Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI PPKN P10

Ancaman separatisme dikaitkan dengan implementasi Wawasan Nusantara.

Gerakan separatis, merupakan fenomena umum di beberapa negara yang maksudnya


ingin memisahkan diri dari negara, yang sejak semula diperjuangkan dan dipatuhi bersama.
Berbagai faktor yang melatarbelakangi separatisme; utamanya Pemerintah pusat tidak
memperhatikan pembangunan (ekonomi) di daerah tersebut. Menyusul penerapan hukum
yang tidak adil. Berikutnya semangat kedaerahan (sukuisme) yang sangat kuat, dan tidak mau
dipimpin (di bawah kendali) suku lain. Dan terakhir adanya propaganda (intervensi asing),
baik secara tersamar maupun terlihat. Separatisme sebagai modal dalam rangka memisahkan
diri dari negara semula, merupakan perwujudan perlawanan bersenjata. Pada mulanya terjadi
polarisasi sosial, ekonomi, hukum, ras, dan etnis, yang kemudian berubah menjadi konflik.
(Suharyo 2010).

Berbicara khusus tentang gerakan separatis di Indonesia, sesungguhnya kejahatan


terhadap keamanan dan keutuhan negara RI sudah ada sejak awal kemerdekaan yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari ketidakpuasan yang sangat meluap
beberapa tokoh daerah tentunya didukung kelompok masyarakat lokal terhadap pemerintah
pusat, dalam proses selanjutnya karena antisipasi pemerintah pusat yang kurang maksimal,
pada gilirannya akan semakin memantapkan gerakan separatis tersebut. Di Indonesia,
gerakan separatis mempunyai sejarah yang panjang. Yang pernah ada yaitu Gerakan PRRI
dengan basis di Sumatera Barat dengan diawali suatu rapat raksasa di Padang pada tanggal 10
Februari 1958, Gerakan Darul Islam 21 September 1953 di Aceh, yang kemudian berakhir
tahun 1964 dengan pimpinan Teuku Daud Beureuh Ulama Aceh yang disegani. Dan GAM
lahir pada tahun 1976 dengan pimpinan Hasan Tiro yang kemudian melebar sampai sekarang.
Di daerah timur Indonesia juga pernah muncul Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada akhir
Juli 1965. Dalam tahun-tahun terakhir ini kekuatan OPM timbul dan tenggelam, dan tidak
terlalu merepotkan pemerintah (negara) Indonesia. Selebihnya gerakan separatis dalam skop
terbatas (kecil) yang dalam waktu tidak terlalu lama, dapat ditangani oleh pemerintah
(Suharyo 2010).

Pemahaman terhadap kondisi ini harus berangkat dari konsepsi Wawasan Nusantara
(wasantara) melalui tilikan terhadap astagatra (delapan gatra) yang ada di dalamnya.
Astagatra tersusun dari gatra-gatra statis (trigatra), yang meliputi geografi, demografi, dan
sumber kekayaan alam (SKA) yang dimiliki Indonesia, dan gatra-gatra dinamis (pancagatra)
yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan dan keamanan
(Pandoyo, 1994). Dengan pemahaman yang komprehensif, integral, dan integratif melalui
astagatra maka akan dapat diketahui secara objektif, permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dan bagaimana mencari solusinya (Wardoyo 2015). Dalam rangka memahami
konsep Wawasan Nusantara menjadi melembaga pada semua komponen masyarakat
Indonesia, adalah yang paling utama adalah menciptakan rasa nasionalisme kepada bangsa
kita sendiri yang kaya akan segala potensi yang ada dialam Indonesia dan juga berusaha
untuk dapat mempertahankan kesatuan dan persatuan kita untuk mempertahankan integritas
bangsa Indonesia (Likum 2005)
Sumber:

Wardoyo B. 2015. Global. Jurnal Politik Internasional, 17(1): 1-15.

Suharyo. 2010. Interaksi Hukum Nasional Dan Internasional Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Separatisme Di Indonesia. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI.

Lukum R. 2005. Upaya Peningkatan Pemahaman Wawasan Nusantara Sebagai Sarana Dalam
Meningkatkan Semangat Nasionalisme Bagi Warga Negara Indonesia. Jurnal
Universitas Negeri Gorontalo, 1(1): 1-23.

Saya setuju dengan pernyataan yang disampaikan oleh Siti Anisa Yahya, wawasan
nusantara adalah doktrin politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi, demografi, teknologi dan kemungkinan
strategik yang tersedia. Dengan perkataan lain, wawasan Nusantara adalah geopolitik
Indonesia. Dan nilai yang terkandung didalam wawasan nusantara telah diintegrasikan
didalam lima aspek secara intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan ekonomi,
kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan untuk ekstern nilai integrasi itu
diusahakan dengan ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Usaha mememlihara persatuan dari gerakan separatisme berdasarkan wawasan


nusantara adalah diharapkan kepada bangsa ini bisa menjadikan seluruh warga negara
Indonesia memiliki rasa satu bahasa, senasib serpenanggungan, setanah air, serta mempunyai
satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa. Hal ini perlu disadari oleh adanya satu kenyataan
bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam agama , suku, adat dan kebiasannya, serta
berbeda-beda faham dan aspirasinya. Untuk itu yang harus dilakukan adalah meningkatkan
persatuan bangsa dalam rangka keadilan sosial sehingga kepentingan suku, kepentingan
agama, tidak diletakkan di atas kepentingan golongan. Untuk itu pula keaneka ragaman itu
sendiri mempunyai daya tarik kearah kerja sama dalam persatuan, serta mengusahakan atau
meniadakan perselisihan dan perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai