Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia mempunyai ragam agama, adat, suku, bahasa dan budaya oleh karena itu tak
heran indonesia disebut negara yang multikulturalisme. Untuk mempertahankan negara
seperti Indonesia ini sangatlah sulit karena rentan sekali terjadinya konflik. Maka untuk
mempersatukannya perlu lah memupuk rasa persatuan antar warga, namun hal ini pun akan
berdampak buruk apabila terjadinya kubu-kubu antar warga. Simmel mengatakan bahwa
semakin kuat hubungan dalam kelompok, potensi tindak permusuhan juga makin menigkat.
Hal ini berkaitan dengan realita salah satu kenakalan remaja saat ini seperti tawuran antar
pelajar.
Tawuran sering terjadi dan dilakukan oleh sekelompok remaja sudah bukan hal yang
biasa, hal ini sudah sering kita dengar bahkan tidak asing lagi bagi telinga kita. apalagi di
sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sering disebut dengan STM. Biasanya tawuran ini
dilakukan secara turun temurun yang dilakukan antar sekolah. Gejala sosial yang seperti ini
sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi
akibat konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar siswa dan
sebagainya..
Tawuran antar pelajar ini sangatlah menganggu ketertiban dan keamanan lingkungan
sekitarnya. Saat ini tawuran tidak hanya terjadi disekolah atau lingkungan sekitarnya tetapi
tawuran saat ini melakukan aksinya dijalanan dan menggunakan alat-alat bantu ( senjata
tajam). Yang dapat menimbulkan kerugian yang serius yang dapat mengakibatkan korban
yang tidak bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar

B. Rumusan masalah
1. Apa itu tawuran?
2. Mengapa tawuran dapat terjadi?
3. Apa faktor terjadinya tawuran?
4. Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran tersebut?
5. Bagaimana upaya untuk mengatasi tawuran tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu tawuran
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab tawuran
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor terjadinya tawuran
4. Untuk mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan dari tawuran tersebut
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk mengatasi tawuran tersebut
BAB II
PEMABAHASAN

A. Definisi
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Dan
“kelompok” adalah sekumpulan orang yang mengindetifikasi satu sama lain dan merasa
bahwa mereka saling memiliki. Suatu kelompok ketika dua atau lebih orang berinteraksi
selama lebih dari beberapa saat, saling mempengaruhi satu sama lain melalui beberapa cara,
dan memikirkan diri mereka sebagai “kita”. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah
perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan
oleh orang yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
b. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan
tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota,
tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja
akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan geng inilah
para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang
harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya
Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja
untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan
kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja
di bawah umur 17 tahun. Aspek kecenderungankenakalan remaja terdiri dari (1) aspek
perilaku yang melanggar aturan atau status, (2) perilaku yang membahayakan diri sendiri dan
orang lain, (3) perilaku yang mengakibatkan korban materi dan (4) perilaku yang
mengakibatkan korban fisik.
Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang
dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang
berbeda. Tawuran terbagi dalam tiga bentuk: (1) tawuran pelajar yang telah memiliki rasa
permusuhan secara turun temurun, (2) tawuran satu sekolah melawan satu perguruan yang
didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah dan (3) tawuran pelajar yang sifatnya insidental
yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan sebagai
perkelahian massal yang adalah perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang
ditujukan kepada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di
Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran adalah salah satu
kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar sering terjadi di kota-
kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para
pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan
perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.
Dari konflik ini dapat kita analisis dengan teori konflik Ibn Khaldun, ia membaginya
menjadi tiga perspektif. Pertama, perspektif psikologis yag merupakan dasar sentimen dan ide
yang membangun hubungan sosial diantara berbagai kelompok manusia (keluarga, suku, dan
lainnya). Kedua, fenomena politik yang berhubungan dengan perjuangan memperebutkan
kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan imperium, dinasti, dan negara. Ketiga, fenomena
ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi baik pada tingkat
individu, keluarga, masyarakat maupun keluarga. Dengan teori ini kita dapat berpacu bahwa
tawuran dapat terjadi karena hubungan kelurga yang kurang dan lebih memilih untuk
berhungan dengan teman yang dapat membuatnya lebih nyaman sehingga timbullah rasa
solidaritas pada dirinya tehadap kelompoknya dan kemudian adanya keinginan penguasaan
wilayah yang diperjuangkan dengan melakukan kekerasan antar pelajar sekolah.

B. Penyebab terjadinya tawuran


Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu
permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan
pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal,
kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab
dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua
kelompok.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor, beberapa
contoh di antaranya, yaitu:
1. Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di
tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
2. Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan
pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
3. Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh
permasalahan tawuran antar pelajar.

Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan Yang Berlebihan


Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah
atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan
menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika
ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah
satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar
tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh
pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan,
permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.

C. Faktor terjadinya tawuran antar pelajar


Faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar dibagimenjadi dua, yaitu : faktor internal
dan eksternal.
1. Faktor intenal
a. Ingin menonjolkan kebenaran diri sendiri baik dihadapan temen sesekolah dan
ataupun dimata STM menjadi lawan.
b. Ingin membalaskan rasa sakit hati, kepada orang yang melecehkan
c. Tidak mau direndahkan oleh teman-teman
d. Memanfaatkan waktu untuk mencari pengalaman, baik sifat positif maupun negatif
(tawuran) karena menurutnya tidak akan tau benar jika tidak mengenal salah.

2. Faktor ekstern
 Bujukan teman
 Dipicu sekolah lain
 Seragam sekolah dipakai sekolah lain
 Seragam sekolahnya ditempel pantat, dikaki dan sepatu
 Sekolah lain menantang untuk ketemuan disuatu tempat
 Diskomunikasi antar sekolah dan orang tua
 Lewat lagu-lagu

D. Dampak tawuran
Adapun dampak dari tawuran yang dia rasakan antara lain adalah dampak positif dan negative
1. Dampak positif
 Merasa puas apabila mengalahkan lawan pada saat it
 Diri dan komunitas dikatakan paling kuat, paling tangguh,paling kompak ,dan
paling disegani oleh pihak lawan apabila lawan telah dikalahkan
 Baik itu nama sendiri dan komunitas terkenal oleh pihak lawan apabila telah
mengalahan lawan tersebut.
 Bebas bergerak dan tidak terkekang apabila lawannya telah di kalahkan
 Tidak ada yang melecehkan lagi

2. Dampak negative
1) Kalau ketahuan dari pihak sekolah otomatis kena sanksi yang sangat berat
(contohnya di tampar,di pusap, di telanjangi dan di jemur 1 hari)
2) Di marahi masyarakat karena mungkin meresahkan masyarakat merasa di resahkan
3) Di tangkap polisi
4) Apabila ketahuan oleh orang tua di asingkan dari keluarga dan menjadi
gelandangan
5) Dan yang paling patal bisa menyebabkan korban jiwa
E. Upaya mengatasi tawuran
1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan
dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah
menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan
yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, dll.
2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan
cara:
a. Mengasuh anak dengan baik
 Penuh kasih saying
 Penanaman disiplin yang baik
 Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
 Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
 Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau
mencapai prestasi tertentu.
b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu
untuk pulang ke rumah.
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan Orang tua menjadi contoh yang baik
dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan
mencemooh.
d. Memperkuat kehidupan beragama Yang diutamakan bukan hanya ritual
keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari.
e. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok
dengan usianya.
f. Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak
memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam
menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-
sosial).Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

3. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:


a. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan
berkeyakinan kepada Tuhan.
b. Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan
olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
c. Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi
yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan
penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian
bersama di antara sekolah-sekolah yang secara "tradisional bermusuhan" itu..
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar
kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan remaja.
Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar
siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar merupakan gejala sosial yang serius yang dapat
mengakibatkan korban yang tidak bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada
disekitar. Dan tawuran antar pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.

B. Saran
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih banyak lagi agar
menambah pengetahuan dan wawasan tentang tawuran antar pelajar. Karena dalam tawuran
pelajar sangat tidak baik bagi generasi bangsa, lebih tepatnya merugikan diri sendiri dan
orang lain. Dampak yang terjadinya tawuran antar pelajar pun akan mengakibatkan korban
jiwa dan merusak fasilitas-fasilitas yang ada disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://kbbi.web.id/tawuran

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 1. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai