PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Dengan melakukan praktek kerja lapangan Ilmu Sosial Budaya Dasar ini
yang dikhususkan untuk penelitian kesehatan yang menggunakan perspektif ilmu-
ilmu social bukan melakukan penelitian biomedis, sehingga mahasiswa dapat
meningkatkan wawasan tidak hanya di bangku kuliah dengan teori dan konsep,
tetapi dapat melihat realitas secara langsung dilapangan, juga diharapkan mampu
memilih unsure-unsure kebudayaan dan perilaku masyarakat mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang perlu ditinggalkan karena dianggap dapat
merugikan kesehatan.
Selain itu mahasiswa juga akan mendapat wawasan tentang kebiasaan
tradisi sehubungan dengan perilaku sehat yang meliputi seluruh masa hidup.
Dengan menggali dan mengkaji aspek social budaya yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, khususnya
kesehatan ibu dan anak yang berfokus sebelum kehamilan, masa kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan serta etnomedisin masyarakat.
B. Permasalahan
Seperti diketahui bahwa Indonesia memiliki banyak bentuk masyarakat
yang antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki perbedaan masih
memegang teguh adat istiadat dan kebudayaannya dengan sangat baik, salah
satunya masyarakat kampong Naga di Tasikmalaya.
Namun demikian masyarakat kampung Naga ini tidak menutup diri dari
dunia luar walaupun mungkin berbeda dengan masyarakat Indonesia pada
umumnya.melihat phenomena ini adalah wajar apabila terdapat keinginan untuk
mengenal lebih dekat tentang masyarakat kampong Naga ini, apalagi dibidang
kesehatan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan.
Sehingga dengan fakta tersebut mahasiswa perlu mengetahui keadaan yang
ada di masyarakat kampong Naga tersebut, sehingga mahasiswa mendapatkan
informasi tentang kebiasaan / tradisi sehubungan dengan perilaku sehat, mengkaji
1
tradisi yang menghambat ataupun mendukung perilaku sehat, sehingga bisa
menentukan alternative cara dan langkah pemecahan masalah yang mungkin
dapat dilaksanakan di masyarakat kampong Naga ini.
C. Tujuan
Menggali dan mengkaji aspek social budaya yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, khususnya
kesehatan ibu dan anak yang berfokus pada masa sebelum kehamilan, masa
kehamilan, persalinan, pasca persalinan serta etnomedisin / system medis
masyarakat.
D. Manfaat penelitian
Dari segi akademis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian-penelitian terkait
yang akan dilaksanakan.
2
2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
3. Sasaran informan
a) Warga masyarakat dilokasi kampong naga
b) Informan kunci : kuncen, wakil kuncen, RT, RW, lebe, punduh adat,
c) Informan pangkal : paraji dan sesepuh adat.
d) Informan : warga masyarakat sesuai dengan kebutuhan ( pasangan suami
istri, remaja / anak yang sudah bisa diajak wawancara.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. KEBUDAYAAN
4
struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
C. INSTITUSI SOSIAL
Menurut Horton dan Hunt (1987), yang dimaksud dengan pranata sosial
adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dipandang penting. Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem
hubungan sosial yang terorganisir yang mengejawantahkan nilai-nilai serta
prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat.
Oleh karena itu, ada tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai pranata
sosial yaitu:
a. Nilai dan norma
b. Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum
c. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana
untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
5
Menurut Koentjaraningrat (1979) yang dimaksud dengan pranata-pranata
sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga
masyarakat itu untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat. Pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu
yang bersifat empirik, karena sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya selalu dapat dilihat dan diamati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-
unsur yang ada tidak semuanya mempunyai perwujudan fisik. Pranata sosial
adalah sesuatu yang bersifat konsepsional, artinya bahwa eksistensinya hanya
dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan
dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
Unsur-unsur dalam pranata sosial bukanlah individu-individu manusianya
itu, akan tetapi kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para individu itu
beserta aturan tingkah lakunya. Dengan demikian pranata sosial merupakan
bangunan atau konstruksi dari seperangkat peranan-peranan dan aturan-aturan
tingkah laku yang terorganisir. Aturan tingkah laku tersebut dalam kajian
sosiologi sering disebut dengan istilah “norma-norma sosial”.
6
Dari empat 7ultur tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan 7ultur
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
kultur –faktor seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan
pasien.
Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina,
menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat
apabila 7ultur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang
humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah
mencanangkan kebijakan baru berdasarkan 7ultural sehat (4).
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan
yang bersifat 7ultural, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan
sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak 7ultur secara dinamis dan lintas
sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan
dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya 7ultural sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi
sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada
mengobati penyakit.
7
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi
biomedik dan sosio 8ultural(5). Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan
illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan
penyakit. Dilihat dari segi sosio 8ultural terdapat perbedaan besar antara kedua
pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses-proses 8ultural dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan
illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan 8ultural terhadap penyakit
atau perasaan kurang nyaman.
8
mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang
sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu
kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya
perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan
dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai
di daerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin
anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami
kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek,
menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya
akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau
anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
F. PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang berkitan
dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam
proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM
PPK, 2007).
Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa,
partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang
berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.
Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian
9
sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang
(individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan
atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif
ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat
diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya
partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut
konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses
atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan
merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).
Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat sangat penting.
1. Partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata,
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut.
3. Partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep
man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi
perbaiakan nasib manusia.
Tahap-Tahap Partisipasi
1). Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan
2). Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan
3). Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
4). Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan
5). Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
10
BAB III
GAMBARAN KAMPUNG NAGA, DESA NEGLASARI, KECAMATAN
SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA
11
meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga
menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada
keturunan Masyarakat Kampung Naga.
Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang
dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut,
seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden
Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju,
Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan "kewedukan". Ratu Ineng
Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di
Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik
"kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta
menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Sunan
Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan
mengenai bidang pertanian.
Sumber : www.tasikmalaya.go.id, dieny-yusuf.com, www.westjava-indonesia.com
Awal penamaan dari kampung Naga yaitu berasal dari kata Nagawir, dimana
dari kata gawir itu merupakan sebuah tebing atau hutan yang umumya berada di
daerah tebing,karena kampong naga di kelilingi oleh gawir / jurang. sedangkan
untuk awalan “na” hanya sebagai pelengkap. Kampung Naga secara administratif
berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya,
Propinsi Jawa Barat.
12
penduduk asli kampung Naga pindah ke kota, akan tetapi setiap hari-hari besar
mereka pulang ke kampungnya.
13
Gambar 2. Tangga yang menuju kampung Naga
14
Struktur tanah pada area kawasan Kampung Naga berbukit-bukit sehingga
perkampungan atau pemukiman masyarakatnya dibangun diatas tanah yang tidak
rapi dan untuk mencegah kelongsoran dibentuk sengkedan yang terbuat dari
bata/batu. Pemukiman pada masyarakat Kampung Naga berbentuk mengelompok
biasanya bentuk pemukimannya dibatasi oleh pagar dari bambu yang memisahkan
daerah pemukiman dengan daerah yang dianggap kotor. Baik dari segi bangunan,
bahan dan arahnya, pemukiman pada masyarakat Kampung Naga menunjukkan
adanya keseragaman.
Bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan
produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada
seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan,
pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang
dipanen satu tahun dua kali.
3. KEPENDUDUKAN
1) Jumlah penduduk
Jumlah penduduknya dari usia pada masa bayi sampai lanjut usia berjumlah
314 orang, dan penduduk laki – laki berjumlah 175 orang dan lebih banyak dari
pada perempuan yang berjumlah139 orang.. Di kampung Naga terdiri dari 113
bangunan hal tersebut dikarenakan luas arealnya yang terbatas sehingga tidak bisa
membuat bangunan, Selain dari itu juga kampung Naga terdiri dari 110 tempat
tinggal, 110 kepala keluarga, dan 3 buah bangunan fasilitas umum yaitu Balai
kampong, mesjid, lumbung padi umum.
15
Jika warga Kampung Naga menikah dengan warga diluar kampong Naga
( karena hal ini diperbolehkan dan tidak melanggar adat ) jika mereka tidak
mempunyai rumah dikampung Naga mereka tinggal diluar atau disekitar lokasi
Kampung Naga. Warga kampung Naga yang tinggal diluar kampong Naga tetap
disebut orang adat hanya tempat tinggalnya saja yang diluar. Tetapi jika ada
kegiatan religi atau pada saat warga harus datang . mereka diharuskan datang.
