Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI DAN NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA

TERNAK KELINCI

OLEH
RIZKY KURNIA PASHYA
E10020054
B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup adalah organisme yang menjalankan berbagai fungsi


kehidupan. Makhluk hidup terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan. Kelinci
merupakan mamalia kecil yang memiliki bulu yang halus dan hewan bertulang
belakang. Kelinci memiliki berbagai macam jenis, ada yang memiliki ukuran yang
cukup besar dan ada pula yang memiliki ukuran yang kecil serta ada jenis kelinci
hias yang memiliki bentuk dan bulu yang sangat indah.
Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di
hampir seluruh dunia. Kelinci secara umum memiliki potensi biologis dan
ekonomi yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit-bulu bermutu terutama
jenis Rex dan Satin. Salah satu potensi yang menonjol dalam hubungannya
dengan peternakan rakyat adalah kelinci mampu tumbuh dan berkembang biak
dari pakan hijauan, limbah pertanian, dan limbah pangan, serta dapat dipelihara
pada skala rumah tangga/skala kecil.
Kelinci merupakan salah satu komoditi yang dapat diandalkan dalam
menanggulangi kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani, Kandungan
gizi daging kelinci dibanding ternak lainnya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui jenis-
jenis ternak kelinci yang diternak di indonesia, serta mengetahui cara
memenejemen ternak kelinci dengan baik dan pemasarannya.
BAB II
MATERI DAN METODA

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Produksi dan Nutrisi Ternak Non Ruminansia ini dilaksanakan


pada hari Sabtu, 24 September 2022 pukul 16:53 WIB. Berlokasi di Kenali Asam
Atas tepatnya di peternakan milik bang Yogi.

2.2 Materi

Materi yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, buku, dan
smartphone atau handphone.

2.3 Metode

Metode yang digunakan pada praktikum ini berupa wawancara dan kunjungan
langsung kelapangan, dalam hal ini adalah peternakan kelinci bang yogi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kelinci

Potensi peternakan kelinci di Indonesia memiliki peluang bisnis yang cukup


besar. Peluang ternak kelinci dapat dilakukan oleh siapa saja, baik pria maupun
wanita,usaha ini tidak membutuhkan kemampuan khusus dalam menjalaninya,ada
banyak yang bisa diambil manfaat dari hewan kelinci, seperti daging dan kulitnya,
namun ada kelinci yang memang hanya cocok untuk dipelihara seperti kelinci
hias. Adapun jenis-jenis atau ras kelinci yang ada pada peternakan milik bang
Yogi seperti kelinci lokal meliputi kelinci Rex, kelinci Anggora, kelinci New
Zealand dan juga kelinci jenis pedaging lainnya..

a. Rex

Kelinci Rex merupakan kelinci yang dapat menghasilkan kulit rambut (fur)
berkualitas dengan perdagingan yang baik sehingga dikenal sebagai kelinci dual
purposes. Kelinci Rex juga banyak dikembangkan sebagai kelinci hias yang
banyak diperlombakan karena kehalusan rambutnya menyerupai beludru.
Kelinci Rex pertama kali ditampilkan di depan umum di Paris pada tahun
1924. Kelinci ini memiliki ciri seperti bobot 3,6-5 kg untuk kelinci yang
berukuran standar, Sedangkan untuk kelinci yang berukuran mini memiliki bobot
antara 1,4-2 kg. Bulunya halus dan mirip dengan beludru sehingga sering disebut
kelinci karpet dengan warna beludru kemerahan, Kelinci ini bulunya pendek,
Telinga kelinci rex lebar dan tegak Memiliki banyak variasi warna yaitu hitam,
putih, biru, merah dan ada juga yang kombinasi 3 warna.

b. Anggora

kelinci Angora adalah salah satu jenis kelinci peliharaan tertua berasal
dari Ankara Turki, pertama kali ditemukan dan dibawa ke Eropa oleh
pelaut Inggris. Di Indonesia kelinci jenis angora banyak diminati sebagai
kelinci hias.
Kelinci angora adalah varietas kelinci yang memiliki ciri berbulu tebal dan
lebat. Biasanya dibudidayakan untuk diambil bulu atau wool-nya. Bulu kelinci
angora dikenal karena teksturnya yang halus dan lembut. Jenis Bisnis wool kelinci
angora berkembang di negara-negara beriklim dingin seperti Eropa dan Amerika.
Bulu kelinci angora dipanen setiap 4-5 bulan sekali dengan cara dicukur atau
dicabut. Metode pancabutan bulu kelinci menjadi kontroversi para pecinta
binatang karena dianggap menyakiti satwa. Di Indonesia, kelinci anggora banyak
dipelihara sebagai hewan kesayangan.

