RENDI RAMADHAN {2203100013} DINDA MELLYSA PUTRI {2203100001} HUISZAM AMRU HARAHAP {2203100063} MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Sejarah Gerakan Pemberdayaan Perempuan Muhammadiyah Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H bertepangan 19 Mei 1917. Embrio berdirinya Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Salah satu ayat yang senantiasa digadang-gadang oleh pegiat Aisyiyah, yaitu: “kaum Islam laki-laki dan kaum Islam isteri sebagian menolong sebagiannya, sama menyeru dengan kebaikan dan melarang daripada kejelekan.” Ayat tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amr ma‟ruf nahi mungkar tidak memandang jenis kelamin. Di tengah anutan doktrin bahwa “perempuan itu swarga nunut neraka katut” dan perempuan tidak perlu bermasyarakat tapi cukup di rumah saja, Aisyiyah justru menggiatkan diri berdakwah di ruang kemasyarakatan. Kesetaraan Gender Gender merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yang mempunyai arti jenis kelamin, ada juga jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Sehubungan dengan perspektif Islam tentang kesetaraan gender, alQur’an menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah, laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial, dan laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi. Peran Kebangsaan Perempuan Muhammadiyah Masalah perempuan merupakan masalah yang sangat kompleks karena itu membutuhkan kerjasama yang baik agar kehidupan perempuan menjadi lebih baik. Didirikannya organisasi gerakan perempuan tentulah dimaksudkan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kaum perempuan sebagaimana dikemukakan Syafiq Hasyim dalam buku “Bebas dari Patriarkisme Islam” bahwa gerakan perempuan baik diBarat ataupun di dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan perempuan dari kedudukan yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi menuju kedudukan yang seimbang denAisyiyah sebagai organisasi Islam dengan paham keagamaan yang moderat telah mencontohkan bagaimana seharusnya perempuan berkiprah di ruang publik, yang menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai Islam yang memuliakan dan menjunjung tinggi martabat perempuan. Bahwa perempuan tidak sepantasnya hanya mengurusi rumah tangga, namun perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam tugas-tugas sosial untuk pencerahan dan kesejahteraan ummat manusia dan membawa pandangan bahwa perempuan Islam tidak hanya berada di ranah domestik tetapi juga ke ranah publik, yang 8 sejalandengan prinsip dan misi Islam sebagai agama yang membawa risalah rahmatan lilalamin. Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini yang dihadapi perempuan Indonesia juga semakin multiaspek seperti ketidakadilan gender, kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, kualitas kesehatan perempuan dan anak yang masih memprihatinkan,kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. . Dalam kondisi kini, gerakan perempuan Aisyiyah masih sangat dibutuhkan dan dikembangkan keberadaanya khususnya di Indonesia, dengan melihat tantangan dan kondisi sosial politik yang ada saat ini. Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini yang dihadapi perempuan Indonesia juga semakin multiaspek seperti ketidakadilan gender, kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, kualitas kesehatan perempuan dan anak yang masih memprihatinkan,kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya.