Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI PPKN P8

Materi diskusi : Pergantian kekuasaan di Afganistan serta pengaruhnya terhadap geopolitik


dunia dan Indonesia

Serangan terror pada 9/11 di Amerika Serikat mengakibatkan konflik berkepanjangan


di Afghanistan, cara-cara “hard power” ditempuh Barat untuk membumihanguskan akar
terrorisme yang di duga dilindungi rezim Taliban Afghanistan ketika itu, dan nyatanya upaya
ini tidak berdampak signifikan. Konflik pun melebar, melibatkan banyak aktor termasuk
aktor non-state seperti kelompok Taliban (Fauzi 2020). Taliban merupakan salah satu
gerakan Islam mujahidin yang pernah memimpin Afghanistan pada tahun 1996 sampai 2001.
Taliban disebut-sebut sebagai kelompok perlawanan Islam paling penting dalam sejarah
Afghanistan kontemporer. Sekitar 90% wilayah dan pemerintahan Afghanistan dikuasai oleh
Taliban. Taliban telah menguasai empat dari lima kota utama di Afghanistan, yakni Kabul,
Kandahar, Herat, dan Jalalabad. Taliban menggunakan ideologi paham Deobandi yang
konservatif dan Pashtunwali yang bersifat lokal. Dengan ideologi yang dianut itu, Taliban
mengedepankan pandangan dan sepak terjang yang kaku dan cenderung menggunakan
kekerasan. (Nafisah 2019). Tidak adanya titik temu perdamaian antara kelompok bersenjata
Taliban dengan pemerintah Afghanistan menimbulkan ke khawatiran bagi negara-negara
tetangga, salah satunya adalah Tiongkok yang notabene adalah emerging power namun tidak
pernah terlibat selama konflik berlangsung (Fauzi 2020).

Afghanistan akan terus memperlihatkan diri sebagai negeri yang tidak berhenti dari
pergolakan, akibat sektarianisme dan proxy war negara asing. Kunjungan Taliban ke China
menambah energi Taliban, di luar dukungan Iran dan Pakistan, untuk berkuasa kembali di
Afghanistan. Rusia kini dapat menertawai kekeliruan langkah AS yang mengulangi kesalahan
Soviet. Sayang, Negara Indonesia dan kelompok negara islam lainnya juga tidak mampu
mendamaikan sesama kaum Muslim yang berperang di Afghanistan, yang akan menyebabkan
mengalirnya gelombang pengungsi hebat, termasuk ke Indonesia. Melalui Grup Regional
Timur Tengah/Arab/ Afrika Utara dalam Uni Parlemen Internasional (IPU), berbagai forum
kerja sama yang lebih khusus, seperti Perhimpunan Parlemen Asia (APA) dan Organisasi
Kerja Sama Islam (OKI), selama ini juga sulit mencarikan jalan keluar yang menawarkan
resolusi konflik yang dinilai fair dan dapat diterima semua pihak yang berkonflik.
(Nainggolan 2021).

Sumber:

Fauzi A. 2020. Kepentingan Tiongkok Dibalik Upaya Perdamaian Antara Pemerintah


Afghanistan Dengan Taliban Periode 2016-2019 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Nafisah D. 2019. Afghanistan Di Bawah Pemerintahan Taliban Tahun 1996-2001 M


[Skripsi]. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Nainggolan PP. 2021. Taliban Merebut Kembali Kekuasaan di Afghanistan. Jurnal Info
Singkat, 13(16): 7-12.

Setelah berkuasa, Taliban langsung mengganti peraturan dengan dasar Syariah Islam
versi mereka. Taliban secara ketat memberlakukan peraturan-peraturan tersebut. Dari semua
aturan-aturan yang telah diterapkan Taliban kepada rakyat Afghanistan tersebut sesuai
dengan konsep kekuasaan menurut Faucoult yang mengatakan bahwa dimana ada relasi disitu
pasti ada kekuasaan. Taliban merupakan gerakan yang berasal dari suku Pashtun dan
mayoritas warga Afghanistan merupakan suku Pashtun, sehingga membuat Taliban banyak
pendukungnya. Setelah berkuasa Taliban menggunakan kekuasaan yang represif. Selain itu
ada bukti-bukti keterlibatan Taliban dengan gerakan-gerakan teroris. Komisi Nasional
Serangan Teroris di AS menemukan bahwa alQaeda telah menggunakan Afghanistan sebagai
tempat untuk melatih dan mendoktrin para pejuang, mengimpor senjata dan berkoordinasi
dengan jihadis lainnya. Semua itu dengan izin dari Taliban. Selanjutnya penegakan
peraturan-peraturan tersebut membuat rakyat Afghanistan tidak menyukai Pemerintah dan
juga membuat Taliban dikecam oleh dunia. Pada 7 Oktober 2001 kekuasaan Taliban di
Afghanistan digulingkan oleh Amerika Serikat dikarenakan perlindungan Taliban terhadap
Osama bin Laden.

Anda mungkin juga menyukai