Walaupun tinggal diluar kampung Naga tapi untuk pantangan dan hari tabu tetap
mereka menjalaninya.dengan kata lain tradisi – tradisi dari nenek moyang harus di
pegang teguh.karena jika melanggar ketentuan adat mereka akan mendapatkan
sanksi dari para sesepuh adat atau dari kuncen yaitu tidak dianggap lagi warga
kampung Naga, jika yang tinggal di kampung Naga maka akan dikeluarkan dari
wilayahnya.tetapi hal ini belum pernah terjadi ( menurut Pengakuan Pak Maun
yang merupakan pundah adat dan sesepuh dikampung Naga.
Untuk angka kematian Ibu dan bayi menurut pengakuan pak Risman yang
merupakan Ketua RT dikampung naga ini, bahwa kematian ibu ataupun bayi
karena proses melahirkan tidak ada.walaupun tidak ada bidan yang tinggal di
kampong Naga tetapi hampir setiap proses melahirkan di tangani / dibantu oleh
seorang bidan yang dipanggil kerumah warga.dan jika harus dirujuk ke rumah
sakit karena ada penyulit warga akan saling membantu menolong dengan cara
mengantarkan dengan tandu sampai ke rumah sakit.
Jika warga sakit sebelum mereka berobat ke dokter, puskesmas ataupun bidan
sebelumnya mereka meminta air do’a dari pak Lebe atau sesepuh yang bisa
mengobati termasuk paraji.selain air doa paraji atau sesepuh yang bisa mengobati
menggunakan pengobatan herbal yang berupa daun- daunan dan beubeutian.
3) Pendidikan
. Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya
mencapai jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola
16
pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-
tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua
menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-
kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.
Kami memasukan data ini dalam makalah ini karena kampong naga
termasuk dalam wilayah desa Neglasari, dari table diatas dapat kita gambarkan
bahwa disekitar kampong naga dan kampong naga mayoritas berpendidikan
SD/sederajat. Karena data dari kampong naga data tersebut tidak kami peroleh
secara rinci.
4) Mata pencaharian
Masyarakat umumnya adalah petani dan bergantung hidup penuh pada
alam. Mereka mengerjakan sawah masing-masing atau menjadi buruh tani dari
saudara sekampung yang lebih makmur. Untuk menambah penghasilan ada warga
Kampung Naga yang beternak ikan dikolam, beternak ayam dan kambing serta
menjual hasil kerajinan anyam-anyaman.
Mata pencaharian yang utama yang dilakukan masyarakat Kampung Naga
adalah bertani, walaupun mereka bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan
17
pribadi (subsisten) dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kampung Naga
dengan adanya lumbung padi (Leuit) yang harus diisi dari sumbangan padi tiap
warga Kampung Naga
18
Karyawan swasta 101 orang
Kontraktor 1 orang
Tukang kayu 40 orang
Tukang batu 25 orang
Guru swasta 20 orang
1) Bumi Ageung
19
Bumi Ageung (rumah besar), mempunyai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan perumahan warga, akan tetapi memiliki fungsi dan arti yang
sangat besar. Bangunan ini memiliki sifat sakral, karena dijadikan tempat
penyimpanan benda-benda pusaka dan dijadikan tempat tinggal tokoh yang paling
tua usianya diantara warga Kampung Naga lainnya, yang dianggap keturunan
paling dekat leluhur mereka. Rumah sakral ini terletak pada teras kedua dari
bawah. Bangunan ini sangat sunyi dan berpagar tinggi terbuat dari bambu dan
dirangkap dengan pagar hidup dari hanjuang.
Masjid dan bale petemon Kampung Naga terletak di daerah terbuka (open
space). Rincinya kedua bangunan tersebut berada di depan lapangan milik warga
masyarakat Kampung Naga. Masjid dan bale patemon merupakan dua bangunan
yang terletak di kawasan bersih yaitu di sekitar rumah masyarakat.
Masjid di Kampung Naga tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat ibadah atau
tempat menuntut ilmu agama. Lebih dari itu, fungsi Masjid Kampung Naga juga
sebagai tempat awal dan akhir dari pelaksanaan ritual Hajat Sasih. Jadi, selain
sebagai fungsi tempat ibadah, masjid juga memiliki fungsi lain yaitu tempat
pelaksanaan ritual adat. Sementara bale patemon mempunyai fungsi sebagai
tempat musyawarah milik masyarakat Kampung Naga.
20
Gambar 7 Mesjid
21
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
22
pancuran. Air pancuran langsung disadap dari selokan air atau lebih langsung lagi
dai seke atau sumur (mata air).
23
terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan.
Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami
merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.
Rumah yang berada di Kampung Naga jumlahnya tidak boleh lebih ataupun
kurang dari 110 bangunan secara turun temurun, dan sisanya adalah Masjid, leit
Gambar 10 denah dan sketsa rumah
24
apabila aliran listrik masuk maka akan terjadi kesenjangan sosial diantara
warganya yang berlomba-lomba membeli alat elektronik dan dapat menimbulkan
iri hati.
A. Tepas Imah
Tepas imah merupakan ruang paling depan yang biasa dijadikan ruang
tamu. Ruang ini merupakan ruang laki-laki manakala menerima tamu yang datang
ke rumah mereka. Walau berfungsi sebagai ruang tamu, tepas imah milik
25
masyarakat Kampung Naga tidak dilengkapi dengan meja dan kursi.
Tepas imah sekaligus berfungsi sebagai filter yang menyaring berbagai
kemungkinan pengaruh buruk yang akan masuk kedalam rumah. Oleh karena itu,
tepas imah juga dilengkapi dengan penolak bala yang terbuat dari ketupat yang
diisi beras dan di doa oleh bapak lebe pada saat bulan Muharam diganti setahun
sekali.ini dipercaya oleh masyarakat Kampung Naga sebagai penolak bala yang
menjaga seluruh penghuni rumah. Setahun sekali, setiap bulan Muharram,
Letak pintu depan tempat menggantung penolak bala tersebut tidak boleh
sejajar dengan pintu belakan atau pintu dapur. Rumah dengan posisi pintu yang
seperti itu dipercaya masyarakat tidak akan membawa keberuntungan. Selain itu,
mereka juga mempercayai bahwa posisi pintu tempat menggantung tangtang
angin yang sejajar dengan pintu belakang akan membawa kesulitan ekonomi bagi
pemiliknya, karena rezeki yang datang dari pintu depan akan langsung keluar
melalui pintu belakang tanpa sempat mampir di dalam rumah tersebut.
B. Tengah Imah
26
keluarga berkumpul. Bagi mereka yang memiliki anak, ruang tersebut berfungsi
sekaligus sebagai ruang belajar bagi mereka.
C. Pangkeng
Dapur dan goah merupakan kebalikan dari tepas imah karena wilayah ini
merupakan wilayah kekuasaan kaum wanita. Di ruang inilah sebagian besar kaum
wanita masyarakat Kampung Naga menghabiskan waktunya. Dapur berfungsi
sebagai tempat memasak dan menyediakan hidangan. Sedangkan goah merupakan
tempat penyimpanan beras atau gabah, dan bahan kebutuhan pokok lainnya.
Untuk meringankan pekerjaan, letak dapur dan goah sengaja dibuat secara
berdekatan.
27
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
E. Kolong Imah
B. System kemasyarakatan
28
System kepemimpinan mempunyai dua pemimpin. Pemimpin pertama
sering disebut pemimpin formal, merupakan perpanjangan birokrasi. Sedangkan
pemimpin yang kedua adalah Kepala Adat. Karena tidak mempunyai hubungan
langsung dengan birokrasi, kepala adat sering disebut pemimpin nonformal.
Mengenai ketaatan mereka kepada pemerintah, mereka merujuk kepada
falsafah “Tatali kumawulang ka agama jeung darigama, saur sepuh aya tilu,
panyaur gancang temonan, parentah gancang lampahan pamundut gancang
caosan, upami teu udur ti agama jeung darigama. Pamarentah lain lawaneun
tapi taateun salila teu udur ti agama jeung darigama” (Ada tiga hal yang
dikatakan oleh orang tua dahulu mengenai aturan dalam mengabdi kepada agama
dan darigama yaitu: panggilan cepat datangi, perintah cepat laksanakan, dan
permintaan cepat penuhi. Pemerintah bukanlah sesuatu yang harus dilawan tapi
sesuatu yang harus ditaati selama tidak bertentangan dengan aturan-aturan agama
dan darigama (Darigama merupakan aturan-aturan hidup yang dipegang oleh
masyarakat Kampung Naga selain agama. Aturan-aturan tersebut diantaranya
adalah aturan-aturan adat dan aturan-aturan yang turun dari pemerintah))
Falsafah Amanat, wasiat dan akibat, serta pamali merupakan dua hal yang saling
memberikan kekuatan.
29
3) Lebe Yaitu Bpk Ateng Jaelani
Mengurus jenazah dari awal sampai akhir dan yang membaca doa pada
setiap upacara
Dalam sistem politik kami tekankan pada pemilihan ketua adat yaitu
dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana yang dijadikan kandidat yang
akan duduk di pemerintahan adalah orang-orang yang dianggap berpengalaman
dan berpengetahuan tinggi dalam bidang-bidang yang ada.
C. System Religi
30
mereka kepada agama merupakan kewajiban yang diturunkan leluhur mereka.
Dan ini berarti juga bentuk ketaatan mereka kepada adat istiadat yang selama ini
mereka pegang teguh
31
dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah,
letak, arah rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.
a) Menyepi
32
b) Hajat Sasih
Upacara Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh warga adat Sa-Naga, baik
yang bertempat tinggal di Kampung Naga maupun di luar Kampung Naga.
Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkah dan
keselamatan kepada leluhur Kampung Naga, Eyang Singaparna serta menyatakan
rasa syukur kepada Tuhan yang mahaesa atas segala nikmat yang telah
diberikannya kepada warga sebagai umat-Nya.
D. SISTEM BAHASA
33
Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan
bahasa Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan.
Adapula yang bisa berbahasa Indonesia itupun masih terlihat kaku dalam
pengucapannya.
E. SUMBER AIR
Air untuk kebutuhan kampong naga berasal dari dua sumber yang
dialirkan melalui buluh bamboo, air dari mata air disebelah selatan kampong
digunakan hanya untuk minum dan memasak, sedangkan untuk keperluan mandi,
MCK wudhlu berasal dari sangai ciwulan dan air permukaan yang melewati
sawah masuk ke bak – bak penyaringan untuk dialirkan ke bak air wudlu dan
jamban.
Gambar 14 Sumber air bersih untuk minum
34
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
F. PENERANGAN
Untuk penerangan warga kampong naga ini memakai lampu temple dari
minyak tanah yang disubsidi dari pemerintah, masyarakat tidak memakai listrik
dengan alas an bahwa bahan bangunan pemukiman yang ada dikampung naga
tidak cocok menggunakan listrik dan mudah terjadi kebakaran.
35
G. KESENIAN
1) Terbang gembrung
36
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
2) Angklung
37
Cara memainkannya dengan menggoyang-goyangkan instrumen bambu tersebut,
dan setiap unit angklung memiliki nada suara berbeda.
Dalam fungsinya sebagai alat hiburan, angklung digunakan untuk mengiringi
jempana pada perayaan 17 Agustus, dan khitanan masal.
3) Terbang sejak
Alat music ini didigunakan pada perayaan 17 agustu dan khitanan masal
H. PERKAWINAN
38
perkawinan bagi masyarakat Kampung naga adalah Upacara yang
dilakukan setelah selesainya akad nikah. Adapun tahap-tahap upacara tersebut
adalah sebagai berikut : upacara sawer, nincak endog, buka pintu, ngariung,
ngampar, dan diakhiri dengan munjungan
setelah menikah biasanya pasangan tinggal dipihak istri tapi ada juga yang
tinggal dipihak suami sampai mempunyai rumah sendiri.
Memakan buah Munu yang telah diberi jampi atau do’a oleh paraji dimakan
oleh laki – lakinya dan perempuannya.
Pertanda jika kedepannya akan terjadi kehamilan akan terdengar oleh paraji
suara burung hantu, dan jika tidak terdengar pertanda tidak akan punya anak.
I. PAKAIAN
Pakaian adat yang ada di Kampung Naga terdiri dari dua, yaitu pakaian
adat yang dipakai sehari-hari dan pakaian adat yang khusus dipakai saat ada
39
upacara ritual. Pakaian adat ini memiliki empat unsur yang dapat dibedakan
secara jelas dibandingkan dengan masyarakat umumnya.
Diantaranya adalah baju kampret (mirip jubah) berwarna putih atau hitam,
totopong atau ikat kepala dari kain batik, sarung poleng (pelekat) atau calana
komprang (mirip dengan celana kolor panjang), berwarna putih, biru atau hitam.
Bentuk pakaian yang dipakai ketika Hajat Sasih menyerupai jubah berlengan
panjang. Jubah tersebut mirip dengan jubah yang dipakai oleh mayarakat Arab,
hanya saja jubah Kampung Naga tidak memiliki kancing. Untuk merapatkannya,
dalam jubah tersebut terdapat seutas tali dari kain. Sebagian besar warna pakaian
tersebut adalah putih. Akan tetapi ada pula yang berwarna biru telur asin. Selain
itu, mereka juga menggunakan tutup kepala yang disebut totopong, atau iket khas
masyarakat Kampung Naga. Mereka juga memakai sarung poleng tanpa celana
dalam, tanpa alas kaki dan tanpa perhiasan apapun terutama dari logam.
J. PANTANGAN – PANTANGAN :
2) Hutan larangan merupakan satu dari dua hutan yang disakralkan oleh
masyarakat Kampung Naga. Hutan ini berada di sebelah timur
perkampungan di seberang Sungai Ciwulan. Tidak berbeda dengan hutan
keramat, hutan larangan juga terjaga kelestariannya. Masyarakat
Kampung Naga memiliki kepercayaan bahwa hutan larangan merupakan
tempat para dedemit yang dipindahkan oleh Sembah Dalem Eyang
Singaparna ke hutan tersebut sebelum membangun perkampungan.
40
3) Bumi Ageung merupakan tempat sakral ketiga yang tidak boleh dimasuki
oleh masyarakat kecuali oleh kuncen, punduh adat, lebe dan patunggon
bumi ageung. Rumah ini berada di tengah-tengah antara hutan keramat
dan hutan larangan. Bumi ageung mereka percayai sebagai kawasan netral
yang berada antara sisi positif (hutan keramat) dan sisi negatif (hutan
larangan) yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga.pengunjung pun
tidak boleh mengambil gambar bumi ageing ini dalam jarak yang terlalu
dekat, minimal 5 meter.
K. BUDAYA MAKAN
BAB IV
41
POLA PENGASUHAN ANAK
A. MASA PRENATAL
Pada setiap kehamilan ibu merasa pusing , mual dan muntah, ngidam ini
berlangsung sampai 3-4 bln pertama bahkan pada anak ketiga ibu mengeluh
sampai usia 7bln.istilah yang ibu tahu pada kehamilan adalah pada umur 1bln
disebut gumulung, 4bln disebut mangrupa, dan pada umur 7 bulan disebut malik
.Ibu memeriksakan kehamilannya dengan rutin ke bidan Nur di rancak setiap
bulan pada trimester I dan II, dan I minggu sekali pada saat trimester III, untuk
kesehatan kehamilannya ibu meminum vitamin yang di berikan oleh bidan dan
makan makanan yang bergizi,kadang2 minum susu.
Upacara yang dilakukan selama hamil yaitu pada umur kehamilan 3 bln
ditetepkeun oleh paraji dengan ritual diurut dan diberi air doa yang harus diminum
dan benda seperti bawang putih, gunting kuku dan panglai yang sudah diberi doa
tolak bala harus disematkan dipakaian ibu tersebut selama hamil kemanapun
pergi.
Pada usia 7 bulan dilakukan ritual mandi kembang yang dipimpin oleh
paraji.Pantangan pada saat hamil bagi ibu adalah Keluar pada sore, malam hari
dan subuhMakan es, baso dan nanasPantangan pada saat hamil untuk keluarga
yaitu : membelitkan handuk ke leher .Mempersiapkan baju bayi pun tidak boleh
sebelum lahir, jika bayi lahir, baju akan dipinjamkan oleh keluarga atau tetangga
yang mempunyai baju bayi.
Semua kelahiran yang ibu alami adalah normal ditolong oleh ibu bidan
Nur didampingi oleh paraji dirumahnya.Placenta yang dilahirkan dikuburkan
harus di bawah rumahnya , sebelumnya placenta itu dimasukan kedalam awi
ruwat kemudian ditutup kain boeh ( kafan ) lalu diberi bumbu.tempat placenta
42
dikuburkan setiap hari pada pagi dan sore harus disiram pakai air yang panas agar
tidak dikerumuni oleh semut,karena jika dikerumuni oleh semut nanti anaknya
akan rewel,cengeng.
Setelah ibu bersalin paraji akan memberikan beras dan cikur dan air
citalawangkar yaitu air dari coet atau pecahan batu,genting kemudian dibakar
sampai menjadi bara lalu diseduh dan diminum hanya satu kali saja setelah
melahirkan.
Bayi diberikan ASI 3 hari pertama oleh tetangga atau keluarga yang lain
yang lagi menyusui karena siibu ASInya blm keluar.tetapi menurut siibu memang
kebiasaannya seperti itu.