c. New Zealand
Kelinci New Zealand White berasal dari New Zealand memiliki ciri-ciri
bulu putih mulus, padat, tebal dan agak kasar kalau diraba, serta bermata merah.
Keunggulan kelinci ini adalah memiliki pertumbuhan yang cepat, karena itu cocok
untuk diternakkan sebagai penghasil daging komersial dan kelinci percobaan di
laboratorium. Bobot anak umur 58 hari sekitar 1,8 kg, bobot umur 4 bulan
mencapai 2-3 kg, dewasa ratarata 3,6 kg. Setelah lebih tua bobot maksimal
mencapai 4,5-5 kg. Jumlah anak yang dilahirkan rata-rata 50 ekor pertahun.
Persentase karkas 50-60% dari bobot hidup, dan menghasilkan daging ± 1-1,5 kg
per ekor.
d. Flemish Giant

Kelinci flemish giant berasal dari Flanders yang berada di wilayah negara
Belgia. Jenis kelinci flemish giant pada awalnya hanya dibudidayakan untuk
diambil daging dan bulunya saja.

Kelinci flemish giant merupakan varian kelinci dengan berat badan besar
lebih dari 20 kg. Berat badan yang besar inilah yang membuat kelinci flemish
giant hanya digunakan oleh peternak. Terlebih varian kelinci ini mempunyai
daging yang banyak dan kulitnya sangat halus, sehingga membuat kelinci flemish
giant sangat diminati dan dicari untuk dikonsumsi. Berbicara mengenai varian
kelinci berbobot besar, maka salah satu varian kelinci yang paling populer ialah
kelinci flemish giant.

Sebab ras kelinci ini memiliki kualitas bulu dan daging yang sangat
melimpah. Namun seiring berjalannya waktu ras kelinci ini juga diminati oleh
anak-anak dan orang dewasa untuk dijadikan hewan peliharaan dirumah.
3.2 Sistem Reproduksi

kelinci betina mempunyai sistem reproduksi yang istimewa, yaitu mampu


mengandung dua rumpun anak sekaligus karena memiliki rahim ganda.
Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi pada rahim yang
satunya lagi. Gejala ini disebut Superfetasi, tapi kejadian ini langkah, jarang
terjadi.

Gambar Sistem reproduksi jantan dan betina


Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital internal dan eksternal. Pada
kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Sedangkan
untuk bagian eksternalnya terdiri dari vagina, 4 vulva, labium majus, labium
ninus, dan clitoris.
Sistem reproduksi pada jantan memiliki organ reproduksi internal dan
eksternal. Pada organ interna terdiri dari testis dan epididimis. Testis terdapat
sepasang yang terletak dalam scrotum. Sedangkan pada organ eksternal berupa
penis. Penis ini merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosum
penis dan corpus gavernosum urethrae.

3.3 Sistem Perkawinan Pada Kelinci

Sistem perkawinan pada ternak kelinci dapat dilakukan secara alami


maupun dengan inseminasi buatan, biasanya dalam mengawinkan kelinci yang
betina dimasukkan pada kandang jantan, bila mana kelinci betina sedang birahi,
dan biarkan beberapa hari sampai terjadi kebuntingan yang ditandai bahwa kelinci
betina tidak mau menerima lagi pejantan, sehingga kelinci bisa dikawinkan kapan
saja, sex ratio antara jantan dan betina adalah 1 : 10. lama bunting rata-rata 30
hari, umur dikawinkan 5 – 7 bulan atau tergantung pada type kelinci, biasanya
type kecil lebih cepat dewasa kelamin dari pada type besar.
Pada kelinci betina siklus birahinya tidak teratur. Pada kelinci jantan
pubertas ditandai oleh kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disertai
perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pada kelinci betina, pubertas
ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Kelinci mulai mencoba kopulasi
sebulan atau 2 bulan sebelum mencapai dewasa kelamin.

3.4 Sumber Pakan

Kelinci membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan


produksi. pada peternakan kelinci bang yogi pakan yang diberikan ada dua jenis
berupa hijauan seperti daun pisang, daun indigofera daun pepaya, dan rumput
rumputan sebagai sumber serat. Kita ketahui bahawa kelinci sangat membutuhkan
serah dalam pakanya walaupun kebutuhan untuk serat tidak terlalubanya, hal ini
disebapkan karna kelinci bukan merupakan ternak ruminansia.
Tapi kebutuhan serat pada kelinci sangat penting, Kebutuhan serat kasar
(SK) kelinci menurut NRC (1977) adalah 10-12%. Pakan dengan serat kasar yang
tercukupi memberikan pengaruh terhadap performan ternak kelinci. Pakan sumber
serat secara signifikan dapat mempengaruhi konsumsi pakan, konversi pakan dam
pertambahan bobot badan (PBB) (Subroto, 2000). Ensminger (1990) menyatakan
bahwa serat kasar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya
cerna pakan. Semakin tinggi kandungan serat kasar pada pakan maka daya
cernanya semakin rendah. Pemberian pakan hijauan ini biasanya dilayukan
terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar kandungan air yang berada pada hijauan
berkurang, sehingga kelinci tidak mengalami kembung.
Untuk pakan penguat atau konsentra pada peternakan bang yogi
menggunakan, ampas kedela, Ampas kedelai memiliki kandungan gizi berupa
23,55%; Protein 5,54%; Lemak 26,92%, Karbohidrat 17,03%; Abu 16,53%, dan
10,43% air. Pemberian pakan berupa pelet pada ternak bang yogi diberiak
sebanyak 400 gr/ kandang, diberikan 2x sehari.
Tabel. Kebutuhan Nutrisi (Zat Gizi) Ternak Kelinci Bang Yogi
Zat Gizi
Bahan pakan Energi (kkal) TDN (%) SK (%) L (%) PK (%) K (%) P (%)
Rumpu odot 64,31 17-19
Daun indigfera 15,25 12,80 27,9 0,22 0,18
Daun pisang 4,038 28,90 4,02 10,97 1,16 0,26
Daun pepaya 14,68 12,80 13,5
Ampas kedelai 13,81 2,95 27,62
Biofeed 2780 16 4
Skr 214 16 7

Masanto dan Agus, (2010) menyatakan bahwa kandungan nutrisi yang terkandung
didalam pakan kelinci yakni sebagai berikut: air (maksimal 12%), protein (12-
18%), lemak (maksimal 4%), serat kasar (maksimal 14%), kalsium (1,36%),
fosfor (0,7-0,9%). Sedangkan standar kebutuhan pakan ternak kelinci pedaging
adalah protein 15-19%, serat kasar: 11-14%, lemak: 2,5-4%, vitamin A: 10.000
IU/kg, kalsium 0,9-1,5%.

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa nutrisi bahan pakan bagi
ternak kelinci milik bang Yogi tersebut sudah cukup terpenuhi. Namun untuk
kedepanya sebaiknya penggunaan hijauan sedikit dikurangin guna untuk
meningkatkan daya cernak ternak sehingga nutrisi yang terkandung dalam bahan
pakan dapat tercerna dengan maksimal.
3.5 Sistem Perkandangan

Sistem perkandangan di peternakan kelinci milik bang Yogi sudah


mengunakan kandang modern yaitu sistem kandang baterai, dengan ukuran
kandang 40x70x50 cm. Kandang kelinci tipe baterai paling cocok digunakan
untuk pembesaran. Disesuaikan dengan jenis kelinci yang diternakan. Semakin
besar jenisnya, semakin besar pula kandangnya. Perlu diperhatikan, kandang yang
terlalu luas akan membuat kelinci banyak bergerak sedangkan kandang yang
terlalu sempit akan membuat stres. Kandang tipe baterai dibuat bertingkat atau
bersusun seperti rak. Penggunakan kandang sistem baterai ini juga memiliki ke
unggulan seperti, tidak memakan tempat atau tidak memerlukan tempat yang luas,
kemudian memudahkan dalam pemberian pakan serta menjaga kebersihan
kandang, sedangkan kekurangan dari kandang baterai yaitu modal awal yang
lumayan besa.

3.6 Jenis Penyakit dan Pencegahannya

Kelinci yang terserang penyakit pada umumnya menunjukkan gejala-gejala


yang cukup mencolok, yaitu: nafsu makan turun, mata sayu, suhu badan naik
turun, dan beberapa tanda khas dari penyakit yang menghinggapinya. Sedangkan
penyakit yang menyerang kelinci di daerah yaitu: Salmonellosis, Pasteurellosis
(Haemorrhagic Septicaemia), Koksidiosis, Skabies, Mucoid Enteritis (ME),
Penyakit Tyzzer dan Sifilis.
Pada peternakan bang yogi ini biasanya diberikan jamu dan madu untuk
mencegah penyakit menyerang. Tetapi untuk skabies sendiri kurang bisa
menanganinya sehingga resiko kematiannya kurang bisa diminimalisir. Gejala
kelinci yang terinfestasi scabies adalah kelinci menjadi kurus, lemas, rambut
rontok pada bagi an tubuh tertentu, menggaruk bagian yang gatal.

3.7 Proses Pemasaran

Pada peternakan bang yogi dalam pemasaran ternak tersebut di jual dengan secara
tatap muka ataupun mengunakan media sosial. Proses pemasaran yang dilakukan
oleh bang Yogi sendiri biasanya melewati beberapa kriteria, contohnya
berdasarkan warna, berumur sekitar 2 bulan. Bang yogi sendiri tidak menjual
kelinci indukan melainkan anakan. Sebenarnya bang yogi sudah menjelaskan
bahwa, konsumsi daging kelinci di provinsi jambi masih terbilang kurang karena
tidak terbiasanya masyarakat dalam mengonsumsinya, padahal kelinci memiliki
potensi sebagai sumber protein hewani yang baik. Dimasyarat sendiri kelinci
biasanya hanya sebatas sebagai peliharaan saja tidak untuk di konsumsi.
Sedangkan untuk feses kelinci itu sendiri biasanya bang Yogi
menjadikannya pupuk untuk tanaman disekitar rumah.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini adalah bahwa peternakan bang yogi dalam
peternakanya bang yogi mengunakan sistem perkandangan batrai, kemudian
pakan yang diberikan adalah hijaua dan konsentrat, untuk sistem perkawinanya
mengunakan perkawinan secara alami dimana betina akan dimasukan dalam
kandang jantan. Untuk pencegahan penyakitnya sendiri biasanya diberikan jamu
dan madu. Serta pemasarann di lakukan secara langsung atau pun dari media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, S. N. (2017). Sistem Informasi Manajemen Peternakan Kelinci

Brahmantiyo, B., Setiawan, M. A., & Yamin, M. (2014). Sifat fisik dan kimia
daging kelinci rex dan lokal (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Peternakan
Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 16(1), 1-7.

Agung, H., & Alsher, C. C. (2018). Implementasi Algoritma Fuzzy Tsukamoto


Pada Prototype Regulator Suhu Kandang Kelinci. JATISI (Jurnal Teknik
Informatika dan Sistem Informasi), 5(1), 1-11.

Marhaeniyanto, E., & Susanti, S. (2017). Penggunaan konsentrat hijau untuk


meningkatkan produksi ternak kelinci New Zealand White. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan, 27(1), 28-39.

Wahyuningrum, M. A. (2019). Kandungan Nutrisi Pakan Ternak Kelinci New


Zealand White Bersumber Dari Beberapa Jenis Limbah Sayuran
Pasar. Jurnal Ilmiah Respati, 10(1), 10-13.

Iskandar, T. (2005). Beberapa penyakit penting pada kelinci di


Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Kelinci. Bandung, 30, 168-175.

Susetyarini, E., Wahyono, P., Latifa, R., & Nurrohman, E. (2020). Identifikasi
Parasit Dan Tingkat Keparahan Penyakit Scabies Pada Kelinci New Zealand
Sebagai Bahan Preparat. Lombok Journal of Science, 2(2), 28-33.

Anda mungkin juga menyukai