18 MEI 2022
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
JURUSAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci merupakan mamalia kecil yang memiliki bulu yang halus dan hewan bertulang
belakang. Kelinci memiliki berbagai macam jenis, ada yang memiliki ukuran yang cukup besar
dan ada pula yang memiliki ukuran yang kecil serta ada jenis kelinci hias yang memiliki bentuk
dan bulu yang sangat indah. Salah satu ternak yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai
penghasil daging yaitu kelinci Flemish Giant. Kelinci (Oryctolagus Cuniculus) merupakan salah
satu ternak Pseudoruminasi yang cukup baik dalam produktivitasnya. Kelinci dalam satu tahun
mampu melahirkan 6 kali dengan jumlah anak per kelahiran (litter size) 4-10 ekor, memiliki siklus
reproduksi yang pendek (birahi 4 hari sekali) dan lama bunting 28-31 hari. Kelinci memiliki bobot
hidup yang dapat mencapat 4-6 kg untuk jenis kelinci pedaging ( Afif, H. 2012).
Didalam peternakan penambahan MOL kedalam konsentrat ternak berperan pada proses
fermentasi dalam mencerna bahan-bahan makanan basal (pencernaan fermentatif) yang pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas daging. Bahan untuk membuat MOL bisa diperoleh dari
lingkungan sekitar, namun yang telah terbukti mampu meningkatkan kualitas daging ternak dan
sekaligus menambah pendapatan peternak belum bisa diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini
penting untuk dilakukan. Diantaranya dengan menggunakan mikroorganisme lokal dari nasi dan
daging lele yang difermentasi. Potensi peternakan kelinci di Indonesia memiliki peluang bisnis
yang cukup besar. Peluang ternak kelinci dapat dilakukan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.
Usaha ini tidak membutuhkan kemampuan khusus dalam menjalaninya. Ada banyak yang bisa
diambil manfaat dari hewan kelinci, seperti daging dan kulitnya. Namun ada kelinci yang memang
hanya cocok untuk dipelihara seperti kelinci hias. Kayu Agung misalnya, di wilayah ini potensi
peternakan kelinci cukup besar, hal ini dikarenakan di Kayu Agung sering diadakan kontes-kontes
kelinci hias tingkat nasional. Namun para peternak disini juga masih belum memiliki fasilitas yang
baik dalam pencatatan kelinci mereka Peternakan kelinci membutuhkan sebuah lahan yang besar
dan perlunya pemisahan tiap kelinci, terutama untuk induk kelinci. Identitas kelinci merupakan
sebuah hal yang penting pada peternakan kelinci agar setiap kelinci mampu dikenali peternak
sehingga tingkat kesalahan untuk mengenali setiap kelinci mampu diminimalkan
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum tersebut adalah agar kita lebih memahami dan mengenal tentang peternakan
kelinci, serta mengetahui pakan apasaja yang cocok untuk ternak kelinci.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelinci
Kelinci semula merupakan hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000
tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap
negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif
tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan
populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang
berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
Adapun menurut (Setyawati. R. 2014) domestikasi kelinci pertama kali dilakukan oleh bangsa
romawi yang menginginkan sumber pangan yang mudah. Domesitikasi dilakukan dari kelinci-
kelinci hutan yang liar, proses domestikasi ini pun untuk selanjutnya menyebar ke wilayah eropa
tengah dan wilayah eropa timur.
Peternakan kelinci sudah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1837 yang konon dibawa
oleh orang-orang Belanda sebagai kelinci hias. Kelinci pada awalnya merupakan hewan
kesayangan yang dimiliki oleh tuan tanah. Progam pengembangan kelinci ditujukan untuk
mengurangi rawan gizi telah dilakukan pemerintah pada tahun 1980, selanjutnya pada Tahun 1990
pemerintah sudah menerbitkan Pedoman Teknis Perusahaan Peternakan Kelinci sebagai upaya
mendorong perkembangan budidaya kelinci di masyarakat. Namun sampai saat ini
perkembangannya mengalami hambatan karena perbedaan tujuan produksi dalam
pengembangannya.
