Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

JEPANG PADA MASA BAKUFU


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur

Dosen Pengampu : Deka Maita Sandisenin, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

1. Rodiah Harahap
2. muhammad rafli

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang " Jepang Pada Masa Bakufu " ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Namun
berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari dosen mata kuliah Sejarah Asia
Timur, serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami berharap dengan penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan bagi para
pembaca umumnya.
Dalam kesempatan ini kami dengan ikhlas menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Ibu Deka Maita Sandisenin, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah
Asia Timur yang telah membimbing penyusun dengan penuh tanggung jawab
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Padangsidimpuan, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1


B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Dualisme Kepemimpinan Jepang Masa Bakufu......................................3


B. Penyerbuan Bangsa Mongol....................................................................4
C. Kedatangan Bangsa Barat........................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebelum tahun 1868, Jepang merupakan negara yang penuh
pergolakan dalam negeri, sering terjadi perang saudara atau perang antar klan
samurai untuk memperebutkan kekuasaan di Jepang. Pada awalnya kaum
samurai dimulai oleh keluarga Yamato, yang muncul sebagai klan terkuat di
Jepang pada abad ketujuh masehi. Kata samurai berarti “orang yang
melayani” dan diberikan kepada mereka yang lahir di keluarga terhormat dan
ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga Kekaisaran.
Jepang semula dipimpin oleh Kaisar, dalam perkembangannya diganti
oleh pemerintahan Shogun. Akar terbentuknya kemaharajaan (kekaisaran)
Jepang muncul pada masa wangsa Yamato, yang mempersatukan bangsa
Jepang menjadi satu bangsa yang lebih sadar akan kesatuannya itu .
Jimmu Tenno adalah Kaisar pertama Jepang. Keluarga Yamato
kesulitan dalam mempertahankan pemerintahan sentralisasi negara dan mulai
mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan penarikan pajak kepada
mantan-mantan pesaing yang berfungsi sebagai gubernur. Saat pemerintahan
Yamato lemah, gubernur-gubernur lokal semakin kuat, mandiri dan secara
perlahan meningkatkan anggota pasukan samurainya.
Di antara beberapa agama yang dianut oleh orang Jepang, Shintoisme
adalah agama yang tertua dan dapat dianggap sebagai agama pribumi orang
Jepang. Berbeda dengan agama Budha, Konfusianisme, Katholik, Protestan,
Islam, yang masuk pada jaman sejarah, agama Shinto tidak diketahui kapan
mulai muncul. Kata Shinto berasal dari bahasa China yang berarti jalan para
dewa, pemujaan para dewa, pengajaran para dewa, atau agama para dewa.
Shin berarti kami, yaitu dewa, dan to berarti jalan.
Meskipun mempunyai satu nama, agama ini merupakan gabungan
kepercayaan primitif yang sukar untuk digolongkan menjadi satu agama,
bahkan sebagai suatu sistem kepercayaan. Oleh karena agama ini lebih tepat
dianggap sebagai suatu gabungan dari kepercayaan primitif dan praktek-
praktek yang berkaitan dengan jiwajiwa, roh-roh, hantu-hantu, dan

1
sebagainya. Dalam ajaran Shintoisme, Jepang harus dipimpin oleh seorang
kaisar, sedangkan pada masa keshogunan, Jepang secara militer dipimpin
oleh seorang shogun.
Kaisar hanya memerintah secara sipil saja. Pada masa zaman Heian
yang menonjolkan peranan keluarga Fujiwara sebagai pemegang kekuasaan
di Jepang ternyata membawa Jepang berada jauh dari kemakmuran.
Pemerintahan Keluarga Fujiwara yang kurang memperhatikan nasib rakyat
dan menggunakan sistem pembagian tanah kepada biara, kuil, pegawai tinggi,
dan bangsawan tanah-tanah yang luas bebas dari pajak secara tidak langsung
sangat berdampak pada perekonomian rakyat Jepang yang diakibatkan sistem
pungutan pajak yang sangat memberatkan rakyat kecil. Di sisi lain, kaum
bangsawan sangat menuai kemakmuran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dualisme kepemimpinan jepang masa bakufu ?
2. Bagaimana penyerbuan bangsa mongol ?
3. Bagaimana kedatangan bangsa barat ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dualisme kepemimpinan jepang masa bakufu.
2. Untuk mengetahui penyerbuan bangsa mongol.
3. Untuk mengetahui kedatangan bangsa barat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dualisme Kepemimpinan Jepang Masa Bakufu


Jepang adalah salah satu wilayah yang cukup berpengaruh dalam
khasanah sejarah Asia Timur, selain China dan Korea. Bermacam teori turut
pula meramaikan bursa asal muasal munculnya peradaban bangsa matahari
ini. Salah satu teori mengatakan bahwa bangsa Jepang terdiri dari kumpulan
migrasi bangsa China yang nglurug ke kepulauan paling pojok timur Asia ini
lewat semenanjung Korea. Akan tetapi ada pula kalangan yang mengatakan
bahwa peradaban bangsa Jepang berawal dari kepulauan selatan territorial
Jepang, sebuah teori yang tak bisa dipandang sebelah mata sebagai suatu
bukti bahwa Jepang tak hanya mengekor dari tetangganya dlam hal
peradaban.
Dengan tidak begitu saja menghiraukan pertentangan di atas, kita
tentunya sepakat bahwa bangsa Jepang tak diragukan lagi termasuk dalam
jajaran atas kampium para punggawa bangsa Asia Timur yang mampu
mempengaruhi laju sejarah Asia, bahkan mungkin dunia.
Terlepas dari keberagaman masyrakat yang membentuk Jepang, akan
tetapi yang pasti bangsa ini seperti disatukan dalam naungan Dewa Matahari
sebagai suatu identitas bagi mereka. Dalam kesejarahan Jepang bangsa ainu
dianggap sebagai penduduk asli dari wilayah ini, kemudian dominasi mereka
pelan-pelan tergeser oleh penetrasi para pendatang dari Asia daratan yang
menyeberang lewat selat Korea.
Keadaan geografis wilayah Jepang yang terkesan bergunung-gunung
dapat dikatakan tak akrab sama sekali jika dialokasikan sebagai daerah
pertanian. Dapat disimpulkan kurang dari 40 persen wilayah Jepang sama
sekali tak akrab untuk membentuk kehidupan agraris. Kerasnya perjuangan
hidup di kawasan ini mau tak mau turut membentuk mental masyarakat
mereka menjadi pekerja keras, berdisiplin tinggi, dan yang paling penting
pantang menyerah.

3
Aktivitas pemerintahan dengan bentuk kekaisaran pertamakali tercium
oleh sejarah yaitu terjadi pulau Shikoku. Monarki ini kemudian meluaskan
pengaruh mereka sampai pada pulau terbesar, Honshu. Akan tetapi lain dari
warna monarki di belahan bumi lain, monarki Jepang tak seperti yang mudah
dibayangkan orang, karena dalam kehidupan monarki bangsa ini dapat
dikatakan bahwa kedudukan kaisar hanya sebagai perlambang atau symbol
belaka. Untuk selebihnya kesejarahan masa ini hanya berkutat dengan
perebutan kekuasaan dan pengaruh antar shogun.
Perebutan posisi toryo (puncak pimpinan shogun) pada umumnya
didalangi oleh tiga keluarga besar dibelakang masing-masing kepentingan
mereka. Adalah klan Taira, Minamoto dan Fujiwara, tiga sisi kekuatan besar
yang saling bertikai pada awal masa keshogunan. Akhir Pemberontakan Heiji
(1160) telah mengangkat Taira no Kiyomori menjadi penasehat kaisar
menggantikan Fujiwara yang berkuasa sebelumnya. Lewat jalan perkawinan
kaisar dengan seorang gadis Taira telah memberikan alur tersendiri bagi era
kekuasaan mereka. Pada masa ini praktis raja hanya sebagai simbol belaka.
Dapat dikatakan bahwa kebijakan kekaisaran pada masa ini hanya berpangkal
dari kepentingan klan Taira semata.Ulah klan Taira ini serta merta mendapat
respon negatif dari golongan Minamoto.
Berpangkal dengan kemenangan pada Perang Gempei
(1185), Minamoto no Yoritomo berhasil menggeser dominasi Taira. Pada
tahun 1192 ia mendapat gelar Seii Taishogun (pemimpin militer) di
Kyoto. Minamoto no Yoritomo kemudian mendirikan markas besar di
Kamakura, sedangkan kaisar tetap di Kyoto. Semuanya ini adalah permulaan
dari kekuasaan bakufu oleh keluarga samurai secara turun-temurun yang
memerintah sampai kekuatan kekaisaran kembali berkuasa di tahun 1868.

