DI SUSUN OLEH :
(Kelompok 11)
1. Rika Putri (30500118028)
2. Rahmat Hidayat (30500118029)
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Asal Usul Agama Shinto...............................................................................5
B. Perkembangan Agama Shinto.....................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Kritik dan Saran..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Wilayah Jepang terdiri atas empat pulau besar, yaitu Hondo, Hokkaido,
Shikoku, dan Kyushu, beserta ribuan pulau kecil. Penduduk asli kepulauan itu
sepanjang arkeologi dan antropologi, demikian L. Langer di dalam Encyclopedia
of World History edisi 1956, erat berkaitan dengan suku Tunggus dan suku Korea
berdasarkan pembuktian linguistic. Sepanjang pembuktian ethnografis dan
mithologis, demikian William L. Langer. Terpadu kedalamnya unsur belahan
selatan Tiongkok beserta unsur Melayu dan Asia Tenggara dan unsur Polynesia.
Pada masa sebelumnya unsur Ainu agak dominan disitu.1
Suatu suku dari pulau Kyushu yang terletak pada belahan selatan, dan suku
itu belakangan membentuk imperium, menyebrang ke utara menuju lembah
Yamato (Nara) di pulau Honsyu. Ia memperoleh kemenangan dalam persaingan
kekuasaan dengan suku Izumo yang punya pertalian darah dengan suku Korea.
Melalui peperangan dengan suku lainnya, termasuk suku Ainu, berhasil
membentuk sebuah imperium dan naik berkuasa kaisar Jepang yang pertama-tama
pada tahun 660 sebelum Masehi, yaitu Kaisar Jimmu Tenno.
Bentuk susunan social di Jepang dewasa itu terdiri atas himpunan berbagai
suku (uji), yang satu persatu suku itu dibawah pimpinan seorang kepala-suku (uji-
no-kami). Anggota suatu suku itu menyatakan turunan satu moyang, yang
bisasanya dewa suku (ujigami). Kepala suku bertindak sebagai duta dalam
upacara pemujaan terhadap dewa suku, dan kekuasaannya bersifat kepadrian.
Kepala suku dan keluarganya seringkali beroleh berbagai gelaran (kabane), yang
dalam perkembangannya bersifat hirarki. Di dalam lingkungan suku berda
1
Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h.
207.
5
kelompok-kelompok kerja yang bersifat warisan (tomo), yang serupa dengan
kedudukan di Barat.2
2
Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h.
208.
3
Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h.
208.
6
kelaut dan memuja sungai supaya mendatangkan hujan. Jika menghendaki hujan
berhenti atau matahari tidak terlalu panas, mereka memuja matahari seterusnya.
Tiap-tiap suku juga mempunyai dewa sendiri yang kadang-kadang dianggap
sebagai nenek moyangnya. Dewa-dewa digambarkan seperti manusia
sebagaimana dalam legenda terjadinya kepulauan jepang dan memiliki kekuasaan.
Daya-daya kekuasaan ini, baik yang terdapat dalam gejala alam maupun pada
dewa-dewa dan menjadi obyek pemujaan, diberi nama Kami.4
Agama Shinto adalah agama warisan Nenek Moyang atau agama lokal di
Jepang yang secara turun temurun ada generai penerusnya. Pada awalnya,
kepercayaaan masyarakat Jepang disebut “Kami no Michi”, yang bermakna jalan
dewa. Nama Shinto baru digunakan setelah masuknya agama Budha dan
Konfusius. Pemberian nama Shinto sebenarnya dimaksudkan untuk menyebut
kepercayaan asli bangsa Jepang.5 Nama Shinto dari beberapa pendapat, yakni
dianggap sebagai perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna ‘jalan langit’
dari aliran Chan, sebuah sekte agama Budha mazhab Mahayana di Tiongkok, dan
menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di Jepang. Shinto berasal dari kata
majemuk “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah Roh dan “To” adalah “jalan”.
Jadi Shinto mempunyai arti lafziyah “jalannya roh”, baik roh yang telah
meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Namun ada pendapat lain dari bahasa
Cina yaitu “Shen-Tao” untuk membedakan antara Kami-no-michi, jalan para
dewa bangsa Jepang dengan Butsodo atau Budha-Thao, Jalan Budha. 6 Dalam
istilah Shinto atau disebut dengan Shintoisme adalah paham yang berbau
keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang samapai sekarang. Shintoisme
merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek
moyang bangsa Jepang yang dijadikan sebagai pegangan hidup. Tidak hanya
rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme, melainkan pemerintah juga
harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.7
4
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 33.
5
M Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSoD,
2015), h. 308-310.
6
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 34.
7
M Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, h. 308.
7
Dalam beberapa literatur mengatakan bahwa agama Shinto di bawa atau
dikenal kan sejak zaman suku Yamato kira-kira abad ke 4 Masehi, suku Yamato
berhasil menguasai Jepang bagian tengah dan selatan. Lambat laun mite suku
Yamato dingaap mempunyai mite dan tradisi yang lebih unggul dari pada suku
lainnya pada saat itu dan dijadikan dasar utama kepercayaan masyarakat Jepang
tentang asal-usul kedewaan dan kelebihan bangsa Jepang dengan bangsa-bangsa
liannya. Asal-usul mengenai alam dan dunia ini, khususnya kepulauan Jepang.
Mereka mempercayai ada 3 dewa yang muncul dalam pembentukan alam dan
dunia, yang merekan sebut dengan Tiga Kami Pencipta. Kemudian muncul pula
dua dewa selanjutnya yang memperoleh perhatian dan tempat istimewa dalam
agama Shinto, yaitu dewa Izanagi dan dewi Izanami. Keduanya menciptakan
kepulauan Jepang lengkap dengan para dewanya. Seperti dewa air, dewa bumi,
dewa gunumg dan sebagainya, dan hal-hal penting yang berkaitan dengan alam
ini. Setalah melahirkan dewa api, Izanami menginggal dunia, dan kemudian
menjadi Dewi Tanah Yomi, tempat orang-orang yang telah mati. Ketika Izanagi
pergi mengunjungi ostrinya yang telah mati ia melanggar suatu pantangan
sehingga membuat dririnya kotor dan berdosa, oleh karena itu Izanagi
membersihkan diri dengan melakukan upacara pensucian. Ketika sedang
melaksanakan pensucian di air, mata sebelah kirinya keluar Dewi Matahari,
Amaterasu, dan mata sebelah kanannya terjadi Dewi Bulan, Tsuki Yomi. Dewi
Amaterasu mempunyai seorang cucu yang bernama Ninigimiko, yang ditugaskan
untuk memerintah dunia disertai jaminan bahwa ia akan memerintah dunia untuk
selama-lamanya. Ia turun di daerah Kyushu. Putranya, Jummu Tenno, adalah
kepala suku Yamato yang pertama dan juga kaisar Jepang pertama kali. Dari garis
inilah kemudian agama Shinto menanamkan kepercayaan di kalangan masyarakat
Jepang. Saat suku Yamato berkuasa, kultus dan keragaman tradisi keagamaan
mulai dipersatukan dan terorganisasikan ke dalam suatu bentuk pemerintahan
agaman dengan suatu sitem ritus yang dipusatkan pada Dewi Matahari, meskipun
masih dalam keadaan tanpa nama.8
8
A. Mukti Ali, dkk, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press,
1988), h. 236-237.
8
Bangsa Jepang kemudian bertemu dengan kebudayaan Tiongkok, yang
sudah memiliki kepercayaan terorgaisir yaitu agama Tao, Konfusious dan Buddha
memasuki Jepang. Kira-kira abad ke 4 M, agama Konfisius memasuki Jepang.
Pada Tahun 405, seorang sarjana korea bernama Wani memperkenalkan ajaran
etika Konfusius dan berbagai paham dualism Tao. Dalam pembaharuan yang
dilakukan pada tahun 645 M agama Konfusius memainkan peran penting.
Pengaruhnya mewarnai bahasa, tingkah laku dan kesadaran moral rakyat Jepang,
sehingga sulit membedakan unsur-unsur Konfusius dengan yang bukan
Konfusius. Sesudah pembaharuan kekaisaran pada pertengahan abad 19,
keterkaitan agama Konfusius dan agama Shinto sangat kuat dan perpaduan moral
dan tingkah laku bangsa Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Baru pada saat
berakhirnya Perang Dunia II mengalami perubahan, meskipun dalam tataran
pengaruh pemikiran religious Konfusius tetap berakar kuat dalam kehidupan
spiritual masyarakat Jepang sekarang, meskipun tidak pernah disusun dalam
bentuk organisasi keagamaan yang berdiri sendiri.9
Pada abad ke -6 Masehi suku Yamato berkuasa, mulai lah pada abad itu
masuk agama Budha masuk ke Jepang dari Tiongkok memlalui Korea. Satu abad
kemudian, agama Budha berkembang dengan pesat, bahkan lama kelamaan
mengalahkan popularitas agama lokal yang menjadi kepercayaan asli masyarakat
9
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 35.
10
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 35.
9
Jepang. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto, para
pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Budha kedalam sistem
keagamaan mereka. Akibatnya, agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian
besar jati dirinya. Misalnya tempat-tempat ibadahnya, upacara keagamaannya dan
sistem kepercayaan mereka telah dipengaruhi oleh agama Budha.11
Sejak masa restorasi meiji (1868-1912) hingga akhir perang dunia dua,
Shinto merupakan agama resmi di Jepang. Agama Shinto yang mengajarkan
11
M Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, h. 311-312.
12
Djam’annuri, Agama Jepang (Yogyakarta: PT Bagus Arafah, 1981), h. 13.
10
penyembahan Kami, dapat diartikan sebagai dewa, roh alam, atau sekedar
kehadiran spiritual. Namun, setelah perang dunia dua, Shinto kehilangan statusnya
sebagai agama resmi.13
13
http://Research-dashboard.binus.ac.id, diakses pada 3 Desember 2020.
14
M Ali, Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, h. 313.
11
645 M kaisar Kotoku merestui agama Buddha dan menyampingkan Kami
no Michi. Sedangkan pada tahun 671 M sang Kaisar membelakangi dunia
dan mengenangkan pakaian rahib.
c) Masa sinkronisasi secara berangsur-angsur antara agama Shinto dengan
tiga ajaran lainnya, yaitu dari tahun 800 M sampai 1700 M, yang masa
dalam sembilan abad itu pada akhirnya lahir Ryobu Shinto yang didirikan
oleh Kubo Daishi (774-835 M) dan Kita Batake Chikafuza (1293 – 1354
M) dan Ichijo Kanoyoshi (1465-1500 M).15
Ahirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai sekarang, hal itu
tidaklah aneh karena orang jepang tidak menolak kepercayaan apapun yang
masuk negrinya, asalkan tidak menggangu keselamatan Negara, tujuan utama bagi
pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan dalam kehidupan dunia, mereka
menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam
menjalankan hidup ini dari abad keabad kultus (kebaktian) terhadap roh nenek
moyang selalu berubah bentuknya tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama.16
15
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor , h. 32.
16
http://hmjperbandinganagama.blogspot.com/2011/03/agama-shinto.html, diakses pada
3 Desember 2020.
12
Pada abad ke-19 tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan menjadi
agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta
pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan
ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, Sebab saat itu taat kepada
ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara
dan politik negara.
Zaman Edo atau sering juga disebut masa Tokugawa adalah zaman yang
sangat berpengaruh bagi Jepang modern, bukan hanya karena zaman ini adalah
satu masa sebelum Restorasi Meiji yang menjadi gerbang modernisasi di Jepang
tetapi karena pada masa ini unsur-unsur budaya Jepang berkembang dengan pesat.
Berbagai kemajuan Jepang dicapai pada masa ini, mulai dari lahirnya berbagai
bentuk kesenian sampai sistem perekonomian yang maju, masyarakatnya pun
tidak hanya mengalami kemajuan tetapi juga menjadi landasan terbentuknya
masyarakat Jepang modern.
17
Hamzon Situmorang, Perubahan Kesetiaan Bushi dari Tuan kepada Keshogunan
dalam Feodalisme Zaman Edo (1603-1868) di Jepang, Medan: USU Press, 1955, h. 41.
13
3) Periode ketiga tahun 1855-1867
14
Kojiki. Karyanya dianggap sebagai bintang penerang agama Shinto. Pengikut
Norinaga yaitu Hirata Atsutane (1776-1843) tak hanya melanjutkan usaha
Norinaga tapi juga mempraktekan dan menjadikannya sebagai landasan
kebangkitan agama Shinto. Ia mengkritik agama Budha, Konfusius dan Kristen.
Dan pada tahun 1811, menerbitkan karyanya yang berjudul kodo–taii (pokok-
pokok ajaran kuno).
Pada masa restorasi Meiji (1868), gerakan untuk memurnikan agama Shinto
mencapai hasil berupa Shinbutsi Bunri, yaitu pemisahan agama Shinto dengan
agama Budha dengan poin-poinnya :
a) Sejak saat itu dewa-dewa agama Shinto tidak boleh disamakan dengan
Bosatsu (Bodhisattva).
b) Kitab-kitab suci tidak lagi boleh dibaca oleh orang-orang budha di
hadapan para dewa agama Shinto.
c) Tidak lagi diperbolehkan berperan serta dalam peribadatan agama Shinto.
d) Pemerintah Meiji berusaha keras untuk mendirikan negara yang
didasarkan agama asli Jepang.
15
Pada tahun 1889, pemerintah menetapkan Undang Undang Meiji. Lalu pada
tahun 1890, dikeluarkan piagam pemerintah mengenai kependidikan yang
mementingkan keselarasan dan kesetiaan sosial terhadap Kaisar. Meskipun UU
Meiji tahun 1889 memberikan jaminan adanya kemerdekaan beragama, namun
kebijaksanaan pemerintah mengenai pembedaan agama menjadi agama resmi dan
tidak resmi tetap dipegang teguh oleh pemerintah. Kelompok pertama adalah
Kokka Shinto yang merupakan kelompok agama yang diakui resmi oleh
pemerintah. Kelompok kedua disebut Kyoha Shinto, yang sekte agama Shinto.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agama shinto di Jepang itu tumbuh dan hidup dan berkembang dalam
lingkungan penduduk, bukan datang dari luar. Nama asli agama itu ialah
Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Shinto (dari bahasa Cina Shen
dan Tao, yang berarti "Jalan dari Jiwa-jiwa") disebut Kami-no-michi dalam
bahasa Jepang, kami adalah banyak Dewa atau jiwa alam. Agama Shinto
timbul pada zaman Prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal
dengan pasti. Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok
maka nama asli itu terdesak kebelakang oleh nama baru, yaitu Shin-To.
Nama baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan langit.
2. Dari uraian diatas dapat disimpulkan tahapan perkembangan agama Shinto
kepada tiga tahapan yaitu :
a) Masa perkembangan dengan pengaruh mutlak sepenuhnya di Jepang,
dari tahun 660 SM sampai tahun 552 M, di dalam masa dua belas abad
lamanya.
b) Masa berasimlilasi dengan agama Budha, Konghuchu dan ajaran Tao
masuk ke Jepang, dari tahun 552 M samapai tahun 800 M, dalam
masa dua setengan abad itu agama Shintho beroleh saingan berat.
Pada tahun 645 M Kaisar Koyoku merestui agama Bufha dan
menyampingkan Kami-no-michi.
c) Masa sinkronisasi secara berangsur-angsur antara agama Shinto
dengan tiga ajaran agama lainnya, yaitu dari tahun 800 M samapai
tahun 1700 M. Yang dalam masa sembilan abad itu pada akhirnya
lahir Ryobu-Shinto di bangun oleh Kobo-Daishi (774-835 M) dan
Kitabake Chikafuza (1293-1354 M) dan Ichijo Kanoyosi (1465-1500
M) dan lainnya (Sou’yb 1996:209).
17
B. Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak salah dan kurangnya.
Untuk itu demi kemajuan dan perbaikan kedepan penulis mengharap saran dan
kritiknya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
http://agama-agamadunia2017ih3akelompok7.blogspot.com/2017/11/asal-usul-
dan-sejarah-agama-shinto_61.html, “Asal-Usul Dan Sejarah Agama
Shinto”, diakses pada 3 Desember 2020.
19