Anda di halaman 1dari 95

1

Amirullah, M.A., (Editor)

SPIRIT
ISLAM BERKEMAJUAN
UNTUK

INDONESIA EMAS
Buku Materi Baitul Arqam Mahasiswa Baru Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Pengantar:
Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum
(Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka)
2
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan


sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis penerbit

Penulis
Amirullah, Ilham Mundzir, Abdul Halim Sani, Muhib Rosyidi,
Purwidianto

Editor
Amirullah

Setting/Layout & Desain


Tirta

ISBN
xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Cetakan Pertama, Juli 2020

Diterbitkan oleh

UHAMKA PRESS
Jl. Gandaria IV. Kramat Pela Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Anggota IKAPI
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
SPIRIT ISLAM BERKEMAJUAN UNTUK INDONESIA
EMAS

3
Daftar Isi
Pengantar Editor
Sekapur Sirih Warek IV Uhamka
Pengantar Rektor

Materi Pertama: Islam Berkemajuan

1. Landasan Islam Berkemajuan


2. Rumusan Islam Berkemajuan
3. Pilar-Pilar Islam Berkemajuan
4. Muhammadiyah sebagai Example Islam Berkemajuan

Materi Kedua: Ilmu Amaliah Amal Ilmiah

1. Islam Agama Ilmu


2. Menjadi Muslim, Menjadi Ilmuan
3. Lima Karakteristik Gerakan Ilmu Amaliah Amal Ilmiah
Mahasiswa Uhamka
4. Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Lets Do It!
5. Muhammadiyah Contoh Gerakan Ilmu Amaliah Amal
Ilmiah

Materi Ketiga: Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai Pilar Prophetic


University
1. Mengenal UHAMKA sebagai kampus Prophetic Teaching
University
2. Pengertian Adab
3. Adab Mahasiswa Terhadap Diri Sendiri
4. Adab Mahasiswa dalam Berpakaian
5. Adab Mahasiswa dalam Mencari Ilmu
6. Adab Mahasiswa Kepada Dosen
7. Adab Mahasiswa di Kelas Perkuliahan
4
8. Adab Mahasiswa Berkomunikasi dengan Dosen
9. Adab Mahasiswa dalam Berteman
10. Adab Mahasiswa di Indekos atau Lingkungan Tempat
Tinggal

Materi Keempat: Ibadah Sesuai Tuntunan Rasulullah

1. Makna Ibadah
2. Sumber Hukum Ibadah
3. Urgensi Ibadah
4. Prinsip Ibadah
5. Tertolaknya Syirik dan Bid’ah dalam Ibadah
6. Kenapa Ada Perbedaan Antara Ulama
7. Perbedaan yang Tidak Boleh
8. Bagaimana Sikap dalam Perbedaan
9. Pentingnya Akhlak dalam Ibadah
10. Tata Cara Tharah dan Shalat Sesuai Alquran dan As-
Sunnah

Materi Kelima: Profil Perjuangan Tokoh Inspirasi: KH. Ahmad Dahlan


dan Buya Hamka

1. Profil singkat KH Ahmad Dahlan


2. Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan KH. Ahmad
Dahlan
a. Tokoh Pendiri Muhammadiyah
b. Tokoh Pembaharu Pendidikan Modern di Indonesia
c. Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan
d. Ulama yang memiliki Jiwa Wirausaha
e. Ulama Berkemajuan yang Mengganti Jimat,
Dukun, dan yang Keramat dengan Ilmu
Pengetahuan

5
f. Ulama yang mengangkat harkat dan martabat
perempuan di Indonesia
g. Ulama yang toleran, moderat dan suka bekerjasama
h. Ulama yang diangkat jadi pahlawan nasional
3. Profil Singkat Buya Hamka
4. Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan Buya Hamka
a. Sosok Ulama sekaligus Ilmuan yang belajar
otodidak
b. Seorang Kader Muhammadiyah yang Jadi Ketua
Umum MUI Pertama
c. Sosok Ulama Sekaligus Jurnalis
d. Sosok Ulama sekaligus Novelis
e. Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan
f. Ulama dan Tokoh Bangsa yang Pemaaf
g. Ulama dan Tokoh Bangsa yang Toleran dan
Moderat
h. Ulama dan Sastrawan Lintas Negara
i. Tokoh Bangsa Pejuang Kemerdekaan
j. Ulama Negarawan yang diangkat jadi Pahlawan
Nasional

Daftar Pustaka

6
Materi Pertama:
Islam Berkemajuan

7
ISLAM BERKEMAJUAN

“Dadijo kiyahi sing kamajuan, ojo kesel anggonmu nyambut gawe


kanggo Muhamadiyah (jadilah intelektual/kyai yang maju dan
janganlah lelah dalam bekerja untuk umat, bangsa dan
Muhammadiyah). – KH. Ahmad Dahlan

Landasan Islam Berkemajuan

Mengapa Islam disebut sebagai agama berkemajuan?


Bagi yang baru mendengar kata “Islam berkemajuan”
barangkali bertanya-tanya, apa si yang dimaksud dengan Islam
berkemajuan? Mengapa Islam disebut sebagai agama
berkemajuan? Bagaimana si rumusan Islam berkemajuan tersebut?
Lalu pilar-pilar Islam berkemajuan itu apa saja ya? Serta contoh
Islam berkemajuan itu seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan
mendasar ini akan diuraikan secara ringkas dalam tulisan (materi)
ini.
Islam pada dasarnya adalah agama yang diturunkan Allah
Swt. Kepada para nabi, sejak Nabi adam hingga Nabi Muhammad
SAW. Yang ajaranya bertujuan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia dan alam. Islam, jika dipahami dengan benar dan
dilaksanakan dengan baik, maka akan melahirkan kebaikan dan
kemajuan bagi umat Islam dan peradaban manusia seluruhnya.
Mengapa Islam disebut sebagai agama berkemajuan?
Setidaknya ada 2 (dua) alasan mengapa Islam disebut sebagai The
Religion of Progress (agama yang berkemajuan), yaitu:

8
Pertama, Alquran dan Sunnah Nabi memerintahkan dan
mengajarkan manusia untuk maju. Wahyu pertama dalam
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Adalah
surah al-Alaq, yakni perintah untuk membaca dan menulis (iqro
dan qalam). Membaca dan menulis adalah syarat muthlak jika
umat manusia mau maju. Tidak ada peradaban yang bisa dibangun
tanpa dimulai dengan tradisi membaca dan menulis (iqro dan
qalam). Melalui wahyu pertama surah al-Alaq ayat 1-5 tersebut,
Islam mengajarkan manusia untuk maju. Selain itu, ajaran Islam
baik yang terdapat dalam banyak ayat Alquran maupun dalam
hadits nabi memerintahkan dan mengajarkan manusia untuk
berpikir dan meneliti.
Selain itu, Islam mengajarkan manusia menjadi pelaku
perubahan (agent of social change) dalam Alquran Allah Swt.
Berfirman:

َ َ َ َ ‫ه َّ ه‬ َ َٗ ُ َ َْ ْ َ َ ٌ ٰ َ َٗ
‫اّٰلل لا ُيغ ِّي ُر َما ِّبق ْو ٍم‬ ‫ۗان‬ ‫اّٰلل‬
ِِّّ ‫ن َب ْي ِّن َيد ْيهِّ َومِّ ْن خل ِّفهٖ يحفظ ْونه ِّم ْن ا ْم ِّر‬
ْۢ ْ ‫له ُمع ِّقبت ِّم‬
َ َ َ ََ َ َ ْ
ُ َ ‫اّٰلل ب َق ْوم ُس ْو ًءا َف َلا َم َرَّد ل ٗه‬
‫ۚو َما ل ُه ْم ِّم ْن د ْونِّهٖ ِّم ْن‬ ُ ‫اد ه‬ َُْ َ ‫َ ه‬
‫حتى ُيغ ِّي ُر ْوا َما ِّبانف ِّس ِّهمۗ واِّ ذآ ار‬
ْۤ ٍ ِّ

١١ ‫ال‬ َّ
ٍ ‫و‬
Artinya: “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang
menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.”

9
Ayat di atas mengajarkan pada umat manusia untuk menjadi
pelaku perubahan atau agent of social change. Setiap manusia,
khususnya seorang muslim harus menyadari bahwa perubahan
atau kemajuan sangat bergantung pada usaha, kerja keras dan
berawal dari perubahan dalam diri mereka sendiri. Kemudian
Islam mengajarkan kepada manusia sebagai Abdullah (hamba
Allah yang melaksanakan ibadah kepadanya) dan khalifatullah
(sebagai wakilnya di bumi untuk memakmurkan bumi). Sebagai
wakil Allah di bumi, manusia harus menjaga dan memakmurkan
bumi, serta membangun kehidupan yang maju dan beradab
diridhoi Allah Swt.
Kedua, Nabi Muhammad adalah sosok yang membangun
peradaban. Rasulullah merupakan tokoh yang mengubah
masyarakat arab yang jahiliyah, yang terbelakang, menjadi
masyarakat yang berperadaban. Simbolnya Kota Madinah, Kota
peradaban. Rasulullah Saw. Adalah aktor perubahan dan sukses
membawa kemajuan yang beradab di Jazirah Arab kemudian
meluas ke seluruh pelosok Bumi. Bahkan peradaban yang
dibangun Rasulullah tersebut pernah memimpin peradaban dunia
hingga seribu tahun.
Rasulullah Saw. Mengubah masyarakatnya dari praktek
kehidupan yang tidak beradab menjadi tahu bagaimana dia berbuat
baik, berbuat benar, dan berbuat pantas dengan mengedepankan
morality. Sebelum Nabi Muhammad Saw. Datang menyerukan
Islam, masyarakat jahiliyah di Mekkah maupun di Madinah,
biasanya mereka menyelesaikan masalah atau perselisihan dengan
kekerasan. Tetapi Islam datang menawarkan resolusi konflik (cara
penyelesaian konflik) yang rasional dan berkeadaban sehingga
masyarakat di Kota Madinah hidup rukun, damai, dan gotong

10
royong saling membantu sekalipun berbeda latar belakang, suku,
maupun agama.
Ketika bangsa Arab merendahkan kaum perempuan, Islam
datang mengangkat harkat dan martabat perempuan menjadi
sederajat (equal) dengan laki-laki. Bahwa laki-laki dan perempuan
sama martabatnya di hadapan Islam. Yang satu tiada yang rendah
dari yang lain. Islam datang menawarkan persamaan kedudukan
Manusia di mata Allah tanpa mengenal perbedaan suku, warna
kulit, atau kelas sosial. Islam menyerukan keadilan, pembelaan
terhadap penderitaan kaum lemah, mengajarkan cinta kasih dan
persaudaraan kemanusiaan. Inilah diantara contoh bahwa Islam
telah membentuk peradaban. Inilah di antara alasan mengapa
Islam disebut sebagai The Religion of Civilization (agama
peradaban). Dengan dasar alasan ini pula kita sebut dan tegaskan
bahwa Islam adalah agama yang berkemajuan.
Dua alasan yang mendasar di atas, cukup menjadi pegangan
kita bahwa Islam adalah agama yang berkemajuan. Di mana
Alquran mengajarkan dan memerintahkan kita untuk maju dan
membangun peradaban. Kemudian, Nabi Muhammad telah
memberi contoh kepada kita bahwa Islam adalah hadir dalam
rangka memberi rahmat bagi seluruh manusia dan alam,
membangun kemajuan dan menciptakan kehidupan yang beradab.
Untuk itulah, sebagai seorang muslim khususnya, merupakan
kewajiban untuk meneladani Rasulullah Saw. Sebagaimana
perintah Allah dalam Alquran Surah Al-Ahzab ayat 21:

ْٰ ْ َ‫ه‬ ُ َ َ ٌ َ َ ٌ ُ ‫ه‬ ُ َ َ َ ْ ََ
‫اّٰلل َوال َي ْو َم الا ِّخ َر‬ ‫ّٰلل ا ْس َوة ح َسنة ِّل َم ْن كان َي ْرجوا‬
ِّ ‫لقد كان لك ْم ِّف ْي َر ُس ْو ِّل ا‬
َ ‫ه‬ َ
َ ‫َو َذك َر‬
٢١ ۗ‫اّٰلل ك ِّث ْي ًرا‬

11
Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri
teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak
mengingat Allah.”

Rumusan Islam Berkemajuan

Bagaimana Rumusan Islam Berkemajuan?


Di Indonesia, Islam berkemajuan secara konsep tidak dapat
dilepaskan dari organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh
Kyai Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Adapun rumusan
Islam berkemajuan, yaitu:
“Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih
kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan,
kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh
umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia
baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang
menggelorakan misi anti perang, antiterorisme, anti kekerasan,
anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala
bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi
alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan.
Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi
kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat
manusia di muka bumi. (Pernyataan pikiran Muhammadiyah abad
kedua)
Dari rumusan Islam berkemajuan di atas, dapat kita rangkum
ke dalam empat poin, yaitu:

12
Pertama, Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-
benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan,
kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh
umat manusia.
Kedua, Islam berkemajuan adalah Islam yang menjunjung
tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa
diksriminasi.
Ketiga, Islam berkemajuan adalah Islam yang
menggelorakan misi anti perang, antiterorisme, anti kekerasan,
anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala
bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi
alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan.
Keempat, Islam berkemajuan adalah Islam yang secara
positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan
suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di
muka bumi.

Pilar-Pilar Islam Berkemajuan

Apa Saja Pilar-Pilar Islam Berkemajuan?


Ada lima pilar fondasi Islam yang kemajuan, yaitu:
Pertama, Tauhid yang murni. Tauhid adalah doktrin
sentral ajaran Islam. Tauhid merupakan hal pokok dan pintu
gerbang Islam. Ibarat pohon, tauhid adalah akarnya. Atau sebuah
bangunan, tauhid merupakan pondasinya. Dengan tauhid yang
murni, manusia bisa mendapatkan kekuatan dalam hidup. Tauhid
membentuk manusia yang berjiwa merdeka. Keyakinannya
kepada Allah dengan segala sifat-sifat dan keagungan-nya
13
membuat manusia tabah menghadapi berbagai kesulitan hidup,
optimis mencari jalan keluar dari setiap tantangan hidup yang
dihadapi, berbuat baik kepada sesama dan tidak takabur ketika
sedang berkuasa. Praktek-praktek umat Islam yang menodai
kemurnian tauhidnya, seperti sesajian, meminta-minta pertolongan
di kuburan para wali, percaya pada zimat, dukun, dan seterusnya
atau disingkat dengan istilah takhayul dan khurafat adalah
praktek-praktek yang justru menjadikan umat Islam tidak bisa
maju. Padahal praktek seperti itu tidak hanya mengotori akidah,
tetapi juga membuat umat Islam semakin terbelakang.
Maka, bagi seorang muslim, pilar pertama Islam adalah kita
harus memiliki tauhid yang murni. Tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun. Karena pasti, sesuatu selain Allah adalah
relatif dan tidak berdaya. Maka kita harus memurnikan tauhid
dengan mengorientasikan segala usaha, kerja keras, dan seluruh
aktifitas hidup kita hanya kepada Allah Swt. Semata. Itulah yang
dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, pertama-tama dalam
memajukan kehidupan umat Islam dengan memurnikan tauhidnya.
Kedua, Memahami Al Qur’an dan As Sunnah secara
mendalam. Dalam Islam, beragama harus berdasarkan Alquran
dan Sunnah. Islam melarang sikap taklid (ikut-ikutan tapi tak tahu
ilmu atau dalilnya). Islam juga menuntut kita untuk melaksanakan
ibadah dengan dasar-dasar yang kuat dan pemahaman yang
mendalam. Sebagai umat Islam khususnya, kita harus senantiasa
berpegang teguh kepada ajaran Alquran dan Sunnah dan
menjadikannya sebagai dasar di dalam beribadah dan
bermuamalah. Sikap kita dalam berpegang pada Alquran dan
Sunnah tersebut haruslah dibarengi dengan memperluas ilmu dan
paham agama yang mendalam. Dengan pemahaman yang luas,
kehidupan beragama menjadi mudah, lapang dan terbuka. Seperti
14
yang sudah diuraikan sebelumnya, jika kita memahami Alquran
dan sunnah secara mendalam, maka kita dapat membangun
kehidupan yang berkemajuan dan berkeadaban. Karena Alquran
dan As-Sunnah mengajarkan manusia umumnya dan umat Islam
khususnya untuk berkemajuan dan berkeadaban.
Contoh organisasi Islam atau gerakan Islam yang berusaha
memahami Islam secara mendalam adalah organisasi
Muhammadiyah. Menurut Muhammadiyah, bahwa pemahaman
terhadap Alquran dan Sunnah masih terbuka. Begitu pula
pemahaman terhadap Islam. Muhammadiyah tidak menolak
pendapat para Imam Mazhab seperti pendapat yang ada dalam
mazhab Imam Syafii, mazhab Imam Maliki, mazhab Imam Hanafi
atau juga mazahab Imam Hambali. Muhammadiyah tidak
mengikuti mazhab-mazhab tersebut begitu saja secara apa adanya
(taken for granted), tetapi Muhammadiyah melakukan penilaian
yang mendalam (evaluating), kemudian melakukan pertimbangan
yang cermat (deliberating); (3) menimbang bobot berat-ringannya
persoalan, sehingga ada pendapat yang dapat diterima, ada pula
yang tidak. Inilah yang disebut tarjih (memilih dan menyaring)
yang dekat maknanya dengan Alquran dan Sunnah serta
perkembangan zaman. Jadi kita tidak boleh taklid ya. Penting
untuk mengetahui alasan atau argumentasinya sehingga apa yang
kita lakukan baik ibadah maupun muamalah berdasarkan
kesadaran ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ketiga, Melembagakan amal shaleh yang fungsional dan
solutif. Iman dan ilmu tidak akan sempurna tanpa amal shalih.
Tetapi, amal shalih tidak semata-semata ritual ibadah mahdlah
seperti sholat, puasa, haji, atau dzikir lho. Amal shaleh juga adalah
ketika kita menyumbangkan karya yang bermanfaat untuk seluruh

15
manusia dan alam. Amal shaleh adalah amal yang bermanfaat dan
solutif.
Contoh perbuatan melembagakan amal shaleh yang
fungsional dan solutif adalah seperti yang dilakukan
Muhammadiyah. Menurut Muhammadiyah, amal shaleh itu bukan
sekedar ritual ibadah saja, tetapi bagi KH. Ahmad Dahlan, tokoh
pendiri Muhammadiyah, amal shaleh diwujudkan dengan
mendirikan lembaga pendidikan modern untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan kemanusiaan, mendirikan
rumah sakit untuk membantu dan memastikan kesehatan
masyarakat, melakukan gerakan kemanusiaan baik di dalam negeri
maupun luar negeri melalui lembaga Lazismu, MDMC, MCCC,
dan membangun panti asuhan serta berbagai amal sosial lainnya.
Hingga saat ini amal usaha Muhammadiyah baik di bidang
pendidikan, kesehatan, dan sosial kemanusiaan berkembang begitu
pesat lho!
Keempat, Berorientasi kekinian dan masa depan. Islam
adalah agama yang memberi rahmat bagi seluruh manusia dan
alam (rahmatan lil alamiin). Islam adalah agama yang
kebenarannya universal, dapat diterima dan dipahami di manapun,
kapanpun dan dalam kondisi apapun. Zaman boleh berubah, ilmu
boleh berkembang terus, atau periode terus berganti, tetapi Islam
tetap sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hidup manusia karena Islam diturunkan untuk segala zaman dan
dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. Kecuali
sebagian kecil muslim yang keliru menafsirkan Islam, sehingga
Islam seolah anti perubahan dan terlihat gagap dengan
perkembangan zaman.
Jadi Islam bukan hanya cerita masa lalu, tetapi Islam yang
dipahami dengan benar pastilah mampu memberi rahmat dan
16
manfaat bagi seluruh manusia dan alam. Itulah Islam yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dan digelorakkan oleh KH.
Ahmad Dahlan di Indonesia, yakni Islam yang berorientasi
kekinian dan masa depan dalam memberi solusi bagi kehidupan
manusia. Untuk itu, salah satu pilar Islam berkemajuan adalah
senantiasa berorientasi kekinian dan masa depan.
Kelima, Bersikap moderat, toleran dan suka
bekerjasama.
Sikap ini terlihat dalam diri pendiri organisasi dan orang
Muhammadiyah yang melaksanakan ideologinya. Sebagai contoh
dalam perlurusan arah kiblat yang dilakukan oleh Kyai Dahlan
dengan cara berdialog gagal, maka kyai Dahlan tidak memaksakan
pendapatnya, namun mendirikan mushala di dekat rumahnya.
Pendirian mushala sebagai bahan kajian pendalaman agama Islam
berhasil dilakukan, namun masyarakat menolak dengan arah kiblat
yang serong sehingga mushalanya dirobohkan dan sikap Kyai
Dahlan tidak melawan dengan kekerasan dan cenderung
membiarkan karena menjaga ukhuwah. KH. Ahmad Dahlan juga
merupakan ulama yang sangat toleran dan suka bekerjasa sama
dengan siapapun, termasuk dengan umat yang berbeda agama.
Ketika umat Islam saat itu memandang haram seorang
muslim berteman dengan orang-orang Belanda yang beragama
nasrani, Kyai Ahmad Dahlan justru mendirikan rumah sakit,
bekerjasama dengan dokter-dokter berkebangsaan Belanda, dan
beragama Nasrani yang bekerja secara sukarela. Bahkan ternyata
dokter-dokter dari Belanda bersedia bekerja di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dan Surabaya tanpa dibayar. Wah!
Luar biasa kan para tokoh bangsa dalam membangun toleransi dan
kerja sama untuk bangsa dan kemanusiaan.

17
Muhammadiyah sebagai Example Gerakan Islam
Berkemajuan
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar
di Indonesia yang berkontribusi besar bagi pembangunan dan
kemajuan umat dan bangsa sejak kelahirannya pada 18
Novemmber 1912 di Kauman Yogyakarta hingga sekarang ini.
Karena pikiran dan gerakan Islam berkemajuannya, Organisasi
Muhammadiyah telah melahirkan banyak tokoh bangsa dan
pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan dan
kemajuan bangsa.
Sebagai contoh, Beberapa nama besar seperti, Jenderal
Soedirman (panglima pertama TNI), Ir Soekarno (guru
Muhammadiyah dan Presiden pertama Indonesia), Fatmawati
(Aktifis perempuan Aisyiyah yang juga istri Bung Karno), Ki
Bagus Hadikusumo (ketua Muhammadiyah dan pahlawan perintis
kemerdekaan Indonesia), Mr. Kasman Singodimedjo (pahlawan
nasional dan anggota PPKI), KH. Abdul Kahar Muzakkir
(Penggerak kemerdekaan Indonesia), KH. Mas Mansur (pahlawan
nasional dan anggota BPUPKI), Prof. Dr. H.M. Rasyidi (salah satu
tokoh Islam terkemuka dan menteri agama pertama pada awal
kemerdekaan), Ir H. R. Djoeanda Kartawidjaja (seorang guru
Muhammadiyah dan perdana menteri Indonesia ke-10), Buya
Hamka (seorang ulama besar yang banyak melahirkan karya tulis
dan penggagas lahirnya MUI sekaligus menjadi ketua umum MUI
pertama), Siti Walidah atau Nyai Dahlan (pahlawan nasional dan
tokoh perempuan Indonesia yang menggerakan kemajuan
perempuan), dan masih banyak lagi tokoh bangsa yang lahir dari
rahim organisasi Muhammadiyah yang tidak mungkin disebutkan
semua dalam tulisan ini. Mereka-mereka di atas adalah para
18
pimpinan dan kader Muhammadiyah yang berjuang membawa
kemajuan umat dan kemerdekaan serta kemajuan bangsa.
Selain itu, organisasi Muhammadiyah dapat menjadi contoh
atau bukti Islam Berkemajuan, yakni:
1. Muhammadiyah adalah satu-satunya social movement
(gerakan sosial) di Indonesia yang mengubah masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern. Salah satu
contohnya, Muhammadiyah mengganti kepercayaan atau
kebiasaan berobat ke dukun dan meminta kesembuhan
dengan sesajian, lalu menggantikannya dengan mendirikan
rumah sakit modern
2. Muhammadiyah mengubah masyarakat yang tidak punya
tradisi literasi, menjadi masyarakat yang punya tradisi
literasi (membaca dan menulis). Salah satu contohnya,
Muhammadiyah mendirikan pusat-pusat pendidikan
modern dalam membangun tradisi literasi dan kemajuan
umat dan bangsa
3. Muhammadiyah merubah cara berpikir masyarakat yang
kolot, yang konservatif menjadi muslim yang berpikir
maju, berpikir rasional dan berpikir objektif. Salah satu
contohnya, Muhammadiyah merintis sekolah modern
dengan memadukan pelajaran agama dengan pelajaran
sains, ilmu sosial, humaniora, seni dan seterusnya.
Muhammadiyah juga merupakan yang pertama kali
merintis pendidikan Islam modern dengan belajar
menggunakan papan tulis, meja, kursi, dan sarana moden
lainnya yang di mana sebelumnya dianggap tabu bahkan
kafir karena mengikuti cara belanda dan barat yang kafir.
4. Muhammadiyah tidak hanya menjadikan Islam sebagai
ilmu semata, wacana, retorika, atau diskursus saja, tetapi
19
menghadirkan bukti-bukti nyata atau pranata-pranata sosial
baru yang sebelumnya belum ada, seperti sekolah modern,
rumah sakit, dan juga mendirikan organisasi perempuan.
Satu-satunya gerakan perempuan yang dilahirkan oleh
organisasi Islam adalah Muhammadiyah dengan
mendirikan Aisyiyah tahun 1917, ketika umat muslim
melarang keterlibatan perempuan di ruang publik.

20
Materi Kedua:
Ilmu Amaliah Amal Ilmiah

21
Ilmu Amaliah Amal Ilmiah:
Menjadi Pribadi Hebat
“Keislaman (Beragama) bukan hanya Allah ada dalam jiwamu,
tetapi kehidupan Islam menjadi nyata melalui perilakumu”
- KH. Ahmad Dahlan

Islam Agama Ilmu


Islam adalah agama ilmu. Agama bagi orang yang berakal
dan menggunakan mata hatinya. Wahyu yang turun pertama
bukanlah anjuran untuk beribadah, seperti sholat, berpuasa atau
haji, tapi “iqra” “bacalah”. Itulah yang diterima pertama kali oleh
Sang Baginda Nabi Muhammad Saw di Gua Hira, yaitu surah al-
Alaq. Dalam surat al-Alaq ayat 1-5 tersebut kita diperintah untuk
“membaca” lho!. Allah Swt berfirman:

ْ ْ ْ
ْ
ُ‫ك ْال َاك َرم‬
َ ُّ َ َ َ ْ ََ ْ َ ْ ْ ََ َ
َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ
ُۙ ‫ ِّاقرأ ورب‬٢ ۚ‫ خلق ال ِّانسان ِّمن عل ٍق‬١ ۚ‫ِّاق َرأ ِّباس ِّم ر ِّبك ال ِّذي خلق‬
َ ْ َ َ ْ ْ ََّ َ َ ْ ََّ َّ
٥ ۗ‫ عل َم ال ِّان َسان َما ل ْم َيعل ْم‬٤ ُۙ‫ ال ِّذ ْي عل َم ِّبالقل ِّم‬٣
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Q.S. surat al-Alaq: 1-5).
Sungguh mengherankan ya, mengapa Allah Swt.
Memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Yang tak pandai membaca
dan menulis dan diutus pertama kali ke masyarakat yang buta
22
huruf, tapi perintah pertama, bahkan kata pertama dalam wahyu
pertama yang beliau terima adalah Iqra (bacalah), bahkan perintah
itu diulangi dua kali dalam rangkaian sepuluh kata pertama dari
lima ayat pertama yang beliau terima.1 Hal ini menunjukkan
bahwa Islam adalah agama ilmu dan “membaca” merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk membangun peradaban.
Apa sebetulnya yang dimaksud dengan membaca dalam ayat
ini? Nah! dalam bahasa Al-qur’an diistilahkan dengan qira’ah
yang terambil dari kata qara’a yaqra’u – qira’atan – wa-
qur’anan. Secara literal, qara’a artinya membaca. Kata qara’a
sinonimnya adalah thala’a yang berarti mentelaah atau
mempelajari. Mentelaah itu lebih dari sekedar membaca dalam
pengertian biasa lho! akan tetapi, lebih jauh dari itu adalah
membaca dengan berulang kali sambil kita melakukan analisa
dengan cara-cara yang mendalam dan merenungkan isi serta
menkorelasikannya dengan berbagai aspek terkait sehingga
menghasilkan suatu konsep penalaran yang lebih bermakna.2
Jadi, membaca bermakna How to read (bagaimana membaca
dalam arti tekstual), How to learn (bagaimana belajar), dan juga
lebih dalam lagi How to understand (bagaimana memahami)
hamparan realitas ciptaan Tuhan baik yang terjangkau oleh panca
indra kita maupun yang tak terjangkau panca indra (gaib). So, iqro
tak hanya bermakna membaca buku atau kitab saja ya, tetapi iqro
juga bermakna mengkaji, merenung, meneliti, mengobservasi dan
seterusnya.
1
M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, (Jakarta: Lentera
Hati, 2016) 142.
2
Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan Saintifikasi Al-qur’an
: Suatu Modal Dalam Model Integrasi Ilmu dan Perilaku, Makalah yang
disampaikan pada seminar integrasi keilmuan di UIN Jakarta tanggal Tahun
2014, 12.
23
Selain perintah membaca, Islam juga menyuruh dan
menganjurkan kita agar mempergunakan akal lho!. Bahkan dalam
Al-Qur’an banyak dijumpai ungkapan seperti ilmu ada 41 kali; aql
dengan segala derivasinya ada sebanyak 43 kali; fikr dengan
segala derivasinya 16 kali; ilm dalam Al-Qur’an dengan berbagai
derivasinya, ada 120 kali.3
Tak diragukan lagi, Islam adalah agama ilmu. Dan karena
itu, Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana
perintah dalam sebuah hadits: “Menuntut ilmu itu wajib atas
setiap Muslim dan Muslimah” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Selain itu, Allah menjanjikan akan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu. Seperti dalam firman-Nya:

َّ َّ ‫َ ه‬
ُ ‫اّٰلل الذ ْي َن ٰ ا َم ُن ْوا م ْن ُك ْم َوالذ ْي َن ُ ا ْ ُوتوا ْال ْعل َم َد َر ٰجت َو ه‬
ٌ‫اّٰلل ب َما َ ت ْع َ ُمل ْو َن َخب ْير‬ ُ ‫َي ْرفع‬
ِّ ِّ ٍۗ ِّ ِّ ُۙ ِّ ِّ ِّ

١١
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.s Mujadilah: 11).
Ilmu yang dimaksud oleh Islam tidak terbatas pada ilmu
agama saja ya!. Tidak. Manusia diperintahkan memperhatikan dan
mempelajari tentang fenomena alam, masyarakat dan dalam diri
manusia itu sendiri sehingga semua disiplin ilmu dibutuhkan

3
Lihat Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Pembangunan Generasi Muda, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2011), 76.
24
untuk memahaminya. Untuk itulah, mengapa ilmu merupakan
sarana mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.4
Tapi sayang sekali, banyak di antara kita yang mengaku
muslim namun abai dengan perintah untuk membaca dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 2016, studi Most
Littered Nation Inte World dari Central Connecticut State
University (CCSU) merilis hasil survei tentang minat baca
masyarakat dunia. dari total 61 negara koresponden, Indonesia
dengan penduduk mayoritas Muslim menempati ranking kedua
dari bawah, yaitu peringkat ke-60 lho!.
Wow, menyedihkan bukan? Apakah kita termasuk di
dalamnya? Padahal kemajuan sebuah bangsa atau peradaban
ditentukan oleh kegiatan Iqra (baca) dan Qalam (tulis) melalui
beragam ala-alat tulis seperti handphone, computer, laptop, aiped,
dan lain-lain dalam bentuknya sekarang ini. So, Sudah saatnya
kita berubah, sebagai mahasiswa Uhamka dan kaum muda
penentu masa depan bangsa, mari kita hidupkan semangat
membaca dan mengembangkan ilmu pengetahuan sebagaimana
diperintahkan ajaran Islam. Tentu saja bacaan yang bermutu dan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi semua manusia dan alam.

Menjadi Muslim, Menjadi Ilmuan: Mereka Bisa Kenapa Kita


Tidak?
Tak lama sesudah muncul di panggung dunia, Islam
menghasilkan zaman keemasan pengetahuan dan sains yang
berlangsung lebih kurang selama seribu tahun lho! Banyak ilmuan
muslim yang melahirkan karya-karya cemerlang dan berkontribusi

4
M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, (Jakarta: Lentera
Hati, 2016) 139.
25
besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini. Di
antaranya yaitu, al-khawarizmi menulis buku aljabarnya yang
bersejarah, kitab al-jabr wal-Muqabalah (sekitar 830 M), anak-
anak matematika pasti familiar dengan istilah aljabar.
Terus ada Ibnul-Haitsam (Kira-kira 965-1040 M), salah satu
yang terhebat di antara ribuan saintis pada zaman keemasan
peradaban Islam, Ibnul Haitsam adalah “bapak optika” karena
karyanya Kitab Al-Manazir (Kitab Optika, kira-kira 1000 M),
yang bukan hanya menunjukkan dengan tegas bahwa penglihatan
adalah hasil cahaya yang memasuki mata (bukan karena cahaya
keluar dari mata), memberikan penjelasan fisik dan fisiologis
proses penglihatan, melainkan juga menyajikan banyak alat optik
(cermin berbagai bentuk) dan gejala optik, termasuk pemantulan
dan pembiasan.
Bidang lain yang banyak mendapat sumbangan sains
Muslim adalah kedokteran, yang diubah menjadi sains
eksperimental oleh orang-orang seperti Ibnu Sina (980-1037) yang
serba bisa, dan pertama kali melakukan uji klinis. Orang hebat ini
juga dianggap penemu sifat menular pada penyakit dan
pengembangan awal farmakologi klinis. Qanun fi al-Thibb (kanun
kedokteran) karya ibnu sina menjadi buku pelajaran kedokteran
standar di Eropa sampai abad ke-18. Wow..! keren.
Kemudian, Razi (wafat 923/4), yang menerapkan
pengetahuan kimia dalam kedokteran; abul-Qasim az-Zahrawi
(wafat kira2 1013), terkenal karena alat-alat bedah yang dia
gunakan dan jabarkan di karya-nya, Kitab at-tashrif, ensiklopedia
medis dengan 30 bagian yang juga menjabarkan cara-cara
membuat obat melalui sublimasi dan penyulingan. Juga ada ibnul-
Baythar (kira2 1188-1248), ahli tumbuhan, obat, dan kedokteran
dari andalusia, dengan sumbangan terbesar berupa Kitab al-Jami’
26
li Mufradat al-Adwiya wal-Aghdziya (Kitab obat dan Makanan),
yang bukan hanya merujuk ke 150 penulis berbahasa Arab
sebelumnya dan 20 penulis Yunani, melainkan juga mendaftar
1.400 tumbuhan, makanan, dan obat. Karya besar keduanya
berjudul kitab al-Mughni fi al-Adwiya al-Mufradah (kitab obat
sederhana), ensiklopedia obat yang mencakup pengetahuan
mengenai khasiat tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit di
kepala, telinga, mata, dan lain-lain.
Sangat banyak ilmuan muslim yang karyanya tak terhitung,
termasuk ahli-ahli astronomi terkenal di peradaban muslim pada
masa itu seperti al-Battani (wafat 929), al-Biruni (973-1048), Ibnu
Yunus (wafat 1009), al-Majrithi (wafat kira2 1007), Abdurrahman
Shufi (903-986), az-Zarqali (kira2 1029-1080), Nashiruddin Thusi
(1201-1274), Ibnus-Syathir (1304-1375), Ali Qushchi (1403-
1474), Syamsuddin Khafri (kira2 1470-1550), dan Takiyuddin bin
Ma’ruf (abad ke-16) dan seterusnya. Belum lagi ahli di bidang
filsafat, pendidikan, kalam, fikih, tasawuf, sejarah dan lain-lain
yang tak bisa disebutkan semua di sini. Luar biasa bukan! Ilmu
amaliyah dalam bentuk karya dan kontribusi mereka dalam
melahirkan penemuan hingga berpengaruh bagi peradaban modern
kita sekarang ini.
Kalau mereka bisa, harusnya kita juga bisa melahirkan
karya-karya di bidang kita masing-masing. Ketika Ibnu sina, ibnu
Haitsam atau ilmuan muslim lainnya tempo dulu tetap bisa
berkarya sekalipun tak ada cahaya lampu seperti sekarang ini, tak
ada internet, tak ada gadget, tak ada komputer dan seterusnya,
seharusnya kita bisa melahirkan karya dengan segala kemudahan
saat ini.

27
Lima Karakteristik Gerakan “Ilmu Amaliyah dan Amal
Ilmiah” Mahasiswa Uhamka
Untuk itulah sebagai mahasiswa Uhamka, khususnya
mahasiswa baru Uhamka, ada lima karakteristik yang harus kita
sadari dan pegang teguh, paling tidak selama menempuh studi di
Uhamka, yaitu:

Lima Karakteristik Gerakan “Ilmu Amaliyah dan Amal Ilmiah”


Mahasiswa Uhamka:
1. Setiap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka (Uhamka) wajib untuk menguasai dan memiliki
keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan
semangat membaca, menulis, meneliti, dan diskusi
keilmuan.
2. Setiap mahasiswa Uhamka harus memiliki sifat-sifat
ilmuwan, yaitu: kritis, terbuka menerima kebenaran dari
manapun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya
nalar.
3. Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan iman dan amal
shalih yang menunjukkan derajat kaum muslimin dan
membentuk pribadi ulil albab.
4. Setiap mahasiswa Uhamka dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada
masyarakat, memberikan peringatan, memanfaatkan untuk
kemaslahatan dan mencerahkan kehidupan sebagai wujud
ibadah, jihad, dan da'wah.

28
5. Setiap mahasiswa Uhamka harus menggairahkan dan
menggembirakan gerakan mencari ilmu pengetahuan dan
penguasaan teknologi baik melalui proses pembelajaran dan
kegiatan di kampus maupun kegiatan-kegiatan di
lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai sarana penting
untuk membangun bangsa dan peradaban Islam.

Ilmu Amaliah Amal Ilmiah: Lets Do It!


Islam adalah agama amal. Agama yang menuntut
beriringannya iman, ilmu dan amal. Sebab, iman saja tidak cukup
lho! untuk mengangkat derajat suatu umat dan bangsa. So, Iman
haruslah ditopang oleh ilmu untuk mengorientasikannya kepada
hal-hal yang konkret. Iman tanpa orientasi yang konkret dalam
kehidupan umat manusia tidak akan membawa perubahan apa-apa.
Demikian pulan iman dan ilmu senantiasa harus mengandung
amal-saleh untuk mengubah wajah kenyataan agar kehidupan
kolektif manusia lebih berkualitas.”5
Iman tanpa kecerdasan akan melahirkan umat yang lumpuh,
dan sebaliknya kecerdasan tanpa iman akan melahirkan
kebiadaban.6 Demikian pula, ilmu yang tidak diamalkan bagaikan
pohon yang tak berbuah. Buahnya ilmu dapat diperoleh melalui
pengalaman dan amal. Perpaduan ilmu dan amal akan
mewujudkan suatu amal ilmiah atau ilmu amaliah.
Artinya, ilmu itu haruslah diamalkan dan amal itu haruslah
ilmiah (tidak taklid dan dapat dipertanggung jawabkan).
Percayalah, bahwa kemampuan seseorang mengamalkan ilmunya

5
Ahmad Syafii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia,
135.
6
Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah, 68.
29
ke dalam perbuatan kongkrit akan mendatangkan keuntungan
dunia dan akhirat.
Seorang tokoh dan cendekiawan muslim Indonesia,
Djazman Al-Kindi mengatakan, “agama menuntut kerja keras
untuk mengamalkannya. Sebaliknya Islam juga menuntut seorang
muslim untuk melaksanakan amalnya dengan bimbingan ilmu
yang diyakini kebenarannya. Islam menegaskan prinsip amal
ilmiah dan ilmu amaliah. Seorang muslim yang dijiwai dengan
sikap semacam ini, akan mempunyai keyakinan teguh dalam
menghadapi setiap perubahan.”7 Demikian kata beliau.
Perlu kita ingat juga nasehat dari Buya Hamka, seorang
ulama dan penulis ternama, yang nama kampus Uhamka diambil
dari namanya, ia mengatakan: “untuk kebahagiaan diri sendiri,
ilmu pengetahuan hendaklah diamalkan dan agama Islam adalah
agama ilmu dan amal.8
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata
kepada Allah, Agama semua Nabi-nabi, Agama yang sesuai
dengan fitrah manusia, Agama yang menjadi petunjuk bagi
manusia, Agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan
dan hubungan manusia dengan sesama, Agama yang menjadi
rahmat bagi semesta alam.
Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan
dalam kehidupan di dunia apabila benar-benar diimani, difahami,
dihayati, dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya (orang Islam,
umat Islam) secara total atau kaffah dan penuh ketundukan atau
penyerahan diri. Dengan pengamalan Islam yang sepenuh hati dan

7
Mohamad Djazman Al-Kindi, Ilmu Amaliah Amal Ilmiah:
Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu dan Amal, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2019), 6.
8
Hamka, Falsafah Hidup, (Jakarta: Republika, cetakan IX 2019), 72.
30
sungguh-sungguh itu maka terbentuk manusia muslimin yang
memiliki sifat-sifat utama atau pribadi hebat.
Untuk itulah, setiap mahasiswa Uhamka harus mempunyai
etos kerja Islami, seperti: kerja keras, disiplin, tidak menyia-
nyiakan waktu, berusaha secara optimal untuk mencapai suatu
tujuan. Terutama dalam studi, menjalankan tugas sebagai seorang
mahasiswa dengan semangat ilmu amaliah dan amal ilmiah. Insya
Allah cita-cita dan harapan untuk sukses di dunia dan akhirat
kelak akan tercapai.

Muhammadiyah Contoh Gerakan Ilmu Amaliah dan Amal


Ilmiah
Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah,
mengajarkan kepada kita tentang pentingnya ilmu amaliah dan
amal ilmiah yang dibingkai dengan niat ikhlas semata-mata ibadah
kepada Allah Swt. Pahlawan nasional ini kerap kali mengatakan:
“Manusia semua akan mati kecuali orang-orang yang berilmu atau
para ulama. Dan orang-orang berilmu atau ulama semua akan
bingung kecuali orang yang telah beramal. Dan orang-orang yang
telah beramal masih khawatir atau takut kecuali orang yang
beramal dengan niat ibadah ikhlas karena Allah”.9
Kiai Ahmad Dahlan tidak hanya mengajarkan dan
menekankan pentingnya ilmu, tetapi juga menekankan pentingnya
amal, yaitu amal yang fungsional dan solutif yang dilaksanakan
dengan niat ikhlas beribadah kepada Allah Swt.

9
KRH. Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah dan 17
Kelompok Ayat-Ayat Alquran, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cetakan 1
2018), 132.
31
Dalam sebuah kisah yang sangat berkesan dan terus menjadi
inspirasi hingga kini, pada pengajian rutin Subuh, Kiai Dahlan
mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un secara berulang-ulang selama
beberapa hari tanpa diganti surat lainnya. Namun, salah seorang
murid dan peserta pengajian Kiai Dahlan, bertanya kepada Kiai
Dahlan, namanya Sudjak. “Mengapa materi pengajian tidak
ditambah-tambah dan hanya mengulang-ulang surat Al-Ma’un
saja?
Mendengar pertanyaan itu, Kiai kembali bertanya kepada
muridnya, “apakah kalian sudah benar-benar mengerti akan
maksud Surat Al-Ma’un?.” Para murid serentak menjawab bahwa
mereka tidak hanya sekedar paham, bahkan mereka semua sudah
hafal. Kemudian Kiai Dahlan bertanya kepada muridnya, apakah
arti ayat-ayat yang sudah dihafal tersebut sudah diamalkan? Para
murid menjawab dengan bertanya: “Apa yang harus diamalkan,
bukankah surat Al-Ma’un sering dibaca ketika salat?”
Kiai Dahlan menjelaskan kepada muridnya bahwa bukan itu
yang dimaksud dengan mengamalkan, tapi apa yang sudah
dipahami dari ayat ini untuk bisa dipraktekkan dan dikerjakan
dalam wujud nyata. Karena itu, Kiai Dahlan masih mengulang
surat al-Ma’un sampai murid-muridnya melakukan aksi terhadap
ayat ini.
Kiai Dahlan pun memerintahkan kepada muridnya untuk
mencari orang-orang miskin yang ada disekitar tempat tinggal
mereka. Apabila sudah bertemu dengan orang miskin dan anak
yatim, mereka harus membawa pulang kerumahnya masing-
masing, dimandikan, dsabuni, diberi sikat gigi yang baik, pakaian

32
yang baik, beri makanan yang baik, minuman yang baik dan
tempat tidur yang baik.10
Adapun surah Al-Maun ayat 1-7 tersebut berbunyi:
ْ َّ َ ٰ َ َ ْ َّ َ َ
َ َ َ ُّ ُ َ َ َ
ٰ َ ْ َ ُّ ُ َ ْ ْ
‫ام‬
ِّ ‫ ولا يحض على طع‬٢ ُۙ‫ فذ ِّلك ال ِّذي يدع الي ِّتيم‬١ ۗ‫الدي ِّن‬ ِّ ‫ا َر َء ْيت ال ِّذي ُيك ِّذ ُب ِّب‬
َّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َّ ْ
ْ‫ ال ِّذيْ َن ُهم‬٥ ‫اه ْو َن‬
ُ َ ْ َ َ ْ ٌ َ
ُۙ ‫ ال ِّذين هم عن ص ل ِّات ِّهم س‬٤ ُۙ‫ ف َو ْيل ِّلل ُمص ِّل ْين‬٣ ۗ‫ال ِّم ْس ِّك ْي ِّن‬
َ ُ َ ْ َ َُ َ
٧ ࣖ ‫ َو َي ْمنع ْون الماع ْون‬٦ ُۙ‫ُي َرا ُْۤء ْون‬

Artinya: (1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan


agama? (2) Itulah orang yang menolak anak yatim, (3) dan
tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, (4)
Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (5) (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya, (6) orang-orang
yang berbuat riya (memperlihatkan amal mereka), (7) dan
enggan (menolong dengan) barang berguna.

Dalam ayat di atas menurut Kiai Dahlan, belum diakui


kalau telah beriman dan menjalankan agama, bahkan dianggap
sebagai orang yang mendustakan agama jika tidak memperhatikan
nasib anak yatim serta tidak menganjurkan memberikan makanan
kepada orang miskin.
Demikian pula sholat yang hanya sekedar menggerakkan
bibir, membaca serta menggerakkan anggota badan, dan hanya
untuk riya (diperlihatkan kepada orang lain), shalat yang tidak
timbul karena Allah, karenanya shalat yang demikian itu tidak

10
Dibalik Pesan Kiai Dahlan tentang Al-Ma’un dalam
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/01/31/dibalik-pesan-kiai-dahlan-
tentang-al-maun/
33
menimbulkan kesucian hati sehingga berkehendak menolong
orang miskin dan anak yatim. Maka menurut Kiai Dahlan, kita
akan masih tetap dikatakan sebagai orang yang mendustakan
agama yang akan dimasukkan dalam neraka Wail, walaupun kita
mengaku sebagai orang yang sudah menjalankan shalat.
Kiai Ahmad Dahlan menekankan bahwa ilmu yang kita
dapatkan harus diamalkan dan amal yang kita lakukan harus
berdasarkan ilmu yang benar. Untuk itulah, dalam mempelajari
Alquran, Kiai Dahlan menerangkan, “ambillah satu, dua, atau tiga
ayat, dibaca dengan tartil dan tadabbur (dipikirkan):
1. Bagaimanakah artinya?
2. Bagaimanakah tafsir keterangannya?
3. Bagaimanakah maksudnya?
4. Apakah ini larangan dan apakah kamu sudah
meninggalkan larangan ini?
5. Apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? Sudahkah kita
menjalankan?”11
Bila belum dapat menjalankan dengan sesungguhnya maka
tidak perlu membaca ayat-ayat yang lainnya.
Dengan spirit ilmu amaliah dan amal ilmiah inilah Kiai
Dahlan melalui Muhammadiyah yang ia dirikan telah sukses
membangun amal usaha yang banyak di berbagai bidang. Sebagai
contoh: Di bidang pendidikan dasar dan menengah,
Muhammadiyah memiliki 7.651 sekolah dan madrasah, di bidang
pendidikan tinggi ada 174 universitas, sekolah tinggi, institut, dan
akademi. Di bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat terdapat rumah sakit 457, panti asuhan 318 buah, panti
jompo 54 buah, dan rehabilitasi cacat 82 buah. Untuk sarana

11
KRH. Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan, 132.
34
ibadah terdapat 11.198 masjid dan musalla. Bahkan Valuasi asset
Muhammadiyah yang dikalkulasi mendekati angka Rp. 320
triliun. Suatu angka yang cukup besar.
Nah, kenapa Muhammadiyah begitu besar asetnya? Karena
salah satu penyebabnya adalah anggota, kader, atau warga
Muhammadiyah memiliki kesadaran Ilmu Amaliah dan Amal
Ilmiah yang didasari dengan suatu niat ikhlas untuk ibadah dan
alat berjuang dalam meraih ridho Ridho Allah Swt sebagaimana
yang telah ditanamkan Kiai Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah. Wallahu’alam.

35
Materi Ketiga:
Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai
Pilar Prophetic University

36
Adab Mahasiswa UHAMKA Sebagai Pilar Prophetic
University

“Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian


ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.”

-Buya Hamka

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka mengusung


visi "Menjadi prophetic teaching university yang mencerdaskan
secara spiritual, intelektual, emosional, dan sosial untuk
mewujudkan peradaban berkemajuan.“ Sebagai kampus yang
mengusung prophetic teaching university, UHAMKA memiliki
nilai-nilai dasar yang harus dipegang oleh seluruh civitas
akademika, termasuk mahasiswa, yaitu: nilai Integrity
(Kejujuran), nilai Trust (Kepercayaan) dan nilai Compassion
(Kepedulian). Sebagai kampus prophetic teaching university, adab
merupakan pilar penting bagi mahasiswa dan seluruh civitas
akademika.

Pengertian Adab

Istilah adab berarti “ajakan kepada seseorang untuk


menghadiri hidangan makan” (ma’dab). Kata dasarnya berupa
“ajakan” atau “mengajak”. Ada pula yang mengartikan sebagai
“hidangan” atau “menu makanan”.

Dalam Mu’jam al-Maqayis Lughat, adab adalah memiliki


arti “perjamuan atau pertemuan dengan menyiapkan hidangan

37
makanan”. Di dalam perjamuan itu terdapat kebaikan-kebaikan
yang disebut adab. Sementara itu, Mu’jam al-Maqayis Lughat
menjelaskan bahwa “adab tidak lain adalah akhlak yang mulia
yang koheren dalam sosok pengundang atau pengajaknya (adib),
sebab siapa pun yang belajar adab mesti menanamkan perbuatan
positif dan menjauhi semua tindakan tercela”. Secara umum, kita
sering kali menyebjut adab sebagai akhlak atau etika Islam.

Dalam adab terkandung dua eksistensi moral yang saling


melengkapi, yaitu: Pertama, pentingnya manusia sebagai pelaku,
pengajak dan penjaga kebaikan, dan Kedua, pentingnya menjaga
sopan santun, etika, moralitas, tata krama, dan semua kegiatan
yang baik dan berakhlak. (hal 5)

“Menghiasi Diri dengan adab adalah kebiasaan orang-


orang beriman dan berilmu. Tidak beriman dan tidak berakal
orang yang tidak beradab. Sempurna iman dan akal karena adab.
Rusaknya iman dan akal karena mengabaikan adab. Adab adalah
pakaian kebesaran orang-orang yang beriman dab berilmu. Tidak
bernilai baik keturunan atau nasab tanpa adab. Kehormatan dan
kemuliaan hanya dengan adab”

Adab Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.


Hamka

Adab Mahasiswa Terhadap Diri Sendiri

Manusia adalah makhluk sosial, namun yang tak boleh


dilupakan manusia juga adalah makhluk individu yang wajib
memelihara diri sendiri, baik secara rohani maupun jasmani.
38
Kedua ini tidak dapat dipisahkan, keseimbangannya harus dijaga,
kebutuhan dan hak-haknya juga harus dipenuhi. Maka berkaitan
dengan adab terhadap diri sendiri, ada adab yang bernilai
qalbiyah, dan ada adab yang bernilai jasadiyah. Adab terhadap
diri sendiri yang bernilai qalbiyah adalah:

a. Menjaga kebersihan Jiwa/Hati.

Jiwa/hati adalah sentra iman, takwa dan sifat baik lainnya.


Jika jiwa/hati bersih, terpancarlah iman, takwa, dan sifat baik
lainnya. Tetapi, jika jiwa/hati itu kotor, muncullah sifat-sifat buruk
seperti tidak jujur, sombong, fasik, dan sebagainya. Oleh karena
itu, kebersihan jiwa/hati harus dijaga, sebagaimana diperintahkan
oleh Allah SWT dalam Alquran:
‫َ ه‬ َ َ َْ ْ َ
ْ ََ َ ‫ َف َا ْل َه َم َها ُف ُج ْو َر َها َو َت ْق ٰو‬٧ ۖ‫ىها‬
‫ وقد‬٩ ۖ‫ قد افلح َم ْن زكىها‬٨ ۖ‫ىها‬
َ َ ‫َو َن ْفس َّو َما َس هو‬
ٍ
َ ‫اب َم ْن َد هس‬
١٠ ۗ‫ىها‬ َ ‫َخ‬

Artinya: Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia


mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya (QS Al-Syams [91] 7-10)
hal 17.

b. Menghindari Sikap Boros dan Berlebihan


Merayakan kenikmatan yang dikaruniakan Allah sebenarnya
tidak dilarang, namun cara melakukannya mempunyai aturan yang
harus ditaati dan tidak berlebihan. Misalnya, ada mahasiswa yang
selama dia menempuh pendidikan hanya dihabiskan untuk wisata

39
kuliner, dari kafe ke kafe, bahkan sampai hutang, menyusahkan
orang tua. Karena itu sikap seperti ini harus dihindari apalagi
dilakukan secara berlebihan.

c. Menjaga Diri Tetap pada Jalan yang Lurus

Jalan yang lurus menurut ulama besar Rasyid Ridha dalam


tafsirnya adalah jalan yang dapat menyampaikan kita pada
kebahagiaan dunia dan akhirat yang berupa akidah, akhlak,
hukum, dan pengajaran-pengajaran. Orang yang tetap pada jalan
yang lurus dijanjikan Allah akan memperoleh kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

d. Bertanggung Jawab dan Disiplin


Sebagaimana kita ketahui bahwa memiliki sikap
bertanggung jawab dan disiplin merupakan diantara syarat untuk
sukses. Lebih dari itu, semua perbuatan kita akan
pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu,
harus kita tanamkan dalam jiwa kita sifat bertanggungjawab,
terutama terhadap Allah Swt. Sebab, pendengaran, penglihatan
dan hati kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang
mahasiswa harus bertanggungjawab atas tugas yang diberikan
dosen atau manat organisasi. Demikian juga dengan disiplin, di
mana kita harus taat dan patuh kepada peraturan yang telah
ditetapkan, baik mengenai waktu, cara bekerja, maupun cara
berpakaian dan sebagainya. Allah berfirman dalam Alquran:

ُ ْ َ َ َ َ ٰۤ ُ ُّ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َْ َ ُ َْ ََ
َّ ‫ك بهٖ ع ْل ٌمۗاَّن‬
‫الس ْم َع َوال َبص َر َوالفؤاد كل اول ِٕىك كان عنه‬ ِّ ِّ ِّ ‫ولا تقف ما ليس ل‬
ً
٣٦ ‫َم ْس ُٔـ ْولا‬

40
Artinya: Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak
kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya (QS Al-
Isra [17]: 36)

e. Sabar, Tangguh dan Kerja Keras

Mahasiswa UHAMKA harus sabar dalam belajar, karena


kesuksesan hanya bisa diraih dengan kesabaran. Sabar dalam
menerima tugas, termasuk sabar dalam mengahadapi tantangan
belajar. Allah berfirman dalam Alquran:

َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ‫ه‬ ُ َّ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
٢٠٠ ࣖ ‫يايها ال ِّذين امنوا اص ِّبروا وص ِّابروا ور ِّاب طواۗ واتقوا اّٰلل لعلكم تف ِّلحون‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah


kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di
perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung (QS Al-Imran [3]; 200).

f. Hidup Sederhana

Sederhana ialah tidak berlebih-lebihan, baik dalam


berbelanja, bersikap, berhias dan sebagainya. Sifat demikian
sangat dianjurkan bagi mahasiswa UHAMKA. Mahasiswa kadang
kala mendapatkan godaan ketika hidup di kota, bergaul dengan
banyak kawan yang kaya dan bergaya hidup lebih tinggi.

g. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong

41
Sombong ialah membesarkan atau membanggakan diri dan
menganggap remeh orang lain. Sifat seperti ini hendaknya
dijauhkan oleh mahasiswa UHAMKA. Selain sifat ini dibenci oleh
Allah Swt. juga akan menghalangi mahasiswa dalam membangun
pergaulan yang luas dan kesuksesan. Dalam Alquran Allah
berfirman:

َ ْ ُ َُّ ُّ ُ َ َ ‫َ َ ً َّ ه‬ َْ َ َ َّ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ
‫ال‬
ٍ ‫ي ب كل مخت‬ ِّ‫اس َولا ت ْم ِّش ِّفى الا ْر ِّض مرحاۗ ِّان اّٰلل لا ح‬
ِّ ‫ولا تص ِّعر خدك ِّللن‬
ُ َ
١٨ ۚ‫فخ ْو ٍر‬

Artinya: Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi sangat membanggakan diri (QS Lukman [31]: 18)

Adab Mahasiswa dalam Berpakaian

Islam tidak memberi Batasan harus seperti apakah model,


motif, maupun warna pakaian. Islam memberi kebebasan kepada
orang Muslim untuk berhias dan memakai pakaian sesuai dengan
adat istiadat atau kondisi tempat atau musim atau acara atau hal-
hal lainnya. Ini karena fungsi utama pakaian adalah menutup
aurat, melindungi tubuh dan berhias.

Jika diperinci bahwa pakaian mahasiswa laki-laki


mempunyai ketentuan-ketentuan syariat yang bisa diterapkan,
yaitu:

42
1) Pakaian tersebut menutup aurat laki-laki
2) Memakai pakaian yang sederhana dan tidak perlu
berlebihan atau syurah (sensasional)
3) Tidak menyerupai pakaian perempuan
4) Tidak menggunakan aksesoris emas bagi mahasiswa
5) Tidak menggunakan baju atau kaos yang mengandung
gambar atau tulisan bertentangan dengan syariat.
6) Menyesuaikan aturan pakaian khusus yang berlaku di
kampus, misalnya aturan baju di program studi Kesehatan

Sementara itu, mahasiswi boleh memakai pakaian yang


mereka sukai dengan bentuk, warna, bahan kain dan hiasan apa
pun asal sesuai dengan ketentuan syariat sebagai berikut:

1) Pakaian tersebut menutup seluruh aurat. Aurat perempuan


adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
2) Pakaian tersebut tidak ketat sehingga tidak menampakkan
lekuk-lekuk tubuh
3) Pakaian tersebut tidak tembus pandang sehingga tidak
menampakkan tubuh secara sama-samar atau secara
terang-terangan
4) Pakaian tersebut sopan, patut, dan sederhana. “sopan dan
patut” tergantung kepada keadaan dan orang yang
memakainya. “sederhana” berarti tidak mewah mencolok,
berlebih-lebihan, tidak sampai menyapu jalan dan tidak
untuk pamer.
5) Menyesuaikan aturan pakaian khusus yang berlaku di
institusinya, misalnya aturan baju di program studi
Kesehatan.

43
Mahasiswi non muslim ketika berada di kampus atau kelas
tidak diwajibkan untuk memakai pakaian seperti jilbab. Namun
dianjurkan untuk memakai pakaian yang sopan dan pantas.

Adab Mahasiswa dalam Mencari Ilmu

a. Menyucikan niat
Niat yang suci dalam mencri ilmu adalah sebuah
keniscayaan. Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
pada niatnya (HR Bukhari no 1 dan Muslim no 1907).
Senang dipuji dan cinta ketenaran adalah awal malapetaka
pada diri seorang penuntut ilmu.
b. Menyucikan Diri
Seorang mahasiswa sudah selayaknya senantiasa
menyucikan dirinya, karena sebelum Allah mengajarkan
ilmu, Allah terlebih dahulu menyucikan manusia.
c. Membawa Perlengkapan Belajar
Mahasiswa harus menyiapkan perbekalan terbaik dalam
belajar, baik berupa leptop, buku, alat tulis, atau pun alat
penyimpanan data. Imam Al-Syafi’I rahimahullah berkata:
“ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah
buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan
kalau engkau memburu kijang setelah itu kamu tinggalkan
terlepas begitu saja” (Diwan Imam as-Syafi’I, 2005: 83).
d. Tidak Membatasi dalam Mengambil Sumber Ilmu
Ilmu bisa diambil dari mana saja, karena dalam satu
Riwayat disebutkan bahwa:

44
“Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang
beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah”
(HR Al-Tirmidzi)
e. Hadir Tepat Waktu
Islam menjungjung tinggi ketepatan waktu, maka tidak
layak seorang mahasiswa datang terlambat. Allah banyak
menyebut sumpah yang berkaitan dengan waktu.
Komitmen pada disiplin waktu juga bisa menjadi kunci
kesuksesan seseorang.
f. Berdiskusi Secara Ilmiah dan Menjauhi Berdiskusi yang
Mengandung Catat Logika
Diskusi atau munadzarah adalah hal terpuji karena bisa
menjadi sarana untuk memperdalam keilmuan. Dalam
diskusi atau dialog harus memiliki semangat konstruktif,
bukan konfliktif, saling menghormati argumen kawan
dialog, harus didasarkan argumen atau referensi, seorang
mahasiswa juga perlu belajar logika yang tepat agar tidak
berdiskusi menggunakan logika yang cacat.
g. Memenuhi Aturan Majelis atau Kontrak Perkuliahan
Islam menghormati aturan. Maka, hendaknyalah seorang
mahasiswa Uhamka menghormati aturan atau ketetapan
yang berlaku.
h. Bersungguh-sungguh Memperhatikan
Kunci keberhasilan dalam belajar adalah bersungguh-
sungguh dalam belajar. Kesungguhan dalam
memperhatikan kuliah itu penting. Mengapa? Karena
ketika bersungguh-sungguh kuliah pun, kita belum tentu
menyerap ilmu dengan sempurna, apalagi jika kurang
serius.
i. Haus Ilmu dan Menjaga Semangat Ingin Tahu
45
Islam dibangun atas dasar ilmu. Maka, mahasiswa Uhamka
harus bersemangat dalam mencari ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan bukan hanya ilmu pengetahuan agama,
melainkan ilmu sosial, ilmu tekhnologi, dan sebagainya
yang dapatkan meningkatkan kualitas manusia.
Perintahkan untuk mencari ilmu pengetahuan dalam
Alquran disebutka tidak kurang dari 66 kali.
j. Menumbuhkan Semangat Literasi
Buku dan jurnal adalah harta yang paling berharga bagi
mahasiswa. Bahkan, tidak dikatakan sebagai mahasiswa
apabila tidak punya koleksi buku dan jurnal. Adapun
diantara kiat-kiat untuk menumbuhkan literasi yaitu,
mengalokasikan dana khusus untuk membeli buku atau
mengakses jurnal, mengalokasikan waktu khusus untuk
membaca buku dan jurnal, dan menyingkirkan gadget
(aktifitas media sosial) saat menjelang tidur dan
menggantinya dengan membaca buku atau jurna;
k. Sabar dalam Belajar
Mahasiswa Uhamka diharapkan punya sifat sabar dalam
belajar. Belajar tidak dilalui dengan mudah, kadang harus
dengan hidup prihatin, dan memahami keterbatasan orang
tua. Mahasiswa harus menahan kemewahan untuk
mendapatkan ilmu.
l. Tawadhu dan Tidak Merasa Jemawa dengan Ilmu yang
Dimiliki
Seorang mahasiswa tidak boleh merasa sombong dengan
ilmu yang sudah diraih. Sikap yang tawadhu adalah tidak
meremehkan orang lain, tidak merasa dirinya yang paling
pintar, mendengarkan penjelasan orang sampai selesai dan
siap menerima masukan.
46
m. Jujur dalam Menuntut Ilmu
Adab jujur dalam menuntut ilmu bagi mahasiswa Uhamka
di antaranya adalah harus jujur dalam menyebutkan
sumber ilmu atau asal kutipan, tidak mencontek atau
melakukan kecurangan, dan tidak melakukan plagiasi.

Adab Mahasiswa Kepada Dosen

Adapun adab-adab mahasiswa Uhamka kepada dosen


adalah sebagai berikut:

a. Berbaik Sangka kepada Dosen


Mahasiswa sudah selayaknya berbaik sangka pada dosen.
Jika ada sikap tegas dosen kepadamu, berbaik sangkalah.
Bisa jadi dengan kebijakannya, ia melakukannya untuk
membantumu faham dan sukses dalam studimu.
b. Tidak Membicarakan Kekurangan Dosen
Mahasiswa tidak diperkenankan untuk membicarakan
kekuarangan dosen. Apabila ada kekurangan dan kesalahan
dosen, bisa disampaikan dengan adab yang baik.
c. Tawaduk
Mahasiswa sudah selayaknya bersikap tawaduk atau sikap
penuh penghormatan kepada dosen sebagaimana
keteladanan oleh para ulama atau ilmuan terdahulu
terhadap guru mereka.
d. Senantiasa Mendoakan Dosen
Mahasiswa yang baik senantiasa mendoakan dosennya,
karena dosen sudah menjadi pendamping atau fasilitator
untuk memperoleh ilmu.

47
e. Menghargai Dosen atas Ilmu yang Diberikan Sepanjang
Waktu
Semua orang yang mengajarkan ilmu kepada kita adalah
guru atau dosen, tidak pandang itu pada level tinggi atau
rendah, bersifat kecil atau besar. Semua guru atau dosen
wajib dihormati, bahkan seandainya ilmu itu terasa remeh.

Adab Mahasiswa di Kelas Perkuliahan

Adab di dalam kelas penting diperhatikan dan perlu dijaga


oleh mahasiswa Uhamka. Adab-adab di kelas perkuliahan yaitu:

1. Mengetuk pintu dan mengucapkan salam ketika akan


masuk kelas
2. Berkomunikasi secara baik dengan dosen ketika di kelas,
misalnya ketika bertanya tentang sesuatu materi yang
tidak dipahaminya.
3. Meminta izin terlebih dahulu ketika ada suatu kebutuhan
misalnya akan keluar pergi ke toilet
4. Berbicara dengan Bahasa yang benar dan mudah
dipahami, misalnya jika ada diskusi Bersama tentang
materi tertentu
5. Mendengarkan dengan tenang apa yang disampaikan oleh
dosen di kelas
6. Berlapang dada ketika terjadi perbedaan pendapat selama
proses kegiatan belajar mengajar
7. Mencatat atau menyimpan semua materi yang telah
diajarkan oleh dosen

48
8. Menjaga kondisi kelas dengan nyaman dan tidak
membuat keributan di dalamnya
9. Menjaga kebersihan kelas dengan tidak membuang
sampah sembarangan atau mencoret dinding kelas
10. Tidak merusak barang-barang yang ada dalam kelas.

Adab Mahasiswa Berkomunikasi dengan Dosen

Beberapa adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan oleh


para mahasiswa Uhamka ketika berinteraksi dan berkomunikasi
secara langsung maupung lewat HP dengan dosennya:

1. Mengucapkan salam ketika mengirimkan pesan atau


telepon
2. Memperkenalkan diri terlebih dahulu secara singkat
3. Menjelaskan secara singkat tujuan pesannya
4. Menggunakan Bahasa yang baik dan sopan ketika
menelepon atau mengirimkan pesan
5. Mengirimkan pesan atau menelepon pada waktu jam kerja
6. Menunggu jawaban dosen dengan sabar dan tidak
memaksa
7. Mengucapkan terima kasih sudah dibalas pesannya.

Adab Mahasiswa dalam Berteman

Islam juga memandang teman sebagai hal yang krusial dalam


kehidupan. Teman berpotensi menentukan akhlak dan juga arah
hidup seorang mahasiswa. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

49
“seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh
karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib
kalian (HR Abu Daud No. 4833; Tirmidzi No. 2378; dan Ahmad,
2:344)”

Adapun adab-adab berteman yang perlu diperhatikan mahasiswa


Uhamka adalah:

1. Mencari Teman yang Baik


Teman merupakan factor penting untuk menunjang
kesuksesan mahasiswa dalam belajar. Maka, memilih
teman yang baik adalah keniscayaan.
2. Setia Kawan
Kesetiaan kepada kawan adalah amanat. Teman yang baik
akan bersikap setia kawan. Sungguh bersahabat dengan
orang-orang yang saleh adalah nimat yang sangat besar.
3. Saling meringankan
Mahasiswa yang berakhlak mulia adalah mahasiswa yang
senantiasa menolong atau meringankan beban yang
menimpa kawan lain.
4. Tidak melakukan Perundungan atau Bullying
Perundungan adalah perilaku atau tindakan agresif yang
melibatkan ketidakseimbangan kekuatan sehingga
merugikan atau menyakiti orang lain. Perundungan bisa
berupa fisik, verbal, maupun sosial.
5. Tidak Melakukan Body Shaming
Body Shoming adalah perilaku mengkritik atau
menghormati fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang
lain dengan cara yang negative atau komentar terhadap
tubuh yang sifatnya seksual. Mengejek tubuh gendut,

50
kurus, pendek, atau tinggi itu sama seperti saat anda
melakukan bullying secara verbal.

Adab Mahasiswa di Indekos atau Lingkungan Tempat


Tinggal

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan hubungan


sosial satu dengan lainnya dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu,
agar terjalin hubungan dan komunikasu yang bagus dengan
masyarakat di sekeliling tempat tinggalnya, mahasiswa Uhamka
perlu memperhatikan adab-adab kehidupan atau keseharian selama
tinggal di masyarakat. Adab-adab ini sekaligus menjaga nama
baik almamater, yaitu:

1. Membayar sewa kamar atau rumah tepat waktu


2. Menjaga kebersihan setiap saat di kamarnya
3. Tidak membawa Wanita/pria yang bukan mahramnya
4. Tidak berjudi dan tidak minum keras di kamar atau rumah
5. Menghindari Rokok dan Narkoba
6. Menjaga peralatan kamar atau rumah dengan sebaik-
baiknya
7. Tidak membuat gaduh lingkungan selama di indekos
8. Menaati semua peraturan yang dibuat oleh pemilik indekos
9. Menjaga nama baik almamater
10. Mengenalkan almamater kepada lingkungan sekitar

51
MATERI KEEMPAT:
IBADAH SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH

52
IBADAH SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH

“Prinsip utama ibadah ada 2 yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti
tujuan ibadah hanyalah mengharap pahala, ridha dan balasa dari Allah
Swt. Tanpa ikhlas ibadah akan sia-sia karena tersesat dari tujuan
utamanya. Itti’ba’ berarti mengikuti cara yang telah diperintahkan
Allah Swt dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Tanpa itti’ba’
yang ada setiap orang akan mengarang cara ibadahnya masing-
masing.”

Makna Ibadah
Makna ibadah adalah gabungan antara ketaatan dan
pengagungan kepada Allah Swt. Ketaatan tanpa pengagungan
hanyalah bagi budak atau binatang peliharaan yang taat saat
diperintah namun tidak pernah memuji pemiliknya. Sedang
pengagungan tanpa ketaatan adalah sifat penjilat. Maka, ibadah
kepada Allah Swt adalah dengan cara memuji-Nya, membesarkan
nama-Nya, mentaati perintahnya, dan menjauhi larangan-Nya.

Sumber Hukum Ibadah


Sumber hukum ibadah adalah al-Quran dan Sunnah. Al-
Quran adalah firmah Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw dan sunnah adalah segala yang diajarkan dan
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada ummatnya. Akal
bukanlah sumber melainkan alat baca. Akal setiap orang berbeda
pada pengalaman hidup dan bacaanya. Tradisi dan budaya
masyarakat bukanlah sumber ibadah karena setiap suku, bangsa,
dan daerah punya perbedaan tradisi dan budaya masing-masing.
Tradisi dan budaya tidak bisa menjadi ibadah, namun ibadah bisa
menjadi tradisi dan budaya manakala dilakukan bersama dalam
waktu yang lama.

53
Ulama bukanlah sumber tapi tempat belajar, dari mereka
kita belajar al-Quran dan Sunnah. Tahukan kita bahwa Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hambali sebagai
penghulu mazhab mereka memiliki ikatan guru dan murid. Dan
mereka sepakat pada satu kata, “Jika hadis itu Shahih, maka itulah
mazhabku.”

Urgensi Ibadah
Ibadah adalah wajib dilakukan bagi setiap manusia
setidaknya dengan 4 alasan;
1. Manusia adalah ciptaan, maka setiap ciptaan pasti
menghamba pada penciptanya. Sebagaimana setiap benda
yang dibuat manusia, pasti harus tunduk pada pembuatnya.
2. Manusia adalah makhluk yang lemah, sering mengeluh dan
merasa kurang, karenanya ibadah adalah cara terbaik untuk
meminta solusi dan kekuatan dari yang Maha Kaya dan
Maha Kuasa, Allah Swt.
3. Manusia butuh pedoman hidup untuk menjawab pertanyaan
dari mana, kenapa, bagaimana dan untuk pada sebenarnya
hidup. Dan dengan ibadah sesuai perintah Allah Swt maka ia
akan mendapatkan pedoman dan jawaban dari apa yang ia
cari.
4. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi
kebutuhannya secara mandiri selalu akan butuh orang lain.
Dengan ibadah seseorang akan faham bahwa mereka harus
berjamaah, saling membutuhkan, saling melengkapi, tidak
saling menjatuhkan, dan tujuan utama mereka adalah sama
yakni mengharap pahala, balasan dan ridha Allah Swt.

Prinsip Ibadah
Prinsip utama ibadah ada 2 yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas
berarti tujuan ibadah hanyalah mengharap pahala, ridha dan balasa
dari Allah Swt. Tanpa ikhlas ibadah akan sia-sia karena tersesat
dari tujuan utamanya. Itti’ba’ berarti mengikuti cara yang telah
54
diperintahkan Allah Swt dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad
Saw. Tanpa itti’ba’ yang ada setiap orang akan mengarang cara
ibadahnya masing-masing. Padahal setiap yang baik bagi
seseorang belum tentu bagi orang lain, dan setiap yang baik belum
tentu benar. Maka yang baik dan benar pasti dari sumber aslinya
yaknni al-Quran dan Sunnah.
Ketahuilah, jika sebuah pekerjaan tak menghasilkan apa
yang diminta, maka 2 sebabnya; pertama, salah atau tidak jelas
tujuannya dan kedua, salah cara meraihnya.

Tertolaknya Syirik dan Bid’ah dalam Ibadah


Syirik dalam ibadah adalah dengan menujukan ibadah tidak
untuk mencari pahala, balasan dan ridha Allah Swt. Syirik dalam
ibadah yang paling ringan adalah riya’, mencari perhatian manusia
agar dipuji dan diperhatikan. Sedang syirik dalam ibadah yang
besar adalah dengan cara meminta, menyembah, memohon untuk
kebaikan hidup, atau meyakini hadirnya baik dan buruk kepada
makhluk Allah seperti benda-benda keramat, binatang, kuburan,
orang besar seperti pahlawan dan ulama, dan sebagainya.
Semuanya tidak akan bermanfaat dan tertolak karena memang
yang berhak disembah dan mampu memberik kebaikan dan
keburukan bagi hidup manusia hanyalah penciptaNya bukan
makhluknya.
Bid’ah dalam ibadah adalah membuat suatu amalan,
tindakan, perkataan, bacaan, sebagai bagian dari ibadah kepada
Allah Swt padahal tidak ada perintah dari Allah Swt maupun
contohnya dari Nabi Muhammas Saw. Bid’ah adalah bentuk
kebodohan manusia yang kadang menganggap prasangka yang
baik sebagai yang benar. Padahal setiap prasangka tergantung
pada pengalaman hidup dan pengetahuan yang diperolehnya.
Karenanya bid’ah sering muncul dengan tradisi atau budaya yang
dianggap sebagai ibadah. Bid’ah pasti tidak bermanfaat, sia-sia,
tidak berpahala, dan tertolak. Karena seorang pembantu yang

55
terlihat rajin namun melakukan tindakan yang tidak diperintah
oleh majikannya justru menghasilkan kemarahan dari majikannya.

Kenapa Ada Perbedaan Antar Ulama?


Ulama adalah manusia sebagaimana umumnya. Mereka
dimuliakan karena ilmunya bukan nasab keturunannya, bukan pula
harta yang dimilikinya. Namun demikian sering muncul perbedaan
diantara mereka yang disebabkan antara lain:
1. Penguasaan ilmu yang berbeda sebab apa yang kita tahu
belum tentu orang lain tahu, dan apa yang orang lain tahu
belum tentu kita pun tahu
2. Riwayat Nabi yang berbeda sebab solusi yang diberikan
oleh Nabi Muhammad Saw kadang sesuai kemampuan dan
kebutuhan penanya
3. Bacaan, guru atau buku yang berbeda sebab pengetahuan
tergantung pada sumbernya
4. Letak geografis yang berbeda sebab bagi yang hidup di
tanah padang pasir lebih sering membahas tayamum dari
pada mereka yang hidup disamping sumber air
5. Keilmuan yang bebeda sebab dokter lebih faham tentang
kesehatan dari pada bentuk bangunan
6. Pengalaman sosial yang berbeda sebab yang kaya akan lebih
sering membahas seringnya syukur dan sedekah sedang
yang kurang mampu lebih sering membahas sabar dan
qanaah

Perbedaan Yang Tidak Boleh


Hakekat perbedaan akal dan pengalaman hidup adalah
keniscayaan, namun kesatuan sumber pada al-Quran dan sunnah
adalah keharusan. Namun demkian, ada perbedaan yang harusnya
tidak dimunculkan.
1. Berbeda disebabkan berbeda suku, bangsa, dan tradisi sebab
semua itu adalah budaya hasil akal manusia yang pasti
56
berbeda. Karenanya belajarlah memisahkan mana budaya
dan mana agama.
2. Berbeda disebabkan berbeda lembaga dan organisasi sebab
sebab lembaga dan organisasi adalah alat perjuangan dalam
dakwah bukan tujuan dari dakwah
3. Berbeda disebabkan kebencian pada kaum tertentu sebab
dakwah Islam adalah menebar rahmah bukan menebar
kebencian
4. Berbeda disebabkan menentang syariat. Berbeda boleh tapi
jangan berlawanan, sebab berbeda tidak selalu berlawanan.

Bagaimana Sikap Dalam Perbedaan?


Pada masyarakat awam sangat mungkin muncul perbedaan.
Maka perlu sikap yang baik dan benar dalam menghadapinya.
Jangan membencinya, menyalahkannya, dan juga menjauhinya,
tapi cobalah sadari.
1. Bisa jadi dia tahu apa yang tidak kita tahu, maka belajarlah
darinya.
2. Bisa jadi dia tidak tahu apa yang kita tahu, maka ajarilah ia.
3. Bisa jadi dia sakit dan berkekurangan sehingga amalnya
berbeda, maka milikilah empati padanya.
4. Bisa jadi dia bernada tinggi karena tradisi, maka
dengarkanlah dan belajar senyum padanya.
5. Bisa jadi terlihat dia menjauhimu, meski kenyataannya kau
yang menjauhinya. Maka belajarlah untuk mendekat.
6. Dakwah adalah mengajar bukan mengejek, merangkul
bukan memukul, ramah bukan marah.

Pentingnya Akhlak Dalam Ibadah


Akhlak adalah tentang menghadirkan keterbaikan. Akhlak
dalam ibadah adalah dengan menyiapkan waktu terbaik, pakaian
terbaik, tempat terbaik, dan kondisi terbaik untuk beribadah.
Jangan merasa berat dalam ibadah sebab ia bukan beban. Jangan
ibadah sekedarnya sebab ia bukanlah sekedar kewajiban. Lakukan
57
hal terbaik dalam ibadah sebab ia kebutuhan. Sebab siapa
melaksanakan amal dan usaha terbaik ia akan mendapat hasil
terbaik.
Jika merasa berat dalam beribadah maka mulailah dari yang
ringan dan mudah karena agama hadir untuk memudahkan bukan
memberatkan. Jika merasa ibadah tak memiliki arti buatlah tujuan
pada setiap ibadah. Sebab, berjalan tanpa tujuan akan jauh rasanya
sedang jalan dengan tujuan tempat yang indah akan berarti setiap
langkahnya.

TATA CARA THAHARAH DAN SHALAT SESUAI AL-


QURAN DAN SUNNAH

Syarat Diterimanya Ibadah


Ibadah dari bahasa arab ‫ عبد‬yang berarti melakukan
penghambaan kepada Allah Swt. Ibadah dilakukan dengan dua
syarat utama yakni ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti bahwa ibadah
hanya dilakukan karena mengharap pahala dan ridha dari Allah
Swt. Ittiba’ berarti bahwa ibadah hanya dilakukan mengikuti apa
yang diperintahkan oleh Allah Swt dan dicontohkan olah Nabi
Muhammad Saw.

Thaharah
Thaharah memiliki makna bersuci dari hadas dan najis, baik
tempat, badan maupun pakaian. Hadas dibagi menjadi dua, hadas
kecil dan hadas besar. Hadas kecil dapat dihilangkan dengan
wudhu, sedangkan hadas besar hanya bisa dihilangkan dengan
mandi janabah. Baik wudhu maupun mandi janabah, bila tidak
dapat dilaksanakan maka bisa digantikan dengan tayamum.

Wudhu
Baik wudhu dan mandi janabah dilakukan dengan
menggunakan air yang bersih dan suci, tidak mengandung

58
kotoran. Wudhu dapat digantikan dengan tayamum apabila tidak
ada air, karena sakit atau dalam keadaan darurat.
Tata cara berwudhu:
1. Memulai dengan mengucapkan basmalah, (‫الرحِ ِيم‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫)بِس ِْم هللا‬
serta niat dalam hati untuk membersihkan hadas kecil semata
karena Allah Swt
2. Membasuh telapak tangan tiga kali sambil membersihkan sela
jari-jari tangan
3. Berkumur sambil menghisap air ke hidung (bila tidak
berpuasa) tiga kali. Gunakan telapak tangan kanan dalam
memasukkan air ke mulut/hidung. Pada waktu berkumur
dianjurkan pula membersihkan gigi baik dengan gosok gigi
atau bersiwak
4. Membasuh muka tiga kali sambil mebersihkan kotoran di
sudut mata dan jenggot (jika memiliki)
5. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku. Mulailah tangan
kanan tiga kali lalu tangan kiri tiga kali.
6. Mengusap kepala dengan air tiga kali, mulai dari ubun-ubun
dari tengkuk ke ubun-ubun.
7. Membasuh kedua telinga baik bagian luar maupun dalam
8. Membasuh kedua kaki minimal sampai kedua mata kaki.
Mulailah dengan kaki kanan tiga kali kemudian kiri tiga kali.
Usahakan membersihkan pula sela-sela jari dan kotoran kuku
jari-jari kaki
9. Setelah berwudhu kemudian membaca

َ ‫أَ ْش َهدُ أَ ْن ََل ِإلَهَ ِإ ََّل َّللاَّ ُ َوحْ دَ ُه ََل ش َِريْكَ لَهُ َوأَ ْش َهدُ أَنَّ ُم َح َّمدًا‬
ُ‫ع ْبدُ ُه َو َرس ُْولُه‬

Mandi
Apabila selesai melakukan hubungan seksual (bersetubuh)
atau keluar mani karena mimpi atau karena yang lain, atau baru
59
selesai haid/nifas bagi seorang perempuan, maka hal-hal tersebut
menyebabkan seseorang hadas besar. Apabila hendak shalat maka
diwajibkan mandi besar/jenabat dengan cara sebagai berikut.
1. Mulailah dengan membaca basmalah, sambil berniat karena
Allah Swt
2. Membasuh kedua telapak tangan
3. Membasuh kemaluan dan sekitarnya sampai bersih
4. Berwudhu’
5. Menyiramkan air ke seluruh tubuh sambil membersihkan
anggota tubuh. Bagi yang tidak bisa menggunakan air dingin
karena rematik atau yang lain, maka airnya dapat dihangatkan
terlebih dahulu.

Tayamum
Tayamum dapat menggantikan wudhu ataupun mandi besar.
Cara bertayamum adalah:
1. Membaca basmalah
2. Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat
yang berdebu bersih
3. Kedua telapak tangan tersebut ditiup atau ditapukkan
kemudian diusapkan ke muka
4. Tangan kiri mengusap punggung telapak tagan kanan, dan
sebaiknya dan sebaiknya tangan kanan mengusap punggung
tanga kiri

Shalat
a. Berdiri
1. Mulailah dengan berdiri menghadap kiblat, merenggangkan
kaki selebar bahu kemudian bertakbir
2. Takbir dilakukan dengan mengucapkan ‫ هللا أكبر‬dan
mengangkat tangan sejajar bahu dan jari sejajar telinga

60
3. Kemudian bersedekap dengan meletakkan telapak tangan
kanan di atas pergelangan tangan kiri dan kedua tangan
diletakkan diatas dada
4. Setelah sempurna bersedekap kemudian membaca doa iftitah,
kemudian al-fatihah, dan membaca surat dari al-Quran.
5. Adapun doa iftitah yang dibaca yakni

ِ ‫ق َوال َم ْغ ِر‬
،‫ب‬ ِ ‫عدْتَ بَيْنَ ال َم ْش ِر‬ َ ‫ َك َما بَا‬،‫اي‬ َ َ‫طاي‬ َ ‫اللَّ ُه َّم بَا ِعدْ بَ ْينِي َوبَ ْي َن َخ‬
،‫ض مِ َن الدَّن َِس‬ ُ َ‫ط ايَا َك َما يُنَقَّى الثَّ ْوبُ األ َ ْبي‬ َ ‫اللَّ ُه َّم نَ ِِّقنِي ِم َن ال َخ‬
‫ج َوالبَ َر ِد‬ِ ‫اي ِبا ْل َما ِء َوالثَّ ْل‬
َ َ‫طاي‬َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِسلْ َخ‬
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku
sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah
kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari
Muslim)

Atau membaca:

‫ ِإ َّن‬، َ‫ َو َما أَنَا ِم َن ْال ُم ْش ِركِين‬،‫ض َحنِيفًا‬ َ ْ‫ت َو ْاألَر‬ ِ ‫س َم َاوا‬َّ ‫ط َر ال‬ َ َ‫ي لِلَّذِي ف‬ َ ‫َو َّج ْهتُ َوجْ ِه‬
ُ َ
ُ‫ َوبِذَلِكَ أمِرْ ت‬،ُ‫ ََل ش َِريكَ له‬،‫ب العَالمِي َن‬ َ ْ ِ ِّ ‫َلِل َر‬ ِ َّ ِ ‫ َو َم َماتِي‬،‫اي‬ َ َ‫ َو َمحْ ي‬،‫ َونُسُكِي‬،‫ص ََلتِي‬ َ
َ َ
ُ‫ ظل ْمت‬، َ‫ع ْبدُك‬ َ ‫ َوأنَا‬،‫ الل ُه َّم أ ْنتَ ال َم ِلكُ ََل إِلهَ إَِل أ ْنتَ أ ْنتَ َربِِّي‬،‫َوأَنَا مِنَ ال ُم ْس ِلمِي َن‬
َ َ َ َّ َ ْ َ ْ
، َ‫ُوب إِ ََّل أَ ْنت‬َ ‫ إِنَّهُ ََل يَ ْغف ُِر الذُّن‬،‫ فَا ْغفِرْ لِي ذُنُوبِي َجمِيعًا‬،‫ َوا ْعت ََر ْفتُ بِذَ ْنبِي‬،‫نَ ْفسِي‬
‫سيِِّئَ َها ََل‬
َ ‫عنِِّي‬
َ ‫ف‬ ْ ‫ َواص ِْر‬، َ‫سنِ َها إِ ََّل أَ ْنت‬ َ ْ‫ق ََل يَ ْهدِي ِألَح‬ ِ ‫س ِن ْاأل َ ْخ ََل‬ َ ْ‫َوا ْه ِدنِي ِألَح‬
‫ْس‬َ ‫ش ُّر لَي‬ َّ ‫ َوال‬، َ‫س ْعدَيْكَ َو ْالخَ ي ُْر كُلُّهُ فِي يَدَيْك‬ َ ‫ لَبَّيْكَ َو‬، َ‫سيِِّئَ َها إِ ََّل أَ ْنت‬
َ ‫عنِِّي‬ َ ‫ف‬ ُ ‫يَص ِْر‬
َ ُ َ ْ َ
َ‫ أ ْستَغف ُِركَ َوأتوبُ إِليْك‬، َ‫اركتَ َوتَعَاليْت‬ َ ْ َ َ‫ تَب‬، َ‫ أَنَا بِكَ َوإِليْك‬، َ‫إِلَيْك‬
َ

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta


langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan
termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
61
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk
Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh
karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk
orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha
Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah
Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi
diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah
dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa
mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku
akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat
menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah
akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada
yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka
aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-
Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan
keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat
hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang
teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan
dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan
Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat
kepadaMu” (HR. Muslim)

b. Rukuk
1. Setelah selesai membaca surat saat berdiri kemudian bertakbir
dengan untuk rukuk
2. Rukuk dilakukan dengan membungkukkan punggung
kedepan rata dengan leher dan kepala serta meletakkan
telapak tangan di lutut kemudian membaca:

‫سب َْحانَك َاللَّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْمدِكَ اللَّ ُه َّم ا ْغفِرْ لِي‬
ُ
62
“Mahasuci Engkau, ya Allah, wahai Rabb kami! Dan segala
pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku!”(Bukhari
Muslim).

Atau membaca:
‫ِّي ا ْلعَ ِظي ِْم‬َ ِ‫سُ ْب َحا َن َرب‬
ْ
‫ِّي العَ ِظي ِْم‬َ ِ‫سُب َْحانَ َرب‬
ْ
‫ِّي العَ ِظي ِْم‬ َ ِ‫سُب َْحانَ َرب‬
“Mahasuci Rabbku Yang Maha Agung.”

Atau membaca:

‫ح‬
ِ ‫الر ْو‬ ٌ ‫ح قُد ُّْو‬
ُّ ‫س َربُّ ال ْم ََلئِ َك ِة َو‬ ٌ ‫سُب ُّْو‬
“Mahasuci Dia dari segala kejelekan, Maha Memberi berkah,
Rabb para malaikat dan ruh. (HR. Muslim)

3. Setelah selesai membaca kemudian melakukan ‘itidal dengan


berdiri dengan mengangkat tangan sebagaimana bertakbir
dengan membaca:
‫سمع هللا لمن حمده‬
Kemudian membaca

ُ‫َربَّنَا َولَكَ ْال َح ْمد‬

“Wahai Rabb kami, hanya untukmulah segala pujian.” (HR.


al-Bukhari dan Muslim)

Atau membaca:

‫ار ًكا فِ ْي ِه‬ َ ‫َربَّنَا َولَكَ اْل َح ْمدُ َح ْمدًا َكثِي ًْرا‬
َ َ‫طيِِّبًا ُمب‬

63
“Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang
banyak, baik, dan diberkahi padanya”.

Atau membaca:

ُ‫يءٍ بَ ْعد‬
ْ ‫ش‬
َ ‫مِن‬ ِ ْ‫ت َو ِم ْل َء ْاألَر‬
ْ َ‫ض َو ِم ْل َء َما ِشئْت‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا لَكَ ا ْل َح ْمدُ ِم ْل َء ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

c. Sujud
1. Setelah melakukan I’tidal kemudian bersujud dengan
mendahulukan lutut sampai ke lantai kemudian tangan, tanpa
mengangkat tangan sebagaimana bertakbir terlebih dahulu
2. Posisi sujud wajah menghadap ke lantai dengan 7 anggota
badan yang menyentuh lantai yakni dahi, 2 telapak tangan, 2
lutut, dan 2 telapak kaki yang meng hadap ke depan
3. Setelah sempurna posisi sujud kemudian membaca:

‫سُب َْحانَك َاللَّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْمدِكَ اللَّ ُه َّم ا ْغفِرْ لِي‬
“Mahasuci Engkau, ya Allah, wahai Rabb kami! Dan segala
pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku!”(Bukhari
Muslim).

Atau membaca:
‫ِّي اَْلَ ْعلَي‬
َ ‫سُ ْب َحا َن َر ِب‬
‫ِّي اَْلَ ْعلَي‬
َ ‫سُ ْب َحا َن َر ِب‬
‫ِّي اَْلَ ْعلَي‬
َ ‫سُ ْب َحا َن َر ِب‬

Atau membaca:

‫ح‬
ِ ‫الر ْو‬ ٌ ‫ح قُد ُّْو‬
ُّ ‫س َربُّ ال ْم ََلئِ َك ِة َو‬ ٌ ‫سُب ُّْو‬

64
“Mahasuci Dia dari segala kejelekan, Maha Memberi berkah,
Rabb para malaikat dan ruh. (HR. Muslim)

d. Duduk diantara dua Sujud


1. Setelah selesai membaca bacaan sujud kemudian duduk
dengan bersandar pada kaki kiri dan telapak kaki kanan dalam
posisi berdiri menghadap ke depan kemudia membaca:

‫اَللِّ ُه َّم ا ْغفِرْ لِى َوارْ َح ْمنِى َواجْ بُرْ نِى َوا ْه ِدنِى َوارْ زُ ْقنِى‬

“Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku,


tunjukilah aku, dan berilah rizki untukku”.
2. Kemudian kembali bersujud sebagaimana posisi sujud dan
bacaan sujud di atas.
3. Setelah sujud kedua, jika dalam posisi rakaat pertama atau
ketiga yang bukan terakhir maka dilanjutkan berdiri
sebagaimana awal rakaat shalat.
4. jika setelah sujud kedua adalah posisi rakaat kedua dan/atau
terakhir maka dilanjutkan dengan duduk tahiyat

e. Duduk Tahiyat Awal dan Akhir


1. Duduk tahiyat awal adalah posisi duduk setelah sujud kedua
pada rakaat kedua yang bukan terakhir
2. Duduk tahiyat awal dilakukan sebagaimana duduk diantara
dua sujud yakni dengan duduk bersandar dengan kaki kiri dan
telapak kaki kanan ditegakkan menghadap ke depan yang
diistilahkan dengan duduk iftiras
3. Duduk tahiyat akhir adalah posisi duduk setelah sujud pada
rakaat terakhir sebelum salam yang dilakukan dengan cara
duduk membelakangi kaki kiri dan kaki kiri diselipkan
dibawah kaki kanan. Sedang telapak kaki kanan tetap dalam
posisi berdiri menghadap kedepan yang diistilahkan dengan
duduk tawarru’

65
4. Setelah posisi duduk dahiyat sempurna dilanjutkan membaca
bacaan berikut sembari tangan kanan menggenggam dan
menegakkan telunjuk ke depan
.ُ‫هللا َو َب َركاَتُه‬
ِ ‫ي َو َرحْ َم ُة‬ ُ ‫علَيْكَ أَيُّها َ النَّ ِب‬
َ ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫صلَ َواتُ َوال‬
َّ ‫ اَل‬. ُ‫ط ِيِّبا َت‬ َّ ‫َلِل َوال‬ ِ ِّ ِ ُ‫اَلتَّحِ يَّات‬
ُ‫ع ْبدُه‬
َ ‫ُم َح َّمدًا‬ ََّ‫ أَ ْش َهدُ اَ ْن َلَاِلَهَ اَِلَّ هللاِ َوأَ ْش َهدُ أن‬.‫ص الِحِ ْي َن‬ َّ ‫على عِبا َ ِدهللاِ ال‬ َ َ ‫علَيْنا َ َو‬َ ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫اَل‬
ُ‫َو َرس ُْولُه‬
ِ َ‫علَى ِإب َْرا ِه ْي َم َوا ِل ِإب َْرا ِه ْي َم َوب‬
ْ‫ارك‬ َ َ‫صلَّيْت‬ َ ‫علَى ا ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم‬
َ
.ٌ‫ إِنَّكَ َحمِ ْيدٌ َم ِج ْيد‬.‫على إِب َْرا ِه ْي َم َوا ِل إِب َْرا ِه ْي َم‬َ َ‫اركت‬ ْ َ َ‫علَى ُم َح َّم ٍد َوا ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ َ

“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah


kepunyaan Allah, Semoga keselamatan bagi Engkau, ya Nabi
Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-
mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba
Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Allah dan
utusan-Nya. Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada
Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan
kepada Ibrahim dan keluarganya, berkahilah Muhammad dan
keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha
Mulia”.

Sesudah tasyahud awal dibaca doa:


َ‫ فَا ْغفِرْ لِي َم ْغف َِرةً م ِْن ِع ْندِك‬. َ‫ُوب إَِلَّ أَ ْنت‬
َ ‫ظلَ ْمتُ نَ ْفسِي ظُ ْلما ً َكثِيراً َوَلَ يَ ْغف ُِر الذُّن‬
َ ‫اللَّ ُه َّم إِنِِّي‬
‫الرحِ ي ُم‬ ُ ُ‫ إِنَّكَ أَ ْنتَ ْالغَف‬،‫َوارْ َح ْمنِي‬
َّ ‫ور‬

"Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan


kezaliman yang banyak. Tiada yang dapat mengampunkan dosa-
dosa melainkan Engkau, maka ampunilah bagiku dengan

66
keampunan dariapada-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya
Engkau maha pengampun lagi maha penyayang."

Pada tahiyat akhir ditambahkan doa:


,ِ‫ َوم ِْن فِتْنَ ِة ا ْل َمحْيا َ َوا ْل َم َمات‬,‫ب ا ْلقَب ِْر‬
ِ ‫عذَا‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم إِنِِّى أَع ُْوذُبِكَ م ِْن‬
ِ ‫عذَا‬
َ ‫ َوم ِْن‬,‫ب َج َهنَّ َم‬
ِ ‫َوم ِْن ش ِ َِّر فِتْنَ ِة ا ْل َم ِسي‬
‫ْح الدَّجَّا ِل‬

“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa
kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah
dajjal”

5. Setelah selesai membaca doa tahiyat, maka shalat diakhiri


dengan salam dengan menghadapkan wajah ke kanan lalu ke
kiri
ِ ُ‫علَ ْيكُ ْم َو َرحْ َمة‬
ُ‫هللا َو َب َركَاتُه‬ َ ‫سَلَ ُم‬
َّ ‫ال‬

Doa Setelah Shalat


Setelah salam dan mengakhiri shalat maka dilanjutkan dengan
zikir dan doa sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
Saw.
Adapun zikir setelah shalat adalah sebagai berikut:
)ً‫أَ ْستَ ْغف ُِر هللاَ (ثََلَثا‬ .1
ْ ْ َ ْ َ
‫اركتَ يَا ذا ال َجَل ِل َوا ِإلك َر ِام‬ ْ َ َ
َ َ‫ تب‬،‫سَل ُم‬ ْ
َّ ‫ َو ِمنكَ ال‬،‫سَلَ ُم‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم أَ ْنتَ ال‬ .2
َّ
‫ الل ُه َّم‬،‫يءٍ قَ ِدي ٌْر‬ْ ‫ش‬ َ ‫علَى كُ ِِّل‬ ْ ْ ْ
َ ‫ لَ ُه ال ُملكُ َولَه ال َح ْمدُ َوه َُو‬،‫َلَ ِإلَه ِإَلَّ هللاُ َوحْ دَهُ َلَ ش َِريْكَ لَه‬ .3
ُّ‫ َلَ َي ْنفَ ُع ذَا ْال َج ِدِّ ِم ْنكَ ْال َجد‬، َ‫طِي ِل َما َمنَعْت‬
َ ‫ َوَلَ ُم ْع‬، َ‫طيْت‬ َ ‫َلَ َما ِن َع ِل َما أَ ْع‬
)‫ َوهللاُ أ ْكبَ ُر (ثََلَثا َوثََلَثِ ْي َن‬،‫ َو ْال َح ْمدُ لِل ِه‬،ِ‫سُ ْب َحا َن هللا‬
ً َ َّ .4
‫يءٍ قَ ِدي ٌْر‬ْ ‫ش‬َ ‫علَى كُ ِِّل‬ َ ‫ لَه ا ْل ُم ْلكُ َولَه ا ْل َح ْمدُ َوه َُو‬،‫َلَ ِإلَه ِإَلَّ هللاُ َوحْ دَ ُه َلَ ش َِريْكَ لَه‬ .5
‫ وسورة الناس‬,‫ سورة الفلق‬,‫سورة اإلحَلص‬ .6
67
‫‪Kemudian doa yang sering dibaca setelah shalat sebagai berikut:‬‬
‫ى َوارْ َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَا نِى َ‬
‫ص ِغي ًْرا‬ ‫‪ .1‬اللَّ ُه َّم ا ْغفِرْ لِى َول َِو ا ِلدَ َّ‬
‫ع ِِّل ْمنِي َما َي ْنفَ ُعنِي‪َ ,‬وارْ ُز ْقنِي ِع ْل ًما َي ْنفَ ُعنِي‬
‫‪ .2‬ال َّلهُمَّ ا ْن َف ْعنِي ب ِ َما عَ َّل ْمتَنِي ‪َ ,‬و َ‬
‫‪ .3‬ال َّلهُمَّ َأ ِع ِّنِي عَ َلى ِذ ْك ِركَ َو ُش ْك ِركَ َو ُح ْس ِن ِعبَادَتِكَ‬
‫ع ْهدِكَ َو َو ْعدِكَ َما‬ ‫علَى َ‬ ‫ع ْبدُكَ ‪َ ،‬وأنَا َ‬ ‫‪ .4‬اللَّ ُه َّم أَ ْنتَ َر ِبِّي َلَ إلهَ إَلَّ أ ْنتَ َخلَ ْقتَنِي َوأَنَا َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫ي ‪ ،‬وأبُو ُء بِذنبِي ‪،‬‬ ‫عل َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صنَ ْعتُ ‪ ،‬أبُو ُء لكَ بِنِ ْع َمتِكَ َ‬ ‫ط ْعتُ ‪ ،‬أعُوذُ بِكَ م ِْن ش ِ َِّر َما َ‬ ‫ا ْستَ َ‬
‫فَا ْغفِرْ لِي ‪ ،‬فَإنَّهُ َلَ يَ ْغ ِف ُر الذُّن َ‬
‫ُوب إَلَّ أ ْنتَ‬

‫‪68‬‬
MATERI KELIMA:
PROFIL PERJUANGAN TOKOH
INSPIRASI: KH. AHMAD DAHLAN DAN
BUYA HAMKA

69
Meneladani Tokoh Inspirasi:
KH. Ahmad Dahlan dan Buya Hamka
“Jangan takut jatuh, karana yang tidak pernah memanjatlah yang
tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah
gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan
takut salah, karana dengan kesalahan yang pertama kita dapat
menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada
langkah yang kedua.” - Buya Hamka

Profil Singkat KH Ahmad Dahlan


KH. Ahmad Dahlan adalah putera keempat dari K.H. Abu
Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta dan Nyai Abu Bakar (puteri H. Ibrahim,
Hoofd Penghulu Yogyakarta). Ia lahir pada 1 Agustus 1868. Nama
kecilnya adalah Muhammad Darwis. Kiai Dahlan termasuk
keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah
seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa.
Pada usia ke-15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah
selama lima tahun. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti
Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil,
yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, Kiai Dahlan mendapat enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Aisyah, Siti Zaharah. (Kutojo, 1991).
Pada tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan
menetap di sana selama 2 tahun dan digunakannya untuk menimba
70
ilmu. Sepulang dari Mekah untuk kedua kalinya ini, Kiai Dahlan
melakukan gebrakan-gebrakan dan kontribusi besar bagi
pembangunan umat dan bangsa hingga terasa sampai saat ini.
Banyak nilai-nilai dan karakter perjuangan yang dapat kita
jadikan teladan serta inspirasi untuk kita generasi masa kini,
beberapa akan diuraikan dalam tulisan ringkas ini.

Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan KH. Ahmad


Dahlan
Banyak nilai-nilai keteladanan dan karakter perjuangan
KH. Ahmad Dahlan yang dapat menjadi inspirasi generasi
Indonesia saat ini. di antaranya akan diurikan secara ringkas di
bawah ini:

Tokoh Pendiri Muhammadiyah


KH. Ahmad Dahlan merupakan pendiri organisasi Islam
terbesar di Indonesia bahkan dunia, yaitu organisasi
Muhammadiyah. Karena kegelisahan dan keprihatinannya
terhadap kondisi umat Islam, bangsa dan kemanusiaan pada saat
itu, Kiai Ahmad Dahlan bersama murid-muridnya kemudian
mendirikan organisasi dengan nama Persyarikatan
Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan 18
November 1912 Masehi.
Muhammadiyah yang didirikan Kiai Dahlan bukan
perkumpulan politik, karena itu bidang kegiatannya meliputi
bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan atau sosial
kemanusiaan. Melalui organisasi ini, Kiai Dahlan hendak
71
memperbaiki penyelewengan-penyelewengan yang terjadi saat itu
serta khususnya kondisi umat Islam yang sangat memprihatinkan,
seperti terbelakang, miskin, bodoh, jumud, dan sakit-sakitan.
Melalui Muhammadiyah yang didirikannya, Kiai Dahlan
melakukan terobosan-terobosan, seperti:
1. Mengembalikan dasar kepercayaan umat Islam kepada Al
Qur’an dan Hadist.
2. Menafsirkan ajaran Islam secara modern dan berkemajuan.
3. Mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern
sesuai dengan spirit Islam serta kehendak dan tuntutan
zaman.
5. Mengitensifkan ajaran-ajaran Islam ke dalam, serta
mempergiat usaha dakwah ke luar.
6. Membebaskan manusia dari ikatan-ikatan tradisionalisme,
konservatisme, dan formalisme yang membelenggu
kehidupan masyarakat Islam sebelumnya.
7. Menegakkan hidup dan kehidupan setiap pribadi, keluarga
dan masyarakat Islam sesuai tuntutan agama (Salam, 1965:
57-58).
Organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh Kiai Ahmad
Dahlan adalah mewujudkan perpaduan antara masyarakat Islam
yang religius juga intelek. Sehingga sejak kelahirannya hingga
saat ini Muhammadiyah telah memberi sumbangsi yang sangat
besar bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia. Baik
melalui pendidikan, kesehatan dan amal sosial kemanusiaan
lainnya. Termasuk Muhammadiyah telah melahirkan Palawan-

72
pahlawan nasional atau pemimpin-pemimpin bangsa dalam
sejarah Indonesia.

Tokoh Pembaharu Pendidikan Modern di Indonesia


KH. Ahmad Dahlan merupakan tokoh pembaharu
pendidikan Islam modern di Indonesia. Dengan semangat Islam
berkemajuannya, Kiai Dahlan melakukan modernisasi pendidikan
yang pada saat itu sangat tradisional dan terbelakang. Kiai Dahlan
memperbaharuiya baik pada aspek tujuan pendidikan, kurikulum,
metode pendidikan, hingga sarana dan prasarana yang modern
pada zaman.
Sebagai contoh, Kiai Dahlan memasukkan mata pelajaran
umum seperti matematika, fisika, kimia, astronomi, seni dan yang
lainnya ke dalam pendidkan Islam. Padahal pada saat itu Ilmu-
ilmu ini dianggap ilmu kafir oleh mayoritas umat Islam yang tidak
penting untuk dipelajari. Sampai-sampai ada yang menuduh
Ahmad Dahlan murtad, penganut Mu’tazilah yang menurut
pemahaman akidah mereka dianggap sebagai aliran sesat. Bahkan
sampai 1933 disebutkan bahwa sekolah Muhammadiyah sebagai
sekolah kebelanda-belandaan atau kebarat-baratan. Selain itu, Kiai
Dahlan juga mengajarkan pendidikan agama ekstra kurikuler di
sekolah-sekolah Belanda. Perjuangan Ahmad Dahlan untuk
memasukkan materi agama ke dalam sekolah tidak berhenti di
kalangan internal umat Islam saja. Pada April 1922 ia meminta
kepada pemerintah agar memberi izin bagi orang Islam untuk
mengajarkan agama Islam di sekolah-sekolah Goebernemen.
Usaha ini berhasil. Ahmad Dahlan sendiri juga mengajar agama di

73
OSVIA (sekolah pamong praja) di Magelang, dan Kweekschool
(sekolah guru) di Jetis, Jogjakarta.
Contoh lain pembaharuan pendidikan yang dilakukan Kiai
Dahlan, yakni di bidang sarana prasarana. Jika dulunya pendidikan
Islam di pesantren diselenggarakan apa adanya dengan duduk
lesehan, kali ini Ahmad Dahlan membuatnya berbeda. Ia membuat
ruang kelas lengkap dengan bangku, meja tulis, dan papan tulis,
persis seperti sekolah Belanda. Demi memenuhi sarana pendidikan
tersebut, Ahmad Dahlan menjual perabotan rumahnya dan
mengerjakan sendiri pembuatan mebeler dibantu para muridnya.
Disinilah terlihat bagaimana dedikasi Ahmad Dahlan untuk
memajukan pendidikan. Sekalipun dituduh kafir dan sesat, namun
apa yang diperjuangkan oleh Kiai Dahlan 100 tahun yang lalu
memberi kontribusi besar untuk pendidikan saat ini.

Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan


Kiai Dahlan merupakan sosok ulama sekaligus ilmuan yang
mencintai ilmu pengetahuan. Semangat belajarnya yang tinggi
membuatnya terus belajar dari satu guru ke guru lainnya. Hingga,
ketika ia berkesempatan menunaikan ibadah haji untuk pertama
kalinya, ia juga menyempatkan diri untuk menimba ilmu dari para
syeikh di Makkah.
Pada usia ke-15 tahun, Kiai Dahlan pergi haji dan tinggal di
Mekah selama lima tahun. Pada periode inilah Muhammad Darwis
muda mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid
Ridha dan Ibnu Taimiyah.

74
Kemudian pada tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah
dan menetap di sana selama 2 tahun. Pada keberangkatan kedua
ini tampaknya Kiai Dahlan sengaja ingin memperdalam ilmu
pengetahuan. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh
Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim
Asyari. Ia juga makin intens membaca berbagai literatur karya
para pembaharu Islam.
Kiai Dahlan tidak hanya pintar ilmu-ilmu Islam, tetapi juga
Kiai Dahlan memiliki wawasan tentang ilmu astronomi,
matematika hingga ilmu seni. Bahkan selain berdakwah dengan
ilmu Islamnya yang mendalam, Kiai Dahlan juga berdakwah
dengan sarana seni dengan alat biola.

Ulama yang memiliki Jiwa Wirausaha


Selain sebagai ulama, ilmuan, pendidik dan seniman, Kiai
Ahmad Dahlan juga merupakan seorang pengusaha sukses. Kiai
Dahlan berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan
membuka industri kerajinan batik di rumahnya. Usahanya tersebut
berhasil dijalankan dengan baik, karena mendapat bantuan dan
dukungan dari seluruh anggota keluarga. Batik hasil industrinya
dipasarkan sendiri oleh Kiai Dahlan ke daerah-daerah yang ada
diwilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera
Utara.
Kiai Dahlan menjadikan usaha dagangnya sebagai ladang
ibadah. Transaksi dagang yang dilakukannya mengacu pada
aturan-aturan agama, sehingga keuntungan dagangnya berkah dan
berlimpah. Dalam waktu singkat perusahaan dagangnya
berkembang pesat. Kegiatan dagang yang dilakukannya tidak
75
semata-mata untuk mencari untung, namun hasil dari usahanya
tersebut gunakan untuk membangun pendidikan dan dakwah.
Melalui dagang itu juga juga dimanfaatkan Kiai Dahlan untuk
silaturahmi dengan masyarakat.

Ulama Berkemajuan yang Mengganti Jimat, Dukun, dan yang


Keramat dengan Ilmu Pengetahuan
Di masa lalu, sebelum gerakan pembaruan dilakukan Kiai
Ahmad Dahlan, ajaran Islam penuh mistik, tahayul, gugon tuhon,
hanya terkait persoalan sesudah mati. Selain itu, tidak setiap orang
bebas memperoleh pembelajaran ajaran Islam karena
memperolehnya memerlukan persyaratan yang rumit. Dunia sosial
pemeluk Islam dipenuhi selimut tebal jimat, perdukunan,
pemujaan orang dan benda keramat, serta tahayul dan kurafat
lainnya. Sehingga umat Islam saat itu terasing dengan realitas
kehidupan. Ajaran agama Islam kehilangan fungsi mencerahi dan
memecahkan problem yang dihadapi umat pemeluk sebagai
mayoritas warga bangsa saat itu.
Pada saat suasana itulah Kiai Ahmad Dahlan hadir
mencerahkan dan merubah praktek yang menjadi faktor
keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan itu menjadi umat
yang berkemajuan. Gagasan utama pembaruan yang
dipeloporinya, ialah mengembangkan pemahaman tentang ajaran
Islam yang berfungsi praktis dan berkemajuan berdasarkan
Alquran dan As-Sunnah.

76
Ulama yang mengangkat harkat dan martabat perempuan di
Indonesia
Kiai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang ia dirikan
menjadi salah satu pelopor gerakan emansipasi perempuan di
Indonesia. Kiai Dahlan sangat menaruh perhatian terhadap
pendidikan para gadis di kampung Kauman, baik pendidikan
agama maupun ilmu umum ketika perempuan dianggap hanya
bertugas mengurusi kasur, dapur dan sumur.
Suatu ketika, KH. Ahmad Dahlan bertanya kepada anak-
anak muda perempuan Muhammadiyah, "Apakah kamu tidak
malu jika auratmu dilihat kaum lelaki?" Anak-anak muda
perempuan itu serentak menjawab bahwa mereka akan malu sekali
jika hal itu terjadi. Kiai Dahlan lalu berkata: "jika kau malu,
mengapa jika kau sakit lalu pergi ke dokter laki-laki, apalagi
ketika hendak melahirkan anak. Jika kau memang benar-benar
malu, hendaknya kau terus belajar dan belajar dan jadilah dokter
sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum perempuan!"
Kiai Dahlan membela harkat dan martabat perempuan
Indonesia dengan memberikan akses pendidikan kepada mereka.
Beberapa wanita yang mendapatkan didikan langsung dari Kiai
Dahlan, di antaranya adalah ketiga gadis yang masuk Neutraal
Meisjes School yakni Siti Bariyah, Siti Wadingah, Siti Dawimah,
selain itu puteri Dahlan sendiri, Siti Busyro, Siti Dalalah, dan Siti
Badilah Zuber. Dari murid-murid Ahmad Dahlan ini, baik yang
dididik di Madrasah Diniyah, anggota kursus agama, dan murid-
murid Neutraal Meisjes School, terbentuklah kelompok pengajian
yang diberi nama Sapa Tresna. Sapa Tresna inilah cikal bakal dari
organisasi ‘Aisyiyah yang dikenal sekarang.

77
Dari sini, kaum perempuan mulai bersentuhan dengan
lembaga pendidikan. Bukan hanya itu, Kiai Ahmad Dahlan juga
terus berusaha menggerakkan kaum perempuan untuk
memperkuat posisi dirinya dengan suatu organisasi.
Berikutnya pembentukan organisasi kaum perempuan
Muhammadiyah, yaitu ‘Aisyiyah. Aisyiyah diresmikan pada 27
Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar yang meriah
bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Sembilan
perempuan terpilih sebagai sang pemula kepemimpinan ‘Aisyiyah.
Mereka antara lain adalah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti
Dalalah, Siti Busyro (putri KHA Dahlan), Siti Dawingah, dan Siti
Badilah Zuber. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai Ketua
pertama ‘Aisyiyah. Kini, organisasi aisyiyah menjadi organisasi
yang diakui hingga dunia internasional bergerak memberi
kontribusi bagi kehidupan umat dan bangsa, baik di bidang
pendidikan, kesehatan, dan sosial kemanusiaan.

Ulama yang Toleran, Moderat dan Suka Bekerjasama


KH. Ahmad Dahlan juga merupakan seorang ulama yang
berkepribadian toleran, moderat, terbuka dan suka bekerjasama
dengan tidak membeda-bedakan latar belakang agama, ras, suku
atapun budaya. Persahabatan Kiai Dahlan tidak terbatas dengan
kalangan Muslim saja tetapi juga dengan kalangan non muslim.
Ketika umat Islam saat itu memandang haram seorang
muslim berteman dengan orang-orang Belanda yang beragama
nasrani, Kyai Ahmad Dahlan justru mendirikan rumah sakit,
bekerjasama dengan dokter-dokter berkebangsaan Belanda, dan
beragama Nasrani yang bekerja secara sukarela. Bahkan ternyata
78
dokter-dokter dari Belanda bersedia bekerja di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dan Surabaya tanpa dibayar.
Pendidikan yang Kiai Dahlan dirikan juga tidak terbatas untuk
umat Islam saja, tetapi pendidikan untuk semua tanpa membeda-
bedakan latar belakang. Hingga saat ini sekolah-sekolah atau
kampus-kampuus Muhammadiyah peserta didiknya terdiri dari
berbagai latar belakang termasuk datang dari berbagai agama yang
berbeda. Mereka diajarkan tentang toleransi dan bisa bekerjasama
dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia.

Ulama yang Diangkat Jadi Pahlawan Nasional


Kiai Ahmad Dahlan merupakan seorang ulama yang
diangkat sebagai pahlawan nasional atas jasa-jasa dan
pengabdiannya dalam membangkitkan kesadaran umat dan bangsa
ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional
dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu ialah sebagai berikut :
1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan ummat
Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah
yang masih harus belajar dan berbuat.
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya,
telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada
bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan,
dan beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar
iman dan Islam.
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori
amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan

79
bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran
Islam.
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita
(Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita
Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi
sosial, setingkat dengan kaum pria.
Kiai Dahlan telah berpulang ke rahmatullah pada tanggal 23
Februari 1923 dalam usia 55 tahun. Raga Kiai Dahlan boleh saja
pergi dari dunia ini, tapi cita-cita dan nafas perjuangannya harus
terus menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi saat ini dan di
masa mendatang.
Pesan Kiai Ahmad Dahlan patut menjadi inspirasi bagi kita
baik sebagai kader maupun yang menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah PProf. Dr. Hamka atau Universitas-
Universitas Muhammadiyah di seluruh tanah air, Kiai Dahlan
berpesan: "Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda
dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu
hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus
menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu
pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja.
Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada
Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu
kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu."

Profil Singkat Buya Hamka


Nama HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik
Karim Amrullah. Lahir di kampung Monek, Maninjau, Tanjung
Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908. Sosok
80
yang dikenal dengan panggilan Buya Hamka ini namanya
diabadikan sebagai salah satu nama perguruan tinggi
Muhammadiyah terkemuka di Indonesia, yaitu Universitas
Muhammadiyah “Prof. Dr. HAMKA” (UHAMKA) yang
bertempat di Jakarta. Abdul Malik Karim Amrullah ini lebih
dikenal dengan panggilan Buya Hamka. Untuk sebutan Buya
sendiri adalah panggilan khas untuk orang Minangkabau yang
bermakna ayah atau orang yang dihormati.
Buya Hamka merupakan anak dari seorang ulama
pembaharu dan pendiri sekolah Sumatera Thawalib di Padang
Panjang Sumater Barat, yaitu Haji Abdul Karim bin Amrullah. Ibu
Buya Hamka adalah Siti Shafiyah Tanjung. Buya Hamka
Mengenyam pendidikan rendah pada usia 7 tahun di Sekolah
Dasar Maninjau selama dua tahun. Ketika usianya mencapai 10
tahun, ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang
Panjang. Di situ Hamka kemudian mempelajari agama dan
mendalami bahasa Arab, salah satu pelajaran yang paling
disukainya. Melalui sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah
seorang gurunya, Engku Dt. Sinaro, bersama dengan Engku
Zainuddin, Hamka diizinkan untuk bebas membaca buku-buku
yang ada di perpustakaan tersebut, baik buku agama maupun
sastra.

Nilai Karakter Perjuangan dan Keteladanan Buya Hamka


Buya Hamka merupakan seorang tokoh bangsa dan ulama
besar. Banyak nilai-nilai keteladanan dan inspirasi perjuangan
yang dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi

81
Indonesia. Di antaranya akan diuraikan secara singkat dalam
tulisan ini sebagai berikut:

Sosok Ulama dan Ilmuan yang Belajar Otodidak


Buya Hamka merupakan seorang ulama dan ilmuan besar
yang diakui keilmuanya bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di
berbagai Negara. Namun menariknya, Buya Hamka adalah
seorang otodidak (belajar tidak melalui pendidikan formal) dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu keislaman,
filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun
Barat. Dengan kemahiran bahasa Arab yang tinggi, ia menyelidiki
karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki
Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti,
dan Hussain Haikal. Melalui kemahiran bahasa Arab juga, ia
meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert
Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean
Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti, dan lain-lainnya.
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor
Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya
dalam penyiaran Agama Islam dengan menggunakan bahasa
Melayu. Pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar
kehormatan dari Universitas Nasional Malaysia dalam bidang
kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr.
Moestopo.

Seorang Kader Muhammadiyah yang Jadi Ketua Umum MUI


Pertama

82
Buya Hamka disamping sebagai ulama dan ilmuan, ia
merupakan sosok penting bagi berdirinya Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Pembentukan MUI datang dari ide Prof. Dr.
Buya Hamka, seorang tokoh Muhammadiyah. Ide MUI ini lahir
karena Buya Hamka melihat kondisi umat Islam Indonesia yang
terpecah belah berdasar golongan dan kelompoknya masing-
masing. Perbedaan yang ada kerap menjadi alasan bagi kelompok-
kelompok yang ada untuk berselisih. Ini tentu mengancam
persatuan ummat. Demi menanggulangi hal tersebut, dibentuklah
MUI sebagai wadah Ulama Indonesia. Sebagai pelopor, Buya
Hamka pun terpilih sebagai Ketua Umum MUI pertama (1977-
1981).

Sosok Ulama Sekaligus Jurnalis


Hal yang menjadi inspirasi bagi generasi Indonesia adalah
Buya Hamka selain sebagai seorang ulama besar, ia juga adalah
seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak 1920-an,
Hamka menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Pelita
Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Suara Muhammadiyah.
Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan
Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan menerbitkan
majalah Al-Mahdi di Makassar. Buya Hamka juga pernah menjadi
editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema
Islam.
Sangat wajar dan patut menjadi inspirasi bagi kita, sebagai
seorang ulama dan belajar otodidak, Buya Hamka mampu menjadi
seorang jurnalis serta penulis yang banyak melahirkan karya.

83
Sosok Ulama sekaligus Novelis
Selain sebagai ulama yang menjadi jurnalis (wartawan),
Buya Hamka juga merupakan seorang ahli sastra dan novelis.
Buya Hamka banyak menulis karya sastra seperti novel yang
menggugah dan menginspirasi banyak orang hingga generasi
sekarang ini. Pada tahun 1928, Hamka menulis roman yang
pertama dalam bahasa Minang dengan judul “Si Sabariah.”
Kemudian di antara novel-novel Buya Hamka yang banyak
digemari dan bahkan sudah dijadkan Film, yaitu, “Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck” yang ditulis tahun 1937. Kemudian “Di
Bawah Lindungan Ka’bah” yang ditulis pada 1936, dan Merantau
ke Deli. Novel-novel inipun telah menjadi perhatian umum dan
menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa
penghargaan dan anugerah diterimanya, baik peringkat nasional
maupun internasional.
Talenta yang luar biasa dari Buya Hamka ini harus
menjadi teladan dan inspirasi bagi kita saat ini, apalagi Buya
Hamka yang hanya belajar otodidak pada zaman serba terbatas
sarana dan prasarananya tapi mampu melahirkan karya-karya
novel yang sangat menggugah.

Sosok Ulama yang Mencintai Ilmu Pengetahuan


Buya Hamka merupakan sosok yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan dengan semangat belajar yang tinggi. Sekalipun
belajar secara otodidak, dengan semangat belajarnya yang tinggi
tersebut, Buya Hamka menjadi ulama sekaligus ilmuan yang
menulis karya di berbagai bidang ilmu.

84
Menarik dan patut menjadi inspirasi bagi kita, Buya Hamka,
ulama dan ilmuan besar ini hanya menempuh pendidikan formal
sampai kelas dua Sekolah Dasar Maninjau. Setelah itu, saat
usianya menginjak 10 tahun, Hamka lebih memilih untuk
mendalami ilmu agama di Sumatera Thawalib di Padang Panjang,
sekolah Islam yang didirikan ayahnya sekembalinya dari Makkah
sekitar tahun 1906.
Di sekolah itu, Hamka mulai serius mempelajari agama
Islam serta bahasa Arab. Sejak kecil Hamka memang dikenal
sebagai anak yang haus akan ilmu dan cinta ilmu pengetahuan.
Selain di sekolah, ia juga menambah wawasannya di surau dan
masjid dari sejumlah ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa,
Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki
Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1924, Hamka yang ketika itu masih remaja
sempat berkunjung ke Pulau Jawa. Di sana ia banyak menimba
ilmu pada pemimpin gerakan Islam Indonesia diantaranya Haji
Omar Said Chakraminoto, Haji Fakharudin, Hadi Kesumo bahkan
pada Rashid Sultan Mansur yang merupakan saudara iparnya
sendiri.
Selanjutnya pada 1927, berbekal ilmu agama yang
didapatnya dari berbagai tokoh Islam berpengaruh tadi, Hamka
memulai karirnya sebagai Guru Agama di Perkebunan
Tebingtinggi, Medan. Dua tahun kemudian, ia mengabdi di
Padang masih sebagai Guru Agama. Masih di tahun yang sama,
Hamka mendirikan Madrasah Mubalighin. Bukan hanya dalam hal
ilmu keagamaan, Hamka juga menguasai berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, Asisten Wakil

85
Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) sosiologi dan
politik.

Ulama dan Tokoh Bangsa yang Pemaaf


Buya Hamka bukan saja seorang ulama atau tokoh bangsa
yang banyak melahirkan karya serta kontribus untuk bangsa
Indonesia, Ia juga merupakan sosok teladan yang lembut hati,
pengasih, tidak pendedam dan mudah memberi maaf.
Sebagai sebuah contoh, Buya Hamka pernah difitnah,
disakiti dan dipenjara tanpa alasan oleh rezim Soekarno. Pada
Senin, 12 Ramadan 1385, bertepatan dengan 27 Januari 1964,
Hamka ditangkap di rumahnya dan kemudian dibawa ke
Sukabumi untuk ditahan. Tuduhannya tak main-main: melanggar
undang-undang Anti Subversif Pempres No. 11. Ia dituding
merencanakan pembunuhan terhadap Sukarno—suatu prasangka
yang lebih mudah dinalar sebagai aksi politik penguasa ketimbang
murni keputusan hukum.
Dalam "Pendahuluan Pengarang" untuk cetakan ke-12 buku
karyanya, Tasawuf Modern, Hamka memberi kesaksian
bagaimana beratnya pemeriksaan ketika itu. Ia diperiksa selama
15 hari 15 malam. Tapi tak ada yang lebih memedihkan hatinya
selain ucapan seorang pemeriksa: ”Saudara pengkhianat, menjual
negara kepada Malaysia!” Selama 2 tahun 4 bulan Hamka ditahan
rezim Sukarno. Buya Hamka dipenjara tanpa proses pengadilan
yang sah.
Dalam beberapa kesempatan, ia justru bersyukur dengan
kejadian itu, Buya Hamka mengatakan “Saya tidak pernah

86
dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu
termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya
merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari
Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir
Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada
waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…”. tutur Buya
Hamka. Beberapa tahun kemudian, pemerintahan Sukarno
tumbang. Hamka bebas, tapi ia tak mendendam. Ia tetap teduh
sebagaimana biasanya
Irfan Hamka, anak ke-5 Hamka, mengisahkan tentang sang
bapak yang tidak pernah menyimpan dendam dalam Ayah...:
Kisah Buya Hamka (2013).
Pada pagi hari 16 Juni 1970 datang dua orang lelaki ke
rumah Hamka. Mereka adalah Mayor Jenderal Suryo (Asisten
Pribadi Presiden Soeharto) dan Kafrawi (Sekretaris Jenderal
Departemen Agama). Keduanya membawa pesan dari keluarga
Sukarno. Pesan itu adalah pesan terakhir sang mantan presiden.
"Bila aku mati kelak," katanya, "minta kesediaan Hamka untuk
menjadi imam salat jenazahku."
Lima hari setelah kunjungan itu Sukarno wafat di RSPAD
dan jenazahnya disemayamkan di Wisma Yaso. Lawan politik
yang telah memenjarakannya kini terbujur kaku tak lagi bernyawa.
Dalam kondisi duka itu, Buya Hamka justru memberi mutiara
berharga. Penjara dengan proses politik yang nista tidak membuat
dirinya jatuh pada sikap kerdil dendam kesumat. Dia maafkan
Soekarno dengan jiwa ikhlas. Bahkan, di tengah sebagian umat
yang sorot pandangnya sempat nyinyir, Hamka justru mengimami
shalat jenazah tatkala Presiden Indonesia itu wafat tahun 1971.

87
Selain itu, Buya Hamka pulalah yang tak bersetuju
pemerintahan Soeharto melarang buku-buku Pramoedya Ananta
Toer pascatragedi G.30/S/PKI 1965, meski tokoh Lekra itu
menjadi salah satu aktor yang menggiringnya ke penjara. Apa
yang ditunjukkan oleh Buya Hamka ini merupakan suatu inspirasi
dan teladan yang sangat berharga bagi generasi Indonesia saat ini
dan di masa mendatang.

Ulama dan Tokoh Bangsa yang Toleran dan Moderat


Buya Hamka adalah seorang ulama dan tokoh bangsa yang
sangat toleran dalam bergaul dengan orang yang berbeda
pandangan atau keyakinan. Ia juga memiliki pandangan keislaman
yang moderat. Buya Hamka berhubungan baik dan bersahabat
dekat dengan tetangga-tetangganya yang beragama Kristen saat
Buya Hamka tinggal di Kebayoran Baru. Diceritakan, Juni 1956,
Buya Hamka resmi menempati rumah barunya di Kebayoran
Baru, kawasan di pinggir Jakarta pada masa itu. Dari enam rumah
yang ada di Jalan Raden Patah III, hanya dua rumah yang seluruh
penghuninya Muslim, salah satunya keluarga Buya Hamka.
Sisanya dihuni oleh non Muslim.
Sekalipun berbeda agama, bagi Buya Hamka tak ada
permasalahan dengan berbedanya keyakinan di antara semua
penghuni di Jalan Raden Patah III tersebut. Justru sebaliknya,
Buya Hamka dengan tetangga-tetangganya yang non muslim
tersebut bahu-membahu dan tolong-menolong sebagai sesama
umat manusia.
Ketika bepergian jauh, semisal melawat ke luar negeri,
Hamka akan berpamitan dengan semua jirannya tanpa terkecuali.
88
Ia juga akan meminta bantuan mereka untuk turut mengawasi
anak-anaknya. George Reuneker seorang tetangga Buya Hamka
yang Nasrani, seorang Indo-Belanda asal Salatiga. Setiap Hamka
meminta bantuannya, terutama untuk menitipkan anak-anak,
Reuneker sangat antusias. Tidak ada basa-basi, sementara Hamka
pun tak menghadirkan sangkaan buruk padanya.
Pada 1958, ketika seorang anak Hamka, Irfan, menderita
sakit yang cukup parah. Akibat sakit yang dideritanya, sekolahnya
telantar setahun. Berbulan-bulan ia dirawat di rumah sakit, bahkan
sampai pernah diopname. Umur Irfan ketika itu 15 tahun.
Tetangga mereka, Reuneker, menawarkan diri untuk membantu
pemulihan jiwa Irfan. Ia memang berencana membawa putra
jirannya itu ke rumah orangtuanya di Salatiga. Kepedulian
terhadap tetangga kecilnya itu tak semata dalam urusan kesehatan,
melainkan juga dalam peribadahan. Saat di Salatiga, istri
Reuneker menyediakan tikar khusus buat shalat Irfan. Bahkan,
kata Hamka, Nyonya Reuneker tak sungkan-sungkan
mengingatkan Irfan agar shalat pada awal waktu. Dan masih
banyak lagi cerita kebaikan hubungan baik antara Buya Hamka
dengan tetangganya yang beragama Kristen ini.
Dan bahkan, Buya Hamka juga pernah meminta istrinya
untuk memberikan rendang kepada tetangga-tetangganya. Inilah
suatu hubungan baik dan toleransi yang tulus yang dicontohkan
Buya Hamka dalam berinetraksi dengan orang yang berbeda
keyakinan atau agama dengan kita.

89
Ulama dan Sastrawan Lintas Negara
Buya Hamka, karena karya-karya dan keteladananya, ia
merupakan ulama dan ilmuan ternama tidak hanya di Indonesia,
tetapi pengaruhnya hingga ke negeri Malaysia, Singapura, Brunei,
Thailand, dan dunia Islam mancanegara. Dialah sosok ulama,
pemikir, sastrawan, dan tokoh besar yang lahir dari rahim
Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa Indonesia. Karya
keilmuannya tidak kurang dari 120 buku. Ketokohan, pemikiran,
dan khazanah dirinya sungguh melampaui zamannya. Figur ini
tampil tidak dalam sosok perkasa yang ditakuti orang, tetapi
menjelma untuk dihormati dan dijadikan teladan.
Seperti kata Haedar Nashir, Ketua Umum PP
Muhammadiyah tentang sosok Buya Hamka, “Buya Hamka
memberi pelajaran luhur tentang akhlak permaafan yang
terjauhkan api dendam...Akhlak tentang sikap adil, damai, pemaaf,
dan tidak dendam kesumat di arena politik yang terjal dan penuh
bara. Pekerjaan akal budi yang utama seperti itu tidak dilakukan
sembarang orang, tetapi lahir dari ruhani Islami yang terlatih
dalam perjuangan hidup yang panjang.” Tutur Haedar Nashir
dalam sebuah tulisannya di Republika.

Tokoh Bangsa Pejuang Kemerdekaan


Buya Hamka bukan hanya seorang ulama, ilmuan atau
seniwan yang melahirkan karya-karya besar. Tetapi juga, Buya
Hamka merupakan tokoh bangsa yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan ikut membangun kemajuan bangsa.

90
Kegiatan politik Buya Hamka bermula pada 1945 Hamka
membantu menentang kembalinya penjajahan Belanda ke
Indonesia melalui pidatonya dan keikutsertaanya pada gerilya di
dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947 Hamka dilantik sebagai
ketua Barisan Petahanan Nasional Indonesia. Beliau menjadi
anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama
dalam Pilihan raya Umum 1955. Masyumi kemudian diharamkan
oleh pemerintah Indonesia pada 1960. Hamka pernah menjabat
sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, anggota
Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga
Kebudayaan Nasional. Dan tentu, masih banyak lagi jasa-jasa
Buya Hamka yang tidak tercatat dalam memerdekakan dan
memajukan bangsa Indonesia.

Ulama Negarawan yang diangkat jadi Pahlawan Nasional


Dengan segala karyanya, perjuangan, nasionalismenya yang
tinggi dan dedikasinya untuk bangsa Indonesia, Buya Hamka
ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah
dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 tanggal 9
November 2011.
Kini Buya Hamka telah meninggalkan kita semua, tapi
karya, keteladanan dan nilai-nilai perjuangannya akan selalu abadi
dan menjadi inspirasi bagi kita generasi muda dan bangsa
Indonesia. Buya Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam
usia 73 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah
Kusir, Jakarta Selatan.
Itulah perkenalan singkat kita dengan Buya Hamka, seorang
ulama dan tokoh bangsa yang tidak saja berbicara melalui pena
91
maupun lisannya, tapi memberikan suri tauladan dan inspirasi
melalui perilaku-perilakunya yang mulia. Ia adalah seorang
satrawan, negarawan, ulamawan, jurnalis, dan ilmuan lintas
disiplin yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana
menjalani hidup dengan bermakna.
Seperti pesan Buya Hamka untuk kita, “Kalau hidup
sekadar hidup babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekedar
bekerja kera juga bekerja”. Buya Hamka juga mengatakan:
“Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah
membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh
yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.”
Semoga kita menjadi Hamka-hamka muda menjalani hidup
dengan penuh karya dan dedikasi sehingga hidup bermakna.
Wallahu’alam.

92
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. Fresh Ijtihad: Manhaj Pemikiran Keislaman


Muhammadiyah di Era Disrupsi. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2019.
Al-Kindi, Mohamad Djazman. Ilmu Amaliah Amal Ilmiah:
Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu dan Amal.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019.
Hadjid, KRH. Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah
dan 17 Kelompok Ayat-Ayat Alquran. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, cetakan 1 2018.
Hamka, I. (2013). Ayah...: kisah Buya Hamka. Republika
Penerbit.
Hamka. Falsafah Hidup. Jakarta: Republika, cetakan IX 2019.
Maarif, Ahmad Syafii. Peta Bumi Intelektualisme Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan, 1993.
Marihandono, Djoko (editor). K.H. Ahmad Dahlan 1868-1923.
Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kemendikbud,
2015.
Mu’thi, A., Mulkhan, A. M., Marihandono, D., &
Tjahjopurnomo, R. (2015). KH Ahmad Dahlan (1868-
1923).
Nashir, Haedar. Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah; Agenda
Strategis Abad Kedua. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2015.
….... Memahami Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, cetakan IV 2015.
PP Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2014.
Shihab, M. Quraish. Yang Hilang Dari Kita: Akhlak. Jakarta:
Lentera Hati, 2016.

93
Syuja, Kyai. Islam Berkemajuan: Kisah Perjuangan KH.
Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal. Ciputat:
Al-Wasath, 2009.
Tim Majelis DIKTILITBANG PP Muhammadiyah, Adab
Mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah,
(2021)
Tim Penulis, Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Pembangunan Generasi Muda. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011.
Tim Penulis. 100 Tahun Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis
Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
2013.
Tim, Ensiklopedi Buya Hamka. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2019.

94
95

Anda mungkin juga menyukai