B. Penyerbuan Bangsa Mongol


a. Bakufu Kamakura (1185-1333)
Pemerintahan bakufu Kamakura diawali dari kemenangan
gemilang klan Minamoto atas status quo Taira pada perang Gempei
(1185). Dalam peperangan ini Minamoto no Yoritomo berhasil

4
memusnahkan seluruh klan Taira termasuk kaisar mudanya yaitu kaisar
Antoku.
Pasca kudeta brilian oleh Minamoto, pusat kekuasaan kemudian
difokuskan di Kamakura, inilah langkah awal dari periode bakufu
Kamakura. Fenomena bakufu Kamakura juga merupakan suatu tonggak
dualisme kekuasaan yang terjadi di Jepang. Pemerintahan sipil di Kyoto
dan pemerintahan militer di Kamakura.
Lembaga administrative pertama yang di bentuk di Kamakura
yaitu:
 Samurai dokoro, sebuah lembaga yang dalam peranannya
mengawasi dan mengkoordinasi para samurai Minamoto.
 Mandoko, lembaga urusan umum.
 Manchuyo, lembaga urusan peradilan.

Untuk mengendalikan dan pengawasan para smurai yang tersebar


di masing-masing propinsi diangkat para penanggungjawab tiap-tiap
propinsi yang disebut dengan shugo. Sedangkan seorang pengawas tanah
sekaligus penarik pajak yang ditugaskan pada tiap shoen (setingkat
kabupten) disebut jito. Gambaran kasar struktur kekuasaan tadi itulah yang
kemudian disebut sebagai bakufu. Pada umumnya pengenalan istilah
kekuasaan bakufu dimulai pada masa Minamoto no Yoritomo. Akan tetapi
kekuasaan-kekuasaan shogun setelah ini pun masih akrab disebut
sebagai bakufu. Ditambah gelar Seiitai Shogun yang diperoleh di Kyoto
maka lengkaplah sudah kekuasaan bakufu Kamakura di bawah Yoritomo.

Setelah wafatnya Yoritomo, tampuk kekuasaan bakufu Kamakura


mengalami kemelut perebutan kekuasaan yang cukup panjang. Akan tetapi
disela-sela kecamuk intern pimpinan pada masa ini Jepang mengalami
serangan dari pihak luar pula. Adalah pasukan Mongol yang menyerbu
Jepang lewat Kyushu utara pada tahun 1274 dan 1281 setelah permintaan
upeti mereka ditolak oleh shogun.

Serbuan pertama bangsa Mongol dapat ditahan oleh pertahanan


militer Jepang. Namun pada serangan ke dua pasukan Mongol yang akan

5
menyerbu Jepang disapu badai, badai inilah yang kemudian disebut
sebagai kamikaze, dimana telah menolong Jepang dari serbuan orang
asing.

Pada zaman Kamakura kemajuan terjadi dalam bidang pertanian


dengan dibukanya areal pertanian baru yang berimbas pada meningkatnya
tingkat produksi beras. Perdagangan meluas dan berkembang tidak hanya
di kota tetapi juga di shoen. Pada masa ini eksport Jepang meliputi: pasir
emas, air raksa, belerang, dan pedang. Dalam keagamaan Budha muncul
aliran diantaranya: sekte jodo, sekte shin, sekte tendai dan shigon,
sekte zen, sekte nichiren. Bidang sastra pada masa ini pun dapat dikatakan
mengalami kemajuan.

b. Bakufu Muromachi (1333-1576)


Akibat serangan Mongol walaupun tidak mengakibatkan Jepang
jatuh pada kekuasaan asing namun mau tak mau telah mengakibatkan
melemahnya kekuasaan shogun. Sebuah situasi yang disandang shogun
berstatus quo ini digunakan seorang kaisar bernama Go Daigo untuk
mencoba menumbangkan shogun. Pemberontakan pertama dilakukan oleh
Go Daigo pada tahun 1331 namun usaha ini menuai kegagalan, dan ia pun
harus rela dibuang di pulau Oki.
Pada tahun 1333 Go Daigo berhasil lari dari pengasingannya untuk
kemudian kembali mencoba menggulingkan shogun dengan bantuan para
samurai yang tak puas atas pemerintah. Pemerintahan Kamakura
kemuadian mengirim jenderal Ashigaka untuk menumpas para
pemberontak, akan tetapi apa mau dikata karena Ashigaka sendiri pun
ternyata membelot pada pihak pemberontak.
Kekuatan yang berlipat pada para pemberontak telah memunculkan
tonggak tersendiri bagi kekuasaan kaisar Go Daigo. Kaisar mengawali
pemerintahannya dengan suatu langkah kontroversial yang mana
menempatkan samurai berkedudukan sama dengan bangsawan. Peristiwa
ini kemudian popular disebut sebagai reatorasi Kemmu. Kemungkinan
besar atas langkah kaisar tadilah yang menyebabkan para samurai tidak

6
puas atas kebijakan penguasa, maka Ashigaka kembali menghidupkan
pengaruh militernya sebagai wujud ketidak setujuannya terhadap kaisar.
Maka masa-masa pasca fenomena tadi sangat kental akan kemelut
kekuasaan, sampai saat Ashigaka Yoshimitsu berhasil meredakan kemelut
dan menenangkan keadaan. Pemerintahan Ashigaka Yoshimitsu popular
disebut sebagai bakufu Muromachi.
Pada zaman ini juga terjadi kekuasaan lokal yang cukup kentara
dari para shugo yang mempunyai kekuasaan berlebihan di wilayahnya,
kemudian disebut sebagai daimyo. Masalah kemudian timbul ketika para
samurai ternyata tidak menaruh kesetiaan pada para shogun dan kaisar
akan tetapi mereka malah menaruh kesetiaannya pada para daimyo di
propinsi masing-masing. Sementara itu kekalutan polik mencapai
puncaknya pada tahun 1467-1477 dimana peperangan terjadi dimana-
mana, zaman ini kemudian dikenal sebagai zaman sengoku jidai.

C. Kedatangan Bangsa Barat


a. Periode Momoyama (1576-1600)
Selama Periode Momoyama (1576-1600) ditandai oleh Oda
Nobunaga. Ia adalah seorang daimyo terkenal dari kawasan Nagoya
(propinsi Owari) dan salah satu cermin samurai yang luar biasa pada
zaman Sengoku. Oda Nobunaga telah menciptakan organisasi dan taktik
perang yang cukup maju. Berkat kebrilianan otaknya ia mampu
menumbangkan era kesogunan Ashigaka. Oda Nobunaga tewas pada
tahun 1582 di tangan Akechi Mitsuhide yang ironisnya adalah
pengikutnya sendiri.
Pasca Oda Nobunaga laju pemerintahan ditentukan oleh Toyotomi
Hideyoshi. Pengangkatan tampuk kepemimpinan dipegang oleh
Hideyoshi, selepas ia mampu membalaskan penghianatan Mitsuhide
dengan membunuhnya. Toyotomi Hideyoshi menjadi menteri utama pada
tahun 1586. ia berasal dari kalangan keluarga petani miskin. Tindakannya
yang paling monumental adalah menciptakan undang-undang yang
menetapkan hanya kaum samurai yang boleh membawa senjata. Sangat
penting disadari bahwa pada masa ini perbedaan antara samurai dan

7
penduduk sipil amat tipis. Namun sampai abad 17 pertikaian antar klan
samurai telah mengakibatkan sebagian samurai turun kasta menjadi
penduduk biasa. Penyebaran agama Kristen selama era Kristen (1543-
1640) pada mulanya bisa ditoleransi, namun kemudian ditekan karena
dianggap sebagai ancaman. Asal tahu saja, bahwa pada masa ini pengaruh
Eropa lewat perpanjangan tangan Portugis telah mampu menyentuh
bangsa Jepang. Kekhawatiran Jepang atas penetrasi Kristen telah pula
membawa ajal lusinan biarawan Kristen.

b. Periode Tokugawa (1600-1867)


Kekuasaan bakufu Tokugawa diawali dengan naiknya Tokugawa
Ieyasu sebagai shogun. Salah satu langkah tersendiri yang cukup
signifikan dilakukan pada masa Ieyasu adalah penanganan masalah
daimyo. Daimyo yang pada periode sebelumnya terkesan menjadi sebuah
musuh dalam selimut dan biang dari segala kerusuhan serta
pemberontakan kini ditangani dan diawasi denagan lebih
seksama. Daimyo Tozama diawasi dari dua arah Kyoto dan Edo.
Dalam bidang sosial, khususnya bagi bangsawan militer berlaku
kode etik Bhuke Shonato, suatu kode kependekaran. Dalam bidang
kebudayaan dan religi terjadi perkembangan pesat pada ajaran
konfusianisme. Ajaran Kristen yang pada mulanya disambut baik oleh
shogun kemudian dianggap ancaman ketika para pemeluknya memantik
pemberontakan Simabara. Penyiksaan dan pembunuhan besar-besaran
menimpa para pemeluk agama Kristen, orang asing, dan para biarawan.
Shogun Tokugawa di bawah Iemari (1787-1837) ditandai dengan
kemerosotan moral yang tinggi, munculnya shintoisme telah menikkan
pamor kaisar sebagai keturunan dewa matahari. Factor-faktor di ataslah
yang kemudian secara pelan tapi pasti telah memerosotkan citra shogun.
Mungkin tanpa disadari oleh klan Tokugawa sendiri bahwa
fenomena-fenomena tadi merupakan awal berakhirnya masa bakufu yang
telah mengakar pada masyarakat Jepang.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa keshogunan pemerintahan Jepang menerapkan sistem
pemerintahan yang menempatkan Shogun sebagai pemimpin tertinggi
yang memiliki kekuasaan penuh, sedangkan kaisar hanya sebagai simbol
pimpinan struktur bernegara.
Pasukan Mongol yang menyerbu Jepang lewat Kyushu utara pada
tahun 1274 dan 1281 setelah permintaan upeti mereka ditolak oleh shogun.
Serbuan pertama bangsa Mongol dapat ditahan oleh pertahanan militer
Jepang. Namun pada serangan ke dua pasukan Mongol yang akan
menyerbu Jepang disapu badai, badai inilah yang kemudian disebut
sebagai kamikaze, dimana telah menolong Jepang dari serbuan orang
asing.
Datangnya berbagai bangsa barat di jepang seperti orang-orang
portugis, spanyol, inggris yakni ketika negeri jepang itu sedang memasuki
zaman keshogunan muramachi atau zaman sengoku yang dimulai sejak
abad ke 14. Namun sampai abad 17 pertikaian antar klan samurai telah
mengakibatkan sebagian samurai turun kasta menjadi penduduk
biasa. Penyebaran agama Kristen selama era Kristen (1543-1640) pada
mulanya bisa ditoleransi, namun kemudian ditekan karena dianggap
sebagai ancaman. Asal tahu saja, bahwa pada masa ini pengaruh Eropa
lewat perpanjangan tangan Portugis telah mampu menyentuh bangsa
Jepang. Kekhawatiran Jepang atas penetrasi Kristen telah pula membawa
ajal lusinan biarawan Kristen.

B. Saran
Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan penulis
untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga minta maaf apabila ada
penulisan atau ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agung, S. L. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Gottschalk, L. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto dari


Understanding History a Primer of Historical Method. Jakarta: UI Press.

Handayani, S. 2014. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. Jember.

Ishii, R. 1988. Sejarah Institusi Politik Jepang. Jakarta: Gramedia

Lan, N. J. 1962. Djepang Sepandjang Masa. Jakarta: PT Kinta.

Mattulada. 1979. Pedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural “Perasaan


Kepribadian” Orang Jepang). Kyoto: Depdikbud.

Nawawi, H. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yagyakarta: Gadjah Mada


University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai