Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Taliban merupakan salah satu gerakan Islam mujahidin yang Pernah
memimpin Afghanistan pada tahun 1996 sampai 2001. Taliban Disebut-sebut
sebagai kelompok perlawanan Islam paling penting dalam Sejarah Afghanistan
kontemporer. Pada awal kemunculannya sekitar Tahun1994, para pengamat
politik, terutama Barat, belum menempatkan Taliban sebagai entitas penting
dalam menggambarkan politik di dunia Islam. Namun, studi tentang Taliban mulai
bermunculan pada akhir 1990-An dan semakin gencar dibahas setelah adanya
peristiwa 11 September 2001. 1 Sekitar 90% wilayah dan pemerintahan
Afghanistan dikuasai oleh Taliban.2 Taliban telah menguasai empat dari lima kota
utama diAfg akni Kabul, Kandahar, Herat, dan Jalalabad.
Hanya Mazar Syarif di utara yang berada di luar jangkauan Taliban. Jika
Mazar Syarif Bisa dikuasai Taliban, dengan begitu akan sulit membantah bahwa
Afghanistan sudah jatuh di tangan Taliban. Pada abad ketiga sampai abad
kedelapan, agama Budha adalah Agama yang berpengaruh di Afghanistan. Islam
baru masuk pada akhir Abad ketujuh dan mulai menyebar di Afghanistan ketika
penyerbu Arab Dari Dinasti Umayyah menggulingkan Persia.
Pada Abad kesepuluh, penguasa Islam mengundang Samanids dari
Bukhara (sekarang Uzbekistan), untuk memperluas pengaruh Islam ke dalam
Afghanistan. Perubahan Afghanistan menjadi Islam terjadi selama Kekuasaan
Ghaznawi di abad kesebelas. 4 Afghanistan tidak pernah berhenti mengalami
pergolakan, Sehingga tidak ada kestabilan baik itu dari sisi keamanan, politik,
sosial, Maupun ekonomi. Sepanjang abad ke-16 hingga abad ke-21 terjadi
Peperangan hingga turun temurun berebut kekuasaan, mulai dari perang Antar
suku di Afghanistan hingga perang dengan negara lain seperti Inggris, Uni Soviet
dan Amerika Serikat.
Afghanistan sangat penting bagi Uni Soviet karena letaknya yang startegis
dan juga sebagai jalan atau jembatan Uni Soviet untuk bisa Memperluas
pengaruhnya ke wilayah Samudera Hindia. Afghanistan dijuluki “atap dunia”,
karena merupakan pertemuan Dari tiga puncak gunung tertinggi di dunia, yaitu
Himalaya, Hindu Kush Dan Korakorum. Pegunungan Hindu Kush dan anak
pegunungannya
Membagi Afghanistan menjadi tiga wilayah geografi yang berbeda, yaitu Dataran
Tinggi Sentral, Dataran Utara dan Dataran Tinggi Barat Daya.
Afghanistan dibawah Taliban ini mengambil hak asasi perempuan, Enam bulan sejak
Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, negara tersebut kini lebih aman
dan aksi kekerasan tidak sebanyak yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir;
tetapi perekonomian negara tersebut yang dulunya didukung bantuan internasional
kini menuju kehancuran.
Puluhan ribu warga Afghanistan telah melarikan diri atau dievakuasi, termasuk
sejumlah besar anggota kelompok elit yang berpendidikan. Mereka khawatir akan
masa depan perekonomian dan kurangnya kebebasan di bawah kepemimpinan
kelompok yang menerapkan interpretasi Islam yang keras, yang pada masa
pemerintahan sebelumnya – pada akhir 1990-an – telah melarang anak perempuan
bersekolah dan melarang perempuan bekerja.
Sejak pengambil-alihan pemerintahan itu juga, Taliban segera Mengorbitkan
kebijakan-kebijakan pemerintahan yang baru terbentuk tersebut.
Sambil melacak keberadaan Rabbani dan Hikmatyar di wilayah utara dan Menyusun
strategi praktis untuk menaklukkan tiga propinsi yang belum jatuh, Penerapan hukum
Islam di Afghanistan mulai diberlakukan termasuk Permasalahan-permasalahan teknis
keseharian. Dengan berdenyutnya kembaliJa olitik dan nadi pemerintahan Kabul di
bawah Taliban, Afghanistan jelas
Akan menghadapi tantangan-tantangan baru. Terutama visi politik dan
Pemerintahan Islam ini jelas akan menjengkelkan Barat, yang selama iniMemandang
Islam sebagai tantangan hegemoninya, bersama para pengikutnya.
Begitu pula sebaliknya, Barat, terutama Amerika Serikat, akan menjadi
Tantangan serius bagi Taliban. Hal ini mengingat Amerika Serikat dan Barat juga
Memerlukan konflik untuk menguatkan status identitasnya, di samping tujuan
42 Harian Kompas tanggal 28 September juga menulis tentang penerapan
hukumIslam dan pelaksanaan masalah-masalah teknis yang berhubungan dengan
pelayanan negara kepada m asyarakat. “Namun pemerintahan Taliban berjalan efektif.

B. Rumusan masalah
• Mengapa Taliban mengambil alih Afghanistan?
• Hak perempuan apa saja yang sudah diambil?
• Kenapa Afghanistan disebut negara yang berbahaya untuk perempuan?

C. Tujuan Pembahasan
• Agar mengetahui bagaimana Taliban mengambil alih Afghanistan sehingga
terjadinya Afghanistan dibawah Taliban
• Beberapa hak perempuan diambil paksa oleh Taliban
• Dan mengapa Afghanistan disebut negara yang berbahaya untuk perempuan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Isi

Monesa Mubarez tidak ingin mengorbankan hak yang sudah diperjuangkan


perempuan Afganistan selama 20 tahun. Sebelum Taliban merebut kuasa di Kabul
15 Agustus 2021, perempuan berusia 31 tahun itu menjabat Direktur Pengawasan
di Kementerian Keuangan. Dia termasuk generasi perempuan Afganistan yang
meraih kemerdekaan yang hilang selama kekuasaan Taliban pada dekade 1990an.
Bagi generasi sebelum atau sesudahnya, kebebasan bertutur dan berkarya adalah
hal asing.

Monesa sendiri kehilangan pekerjaannya di kementerian setelah Taliban naik


tahta. Mereka membatasi hak perempuan bekerja, memaksakan pakaian tertutup
dan menutup sekolah perempuan di penjuru negeri. “Satu perang berakhir, tapi
perjuangan untuk menjamin hak perempuan Afganistan baru saja dimulai,” kata
dia. “Kami akan bersuara lantang terhadap setiap ketidakadilan sampai nafas
terakhir,” imbuh perempuan yang menetap di Kabul itu

Oposisi perempuan, Tekadnya terlihat dari beragam aksi demonstrasi yang


diikutinya, meski besarnya risiko ditangkap aparat Taliban. Namun luapan protes
semacam itu mulai surut. Demonstrasi terakhir yang diikuti Monesa digelar 10
Mei silam. Mereka kini bertemu di rumah-rumah atau dalam acara tertutup untuk
membahas hak sipil dan isu perempuan lain. Tumbuhnya kesadaran akan hak
perempuan termasuk warisan Republik Islam Afganistan yang masih menyiratkan
harapan.

“Kami akan memperjuangkan kemerdekaan kami sendiri, kami berjuang demi hak
dan status, kami tidak bekerja untuk negara, organisasi atau lembaga apapun. Ini
adalah negara kami. Ini adalah kampung halaman kami. Kami berhak hidup di
sini,” tukasnya kepada Reuters.Ut erempuan PBB untuk Afganistan, Alison
Davidian, mengatakan kisah Monesa bukan hal unik di Afganistan.

“Bagi banyak perempuan di dunia, berjalan di luar rumah adalah hal biasa,”
ujarnya, “tapi bagi banyak perempuan Afganistan, hal sederhana ini bernilai besar.
Ia adalah sebuah perlawanan.” Perlawanan lewat pendidikan Pemberangusan hak
perempuan oleh Taliban menjadi alasan utama negara Barat membekukan aset dan
bantuan bagi Afganistan. Seretnya kas negara ikut mempercepat keruntuhan
ekonomi dan memicu krisis pangan. Pejabat senior Taliban di sejumlah
kementerian mengklaim semua kebijakan dibuat oleh pemimpin tertinggi, yang
bersikeras menerapkan Syariah Islam sesuai interpretasi pribadi. Saat ini
Afganistan tercatat sebagai satu-satunya negara di dunia yang melarang
perempuan belajar di sekolah menegah atas dan perguruan tinggi.
Maret lalu, Taliban mengumumkan akan membuka sekolah menengah
pertama bagi murid perempuan. Tapi keputusan itu diralat keesokan paginya,
ketika anak perempuan berduyun-duyun datang ke sekolah."Kami berharap
sekolah akan kembali dibuka,” kata Kerishma Rasheedi, yang berusia 16 tahun,
yang sementara ini belajar dengan guru privat. Dia ingin mencari suaka ke luar
negeri jika Taliban tetap melarang perempuan bersekolah. "Saya tidak akan
berhenti belajar,” katanya. Sejauh ini, upaya dunia internasional melindungi hak
perempuan Afganistan terbentur sikap keras Taliban. Sebagian perempuan
mengaku terpaksa menerima norma baru demi mencari nafkah.

"Saya cinta pekerjaan saya,” kata Gulestan Safari, yang berusia 45 tahun, soal
profesinya sebagai perwira polisi perempuan. "Kami bisa membeli apapun yang
kami mau, daging, buah-buahan...” imbuhnya. Kini Safari bekerja sebagai buruh
domestik untuk menyambung hidup.
B. Mengapa Taliban mengambil alih Afghanistan
Taliban disebut ingin menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum agama
di Afghanistan. Kelompok ini berawal dari pejuang Mujahidin yang didukung
Amerika Serikat, gerilyawan Islam fundamentalis, yang memerangi Uni Soviet di
Afghanistan pada 1970-an dan 1980-an.

Afganistan Menghadapi Masa Depan Tidak Menentu.

Bagi Taliban, tantangan terbesarnya adalah bertransformasi dari kelompok-


kelompok gerilyawan pemberontak menjadi badan administratif yang dapat
memerintah sebuah negara yang kompleks dan beragam. Sedangkan negara-
negara Barat seperti Amerika Serikat dan negara-negara NATO mengkhawatirkan
terutama dua hal: kondisi ekonomi akan terus memburuk dan mendorong puluhan
ribu warga Afghanistan melarikan diri ke luar negeri, dan kelompok teror seperti
Al-Qaeda akan kembali menemukan tempat persembunyian yang aman.

Bagi warga biasa di Afganistan, prioritas utamanya adalah mendapatkan


makanan setiap hari, punya tempat tinggal dan mendapat pekerjaan. Khususnya
perempuan mengalami berbagai hambatan dan tekanan dari kebijakan sosial
Taliban. "Konsekuensi dari pengambilalihan itu adalah bencana," tulis Kate Clark
dalam laporan khusus untuk Jaringan Analis Afghanistan, AAN.

Taliban, tulisnya, "tidak punya rencana tentang bagaimana mereka akan


menjalankan negara Afganistan secara mandiri ". "Ketika masih berada di pihak
yang melawan pemerintah, milisi Taliban memungut "pajak" dari penduduk di
wilayah yang mereka kendalikan, namun tetap membiarkan layanan publik
sepenuhnya urusan pemerintah, LSM dan lembaga bantuan," kata Kate Clark.
"Sekarang, saat berkuasa... (Taliban) menyadari bahwa pendapatan pemerintah
sangat sedikit, sementara mereka bertanggungjawab untuk keamanan maupun
penyediaan pangan seluruh penduduk."

Keruntuhan birokrasi dan ancaman teror


Sejak Taliban berkuasa, situasi keamanan tidak diragukan lagi telah
meningkat. Tetapi serangan-serangan para teroris ISIS juga meningkat – terutama
menargetkan kaum minoritas Syiah di negara itu dan juga anggota Taliban.
Sementara perekonomian lumpuh, di saat negara ini menghadapi krisis
kemanusiaan besar yang digambarkan oleh PBB sebagai “bencana kelaparan”.

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Taliban adalah keruntuhan


birokrasi. Lebih 120 ribu warga Afganistan hengkang meninggalkan negara itu
pada hari-hari terakhir penarikan pasukan AS yang kacau – kebanyakan warga
yang hengkang adalah para administrator berpengalaman, yang telah lama bekerja
dengan militer dan organisasi asing untuk mengelola administrasi dan
perekonomian yang bergantung pada bantuan luar negeri.

Sekarang, pegawai negeri yang sudah berbulan-bulan belum mendapat


gaji. “Saya pergi ke kantor di pagi hari, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan,” kata
Hazrullah, seorang teknokrat tingkat menengah di kementerian luar negeri.
“Sebelumnya, saya mengerjakan kesepakatan perdagangan dengan negara-negara
tetangga kami. Sekarang kami tidak memiliki instruksi tentang bagaimana
melanjutkannya. Tidak ada yang tahu apa-apa.”

Terutama perempuan menghadapi tekanan dan pembatasan

Hingga saat ini, secara resmi tidak ada undang-undang atau fatwa bahwa
perempuan harus kembali mengenakan burqa penutup wajah, atau harus
didampingi oleh anggota keluarga laki-laki ketika meninggalkan rumah. Namun
perempuan yang tidak melakukannya sering mendapat tekanan dan peringatan
dari anggota Taliban.

Di luar layanan penting seperti perawatan kesehatan, perempuan secara


efektif dilarang bekerja di pemerintahan. Bahkan di beberapa provinsi murid
perempuan tidak diizinkan masuk ke sekolah menengah atas. Pihak Taliban
membela keputusan itu yang menurut mereka “sesuai dengan definisi tentang
prinsip-prinsip Islam.”
Minggu (26/12), otoritas Taliban mengeluarkan panduan baru kepada para
pengemudi taksi dan menganjurkan mereka agar tidak membawa perempuan
“yang tidak mengikuti aturan berpakaian Islami dengan mengenakan penutup
wajah.

Menjelang musim dingin, lembaga dan organisasi bantuan kemanusiaan


memperingatkan ancaman kesehatan serius bagi warga miskin. Ini adalah
perpacuan dengan waktu, karena hampir 23 juta orang, atau 55 persen dari
populasi Afganistan, menghadapi tingkat kerawanan pangan yang “kritis dan
darurat” musim dingin ini, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan
Kemanusiaan OCHA.

Anda mungkin juga menyukai