Anda di halaman 1dari 12

Makalah

PERLAWANAN DI SINGAPARNA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

MILA BARIFA
MAHIRA
NUR WAHYUNI
RAHMAWATI
ZALDI WIRAWAN
ALAMSYAH SAID

SMA NEGERI 1 MEJENE


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas Rahmat dan Ridho Allah SWT, karena tanpa rahmat dan
Ridho-Nya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Kami mengharapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak/Ibu selaku guru dengan mata pelajaran / Kuliah yang membimbing kami
dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah kami ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran anda. Demi tercapainya makalah yang sempurna dimasa mendatang. Semoga makalah
kami ini dapat bermanfaat dan dijadikan sumber dalam kegiatan belajar.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................

Kata pengantar ....................................................................................................

Daftar isi..............................................................................................................

Bab I Pendahuluan ..............................................................................................

A. Latar belakang .........................................................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

C. Tujuan .....................................................................................................

Bab II Pembahasan ............................................................................................

Bab III Penutup ...................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................

B. Saran ......................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guna merangsang kepercayaan rakyat Indonesia, Jepang membentuk Gerakan Tiga A

(Nippon Cahaya Asia, Pelindung Asia, Pemimpin Asia). Jepang berjanji, jika Perang Pasifik

dimenangkan, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat kemerdekaannya. Selain itu, Jepang

berjanji akan menciptakan kemakmuran bersama di antara bangsa-bangsa Asia. Namun,

dalam kenyataannya perlakuan Jepang yang kejam menimbulkan perlawanan tokoh-tokoh

nasionalis dan rakyat Indonesia terhadap Jepang. Bentuk perlawanan terhadap Jepang ini

dilakukan dengan cara kooperatif, gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.

Oleh karena itu kita haruslah sangat bersyukur karena bisa menikmati hidup di Indonesia

hingga saat ini tanpa harus ikut berjuang melawan penjajah. Sehingga kita tetap harus

menghargai akan perjuangan para pahlawan kita dengan bisa menjadi penerus bangsa yang

bisa menjunjung tinggi nama Indonesia. Mengingat pentingnya akan bahasa sejarah, kita

sebagai warga negara Indonesia dituntut untuk lebih memahami mengenai sejarah Indonesia

dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah belajar dengan sebaik mungkin.

Untuk itulah materi ini sangat penting dipelajari, karena sangat disayangkan jika sebagai

warga negara Indonesia tetapi tidak memahani mengenai negaranya sendiri.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perlawanan Rakyat Singaparna

K.H.Z Mustofa
KH Zainal Mustafa lahir di Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya pada tahun

1899 dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah. Pada 1927 KH Zainal Mustafa mendirikan

pesantren yang merupakan cita-citanya. Pesantren yang ia dirikan dinamai Persantren

Sukamanah.

Zainal Mustafa merupakan kiai muda yang berjiwa revolusioner. Ia menganut paham

pendidikan yang sifatnya "Non Cooperation", tidak mau bekerja sama dengan pemerintah

Belanda. Secara terang-terangan ia mengadakan kegiatan yang membangkitkan semangat

kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah. Melalui khutbah-

khutbahnya ia selalu menyerang kebijakan politik kolonial Belanda. Akibatnya pada 17

November 1941, KH. Zaenal Mustafa bersama Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji

Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap pemerintah dengan tuduhan telah menghasut rakyat

untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintah Jepang yang menggantikan kekuasaan Belanda di Indonesia Maret 1942

membebaskan Zainal Mustafa dengan harapan ia dapat membantu Jepang. Namun ia malah

memperingatkan para pengikut dan santrinya bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari

imperialisme Belanda. Ia juga menolak melakukan seikerei, yaitu memberi hormat kepada

kaisar Jepang dengan membungkukkan diri 90 derajat kearah matahari terbit. Perbuatan

tersebut dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.Dalam setiap dakwahnya KH Zainal

Mustafa selalu menekankan pentingnya berjuang melawan penjajah kafir Jepang yang lebih
kejam dari Belanda dengan mendengungkan perang jihad. Secara diam-diam santri

Sukamanah telah merencanakan untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pemerintah

Jepang.

Peristiwa ini merupakan awal dari peristiwa bersejarah yaitu perlawanan terbuka santri

Pesantren Sukamanah yang mengakibatkan gugurnya puluhan santri Sukamanah. Para santri

yang gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang. Selain itu sekitar 700-900 orang

ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. KH. Zainal Mustafa sempat

memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan

agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian

para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Singaparna dipikul

sepenuhnya oleh KH. Zainal Mustafa. Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah,

termasuk KH. Zainal Mustafa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang

tak tentu rimbanya.

B. Faktor Pendorong Pemberontakan Singaparna

Peristiwa pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan kebangsaan yang

kuat. Cita-cita negara islam dijunjung tinggi di dalam hati setiap rakyat sesuai dengan ajaran

agama yang diajarkan. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat

Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan. Pada masa kolonial Belanda

pun daerah ini mendapat pengawasan yang keras. Rakyat teguh beragama, tetapi teguh pula

memegang kebangsaannya.

Di atas dasar-dasar inilah tumbuh alasan-alasan untuk memberontak terhadap totiliter Jepang.

Adanya “Seikrei” yaitu mebungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat

dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh untuk menyembah matahari. Cara
menyembah ini melukai hati umat yang beragama islam, seolah-olah merubah arah qiblat dari

Tanah Suci ke Jepang. Cita-cita “Dairul Islam”, yang telah meluas dan mendalam di kalangan

rakyat, tidaklah mungkin mengalah kepada gerakan “seikrei” ini yang dilakukan oleh

pemerintah Jepang pada tiap upacara.

Api perlawanan suci yang telah menyala sedemikian dalam hati penganut islam di daerah ini,

ditumpahi pula oleh kekejaman romusha dan pengumpulan padi dan beras soal romusha

sangat diderita oleh rakyat sebagai pekerja paksaan di bawah ancaman bayonet, yang amat

mengganggu dalam kekeluargaan dan kedesaan. Demikian pula soal pengumpulan padi,

Jepang sama sekali tidak memerhatikan kesengsaraan hidup rakyat desa. Akibat perintah

keras dari militer Jepang terjadilah pemungutan dari syucokan melalui kenco (bupati), gunco

bahan makanan kini menderita kekurangan. Para petani tidak dapat lagi merasakan hasil

keringatnya, karena hampir seluruh hasilnya diangkut oleh pemerintah Jepang.

Adapun hal yang menjadi latar belakang terjadinya pemberontakan Singaparna diantaran

ya, yaitu :

1. Adanya “Seikrei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo.

Hal inilah yang sangat dibenci oleh rakyat karena mereka harus menyembah matahari.

2. Adanya kewajiban menyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal.

Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.

3. Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan

disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-

wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur

tentara-tentara Jepang.
C. Pemberontakan Pertama

Pada tahun 1943 K.H.Z. Mustofa bersama para pengikutnya mulai menyusun rencana untuk

mengadakan perlawanan. Tapi Jepang yang tidak pernah lepas perhatiannya terhadap mereka

sudah dapat mengetahui rencana tersebut. Rencana tersebut akan dimulai kira-kira tanggal 25

Februari 1944, untuk melaksanakannya mereka mempersiapkan diri dengan sangat

sederhana, mereka akan hanya bermodalkan bambu runcing dan golok-golok dari bambu.

Tetapi itu tidak membuat mereka menyerah karena para santri-santri di pesantren

Sukamarnah pun mulai berlatih untuk bela diri. Pemerintah Jepang mengetahui kegiatan

tersebut dari mata-matanya dan ingin melakukan penyerangan, maka santri-santri di

pesantren Sukamarnah bersiap-siap jika Jepang menyerang secara tiba-tiba.

Pemimpin dari kelompok Sukamarnah adalah ; Domon, Abdulhakim, Najamudin, dan

Ajengan Subki, sedangkan kepala dari pesantren tersebut adalah K.H.Z Mustafa dan di bantu

dengan wakilnya Najamuddin. Pada tanggal 24 Februari satu hari sebelum terjadinya

peristiwa Jepang mengirim satu utusannya goto-sidokan dari kepolisian Tasikmalaya dengan

beberapa Keiboho Indonesia untuk melakukan perundingan dengan K.H.Z Mustofa. Goto-

Sidokam disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk menyampaikan pesan ultimatum dari K.H.Z

Mustofa kepada Jepang yang berisi bahwa pada tanggal 1 Maulid Jepang harus

memerdekakan pulau Jawa atau akan ada terjadi pertempuran.

Keesokan harinya rombongan jepang datang ke Sukamarnah untuk menemui K.H.Z Mustofa

untuk mengadakan perundingan, mereka adalah Kompeitaico Tasikmalaya, Kompeitaico

Garut. Tetapi karena sikap mereka yang dirasa Ajengan Najmuddin dan kawan-kawan tidak
baik dengan terpaksa mereka para Santri Sukamarnah melakukan kekerasan jug walau

kepada bangsanya. Karena sudah terkepung oleh para santri Jepang menyerahkan semua

senjatanya dan ditahan sehari semalam, setelah satu hari berlalu baru lah petugas-petugas

santri mengizinkan Jepang pulang.

D. Pemberontakan Kedua

25 Februari 1944 pada hari jum’at khotbah terakhir dari K.H.Z telah disampaikan dan saat itu

juga terdengar suara kendaraan menghampiri pesantren. Salah satu dari keempat opsir jepang

melambaikan tangan ke Mustofa dengan maksud memanggil Mustofa, Opsir-opsir jepang itu

datang dengan maksud menyampaikan bahwa Sukamanah tidak mau bekerja sama dengan

Jepang dan tidak mau menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya. Mustofa

menjawab dengan singkat bahwa dia akan datang besok untuk mengembalikan senjata api

dengan ganti, kepala tuan dari empat opsir itu tinggal di Sukamanah. Karena santri

sukamanah emosi mendengarnya mereka mulai menyerang 4 opsir jepang itu, 3 opsir mati

dan satunya lagi melarikan diri.

Setelah kejadian itu keadaan mulai tenang dan K.H.Z Mustofa mulai menyiapkan siasa-siasat

bahwa jepang pasti akan melakukan perlawanan. Pasukan Sukamanah berkekuatan 2000

orang itu diletakkan di kampung Cihaur yang dipimpin oleh Najjamuddin. K.H.Z berpesan

agar tidak ada perang dengan bangsa sendiri, ketika pukul lebih kurang 16:00 santri melihat

truk yang mendekati garis pertahanan Sukamanah, lalu santri paling depan melaporkan

kepada K.H.Z Mustofa bahwa mereka adalah bangsa kita, Jepang menggunaka taktik adu

domba antara bangsa sendiri.


Tetap saja K.H.Z Mustofa mengatakan untuk menghindari perlawan dengan bangsa sendiri,

tetapi Jepang sudah meluncurkan senjatanya ke santri Sukamanah dan menghujam sebagian

dari mereka dan pada saat itulah perang antar bangsa tidak dapat dihindari. Kira-kira pukul

17:30 semua tempat pertahanan Sukamanah sudah hancur dan banyak santri yang tewas.

Sedangkan K.H.Z Mustofa ditawan dan dibawa ke Kompeitai Tasikamalaya.

Akhir Pemberontakan

Setelah pertempuran selesai K.H.Z Mustofa menyuruh santri-santrinya untuk mundur dan

menyelamatkan diri, sedangkan Jepang menghancurkan pesantren tersebut. Pada tanggal 26

Februari 1944 penjara Tasikmalaya sudah dipenuhi ole 700-800 tahanan. Pada tanggal 27

Februari 1944 datang instruksi rahasia dari K.H.Z Mustofa ke penjara tersebut untuk

menyampaikan pesan kepada santri-santrinya. Pada tanggal 29 Februari 1944 diadakan

pemeriksaan sampai 3 bulan kedepan, dan pada pertengahan Mei 1944 hasilnya keluar ;

1. Golongan yang tidak bersalah (dikembalikan ke kampung masing-masing)

2. Golongan yang mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan tetapi tidak aktif ( dikenai

hukuman 5-7 tahun, orang yang ada di golongan ini ada 79 orang)

3. Pimpinan pemberontakan dan mereka yang dituduh aktif dalam pembunuhan opsir-opsir

jepang dan ikut aktif dalam pertempuran melawan pasukan bersenjata Dai Nippon. ( ada 23

orang termasuk K.H.Z Mustofa)

Para santri yang gugur dalam pertempuran berjumlah 86 orang. Meninggal di Singaparna

karena disiksa sebanyak 4 orang. Meninggal di penjara Tasikmalaya karena disiksa sebanyak

2 orang. Hilang tak tentu rimbanya (kemungkinan besar dibunuh tentara Jepang), termasuk

K.H. Zaenal Mustofa, sebanyak 23 orang. Meninggal di Penjara Sukamiskin Bandung

sebanyak 38 orang, dan yang mengalami cacat (kehilangan mata atau ingatan) sebanyak 10
orang. Para santri ini tidak memiliki apa-apa untuk memperjuangkan kemerdekaan negeri ini,

kecuali darah, kerja keras, air mata, dan keringat.

Perlu dijelaskan pula bahwa sehari setelah peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan

dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. Yang sangat penting adalah instruksi rahasia

dari K.H. Zaenal Mustofa kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan, yaitu

agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian

para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Sukamanah dipikul

sepenuhnya oleh K.H. Zaenal Mustofa.

Akibatnya memang berat. Sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk K.H. Zaenal

Mustofa, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu rimbanya.

Kemungkinan besar mereka dibunuh. Korban lainnya, seperti telah disebutkan di atas dan

sekitar 600-an orang dilepas, karena dianggap tidak terlibat.Sebagai tanda untuk

menghormati K.H.Z Mustofa dibuat, sekarang di Sukamanah telah didirikan SD dan PGAN

dengan memakai nama K.H.Z Mustofa.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebelum Jepang menjajah ada negara Belanda yang menjajah. Namun penjajahan oleh negara
Jepang terasa lebih kejam karena Jepang bisa mencuri perhatian dan kepercayaan rakyat
Indonesia. Padahal penjajahan oleh negara Jepang menimbulkan banyak kerugian bagi
bangsa Indonesia dibandingkan keuntungannya. Namun pada akhirnya bangsa Indonesia
dapat memproklamasikan kemerdekaannya.

B. Saran
Setelah kita mempelajari mengenai pentingnya sejarah, kita harus bisa tetap memperjuangkan
negara kita dan juga dengan tetap menghargai para pejuang bangsa. Sehingga sebagai siswa
kita harus belajar dengan sebaik-baiknya agar penerus bangsa kita bisa lebih memajukan
negara ini. Dan sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai