M.G. Amanullah
Sejarah Jepang | i
SEJARAH JEPANG
Dari Zaman Pra-Sejarah hingga Modern
Penulis:
M.G. Amanullah
ISBN: 978-623-8455-05-8
Copyright © Desember 2023
Penerbit:
PT. Pustaka Saga Jawadwipa
Jl. Kedinding lor Gang Delima No.4A Surabaya
Nomor Kontak: 085655396657
Buku ini dilindungi oleh Pasal 113 UU Nomor 28 tahun 2014 tentang
Hak Cipta. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii | MG. Amanullah
PRAKATA
A
lhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas
terselesaikannya penyusunan buku berjudul “Sejarah Jepang”
ini. Buku ini disusun dengan tujuan menyediakan alternatif
sumber informasi bagi mereka yang tertarik mempelajari seluk beluk
negara bernama: Jepang.
iv | MG. Amanullah
Untuk keluarga tercinta:
TRN & MA.
Sejarah Jepang | v
Bila seekor burung
tidak mau berkicau:
Tunggu...........!
(Tokugawa Ieyasu)
vi | MG. Amanullah
DEMOGRAFI JEPANG
Jepang adalah negara kepulauan empat musim yang terletak di bagian
paling timur Asia dengan lebih dari 6.800 pulau, membentang dari
ujung utara Hokkaido hingga pantai tropis Okinawa di selatan. Posisi
geografis Jepang yang terletak di antara lempeng tektonik Eurasia dan
Amerika Utara menjadikannya negeri yang dilewati cincin api dengan
banyak gunung api yang menjulang tinggi.
Jepang memiliki total luas sekitar 377.972 km2, dan hanya sekitar
122.000 km2 yang bisa dihuni. Sebagian besar wilayah Jepang terdiri
dari pegunungan dan daerah terpencil yang tidak cocok untuk dihuni.
Keterbatasan lahan hunian ini berdampak pada harga tanah dan rumah
yang tinggi di Jepang.
Pada tahun 2021, populasi Jepang mencapai sekitar 126 juta orang,
dengan kepadatan penduduk yang tinggi yaitu 336 individu per
kilometer persegi. Meskipun memiliki populasi besar, Jepang dikenal
karena homogenitasnya dengan indeks keanekaragaman budaya
sebesar 0,0119, menjadikannya peringkat ketiga secara global setelah
Korea Selatan dan Samoa1.
Sejarah Jepang | 1
lainnya selain Shintoisme, Buddha, dan Kristen menyumbangkan 4%.
Menariknya, jumlah penganut agama melebihi jumlah populasi secara
keseluruhan, menunjukkan bahwa beberapa individu mungkin
mempraktikkan lebih dari satu sistem religi2.
2 | MG. Amanullah
ERIODISASI SEJARAH JEPANG:
DARI ZAMAN PRA-SEJARAH
HINGGA MODERN
Nama Zaman/Periode Tahun
JEPANG KUNO/AWAL/原始/genshi
Zaman Batu/旧石器時代 >10.000 SM
JEPANG KLASIK/古代/kodai
Zaman Asuka /飛鳥時代 538–710 M
JEPANG FEODAL/PERTENGAHAN/中世/chusei
Zaman Kamakura /鎌倉時代 1185–1333 M
Sejarah Jepang | 3
AWAL MODERN/近世/kinsei
Zaman Edo /江戸時代 1603–1868 M
JEPANG MODERN/近代/kindai
Zaman Meiji /明治時代 1868–1912 M
4 | MG. Amanullah
PERIODISASI SEJARAH JEPANG
Penamaan periodisasi sejarah Jepang yang digunakan dalam buku ini
tidak didasarkan atas pendapat subjektif penulis, tetapi mengacu pada
periodisasi yang digunakan dalam dunia akademik Jepang. Periodisasi
semacam ini juga telah diterima oleh komunitas internasional untuk
mempelajari sejarah Jepang. Berikut adalah penjelasan mengapa latar
belakang periodisasi Jepang memiliki nama-nama tersebut.
Sejarah Jepang | 5
Periode Awal Modern Jepang dinamakan berdasarkan ibu kota tempat
pemerintahan militer bakufu berada. Periode Edo menandakan periode
ketika pemerintahan bakufu dijalankan dari kota bernama Edo (yang
sekarang dikenal sebagai Tokyo).
6 | MG. Amanullah
BAB 1
ZAMAN BATU/ KYUSEKKI JIDAI
(旧石器時代)~10.000 SM
Ciri Zaman:
• Benua menyatu dengan Asia
• Migrasi dari benua Asia
• Berburu dan meramu
• Hidup komunal
• Berpindah-pindah/nomaden
• Penduduk/ budaya tidak cepat berkembang
• Alat dari batu
Sejarah Jepang | 7
Selanjutnya ada ras Negroid yang mewakili populasi di Benua Afrika.
Subkelompok Negrito meliputi populasi Afrika Tengah serta
semenanjung Melayu dan Filipina sementara Melanesian merujuk
kepada populasinya di Papua dan Melanesia.
Ada juga kelompok etnis khusus yang termasuk dalam kategori ini,
seperti suku Bushman yang tinggal di daerah gurun Kalahari di Afrika
Selatan, suku Veddoid yang mendiami pedalaman Sri Lanka dan
Sulawesi Selatan, suku Polinesia di kepulauan Mikronesia dan
Polinesia, serta suku Ainu yang bermukim di pulau Karafuto dan
Hokkaido di Jepang Utara.
8 | MG. Amanullah
Kehidupan Zaman Batu
Pada masa Zaman Batu, juga dikenal sebagai Kyusekki Jidai, sekitar
tahun 10.000 SM, Jepang mengalami perkembangan yang berbeda
dibandingkan dengan wilayah Asia lainnya. Pada saat itu, Jepang
masih terhubung dengan benua Asia melalui daratan yang sekarang
menjadi Selat Korea. Di Zaman Batu di Jepang, kehidupan masyarakat
masih sangat primitif dan bergantung pada alam sekitar.
Masyarakat primitif6
Sejarah Jepang | 9
Migrasi dari Benua Asia
10 | MG. Amanullah
geografis Jepang serta kurangnya interaksi dengan masyarakat di luar
wilayah tersebut. Manusia Jepang menggunakan batu sebagai bahan
utama untuk membuat berbagai alat. Mereka mengandalkan alat-alat
seperti kapak, pisau, dan panah yang terbuat dari batu dalam kegiatan
berburu, memproses makanan, dan aktivitas sehari-hari mereka.
Sejarah Jepang | 11
BAB 2
ZAMAN JOMON (縄文時代)
10.000 SM~300 M
(PRA-SEJARAH)
Ciri Zaman:
Mulai menetap di sekitar pantai dan laut. Mengumpulkan
kerang. (ditemukan sampah kerang bernama “kaizuka”.
Membuat rumah tancap di lubang bernama “tateanajukyo”.
Dihasilkan benda kreasi (gerabah corak tali).
Muncul animisme (Shaman/dukun).
Periode awal Jomon muncul sekitar 5.000 tahun yang lalu dan
merupakan periode perubahan dari masyarakat nomaden menjadi
masyarakat yang semakin menetap. Salah satu situs yang mewakili
“Jomon Awal” adalah Situs Hanawadai di Prefektur Ibaraki. Situs ini
berisi lima lubang rumah terpisah dengan jarak sekitar 10 meter.
12 | MG. Amanullah
Ketika permukaan air laut naik, beberapa dari mereka pindah ke
tempat yang lebih tinggi di daratan dan mendirikan pemukiman
sederhana. Kehidupan menetap memberikan masyarakat Jomon
banyak waktu luang untuk berinteraksi, memproduksi, dan
berkreativitas. Tinggal di daerah yang lebih tinggi membuat mereka
menyadari bahwa tanah dalam dapat dibentuk. Proses ini secara
perlahan menghasilkan kreasi dari tanah liat seperti berbagai jenis
gerabah, contohnya adalah pot datar yang dikenal dengan nama
Kurohama.
Masyarakat Jomon7
Sejarah Jepang | 13
dan kastanye. Stabilitas dalam mencari nafkah mengakibatkan
peningkatan populasi dengan cepat lagi-lagi. Kehidupan bersama yang
terorganisir mengakibatkan jumlah penduduk meningkat drastis8.
Kreasi tembikar pada era ini berkembang dari gaya sederhana gerabah
Kurohama ke fase Moroiso dengan desain yang lebih halus, canggih,
dan mengandung ornamen tajam. Bentuk keramik ini kerap ditemukan
di situs seperti Torihama (dekat Fukui saat ini) dengan berbagai jenis
yang disebut Katsusaka, Otamadai, dan Kasori E. Sebagai contoh,
keramik Katsusaka memiliki desain ular yang mencerminkan
hubungan erat antara masyarakat Joumon dan alam atau kekuatan
mistis.
dogu10
14 | MG. Amanullah
untuk melindungi diri dari malapetaka, membantu proses kelahiran
bayi, atau mengharapkan kesuburan.
Dalam hal pemakaman bayi, anak-anak, dan janin yang belum lahir,
dimasukkan ke dalam toples tanah liat khusus. Toples tersebut
ditempatkan secara tegak tanpa dasar atau dengan lubang di bagian
bawahnya. Pemakaman serupa juga dilakukan untuk orang dewasa di
mana tubuh ditempatkan dalam gerabah bentuk toples setelah melalui
jangka waktu tertentu sehingga tulang-tulangnya dapat diatur dengan
rapi di dalamnya. Pemakaman ini diduga dilakukan setelah orang
Sejarah Jepang | 15
tersebut dimakamkan dalam lubang dengan tubuh diletakkan dengan
lutut ditekuk, dan lubang bentuknya bulat atau oval11.
16 | MG. Amanullah
BAB 3
ZAMAN YAYOI (弥生時代)
300 SM~250 M
Ciri Kehidupan
Banyak ditemukannya artefak budaya di daerah Yayoi
(Tokyo).
Masuknya teknologi cocok tanam (padi).
Muncul kaya miskin, disparitas sosial, dan dominasi.
Muncul tuan tanah (gozoku), pertikaian antar tuan tanah.
Muncul kerajaan kecil atau “kuni”.
Muncul kuni/kerajaan Yamataikoku dipimpin Ratu Himiko.
Migrasi semakin intens dengan benua Asia.
Pengaruh benda, teknologi, budaya dari Asia makin kuat
(Yayoi). (alat logam, gerabah,)
Jalinan hubungan dengan kerajaan di Korea dan Tiongkok
makin kuat.
Padi merupakan makanan pokok yang tidak habis begitu saja saat
dikonsumsi oleh sebuah keluarga. Padi yang tersisa biasanya tidak
dibuang, melainkan disimpan. Pada masa itu, lumbung padi yang
berbentuk seperti rumah panggung menjadi tempat populer untuk
menyimpan padi. Namun sayangnya, tidak semua keluarga memiliki
simpanan padi di rumah mereka. Ada keluarga petani yang selalu
berhasil dalam panen padi dengan hasil melimpah, tetapi juga ada
yang selalu gagal dalam memproduksi padi. Hal ini bisa disebabkan
oleh hama atau bencana alam. Bagi keluarga petani yang berhasil
Sejarah Jepang | 17
selalu memperoleh panen bagus, simpanan padi mereka terus
bertambah. Namun bagi mereka yang selalu mengalami kegagalan
panen, stok padinya semakin menipis dan hidup mereka terjebak
dalam kemiskinan.
18 | MG. Amanullah
sebagai “gozoku” atau klan penguasa, identik seperti kepala desa
namun bagian dari klan terkuat di desa itu.
Salah satu suku atau kuni terkenal adalah Yamataikoku yang dipimpin
oleh Ratu Himiko, dimana diketahui juga memiliki hubungan dengan
Tiongkok dan mengirim utusan ke negara tersebut. Migrasi dari Asia
semakin meningkat selama periode Yayoi, yang secara besar
memperkuat pengaruh budaya, teknologi, dan benda-benda dari Asia.
Pada masa itu, keberadaan logam dan barang keramik menjadi ciri
khas budaya Yayoi. Selain itu, hubungan dengan kerajaan di Korea
dan Tiongkok semakin erat, menghasilkan pertukaran budaya yang
lebih intensif. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang pada
periode Yayoi ini, pengaruh budaya luar semakin terlihat.
Sejarah Jepang | 19
yang memiliki peranan penting dalam upacara dan ritual keagamaan
masyarakat Jepang pada periode Akhir Jomon.
Julukan 倭 (Wa) yang berarti “orang kerdil” ini tentu saja tidak
disukai oleh orang pada masa itu. Oleh karena itu, orang Jepang
nantinya di era Yamato menggantinya dengan nama aksara 和 yang
20 | MG. Amanullah
berbunyi “wa” pula, tetapi memiliki arti berlawanan dengan
sebelumnya, yang lebih bagus yaitu "harmoni" atau "perdamaian".
Sejarah Jepang | 21
di daerah Teluk Hakata di kepulauan Shikanoshima. Meskipun
Yamataikoku dan Ratu Himiko tidak pernah diakui sebagai bagian
dari garis keturunan kekaisaran Jepang saat ini, karena bukti-bukti
sejarahnya berasal dari Tiongkok bukan Jepang, mereka tidak
termasuk dalam Kojiki. Letak pasti kerajaan ini masih menjadi
kontroversi hingga kini.
22 | MG. Amanullah
BAB 4
ZAMAN KOFUN (古墳時代)
250~538 M
Ciri Zaman:
Muncul penguasa besar yang menguasai banyak kuni bernama
Gozoku 豪族/klan penguasa.
Para gozoku memilih pemimpin tertinggi untuk memimpin
mereka bernama Ookimi (大王) /raja besar yg nantinya
cikal bakal kaisar/天皇.
Para Ookimi berlomba membuat makam besar agar setelah
meninggal dikenang kebesarannya.
Paling banyak di daerah Kinki (dekat Osaka).
Arsitek dari Tiongkok/ Korea
Dikerjakan ribuan orang selama 3 tahun.
Dikelilingi oleh gerabah bernama “Haniwa”.
Terbesar milik Kaisar Nintoku.
Budaya benua Asia makin deras masuk (dibawa Toraijin 渡来
人(pendatang): iptek, teknik logam, tulisan Kanji, arsitektur,
agama Buddha,dsb.
古
墳 時 代 (Kofun Jidai) secara leksikal diterjemahkan
sebagai "Zaman Kuburan Kuno" atau "Zaman Gumpalan
Tanah Kuno". Istilah "古墳" (Kofun) berasal dari kata "古
" (Ko) berarti "kuno" atau "lama", sedangkan "墳" (Fun)
mengacu pada "gundukan tanah" atau "tumpukan tanah".
Sejarah Jepang | 23
Para Ookimi berlomba-lomba untuk membangun makam yang
besar/raksasa dan megah sebagai tanda penghormatan dan pengakuan
terhadap kebesaran mereka. Makam tersebut disebut “kofun” dan yang
terbesar terletak di daerah Kinki, dekat Osaka. Kofun ini dibangun
dengan melibatkan ribuan orang selama periode waktu yang cukup
lama. Konfun yang dianggap terbesar dan terluas di Jepang dapat
diurukan sebagai berikut:
1. Daisenryo Kofun: Terletak di Sakai, Prefektur Osaka. Kofun
ini memiliki panjang 486 meter, lebar 335 meter, dan tinggi
35 meter. Daisenryo Kofun dianggap sebagai makam Kaisar
Nintoku.
2. Nishioka Kofun: Terletak di Sakurai, Prefektur Nara. Kofun
ini memiliki panjang 435 meter, lebar 300 meter, dan tinggi
33 meter. Kofun ini dianggap sebagai makam Kaisar Richu.
3. Haze Nisanzai Kofun: Terletak di Sakai, Prefektur Osaka.
Kofun ini memiliki panjang 400 meter, lebar 260 meter, dan
tinggi 30 meter.
4. Kamiishizu Misanzai Kofun: Terletak di Sakai, Prefektur
Osaka. Kofun ini memiliki panjang 380 meter, lebar 250
meter, dan tinggi 25 meter.
5. Tateiyama Kofun: Terletak di Sakai, Prefektur Osaka. Kofun
ini memiliki panjang 375 meter, lebar 250 meter, dan tinggi
27 meter.
24 | MG. Amanullah
Kofun terbesar makam Kaisar Nintoku di Osaka
Periode Kofun juga ditandai dengan pengaruh budaya dari benua Asia
yang semakin kuat. Toraijin, istilah untuk sebutan pendatang dari
benua Asia (Korea dan Tiongkok), membawa serta pengetahuan
teknologi, teknik logam, tulisan Kanji, arsitektur, dan agama Buddha
ke Jepang. Pengaruh ini memberikan kontribusi penting dalam
perkembangan budaya dan peradaban Jepang.
Pada saat itu, arsitek dari Tiongkok dan Korea berperan penting dalam
merancang dan membangun kofun, yang menggambarkan adanya
hubungan erat antara Jepang dengan negara-negara tetangganya.
Pengaruh budaya dari benua Asia, terutama dari Tiongkok,
memainkan peran kunci dalam membentuk kehidupan sosial, politik,
dan agama di Jepang pada periode Kofun
Sejarah Jepang | 25
Proses Terbentuknya Kerajaan Yamato (大和)
Dengan tujuan untuk meningkatkan kekayaan dan kekuatan ekonomi,
terjadi persaingan antara “kuni” dengan “gozoku” sebagai
penguasanya. Melalui pertempuran dan negosiasi, pertempuran antar
kuni tersebut menghasilkan kerajaan besar. Ada kalanya pembentukan
kerajaan tersebut bukan dengan jalan penundukan tetapi memang
sengaja disatukan antara antara gozoku-gozoku yang sama-sama kuat.
Mereka menyatukan kekuatan untuk membentuk kerajaan agar kuat
menghadapi ancaman eksternal terutama dari daratan Asia. Melalui
cara inilah Kerajaan Yamato yang menjadi cikal bakal kekaisaran
Jepang saat ini terbentuk.
天皇 (Tenno)/kaisar
大王 (Oukimi) /raja
豪族 (Gouzoku)/klan/bagsawan
penguasa
大臣 (Daijin)/ menteri
大連 (Oumuraji)/pejabat tinggi
伴造 (Banzo)/kepala bagian
国造 (Kuninomiyatsuko)/kepala daerah
県主 (Agatanushi)/pemimpin lokal
部曲 (Beku)/kepala
名代 (Nadai)/bawahan
子代 (Kodai)/bawahan
部民 (Bumin)/rakyat biasa
26 | MG. Amanullah
豪族 (Gouzoku):
" 豪 族 " secara leksikal berarti "klan yang kuat" atau
"bangsawan".
"豪族" merujuk pada kelompok elit yang memiliki kekuasaan
dan pengaruh politik, ekonomi, serta sosial yang dominan pada
masa itu.
Para anggota "豪族" memiliki status sosial yang tinggi dan
kerap kali merupakan keturunan dari keluarga bangsawan.
Mereka memiliki kontrol atas wilayah, sumber daya, dan
masyarakat di sekitar mereka. Penguasa de-facto 国 (Kuni)
Pada zaman Yamato Asuka, persaingan antara klan-klan "豪族"
di daerah Kinai (Nara) semakin meningkat dalam upaya untuk
mempertahankan dominasi ekonomi dan politik mereka.
国 (Kuni):
"国" secara leksikal berarti "negara" atau "wilayah".
Pada zaman kuno Jepang, "国" mengacu pada federasi kecil
atau desa yang merupakan unit administratif terkecil yang di
dalamnya terdapat struktur pemerintahan atau hubungan politis
skala kecil.
豪族 (Gouzoku) kerapkali merupakan penguasa de-facto dari
“kuni” tersebut.
“Kuni” mengandalkan “gouzoku” untuk perlindungan dan
administrasi, dan mereka menyediakan basis dukungan bagi
klan untuk beroperasi.
Orang-orang yang tinggal di "国" adalah penduduk biasa yang
membentuk masyarakat lokal.
Seiring berjalannya waktu, jumlah "国" di Jepang berubah-ubah
dan adakalanya digabungkan atau dipisahkan berdasarkan
perubahan politik dan administratif.
