TERNAK KELINCI
OLEH
RIZKY KURNIA PASHYA
E10020054
B
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui jenis-
jenis ternak kelinci yang diternak di indonesia, serta mengetahui cara
memenejemen ternak kelinci dengan baik dan pemasarannya.
BAB II
MATERI DAN METODA
2.2 Materi
Materi yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, buku, dan
smartphone atau handphone.
2.3 Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini berupa wawancara dan kunjungan
langsung kelapangan, dalam hal ini adalah peternakan kelinci bang yogi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kelinci
a. Rex
Kelinci Rex merupakan kelinci yang dapat menghasilkan kulit rambut (fur)
berkualitas dengan perdagingan yang baik sehingga dikenal sebagai kelinci dual
purposes. Kelinci Rex juga banyak dikembangkan sebagai kelinci hias yang
banyak diperlombakan karena kehalusan rambutnya menyerupai beludru.
Kelinci Rex pertama kali ditampilkan di depan umum di Paris pada tahun
1924. Kelinci ini memiliki ciri seperti bobot 3,6-5 kg untuk kelinci yang
berukuran standar, Sedangkan untuk kelinci yang berukuran mini memiliki bobot
antara 1,4-2 kg. Bulunya halus dan mirip dengan beludru sehingga sering disebut
kelinci karpet dengan warna beludru kemerahan, Kelinci ini bulunya pendek,
Telinga kelinci rex lebar dan tegak Memiliki banyak variasi warna yaitu hitam,
putih, biru, merah dan ada juga yang kombinasi 3 warna.
b. Anggora
kelinci Angora adalah salah satu jenis kelinci peliharaan tertua berasal
dari Ankara Turki, pertama kali ditemukan dan dibawa ke Eropa oleh
pelaut Inggris. Di Indonesia kelinci jenis angora banyak diminati sebagai
kelinci hias.
Kelinci angora adalah varietas kelinci yang memiliki ciri berbulu tebal dan
lebat. Biasanya dibudidayakan untuk diambil bulu atau wool-nya. Bulu kelinci
angora dikenal karena teksturnya yang halus dan lembut. Jenis Bisnis wool kelinci
angora berkembang di negara-negara beriklim dingin seperti Eropa dan Amerika.
Bulu kelinci angora dipanen setiap 4-5 bulan sekali dengan cara dicukur atau
dicabut. Metode pancabutan bulu kelinci menjadi kontroversi para pecinta
binatang karena dianggap menyakiti satwa. Di Indonesia, kelinci anggora banyak
dipelihara sebagai hewan kesayangan.
c. New Zealand
Kelinci New Zealand White berasal dari New Zealand memiliki ciri-ciri
bulu putih mulus, padat, tebal dan agak kasar kalau diraba, serta bermata merah.
Keunggulan kelinci ini adalah memiliki pertumbuhan yang cepat, karena itu cocok
untuk diternakkan sebagai penghasil daging komersial dan kelinci percobaan di
laboratorium. Bobot anak umur 58 hari sekitar 1,8 kg, bobot umur 4 bulan
mencapai 2-3 kg, dewasa ratarata 3,6 kg. Setelah lebih tua bobot maksimal
mencapai 4,5-5 kg. Jumlah anak yang dilahirkan rata-rata 50 ekor pertahun.
Persentase karkas 50-60% dari bobot hidup, dan menghasilkan daging ± 1-1,5 kg
per ekor.
d. Flemish Giant
Kelinci flemish giant berasal dari Flanders yang berada di wilayah negara
Belgia. Jenis kelinci flemish giant pada awalnya hanya dibudidayakan untuk
diambil daging dan bulunya saja.
Kelinci flemish giant merupakan varian kelinci dengan berat badan besar
lebih dari 20 kg. Berat badan yang besar inilah yang membuat kelinci flemish
giant hanya digunakan oleh peternak. Terlebih varian kelinci ini mempunyai
daging yang banyak dan kulitnya sangat halus, sehingga membuat kelinci flemish
giant sangat diminati dan dicari untuk dikonsumsi. Berbicara mengenai varian
kelinci berbobot besar, maka salah satu varian kelinci yang paling populer ialah
kelinci flemish giant.
Sebab ras kelinci ini memiliki kualitas bulu dan daging yang sangat
melimpah. Namun seiring berjalannya waktu ras kelinci ini juga diminati oleh
anak-anak dan orang dewasa untuk dijadikan hewan peliharaan dirumah.
3.2 Sistem Reproduksi
Masanto dan Agus, (2010) menyatakan bahwa kandungan nutrisi yang terkandung
didalam pakan kelinci yakni sebagai berikut: air (maksimal 12%), protein (12-
18%), lemak (maksimal 4%), serat kasar (maksimal 14%), kalsium (1,36%),
fosfor (0,7-0,9%). Sedangkan standar kebutuhan pakan ternak kelinci pedaging
adalah protein 15-19%, serat kasar: 11-14%, lemak: 2,5-4%, vitamin A: 10.000
IU/kg, kalsium 0,9-1,5%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa nutrisi bahan pakan bagi
ternak kelinci milik bang Yogi tersebut sudah cukup terpenuhi. Namun untuk
kedepanya sebaiknya penggunaan hijauan sedikit dikurangin guna untuk
meningkatkan daya cernak ternak sehingga nutrisi yang terkandung dalam bahan
pakan dapat tercerna dengan maksimal.
3.5 Sistem Perkandangan
Pada peternakan bang yogi dalam pemasaran ternak tersebut di jual dengan secara
tatap muka ataupun mengunakan media sosial. Proses pemasaran yang dilakukan
oleh bang Yogi sendiri biasanya melewati beberapa kriteria, contohnya
berdasarkan warna, berumur sekitar 2 bulan. Bang yogi sendiri tidak menjual
kelinci indukan melainkan anakan. Sebenarnya bang yogi sudah menjelaskan
bahwa, konsumsi daging kelinci di provinsi jambi masih terbilang kurang karena
tidak terbiasanya masyarakat dalam mengonsumsinya, padahal kelinci memiliki
potensi sebagai sumber protein hewani yang baik. Dimasyarat sendiri kelinci
biasanya hanya sebatas sebagai peliharaan saja tidak untuk di konsumsi.
Sedangkan untuk feses kelinci itu sendiri biasanya bang Yogi
menjadikannya pupuk untuk tanaman disekitar rumah.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum ini adalah bahwa peternakan bang yogi dalam
peternakanya bang yogi mengunakan sistem perkandangan batrai, kemudian
pakan yang diberikan adalah hijaua dan konsentrat, untuk sistem perkawinanya
mengunakan perkawinan secara alami dimana betina akan dimasukan dalam
kandang jantan. Untuk pencegahan penyakitnya sendiri biasanya diberikan jamu
dan madu. Serta pemasarann di lakukan secara langsung atau pun dari media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Brahmantiyo, B., Setiawan, M. A., & Yamin, M. (2014). Sifat fisik dan kimia
daging kelinci rex dan lokal (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Peternakan
Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 16(1), 1-7.
Susetyarini, E., Wahyono, P., Latifa, R., & Nurrohman, E. (2020). Identifikasi
Parasit Dan Tingkat Keparahan Penyakit Scabies Pada Kelinci New Zealand
Sebagai Bahan Preparat. Lombok Journal of Science, 2(2), 28-33.