml/ekor/hari.
D. Manajemen/Tatalaksana
a. Perkandangan
Habitat atau tempat hidup yang asli bagi kelinci, sebagaimana hewan liar, kelinci hidup dan
berkembangbiak di alam bebas, kelinci mempunyai kebiasaan menggali tanah, membuat lubang atau
terowongan. Bagi kelinci lubang berfungsi sebagai tempat berlindung kelinci dari binatang buas atau
predator yang siap memangsanya, sebagai tempat untuk mempertahankan tubuh agar tetap hangat dari
pengaruh dinginnya suhu di permukaan tanah atau sekedar untuk tempat bernaung dari hujan atau
teriknya matahari atau berlindung dari terpaan angin. Lubang juga difungsikan sebagai sarang untuk
beranak dan memelihara anak-anak sebelum dewasa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembuatan kandang harus mengacu pada hakekat fungsi
kandang, antara lain :
Melindungi ternak dari pengaruh buruk cuaca (angin, dingin, hujan, panas matahari)
Melindungi ternak dari predator (hewan pemangsa) atau binatang buas, antara lain : ular,
musang, kucing, anjing.
Memudahkan dalam pengelolaan (pemberian pakan, minum, penanganan kesehatan, sanitasi,
vaksinasi, seleksi, pembersihan kotoran dan pemanenan hasil)
Kandang adalah merupakan tempat melakukan aktivitas produksi bagi ternak dan peternak. Oleh karena
itu kondisi kandang harus mencerminkan hal-hal yang mendukung produksi, antara lain : nyaman dan
aman.
Dengan demikian, dalam pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa hal, antara lain :
v Konstruksi kandang dan perlengkapan.
v Bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang dan perlengkapan,
v Ukuran (panjang, lebar, tinggi) kandang.
Suhu lingkungan yang ideal untuk kelinci adalah 16-20oC. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ideal,
kelinci akan kehilangan energi untuk menjaga temperatur tubuh. Jadi rendahnya produktivitas kelinci
daerah tropis, besar kemungkinan salah satunya disebabkan oleh stres panas.
Kandang kelinci, biasanya hanya merupakan petakan atau sekat ruangan. Bisa dibawah bangunan utama
atau bangunan tersendiri. Artinya, beberapa kandang kelinci dengan berbagai susunan berada di bawah
naungan bangunan besar atau rumah. Dapat pula kandang-kandang kelinci tersebut berada di halaman
atau pekarangan dengan menggunakan atap tersendiri.
A. Kandang kelinci berada dalam bangunan utama
B. Kandang kelinci berada di halaman atau pekarangan dengan atap menyatu.
A
B
Konstruksi kandang :
Atap : Nyaman, melindungi ternak dari hujan dan panas matahari. Bahan : Seng, asbes, genteng, sirap,
ilalang.
Tiang : Kuat. Bahan : Kayu, bambu, beton, tembok, besi.
Dinding : Kuat dan melindungi ternak. Bahan : Kayu, bambu, tembok
Lantai : Datar, tidak lembab. Bahan : Kayu, bambu, tembok, tanah, kawat.
Ventilasi baik : Sirkulasi udara lancar.
Letak Kandang
Agar supaya kandang benar-benar nyaman dan aman bagi ternak sehingga memberikan kesempatan
ternak untuk dapat berproduksi secara optimal, kandang kelinci sebaiknya ditempatkan di lokasi yang
sesuai, yaitu :
v Kering atau tidak lembab,
v Aman dari binatang buas atau predator,
v Terlindung dari pengaruh buruk cuaca (hujan, panas, dingin, angin),
v Jauh dari lalulintas masyarakat sekitar.
v Tidak terlalu jauh dari rumah guna memudahkan pengawasan.
b. Kesehatan
Ada tiga kegiatan pokok dalam penangan kesehatan ternak, khususnya kelinci, yaitu : pencegahan
(sanitasi, isolasi dan vaksinasi), pengobatan dan pemusnahan.
d. Rekording
Kegiatan pencatatan atau dikenal juga dengan istilah rekording adalah sangat penting.
e. Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
3. Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar kelinci tidak
kesakitan.
f. Pascapanen
1. Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
2. Pemotongan
Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
3. Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci
digantung.
4. Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan.
Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas
karkas.
5. Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada dan 2
potong bagian belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.
Kelinci disembelih dengan cara memotong vena jugularis, arteri carotis, oesophagus dan trachea. Kelinci
yang telah disembelih dipisahkan kepala, kaki yang dipotong bagian persendian carpus dan tarsus,
dikuliti, dikeluarkan isi rongga dada dan rongga perut kecuali hati, jantung dan ginjal untuk memperoleh
karkas. Untuk menyembelih kelinci diperlukan dua orang, satu orang memegang, sedang yang lain
menyembelih dengan menggunakan pisau tajam.
Sebelum menguliti, keluarkan terlebih dahulu kantomg kencing agar tidak mencemari karkas. Berat
karkas kelinci rata-rata 55% dari berat hidupnya.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil di atas dapat disimpulkan alasan mengapa harus beternak kelinci adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan perawatannya mudah
2. Tidak membutuhkan lahan yang luas
3. Biaya produksi relatif murah sehingga tidak membutuhkan modal besar
4. Ternak penghasil daging berkualitas dengan kadar lemak rendah
5. Ketersediaan pakan yang melimpah, karena mampu memanfaatkan pakan dari sisa dapur dan hasil
sampingan produk pertanian
6. Termasuk ternak yang prolific, yaitu ternak yang mampu beranak banyak per kelahiran
7. Hasil sampingannya pun masih bisa dimanfaatkan.
B. Saran
Untuk lebih memahami semua tentang ternak kelinci, disarankan para pembaca mencari referensi lain
yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca
makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan
kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Susandari L, Lestari C.M.S. dan Wahyuni H.I., 2004. Komposisi lemak tubuh kelinci yang mendapat pakan
pellet dengan berbagai aras lisin. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2:
663-669.
Lestari C.M.S., 2004. Penampilan produksi kelinci lokal menggunakan pakan pellet dengan berbagai aras
kulit biji kedelai. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2: 670-675.
Kartadisastra, H., R., 1994. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan pertama. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B., 1995. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan XI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B., 2002. Kelinci Potong dan Hias. Cetakan ke tujuh. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a10
http://kelincihias.multiply.com/journal/item/5/Budidaya_Kelinci