Sejarah Jepang | 27
大王 (Oukimi):
"大王" secara leksikal berarti "raja besar".
Pada zaman Yamato Asuka, penguasa terkuat di antara klan-
klan "豪族" disebut "大王" atau "raja besar".
"大王" adalah pemimpin yang mampu menyatukan beberapa "
国" atau klan-klan kecil di bawah kekuasaannya.
Jika "大王" berhasil menyatukan klan-klan kecil di wilayah
tertentu, dan dianggap memiliki atau dimitoskan memiliki
mandat dari ilahi/langit, mereka bisa mendapatkan gelar
"tennou" atau "天皇".
天皇 (Tennou)
"天皇" secara leksikal berarti "raja dari langit", adalah gelar
yang diberikan kepada pemimpin tertinggi di Jepang, yang
dianggap memiliki keabsahan keturunan dari dewa-dewa.
Setelah menyatukan klan-klan kecil di bawah kekuasaannya,
seorang "大王" dapat mengambil gelar "天皇" dan menjadi
pemimpin tertinggi di Jepang.
" 天 皇 " memainkan peran simbolis dan religius dalam
masyarakat, dianggap sebagai penguasa spiritual dan pemimpin
nasional.
28 | MG. Amanullah
Tabel yang diberikan dalam pelajaran menunjukkan posisi hierarki
dalam pemerintahan Yamato, termasuk istilah seperti 大臣 (Daijin)
dan 大連 (OUmuraji) yang mewakili peran dalam pemerintahan pusat,
serta 国造 (Kuninomiyatsuko) dan 県主 (Agatanushi) yang mewakili
peran dalam pemerintahan regional atau lokal.
Selain itu, dalam kalangan rakyat biasa, ada juga kelompok khusus
yang dikenal sebagai “Shinabe", yang terdiri dari pengrajin terampil
seperti pembuat tembikar ("Sue-tsukuri-be") dan pekerja besi ("Kara-
kaji-be").
Sejarah Jepang | 29
BAB 5
YAMATO/ ASUKA (大和・飛鳥)
538~710 M
Ciri Zaman:
Muncul federasi yang kuat di daerah Yamato.(embrio negara
Jepang).
Pengaruh Buddha menyentuh kalangan kerajaan. (Resmi
diterima negara). Mulai banyak muncul kuil Buddha.
Mulainya masa sejarah Jepang karena mulai banyak
ditemukan catatan sejarah.
Dikirim secara resmi ekspedisi ke Tiongkok. (Ken Zui Shi).
Hal ini menandai Jepang resmi berguru ke Tiongkok.
Tiongkok sebagai “guru”, dan Jepang sebagai “muridnya”.
Menandai pula Jepang melakukan “mengadopsi” budaya
Tiongkok.
Syarat kerajaan (negara) Jepang secara modern ukuran masa
itu mulai dipenuhi. (Shotoku Taishi).
Shotoku Taishi membuat UU17 pasal.
Reformasi Taika oleh Naka Oe No Oji.
Kebudayaan: dipengaruhi budaya Tiongkok dan Buddha.
Banyak didirikan kuil Buddha: Horyuji, Hokoji, Shitennoji.
Hasil-hasil budaya didatangkan dari Tiongkok: sistem tulisan
(kanji, hiragana, katakana), arsitek, seni, dan sastra.
Kata "Asuka" (飛鳥) dalam bahasa Jepang terdiri dari dua karakter
kanji: 飛 (dibaca "hi") berarti "terbang" atau "terbang tinggi" dan 鳥
(dibaca "tori") berarti "burung". Secara leksikal, "Asuka" berarti
"burung yang terbang" atau "burung elang yang terbang tinggi" dan
menggambarkan gambaran simbolis tentang kekuatan dan kebesaran
yang dihubungkan dengan burung elang.
Letak Yamato
Sejarah Jepang | 31
Persaingan antar klan atau federasi kecil ini mencerminkan usaha
untuk mempertahankan dominasi ekonomi dan politik di wilayah
mereka masing-masing. Setiap federasi kecil yang dikenal sebagai
kuni dipimpin oleh kepala klan “gozoku” yang setelah namanya diberi
gelar “shi” yang ditambahkan setelah nama kelompok tersebut. Klan-
klan ini berjuang untuk meningkatkan pengaruh dan kekuasaan
mereka melalui pertempuran serta ekspansi wilayah.
Namun demikian, pada saat yang sama juga ada kesadaran bahwa
untuk mencapai stabilitas politik yang lebih besar diperlukan
kerjasama serta penggabungan antara klan-klan yang kuat. Inilah yang
mendorong terbentuknya federasi (gabungan klan-klan kuat) Yamato
yang dipimpin oleh tiga klan besar: Soga-shi, Mononobe-shi, dan
Otomo-shi. Kesepakatan antara ketiga klan ini untuk membentuk
federasi yang lebih luas menjadi langkah penting dalam mengatasi
persaingan dan membangun kerajaan yang kuat guna menghadapi
tantangan eksternal.
32 | MG. Amanullah
yang direstui “langit”. Dapat diterjemahkan pula sebagai “kaisar
langit”. Ada semacam ketentuan harus “direstui dari langit”. Hal ini
pada masa itu harus keturunan dari orang, atau ada hubungan dengan
orang yang dimitoskan keturunan dari dewa matahari Amaterasu.
Pada zaman Yamato Asuka, salah satu tokoh yang menonjol adalah
Soga no Umako, seorang keturunan Klan Soga yang ambisius dan
memiliki sifat diktator. Umako dengan tegas memanipulasi posisi
kaisar atau Tenno dengan menentukan siapa yang akan menjadi kaisar
yang mudah dikendalikan. Dia memanfaatkan kaisar yang lemah
untuk memperkuat kekuasaannya sendiri.
Sejarah Jepang | 33
tersebut. Salah satu kontribusinya yang penting adalah pembentukan
12 tingkatan hierarki sosial dan jabatan dalam masyarakat.
34 | MG. Amanullah
Sistem Uji-kabane membantu menciptakan masyarakat terstruktur
dengan istana kekaisaran sebagai puncak hierarki dan klan-klan
lainnya memiliki peringkat yang berbeda-beda. Selain itu, sistem ini
juga mendorong mobilitas sosial dimana klan-klan dapat
meningkatkan status mereka dengan memperoleh gelar baru.
Sejarah Jepang | 35
Beberapa gelar Uji-kabane yang umum antara lain:
Omi: Gelar ini diberikan kepada klan dengan peringkat
tertinggi dan kerap digunakan oleh keluarga kekaisaran.
Muraji: Gelar ini diberikan kepada klan dengan peringkat
menengah.
Agatanushi: Gelar ini diberikan kepada klan dengan peringkat
lebih rendah.
Gelar “Kuni no miyatsuko” diberikan kepada keluarga yang
memerintah di provinsi tertentu. Pada abad ke-5, para pemimpin kuat
yang disebut uji ditunjuk oleh penguasa Yamato, dan seiring
berjalannya waktu mereka menjalin hubungan dekat dengan penguasa
tersebut. Oleh karena itu, istana Yamato dipimpin oleh seorang
penguasa yang mewarisi jabatannya, sementara anggota lainnya
berasal dari kelompok pemimpin klan berpengaruh yang diberi gelar
kabane. Ada dua gelar utama yaitu muraji dan omi. Gelar-gelar
dengan peringkat lebih rendah diberikan kepada pemimpin klan kecil
yang terpencil. Pejabat tertinggi dalam negara berkembang adalah o-
muraji dan o-omi, yakni kepala dan perwakilan dari kedua kelompok
tersebut.
36 | MG. Amanullah
Namun, sistem Uji-kabane juga menyebabkan terjadinya dominasi
jabatan di istana kekaisaran oleh keturunan dari klan-klan terkuat.
Jabatan-jabatan tertinggi, seperti jabatan tenno (kaisar) dan jabatan
lainnya, cenderung ditempati oleh anggota keluarga dari klan-klan
yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang dominan. Dalam sistem
politik Uji-kabane ini, keturunan dari klan-klan terkuat menjadi pusat
kekuasaan politik di Jepang pada zaman Yamato Asuka. Hal ini
mengakibatkan adanya pola pewarisan kekuasaan secara turun-
temurun dalam struktur pemerintahan dan menghambat mobilitas
sosial. Dari sini pula menjadi bibit terjadinya perselisihan atau konflik
karena jabatan bukan ditentukan atas kecakapan tetapi karena giliran
dan kedekatan dengan pejabat atau kaisar yang berkuasa.
Pada masa itu, sistem Uji-kabane menjadi bagian penting dari struktur
politik Yamato Asuka, meskipun pada akhirnya sistem ini akan
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan
tuntutan sosial yang berbeda. Salah satu perubahan penting yang akan
terjadi dalam perkembangan pemerintahan Jepang di masa depan
adalah menghapus sistem nepotisme dan memberikan peluang lebih
luas bagi individu berbakat.
Perkembangan Buddha
Pada era Yamato Asuka, agama Buddha mulai tersebar di Jepang
secara resmi dari atas (dari kerajaan), mengubah demografi
keagamaan negara tersebut. Penyebaran Buddha di Jepang tidaklah
mulus melainkan mendapatkan banyak resistensi terutama dari
penganut kepercayaan lokal yaitu Shinto. Hal ini misalnya terjadi di
lingkungan kekaisaran yang diwalai oleh persaingan antara dua klan
yang kuat dan berpengaruh saat itu, yaitu klan Soga dan klan
Mononobe.
Sejarah Jepang | 37
Klan Soga yang diwakili oleh tokoh bernama Soga no Umako
memainkan peran penting dalam pemerintahan Yamato Asuka,
terutama dalam urusan ekonomi dan hubungan internasional. Mereka
dikenal sebagai kelompok reformis yang mendukung ajaran Buddha.
Di sisi lain, klan Mononobe memiliki kendali atas militer dan
pengadilan, dan mereka lebih cenderung menjunjung tinggi agama
Shinto sebagai agama asli Jepang.
Pertempuran sengit antara klan Mononobe dan Soga terjadi pada tahun
587 M di Osaka Yaoshi. Klan Mononobe, yang menentang
penyebaran agama Buddha, memobilisasi pasukan mereka untuk
melawan klan Soga yang menganjurkan penyebaran agama tersebut.
Pertempuran ini merupakan puncak dari pertikaian yang telah
berlangsung lama antara kedua klan.
38 | MG. Amanullah
Konflik Klan Soga dan Mononobe tentang agama Buddha
Sejarah Jepang | 39
berbagai upaya untuk mendukung dan menyebarkan ajaran Buddha di
kalangan masyarakat.
Dengan dukungan penuh dari klan Soga dan kontribusi yang diberikan
oleh Shotoku Taishi, ajaran Buddha semakin tersebar secara struktural
dan mendapatkan pengakuan resmi di Jepang. Pengaruh agama
Buddha tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan saja, tetapi juga
berdampak pada kehidupan sosial, politik, dan budaya di Jepang.
Agama Buddha menjadi bagian tak terpisahkan dalam perkembangan
dan identitas Jepang saat itu pada periode Yamato Asuka.
40 | MG. Amanullah
penerimaan agama baru dalam konteks budaya Jepang. Meskipun ada
resistensi dari penganut Shinto, agama lokal, Buddha berhasil
menyatu dengan tradisi dan nilai-nilai yang ada di Jepang, membentuk
dasar yang penting bagi perkembangan budaya dan keagamaan di
masa depan.
Shotoku Taishi
Shotoku Taishi adalah seorang tokoh yang sangat penting pada masa
Yamato Asuka. Ia lahir dari keluarga Soga yang berpengaruh. Sejak
awal, Shotoku Taishi menunjukkan minat dan kesetiaan yang kuat
terhadap ajaran Buddha. Ia menjadi pengikut setia Buddha, dan
keyakinannya dalam agama ini menjadi landasan bagi aktivitas dan
kebijakan yang ia buat.
Sejarah Jepang | 41
(dekat pelabuhan Osaka saat ini). Horyuji adalah kuil Buddha kayu
tertua di dunia yang masih berdiri hingga sekarang.
42 | MG. Amanullah
hidupnya. Keberadaan kuil ini menjadi simbol penting dalam
penyebaran agama Buddha di Jepang.
12 Kepangkatan
Pada zaman Yamato Asuka, Shotoku Taishi menerapkan kebijakan
dengan menciptakan sistem 12 tingkat kepangkatan yang dikenal
sebagai “kan I juunikai” pada tahun 603. Inspirasi kebijakan ini
berasal dari sistem kepangkatan yang ada di Dinasti Sui di Tiongkok
serta kerajaan Baekje dan Koguryo di Korea. Tujuan utama dari
sistem kepangkatan ini adalah untuk memastikan bahwa jabatan-
jabatan pemerintahan diduduki oleh individu yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang tepat, bukan hanya berdasarkan
nepotisme atau garis keturunan seperti sebelumnya.
Sejarah Jepang | 43
Selain itu, sistem kepangkatan juga menguatkan hubungan antara
kerajaan Yamato dengan Tiongkok dan Korea sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban di wilayah tersebut pada saat itu. Dengan
mengadopsi sistem yang sudah teruji di negara-negara sekitarnya,
Yamato Asuka juga memperluas jaringan hubungan politik dan
budaya di wilayah tersebut.
UU 17 Pasal
Shotoku Taishi mengeluarkan sejumlah peraturan yang terdiri dari 17
pasal dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan, mencegah
perselisihan, dan membentuk landasan moral dalam pemerintahan.
Salah satu prinsip utama yang terdapat dalam 17 pasal tersebut adalah
pengakuan terhadap pentingnya etika Buddha, para pendeta Buddha,
dan hukum Buddha. Mereka dianggap sebagai sumber nilai-nilai
kebenaran yang sangat berharga dan harus menjadi panduan dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan hukum. UU tersebut juga
menekankan betapa pentingnya patuh kepada pemimpin atau penguasa.
Hal ini menunjukkan prinsip ketaatan kepada otoritas yang menjadi
dasar dari stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan.
44 | MG. Amanullah
menggarisbawahi betapa pentingnya memilih orang yang tepat serta
berkualifikasi untuk menduduki posisi tertentu guna memastikan
bahwa pemerintahan berjalan dengan efektif dan efisien.
Sejarah Jepang | 45
mengurangi praktik nepotisme melalui pengenalan sistem peningkatan
pangkat yang didasarkan pada kompetensi, bukan garis keturunan.
Ekspedisi Kenzuishi
Pada zaman Yamato Asuka, terjadi peristiwa yang sangat penting
dalam sejarah Jepang yaitu pengiriman ekspedisi ke negeri Tiongkok
untuk menimba ilmu bernama ekspedisi Kenzuishi. Ekspedisi ini
dikirimkan oleh Shotoku Taishi ke daratan Tiongkok dengan tujuan
belajar dan memperoleh pengetahuan. Ekspedisi Kenzuishi pertama
kali dikirim pada tahun 600 Masehi. Dalam ekspedisi ini, para utusan
Jepang membawa surat pengantar dari Kaisar Jepang kepada Kaisar
Tiongkok yang berbunyi,
“ 日がのぼる国の天子から、日がしずむ国の天子へ、ごあいさつもうしあげ
ます”
(hi ga noboru kuni no tenshi kara, hi ga shizumu kuni no tenshi he)
"Salam dari raja negeri matahari terbit kepada raja negeri matahari
terbenam."
46 | MG. Amanullah
Kaisar “Zui” marah karena membaca surat utusan dari Shotoku yang
mengatakan “dari raja negeri di mana matahari terbi kepada raja
dimana matahari terbenan”.
Sejarah Jepang | 47
Konfusius, Buddha, serta teknik pertanian dan rekayasa
terbaru.
Masyarakat Jepang mulai mengadopsi teknologi dan metode
pertanian dari Tiongkok yang membantu memodernisasi
negara mereka untuk ukuran saat itu. Dampaknya adalah
peningkatan produktivitas pertanian, yang pada gilirannya
berdampak pada pertumbuhan populasi dan kemakmuran
ekonomi.
Budaya Tiongkok memberikan pengaruh besar dalam
perkembangan seni, sastra, dan agama di Jepang. Sebagai
contoh, orang-orang Jepang mengadopsi sistem tulisan
Tiongkok seperti karakter “kanji” serta gaya penulisan
“kanbun” dalam sastra mereka, yang membantu memperkaya
bahasa Jepang dan mendorong perkembangan literatur yang
kaya.
48 | MG. Amanullah
kemudian mengalami perubahan dalam pengucapannya. Orang
Perancis menyebutnya sebagai 「 Japon 」 , orang Italia menyebutnya
sebagai「Giappone」, dan orang Asia Tenggara menyebutnya sebagai
「Jepang」atau「Jepun」.
Salah satu puncak ketidakpuasan ini adalah ketika secara brutal Soga
no Iruka membunuh anggota keluarga Shotoku Taishi meskipun
mereka masih berasal dari satu klan, satu keturunan, dan satu keluarga.
Tindakan ini jelas tidak disetujui oleh putra mahkota dan tokoh-tokoh
penting di dalam kerajaan.
Sejarah Jepang | 49
Nakatomi no Kamatari, salah satu tokoh dari klan Fujiwara yang
merupakan kelompok lain akhirnya bersekongkol dengan putra
mahkota Naka Oe no Ouji untuk melakukan pemberontakan yang
dikenal sebagai peristiwa Ishii. Pemberontakan ini pada akhirnya
menyebabkan runtuhnya klan Soga, dengan Soga no Iruka akhirnya
terbunuh oleh utusan Nakatomi no Kamatari di hadapan Kaisar
Kotoku, yang pada saat itu adalah seorang perempuan yang
mendengarkan laporan salah satu utusan dari Tiongkok.
50 | MG. Amanullah
Reformasi Taika juga membawa perubahan besar dalam sistem pajak.
Pajak diperkenalkan berdasarkan prinsip kepemilikan tanah dan rakyat
oleh pemerintah. Pajak ini dapat berupa beras, sutra, atau sumber daya
lainnya. Reformasi ini memberikan pendapatan yang stabil bagi
kekaisaran.
Sejarah Jepang | 51
Koutoku Tenno menjadi kaisar baru, Naka Oe no Oji sebagai
putra mahkota, dan reformasi struktur pemerintahan
mencerminkan perubahan dramatis di dalamnya.
Meskipun membawa kesulitan bagi masyarakat, perubahan ini
memperkuat pemerintah pusat dan menjadi dasar kemajuan Jepang.
52 | MG. Amanullah
Perselisihan antara Otomo no Oji dan Oama no Ouji
Sejarah Jepang | 53
untuk menjadikan anak kandungnya, Kusakabe no Ouji, sebagai kaisar.
Namun, upaya ini kalah oleh anak Tenmu dari istri yang lain, Ootsu
no Ouji. Untuk menghapus Ootsu dari persaingan, dibuat alasan untuk
menghabisinya.
54 | MG. Amanullah
Sistem Ritsuryo
Sistem Ritsuryou merupakan sistem hukum dan ketatanegara yang
berkembang di Jepang pada abad ke-7, dan sistem ini banyak
dipengaruhi oleh model negara terpusat di Tiongkok. Nama
"Ritsuryou" itu sendiri berasal dari bahasa Jepang, dengan "Ritsu"
berarti hukum atau aturan, dan "Ryou" merujuk pada tata negara.
Sistem Ritsuryou pertama kali diterapkan sejak masa pemerintahan
Shotoku Taishi dan Reformasi Taika, dan terus disempurnakan hingga
zaman Heian. Selama perkembangannya, sistem ini mengadopsi nilai-
nilai Konfusianisme yang memengaruhi struktur sosial dan hierarki.
Sejarah Jepang | 55
• Gyoubu-shou: Jabatan yang mengurus urusan keadilan.
• OUkura-shou: Jabatan yang mengurus keuangan.
• Kunai-shou: Jabatan yang mengurus Urusan Rumah Tangga
Kekaisaran.
56 | MG. Amanullah
daya yang dibutuhkan untuk hidup. Sistem ini juga mendukung
prinsip Ritsuryou, yang mencakup konsep "tanah dan rakyat milik
kekaisaran," yang memperkuat otoritas kekaisaran atas sumber daya
dan penduduk kekaisaran.
Sejarah Jepang | 57