2.2.1 Pakan
Jenis bahan pakan untuk kelinci sebaiknya dipilih bahan pakan yang paling disukai oleh
ternak kelinci. Bahan pakan tersebut mudah didapat, bisa tersedia secara kontinu, dan niai
ekonomisnya relatif murah (Moore .L. C 2017). Ternak kelinci dapat mengomsumsi hijauan
sebanyak 1 kg sampai dengan 1,5 kg /ekor. Hijauan ini berasal dari limbah sayuran atau daun-
dauanan. Dilain pihak, kelinci potong yang secara genetisnya berukuran besar dapat menghabiskan
2 kg/ekor/hari. Jumlah pemberian 2 kg/ekor/hari sesuai dengan kebutuhan karena sekitar 90%
hijauan tersebut terdiri dari air. Pakan yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yaitu
tidak boleh bersaing dengan manusia, mengandung nilai nutrisi tinggi, bahan pakan tersedia secara
kontinu, tidak mengandung racun (anutrisi), harga murah atau terjangkau, butirannya halus atau
bisa dihaluskan, dan mudah diolah. Kelinci tergolong hewan herbivora yang tidak dapat mencerna
serat kasar secara baik sehingga sebagai peternak kelinci harus memperhatikan pakannya dengan
baik.
2.2.2 Perkandangan
2.2.3 Penyakit
Hama dan penyakit yang terdapat dalam peternakan kelinci: bisul, penyebab terjadinya
Pengumpulan darah kotor di bawah kulit. Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor
selanjutnya diberi Jodium. Kudis, penyebab : Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan korengdi
tubuh. Pengendalian: dengan antibiotik salep; Eksim, penyebab: kotoran yang menempel di kulit.
Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl; Penyakit telinga, penyebab: kutu. Pengendalian:
meneteskan minyak nabati; Penyakit kulit kepala, penyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik
pada kepala. Pengendalian: dengan bubuk belerang; Penyakit mata, penyebab: bakteri dan debu.
Gejala: mata basah dan berair terus. Pengendalian: dengan salep mata; Mastitis, penyebab: susu
yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang.
Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak. Pada umumnya pencegahan dan
pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang,
pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang
sakit.
2.2.4 Sanitasi
Sanitasi adalah manajemen pemeliharaan pada kelinci yang sangat penting, kelinci akan mudah
terserang penyakit jika kandang kotor. Sanitasi Kandang, dilakukan: Saat sebelum ternak masuk,
Setelah (pada saat) adanya wabah penyakit, Setiap 3 bulan sekali alat dan bahan sanitasi seperti
sprayer, sapu, selang, sikat air, desinfektan. Cara menjaga kebersihan kandang kelinci adalah
dengan mencuci wadah penampungan kotoran dan tempat minum setiap hari. Lalu kita juga harus
membuang tumpukan rumput kering atau serbuk kayu tersebut setiap seminggu sekali, dan
menggantikannya dengann yang baru. Setidaknya kita bisa menyiapkan 2 wadah penampungan
kotoran dan tempat minum agar kelinci dapat minum ataupun buang air saat wadah yang lain
dibersihkan. Sanitasi ternak dilakukan dengan memandikan ternak tiap 1 bulan sekali dan
memotong rambut dan kuku. Solasi ternak sakit, kelinci yang terkena penyakit kulit dimasukkan
ke dalam kandang isolasi untuk diberi pengobatan
BAB 3
METODOLOGI
Praktikum Ilmu Ternak Non Ruminansia dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2022 pada
pukul 13.00 WIB s/d selesai. Praktikum ini dilakukan di peternakan kelinci sekitar kota Kayu
Agung, Ogan Komering Ilir.
Alat yang digunakan adalah pena dan buku sebagai alat tulis untuk mencatat hasil yang diamati
dan hasil wawancara terhadap peternak. Bahan yang digunakan adalah kelinci sebagai ternak
objek pengamatan. Jenis kelinci yang dimiliki peternak adalah kelinci Rex, Ambal, dan Fuziloc.
1. Kunjungan ke peternakan rakyat ternak kelinci di daerah sekitar kota Kayu Agung
4.1 Pakan
Pakan adalah bahan makanan ternak yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna
seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Pakan menjadi faktor strategis
dalam peternakan dan sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktifitas ternak, serta akan
mempengaruhi kualitas ahsil ternak. Pada peternakan kelinci rakyat ini, Pakan yang diberikan
pada kelinci tiga kali sehari yakni pagi, siang dan sore. Pakan yang diberikan pada ternak kelinci
meliputi hijauan segar, kangkung merah, kentang, wortel, dan pada kelinci yang berumur 40 hari
diberi nasi dua kali dalam seminggu. Pemberian kangkung merah hanya diberikan 2 hari sekali.
Untuk jenis kelinci anggora yang di ternakan peternakan ini hanya memberikan pakan berupa
pelet. Kelinci diberikan air rebusan beras sebagai salah satu vitamin
4.2 Penyakit
Proses pengembangbiakan yang intensif, pola makan yang buruk dan kondisi sanitasi yang
menurun merupakan sumber stres dalam peternakan kelinci, yang dapat menyebabkan penyakit
dan imunodefisiensi. Akibatnya, ketahanan alami kelinci yang diternakkan dapat terganggu, yang
menyebabkan peningkatan kejadian penyakit yang tak terhindarkan di dalam unit produksi.
Potensi dampak lanjutan termasuk gangguan pencernaan dan metabolisme dan munculnya infeksi
usus, yang gilirannya menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan tingkat kematian.
Pada peternakan kelinci yang dikunjungi, sanitasi pada kandnag dilakukan selama dua kali dalam
seminggu. Penyakit infeksi pada kelinci yang sering dijumpai adalah penyakit saluran pencernaan.
Pada peternakan yang praktikan kunjungi, penyakit yang menyerang adalah diare dan penyakit
kulit. Penyakit diare tanpa gejala yang menyebabkan kelinci mati hal ini dikatakan peternakan
karena peternak memelihara ternak kambing yang diduga penyakit pada kambing menular pada
kelinci. Namun sampai saat ini peternak belum mengetahui obat untuk diare pada kelinci. Penyakit
kulit pada kelinci menyebabkan kelinci gatal-gatal, peternak mengobati kelinci dengan dibawa ke
dokter hewan untuk disuntik namun kelinci hanya dapat bertahan satu sampai dua bulan setelah
disuntik kelinci akan mati.
4.3 Perkandangan Kelinci
Pada praktikum kunjungan kali ini, jumlah kelinci pada peternakan ini adalah 15 ekor
dengan jumlah jantan 3 ekor, 7, betina, 5 anakan. Peternak menjelaskan bahwa ia menggunakan
kandang yang tinggi dan diberi sekat tiap kandang. Kaki kandang yang juga merupakan jarak
antara alas kandang dengan tanah memiliki panjang sekitar 1,2 meter. Sehingga ketika kelinci
buang air maka akan langsung jatuh ke tanah dan mudah dibersihkan. Kandang pangung berada di
atas tiang setinggi 60-100 cm lantainya bisa di buat dari bambu dan ram kawat dengan lubang-
lubang sekitar 2 cm, sehingga kotoran bisa langsung ke bawah. Menurut Tarigan, Dkk 2020
Kandang sangat berperan dalam kesehatan dan produktivitas kelinci. Kandang yang tepat dan sehat
selalu berpijak pada prinsip mudah dibersihkan. Suhu udara dalam kandang berpengaruh untuk
kelinci. Kelinci akan hidup dan berkembang dengan baik dengan suhu ideal dan kelembababan
ideal. Kandang memiliki peran yang sangat penting bagi hewan, dimana berpengaruh pada
pertumbuhan, kenyamanan, serta kesehatan hewan oleh karena itu kebersihan pada kandang sangat
dibutuhkan bagi hewan yang tinggal didalam kandang tersebut.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa jumlah kelinci yang ada di salah satu
peternakan kelinci rakyat di sekitar kota Kayu Agung berjumlah 15 kelinci dengan 3 ekor jantan,
7 induk dan 5 anakan. Pakan diberikan sebanyak tiga kali dalam sehari yakni pagi, siang dan
sore. Pakan yang diberikan berupa hijauan segar, kangkung merah, kentang, wortel, nasi iberikan
dua kali dalam seminggu untuk kelinci diatas 40 hari. Jenis kelinci anggora hanya diberikan
pakan berbentuk pelet. Salah satu faktor yang dapat merugikan peternak adalah penyakit diare
tanpa gejala yang mnyerang kelinci.
5.2 Saran
Pada saat melakukan kunjungan ke ternak kelinci agar hendaknya praktikan kondusif sehingga
ternak kelinci terhindar dari stress
DAFTAR PUSTAKA
Afif, H. 2012. Evaluasi Aspek Produksi Dan Ekonomi Peternakan Kelinci (Studi Kasus di Desa
Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Hal
15-25.
Moore L. C. 2017. Rabbit Nutrition and Nutritional 3rd ed. United States Copyright Act. p. Hal
12-92
Nuriyasa, I.M., N.G.K. Roni, E. Puspani, D.P.M.A Candrawati, I.W. Wirawan, A.W. Puger.
Priyatna, N. 2011. Berternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. Jakarta: Argo Media Pustaka.
Setyawati, R. 2014. Panduan Lengkap Beternak dan Bisnis Kelinci Potong dan Hias. Flashbooks.
Jogjakarta. Hal 12-13.
Lampiran