Ibu dirawat selama 40 hari oleh paraji dan suami naik setelah 3 bulan.Ibu
berKB dengan cara injeksi di bidan.karena keinginan ibu tuk punya aanak
cukup.dan keputusan ini didukung oleh suami.Jika ibu atau anaknya sakit sebelum
kedokter atau bidan dijampe dulu oleh paraji atau ke sesepuh yang bisa
mengobati.
Ritual- ritual yang dilakukan selama persalinan sampai dengan 40 hari yaitu :
Setelah bayi lahir bayi dibedong terus dimasukan kedalam ayakan bersama
dengan pakaian bapak dan ibunya, lalu siayakan tadi disimpan ditengah rumah,
kemudian paraji memukulkan alu sebanyak 3 kali disamping ayakan tadi, sambil
membaca do’a, setelah itu ayakan dibawa keatas hawu yang sedang mati sambil
paraji berkata silahkan ambil sifat jeleknya seperti rewel, cengeng dll dan ditampi
sifat baiknya.
Biasanya nyalametkeun orok ini pada hari ke 3 ritual yang dikerjakan adalah
keluarga menyembelih ayam kemudian mengambil sedikit darah ayam lalu
dioleskan dikening ibu yang baru melahirkan dan juga bayinya ini disebut dengan
43
ritual ngagantian getih ( mengganti darah ) dan ayamnya dijadikan ayam bakakak
untuk paraji.
Ibu ditameuh yaitu berupa racikan yang dibuat oleh paraji yang disimpan
diatas perut siibu pada ke 3malam, ke 7 malam, ke 20 malam, ke 25 malam,1
bulan dan 40 hari.Setelah 40 hari paraji menyerahkan air cucian beras pada suami
dan keluarga yang pernah mencuci baju si ibu yang melahirkan.
Sekarang ini Lina beserta adiknya yang paling dekat sudah tidur terpisah
dengan orang tuanya namun masih dalam satu ruangan tetapi dihalangi oleh
lemari.pemisahan tempat tidur ini tidak dipaksakan oleh kedua orang tuanya tetapi
bagaimana keinginan anaknya saja.
Semenjak usia 7 tahun Lina mengaji di mesjid yaitu membaca Iqra dan
sekolah SD.Lina sewaktu kecil bermain di halaman rumahnya kadang sampai
makan pun mereka makan didepan rumah bersama teman – temannya.
Pada saat Lina mulai beranjak remaja dan mendapatkan haid pertama tidak
ada ritual khusus yang dilakukan dan sebelumnya ibunya tidak memberitahu,
dengan alasan nanti juga sianak akan tahu sendiri begitu pula dengan pendidikan
seks.Kegiatan setelah pulang sekolah selain belajar dan membantu ibuny dirumah
lina bermain bersama- sama teman seusianya.menurut Lina banyak temannya
yang tidak melanjutkan sekolah seperti dirinya.dan kegiatan mereka yang tidak
sekolah selain membantu orang tuanya bermain bersama teman- temannya. Untuk
mempunyai pacar Lina dinasehati oleh ibunya untuk tidak berpacaran dulu tapi
untuk sekolah yang rajin karena malu oleh uwanya yang telah membiayainya.Tapi
untuk jodoh kelak orang tuanya tidak akan memaksakan keinginan anaknya untuk
mencari sendiri, karena jika tidak cinta atau saling suka rumah tangganya tidak
akan langgeng, karena orang tuanya juga mencari sendiri jodohnya.
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
45
termasuk sistem nilai yang menunjukkan aturan hubungan timbal balik yang ada
dalam masyarakat. Ketaatan masyarakat terhadap tradisi membentuk pola perilaku
secara mandiri, demikian juga terhadap etika sosial membentuk cara bertindak
yang relatif sama diantara sesama warga misalnya bangunan rumah (model, warna
dan bahannya), membuat kerajinan tangan (model, motif dan bahannya),
berusahatani padi (bibit dan teknik budidayanya), beternak kambing (bibit dan
teknik pemeliharaannya), memelihara ikan air tawar (bibit dan cara budidayanya),
dan membuat pupuk organik (bahan baku dan komposisinya).
46
B. SARAN
Untuk kondisi rumah juga harus dipertahankan karena selain rumah itu
tahan gempa ( dibuktikan pada saat ada gempa diTasikmalaya rumah dikampung
Naga tidak ada yang rusak satu pun) juga cukupnya ventilasi dan penerangan yang
cukup pada siang hari.
47
Untuk masalah pendidikan masyarakat kampung Naga masih perlu
motivasi yang lebih baik agar para orang tuanya mau menyekolahkan anaknya ke
sekolah yang lebih tinggi agar bisa memajukan kampung Naga itu sendiri.karena
untuk bersekolah tidaklah melanggar adat,tapi salah satu alasannya adalah
masalah ekonomi.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Rifati Heni Fajria dan Toto Sucipto 2002, kampong Naga dan rumah adat
4. Toto Sucipto dan Firdaus Gunadi S 2010 Hand Out Materi ISBD Akademi
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_Adat_di_Kampung_Naga
8. http:/ isavitri.files.wordpress.com/2009/05/kampungnaga.jpg[/img]
49
LAMPIRAN
Data Informan
2. Umur : 47 tahun
3. Pendidikan : SD
5. Pangkat : ketua RT
Data Informan
1. Nama : Bp Ma’un
2. Umur : 74 tahun
3. Pendidikan : SR
7. Jumlah anggota keluarga : 4 orang , yaitu istri dan anak yang paling kecil
yang baru menikah bersama menantunya.
DATA INFORMAN
2. Usia : 60 tahun
50
4. Pekerjaan : Jualan 3 minggu 1 kali
DATA INFORMAN
1. Nama : Tn. Umar / Ny. Isah
2. Usia : 37 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 2 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
DATA INFORMAN
DATA INFORMAN
1. Nama : Tn. Judad / Ny. Een
2. Usia : 43 tahun
51
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 3 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
1. Nama : Ny. Nanah (janda)
2. Usia : 55 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 4 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
1. Nama : Tn. Nana / Ny. Aan
2. Usia : 35 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 2 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
DATA INFORMAN
1. Nama : Tn. Danu / Ny. Ilot
52
2. Usia : 45 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 3 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
1. Nama : Ny. Omah (janda)
2. Usia : 59 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 3 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
DATA INFORMAN
1. Nama : Tn. Jaka
2. Usia : 37 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Tani
5. Alamat : Kampung Naga Rt. 01 / 01
6. Jumlah Anak : 3 orang
7. Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
53
Nama : Ibu. Uyat
Usia : 45 th
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Pengrajin anyaman bambu dan lidi
Alamat : Kampung Naga Rt 01 rw 01
Jumlah Anak : 3 (1 laki-laki dan 2 perempuan )
Jumlah anggoTa Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
Nama : Bpk. Danu
Usia : 40 th
Pendidikan : SD sampai kelas 5
Pekerjaan : Petani dan pengrajin
Alamat : Kampung Naga Rt 01
Jumlah anak : 3 orang
Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
DATA INFORMAN
Nama : Bpk. Iin
Usia : 41 th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kampung Naga Rt 01 Rw 01
Jumlah Anak : 2 ( 1 laki-laki dan 1 perempuan )
Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
DATA INFORMAN
Nama : Ibu. Aan
Usia : 30 th
Pendidikan : SD
54
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kampung Naga Rt 01
Jumlah Anak : 2 orang
Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
DATA INFORMAN
Nama : Ibu. Dede
Usia : 25 th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT dan pengrajin anyaman bambu
Alamat : Kampung Naga Rt 01 Rw 01
Jumlah Anak : 1 orang
Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang
DATA INFORMAN
Nama : Ibu. Yati
Usia : 60 th
Pendidikan : Sampai kelas 4 SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kampung Naga
Jumlah Anak : 4 orang
Jumlah Anggota Keluarga : 2 orang
DATA INFORMAN
55
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kampung Naga Rt 01 rw 01
Jumlah Anak : 1 ( perempuan )
Jumlah Anggota Keluarga : 3 Orang
Data Informan
1. Nama : Bp Judin
2. Umur : 54 tahun
3. Pendidikan : SR
5. Pangkat : warga
6. Jumlah anak : 1
Data Informan
2. Umur : 36 tahun
3. Pendidikan : SD
5. Pangkat : warga
56
7. Jumlah anggota keluarga : 5 orang
Data Informan
1. Nama : Lina
2. Umur : 14 tahun
3. Pendidikan : SMP
5. Pangkat : warga
FOTO - FOTO
57
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
58
Sumber PKL ISBD Poltekkes Jalur khusus 2010
59
Gambar 23 pekarangan rumah tempat bermain
60