Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI PSIKOANALITIK SOSIAL & PSIKOANALISIS HUMANISTIK

Dosen : Sarah Sahrazad, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh :

Isty Pratami Puteri (201601500007)

Aida Rizkiyanti (201601500020)

Chesa Intan Pratiwi (201601500021)

Shania Tameyna (201601500044)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi
Kepribadian yang berjudul “Teori Psikoanalitik Sosial & Psikoanalisis
Humanistik”.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan


bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
mata kuliah psikologi kepribadian yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.

Terimakasih atas bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah


diberikan kepada penulis, semoga menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai
sebuah kebaikan. Penulis meminta maaf jika dalam penulisan terdapat kesalahan
atau kekurangan, maka dari itu penulis meminta saran dan kritikan kepada para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.

Jakarta, 25 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................2

BAB II TEORI PSIKOANALITIK SOSIAL DAN PSIKOANALISIS


HUMANISTIK

A. Teori Psikoanalitik Sosial


1. Biografi Horney..............................................................................3
2. Teori Horney...................................................................................6
3. Aplikasi Horney............................................................................15
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Horney.....................................16
5. Kritik terhadap Karen Horney.......................................................17

B. Psikoanalisis Humanistik
1. Biografi Fromm............................................................................18
2. Teori Fromm.................................................................................20
3. Aplikasi Fromm............................................................................25
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Fromm.....................................26
5. Kritik terhadap Erick Fromm........................................................26

BAB III PENUTUP

ii
A. Simpulan.............................................................................................28
B. Saran...................................................................................................29

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney dibentuk berdasarkan
asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian
seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan
kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkna rasa
permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan sebagai
akibatnya megalami kecemasan dasar (basic anxiety).
Teori kepribadian Karen Horney termasuk kedalam paradigma
Psikoanalisis. Untuk itu kami disini bertujuan untuk mengungkapkan apa itu
teori kepribadian psikoanalisis menurut Karen Horney dan biografi singkat
beliau. Selain teori psikoanalisis social, di makalah ini kami juga membahas
mengenai psikoanalisis humanistik dimana tokoh utamanya adalah Erick
Fromm.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dibahas adalah :
1. Bagaimana biografi atau riwayat hidup dari Karen Horney, seorang
tokoh dalam teori kepribadian psikoanalitik sosial?
2. Bagaimana teori kepribadian psikoanalitik sosial menurut Karen
Horney?
3. Bagaimana aplikasi yang dapat diterapkan berdasarkan teori
psikoanalitik humanistik menurut Karen Horney?
4. Apa kelebihan dan kelemahan dari teori kepribadian psikonalitik
sosial menurut Karen Horney?
5. Bagaimana biografi atau riwayat hidup dari Erick Fromm, seorang
tokoh dalam teori kepribadian psikoanalisis?
6. Bagaimana teori psikoanalisis humanistik menurut Erick Fromm?

1
2

7. Bagaimana aplikasi yang dapat diterapkan berdasarkan teori


psikoanalisis humanistik menurut Erick Fromm?
8. Apa kelebihan dan kelemahan dari teori psikoanalisis humanistik
menurut Erick Fromm?
9. Bagaimana kritik terhadap pendapat Karen Horney dan Erick Fromm?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang biografi dan riwayat singkat dari Karen Horney
tokoh dalam teori kepribadian psikonalitik sosial.
2. Mengetahui penjelasan tentang teori kepribadian psikoanalitik sosial
menurut Karen Horney.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori kepribadian
psikonalitik sosial menurut Karen Horney.
4. Mengetahui tentang biografi dan riwayat singkat dari Erick Fromm
tokoh dalam teori kepribadian psikonalisis humanistik.
5. Mengetahui penjelasan tentang teori kepribadian psikoanalisis
humanistik menurut Erick Fromm.
6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori kepribadian
psikoanalisis humanistik menurut Erick Fromm.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang biografi dan riwayat singkat dari
Karen Horney dan Erick Fromm tokoh dalam teori kepribadian
psikoanalis.
2. Memberikan pengetahuan teori psikologi analis menurut Karen
Horney dan Erick Fromm.
3. Menambah wawasan mengenai teori-teori kepribadian.
3
BAB II

TEORI PSIKOANALITIK SOSIAL DAN PSIKOANALISIS HUMANISTIK

A. Teori Psikoanalitik Sosial


Teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney dibentuk berdasarkan
asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian
seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan
kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkan rasa
permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan, sebagai
akibatnya, mengalami kecemasan dasar (basic anxiety). Awalnya ia adalah
pengikut dari teori Sigmund Freud, namun dalam berjalannya waktu beliau
terpengaruh oleh Jung dan Adler. Akhirnya beliau mengembangkan
pendekatan kepribadian yang holistik; manusia berada dalam satu totalitas
pengalaman dan fungsinya, dan bagian-bagian kepribadian seperti
fisikokimia, emosi, kognisi, sosial, kultural, spiritual, hanya dapat dipelajari
dalam hubungannya satu dengan yang lain sebagai kepribadian yang utuh.
Teori kepribadian Karen Horney termasuk kedalam paradigma Psikoanalisis.
Untuk itu kami disini bertujuan untuk mengungkapkan apa itu teori
kepribadian psikoanalisis menurut Karen Horney dan biografi singkat beliau.

1. Biografi Horney
Karen Danielsen Horney lahir di Eilbek, Jerman, pada 16 September
1885. Ia anak perempuan satu-satunya dari pasangan Berndt Danielsen
dan Clothilda van Ronzelen Danielsen. Keluarga Danielsen adalah
keluarga yang tidak bahagia, sebagian dipicu oleh perbuatan saudara tiri
Karen yang membuat ayah mereka membenci istri keduanya. Karen
merasakan permusuhan yang besar terhadap ayahnya yang keras dan taat
beragama, dan menganggap sang ayah sebagai seorang munafik yang
taat. Tetapi, ia sangat mengidolakan ibunya yang selalu mendukung dan
menjaganya dari ayahnya yang keras. Walaupun demikian, Karen

4
5

bukanlah seorang anak yang bahagia. Ia membenci perlakuan pilih kasih


yang diberikan kepada kakak laki-lakinya, selain itu, ia khawatir dengan
kebencian dan pertengkaran antara kedua orang tuanya. Ketika berusia
13 tahun, Horney memutuskan untuk menjadi seorang dokter, tetapi pada
saat itu tidak ada satupun universitas di Jerman yang menerima
perempuan. Pada saat ia berusia 16 tahun, situasi telah berubah sehingga
Horney – dengan keberatan dari sang ayah yang menginginkan ia tinggal
di rumah dan mengurus rumah tangga – memasuki Gymnasium, sebuah
sekolah yang akan berlanjut ke universitas dan kemudian ke sekolah
kedokteran. Sendirian untuk pertama kali, Karen kemudian tetap mandiri
selama sisa hidupnya. Akan tetapi, menurut Paris (1994), kemandirian
Horney hanyalah di luarnya saja. Dalam hatinya, ia memendam sebuah
kebutuhan kompulsif untuk bisa bersama dengan seseorang yang hebat.
Ketergantungan yang tidak wajar ini, yang biasanya berkaitan dengan
perasaan idealis akan sesuatu dan ketakutan akan penolakan secara kasar,
menghantui hubungan Horney dengan beberapa laki-laki.
Pada tahun 1906, ia memulai studinya di Universitas of Freiburg dan
ia menjadi wanita pertama di Jerman yang belajar mengenai obat-obatan.
Di sana, ia bertemu dengan Oskar Horney, seorang mahasiswa ilmu
politik. Hubungan mereka berawal dari sebuah pertemanan biasa tetapi
lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah hubungan romantis. Setelah
pernikahan mereka di tahun 1909, pasangan ini menetap di Berlin. Oskar
yang telah memiliki gelar Ph.D, bekerja di sebuah perusahaan batu bara
dan Karen yang belum mendapatkan gelar MD, mengambil spesialis
untuk psikiatri. Pada saat itu, psikoanalisa Freudian sedang sangat
berkembang, dan Karen Horney menjadi terbiasa membaca tulisan-
tulisan Freud. Pada awal tahun 1910, ia mulai mengerjakan sebuah
analisis bersama Karl Abraham, yang merupakan salah seorang kolega
dekat Freud dan orang yang nantinya akan membuat analisis tentang
Melanie Klein. Setelah analisis Horney dihentikan, ia menghadiri
seminar-seminar malam hari yang diadakan oleh Abraham, di mana
kemudian ia berkenalan dengan beberapa orang psikoanalis lainnya. Pada
6

tahun 1917, ia telah menyelesaikan tulisan pertamanya tentang


psikoanalisis, “The Technique of Psychoanalytic Therapy” (Horney,
1917/1968), yang mencerminkan pandangan Freudian yang konvensional
dan memperlihatkan sedikit indikasi adanya pemikiran pribadi Horney di
kemudian hari. Tahun-tahun awal pernikahan Horney diisi dengan
terjadinya banyak peristiwa personal yang menyita perhatiannya. Ayah
dan ibunya, yang telah berpisah, meninggal dunia dalam waktu yang
hanya berselang satu tahun; Horney melahirkan tiga anak perempuan
dalam jangka waktu 5 tahun; ia memperoleh gelar MD pada tahun 1915
setelah 5 tahun melakukan psikoanalisis; dan, dalam pencariannya akan
laki-laki yang tepat, Horney terlibat dalam beberapa hubungan asmara.
Setelah Perang Dunia I, keluarga Horney hidup makmur di pinggir kota
dan memiliki beberapa orang pembantu serta seorang sopir. Oskar
memperoleh pendapatan yang cukup sementara Karen menikmati
kesuksesan sebagai psikiatri. Akan tetapi, keadaan sempurna ini cepat
berakhir. Inflansi dan ketidakstabilan ekonomi pada tahun 1923
menyebabkan Oskar kehilangan pekerjaannya, dan keluarga ini terpaksa
harus kembali tinggal di sebuah apartemen di Berlin. Pada tahun 1926,
Oskar dan Karen berpisah, tetapi tidak pernah resmi bercerai hingga
tahun 1938.Pada tahun 1932, Horney meninggalkan Jerman untuk
bekerja sebagai associate director di Chicago Psychoanalytic Institute.
Selama dua tahun ia menetap di Chicago, Horney bertemu dengan
Margaret Mead, John Dollard, dan beberapa akademisi yang
memengaruhi Harry Stack Sullivan. Selain itu, Horney memperdalam
pertemanannya dengan Erich Fromm dan istrinya, Frieda Fromm-
Reichmann, yang telah ia kenal semasa di Berlin. Selama 10 tahun
berikutnya, Horney dan Fromm menjadi teman akrab dan kemudian
saling memengaruhi satu sama lain hingga akhirnya menjadi sepasang
kekasih.
Setelah menetap selama dua tahun di Chicago, Horney pindah ke
New York, di mana ia mengajar di New School for Social Research.
Selama di New York, ia menjadi anggota grup Zodiac yang juga
7

beranggotakan Fromm, Fromm-Reichmann, Sullivan, dan lainnya. Lebih


lanjut, bukunya yang berjudul New Ways in Psychoanalysis
menjadikannya sebagai pemimpin kelompok oposisi. Dalam buku ini,
Horney mengajak untuk meinggalkan teori insting dan lebih menitik
beratkan pada ego dan pengaruh sosial. Pada tahun 1941, Horney
berhenti menjadi anggota institut akibat masalah dogma dan orthodoxy
dan membantu terbentuknya organisasi tandingan – Assocation for the
Advancement of Psychoanalysis (AAP). Tetapi, kelompok baru ini juga
dengan cepat mengalami konflik internal. Pada tahun 1943, Fromm (yang
hubungan cintanya dengan Horney baru saja berakhir) dan beberapa
orang lainnya berhenti dari AAP, meninggalkan organisasi tersebut tanpa
anggota-anggota terkuatnya. Walaupun terdapat perpecahan, organisasi
ini terus berlanjut, tetapi berubah nama – menjadi Karen Horney
Psychoanalytic Institute. Pada tahun 1952, Horney mendirikan Karen
Horney Clinic. Pada tahun 1950, Horney mempublikasikan karya paling
penting dalam hidupnya, Neurosis and Human Growth. Buku ini
menjabarkan teori-teori yang tidak lagi hanya sebuah reaksi terhadap
pemikiran Freud melainkan teori-teori yang merupakan ekspresi
pemikiran pribadinya yang kreatif. Setelah mengalami sakit dalam waktu
singkat, Horney meninggal dunia akibat kanker pada 4 Desember 1952 di
usia 65 tahun.

2. Teori Horney
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis
manusia. Pada mulanya Horney merupakan pengikut Freud, yang
kemudian terpengaruh oleh Carl Gustav Jung dan Alfred Adler. Akhirnya
dia mengembangkan pendekatan kepribadian yang holistik. Manusia
berada dalam satu totalitas pengalaman dan fungsinya, dan bagian-bagian
kepribadian seperti fisikokimia, emosi, kognisi, sosial, kultural, spiritual,
hanya dapat dipelajari dalam hubungannya satu dengan yang lain sebagai
suatu kepribadian yang utuh. Pakar psikoterapi lain seperti Monroe
8

berpendapat teori dan konsep Horney berbeda secara radikal dengan


pikiran Freud dan Freudian, sehingga sukar mencari kesejajaran antara
keduanya. Namun Horney sendiri menyatakan bahwa “tidak ada hal
penting yang dapat dikerjakan diranah psikologi dan psikoterapi tanpa
mengakui temuan fundamental dari Freud.” Menurut Horney, doktrin
Freud yang terpenting adalah:

1. Semua proses dan event psikis bersifat ditentukan (semua terjadi


karena alasan tertentu, dan bukan terjadi secara random).
2. Semua tingkah laku mungkin ditentukan oleh motivasi tak sadar.
3. Motivasi yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat
emosional dan nonrasional.
Disisi lain, Horney menentang teori Freud dalam hal:
1. Teori Freud terlalu mekanistik dan biologik sehingga tidak bisa
menggambarkan keutuhan motivasi dan tingkah laku manusia.
2. Perhatian Freud terhadap interrelasi manusia sangat kecil,
sehingga berakibat penekanan yang salah pada motivasi seksual
dan konflik. Seharusnya, keamanan dan ketidakpuasan (non
seksual) yang menjadi kekuatan pendorong berfungsinya
kepribadian.
3. Tingkah laku agresi dan destruksi bukan hereditas seperti yang
dikemukakan Freud, tetapi merupakan sarana bagaimana orang
berusaha melindungi keamanannya.
4. Freud berpendapat penis envy adalah gambaran wanita yang
inferior dan cemburu karena peran kelaminnya lebih rendah dari
laki-laki, sedang Horney dan Adler berpendapat bahwa penis
envy adalah simbolik wanita yang mengingikan persamaan status
dan kekuasaan seperti pria.Meskipun menggambarkan orang yang
berfungsi baik, sebagai terapis, ia lebih terkait dengan individu
yang disebut neurotik. Ia percaya bahwa rumah yang hangat dan
penuh kasih bisa memungkinkan seseorang untuk menghindari
kecemasan neurotik dan konflik seperti Erich Fromm, namun dia
juga percaya bahwa aspek tertentu dari masyarakat kita
9

menciptakan konflik yang intens seperti itu di masyarakat bahwa


mereka mungkin juga perlu banyak “istirahat” untuk menghadapi
tantangan menjadi orang yang sehat.Horney percaya neurosis
menjadi proses yang terus menerus terjadi secara sporadis dalam
hidup seseorang. Hal ini berbeda dengan pendapat sebayanya
yang percaya bahwa neurosis, seperti kondisi mental yang lebih
parah, kerusakan negatif dari pikiran dalam menanggapi
rangsangan eksternal, seperti kematian, perceraian atau
pengalaman negatif selama masa kanak-kanak dan remaja.
5. Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin kuat
Horney percaya asumsi-asumsi ini menjadi kurang penting, kecuali
untuk pengaruh masa anak-anak. Sebaliknya, dia menekankan signifikan
terhadap ketidak pedulian orangtua terhadap anak, percaya bahwa
persepsi seorang anak tentang peristiwa, yang bertentangan dengan niat
orang tua, adalah kunci untuk memahami neurosis seseorang.
1. Kurang kehangatan dan cinta orang tua
2. Permusuhan dan kemarahan karena diperlakukan buruk
3. Represi permusuhan agar tidak kehilangan cinta dan keaman yang
hanya sedikit
4. Kecemasan dasar dan permusuhan dasar terus diperkuat kalau
lingkaran kecemasan permusuhan represi berlanjut
5. Semakin marah karena kebutuhannya semakin banyak tidak
terpenuhi
6. Perasaan permusuhan semakin kuat
7. Represi semakin kuat untuk mempertahankan kasih sayang yang
hanya sedikit tegangan kemarahan yang semakin kacau.
 LINGKARAN SETAN – KECEMASAN
Kecemasan dan permusuhan cenderung ditekan (repress), atau
dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukan rasa takut bisa
membuka kelemahan diri, dan menunjukan rasa marah beresiko
dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Bayi mengalami proses
melingkar, yang oleh Horney dinamakn Lingkaran setan atau vicious
10

circle. Dimulai sejak akhir, bayi membutuhkan kehangatan dan kasih


sayang untuk dapat menghadapi tekanan lingkungan.
(1) Kalau kehangatan cinta dan kasih sayang ini tidak cukup
diperoleh, (2) Bayi menjadi marah dan muncul perasaan permusuhan
karena diperlakukan secara salah itu. (3) Tetapi kemarahan harus di
repress agar perolehan cinta dan rasa aman yang hanya sedikit (tidak
cukup) itu tidak hilang sama sekali. (4) Perasaan menjadi kacau,
muncul kecemasan dasar dan permusuhan dasar. (5) Kebutuhan kasih
sayang dan cinta semakin besar. (6) Kemungkinan akan semakin
banyak kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi sehingga
semakin kuat pula perasaan marah yang timbul. (7) Perasaan
permusuhan menjadi semakin kuat. (8) Repressi harus semakin kuat
dilakukan agar perolehan kasih sayang yang hanya sedikit itu tidak
hilang. (9) Tegangan perasaan kacau, marah, gusar, mangamuk
semakin kuat. Kembali ke (4) ini akan membuat kecemasan dasar dan
permusuhan dasar semakin kuat, dan akan terus semakin parah kalau
lingkaran 4 > 5 > 6 > 7 > 8 > 9 > 4 dst. terus menerus terjadi.

1. Kecemasan dan Konflik (Anxiety and Conflict)


Menurut Horney (Lindzey, 1985), semua orang mengalami creature
anxiety, perasaan cemas yang normal muncul pada masa bayi, ketika bayi
yang lahir dalam keadaan tak berdaya dan rentan itu dihadapkan dengan
kekuatan alam yang keras dan tidak bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh
kasih sayang dan cinta pada awal kehidupan membantu bayi belajar
menangani situasi bahaya itu. Sebaliknya, tanpa bimbingan yang memadai
bayi akan megembangkan basic anxiety, basic hostility, dan terkadang
neurotic distress.

2. Kecemasan Dasar dan Permusuhan Dasar (Basic Anxiety and Basic


Hostility)
Kecemasan dasar berasal dari rasa takut, suatu peningkatan yang
berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia yang
penuh ancaman (Horney, 1937). Kecemasan juga telah didefinisikan dalam
11

istilah perilaku ekspresif, tingkat umum aktivitas, dan seluruh kelas gejala
perilaku dan fisiologis diagnostik. Kecemasan dasar selalu dibarengi oleh
permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi untuk
mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang lain itu.
Bersama-sama, kecemasan dan permusuhan membuat orang yakin bahwa
dirinya harus dijaga untuk melindungi keamanannya (Lindzey, 1985).
Kecemasan dasar itu sendiri bukanlah neurosis, melainkan “lahan subur
dimana neurosis dapat berkembang setiap saat” (Horney, 1937).
Kecemasan dasar terjadi terus menerus dan sulit dihentikan, secara tidak
langsung membutuhkan stimulus tertentu, seperti menjalani ujian di
sekolah atau berpidato. Kecemasan dasar mempengaruhi semua hubungan
yang terjalin dengan orang lain dan mengarah pada cara-cara yang tidak
sehat untuk berhadapan dengan orang lain.
Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konsep gangguan
psikis yang membuat orang terkunci dalam lingkaran yang membuat
tingkah laku tertekan dan tidak produktif, kemudian dikenal sebagai
masalah kecemasan (Alwisol, 2009). Bila teori belajar berurusan dengan
kecemasan, dia berurusan terutama dengan hubungan yang konsekuen,
ketika eksistensialis berbicara tentang kecemasan, dia khawatir terutama
dengan pengalaman kecemasan, sedangkan ia memiliki perhatian yang
relatif sedikit dengan yg di kondisi belajar.

1. Konflik Interpersonal : Kebebasan versus Kesepian.


Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan
dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Pengalaman
konflik tidak berarti mengidap neurotik. Suatu ketika, harapan,
minat, atau pendirian seseorang bertabrakan dengan orang lain.
Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari
kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keingianan
yang arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban atau
antara dua perangkat nilai. Juga, nilai kultural sering mengalami
konflik di dalam maupun dengan nilai di luarnya. Misalnya,
masyarakat mendorong anggotanya untuk berkompetisi meraih
12

prestasi, tetapi juga mewajibkan orang mempedulikan orang lain


dan mendahulukan minat kepentingan orang lain dari pada
kepentingan pribadi. Nilai-nilai tradisioanl menuntut peran ibu
sebagai pengasuh anak bertentangan dengan nilai modern yang
menghargai persamaan hak pria dan wanita (Alwisol, 2009).
Perbedaan konflik normal dengan konflik neurotik adalah taraf
atau tinggi rendahnya. Setiap orang memakai berbagai cara
mempertahankan diri melawan penolakan, permusuhan, dan
persaingan dari orang lain. Orang normal mampu berbagai macam-
macam strategi pertahanan disesuaikan dengan masalahnya, sedang
orang neurotik secara komplusif memakai strategi pertahanan yang
sama yang pada dasarnya tidak produktif. Orang dengan
kecemasan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik yang
sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan
menyatakan kebebasan emosi dan pikiran. Semuanya dimulai dari
hubungan bayi dengan ibunya, hubungan antar manusia. Dalam
bukunya Self-Analysis (19242), Horney mengemukakan 10
kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat
dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah gangguan
antara hubungan manusia:
 Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan : keinginan membabi-
buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan
harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima baik
orang lain, sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan
harapan orang lain, cenderung takut berkemauan, dan sangat
peka/ tergantung dengan tanda-tanda permusuhan dan penolakan
dari orang lain, dan perasaan permusuhan di dalam dirinya
sendiri.
 Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya :
tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikat diri dengan
partner yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang
13

berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan


diabaikan.
 Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit : Penderita
neurotik sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian,
menjadi orang ke-dua, puas dengan yang serba sedikit. Mereka
merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut
menyuruh orang lain.
 Kekuasaan : kekuatan dan kasih sayang memungkin dua
kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan
berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan
melecehkan kelemahan, yang berwujud sebagai kebutuhan
mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah atau bodoh.
 Kebutuhan mengeksploitasi orang lain : Takut menggunakan
kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang orang lain
melalui eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering
mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat
dimanfaatkan atau dieksploitasi, pada saat yang sama mereka
takut dieksploitasi orang lain.
 Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise : Kebutuahan
memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat.
Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan
berusaha menjadi nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi
pusat perhatian.
 Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi : Pengidap narkotik
memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas
dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka.
Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga
secara terus menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari
orang lain.
 Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi : Penderita neurotik sering
memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik, contoh: penjual
terbaik, pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin
14

menjadi yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi


sebagai akibat dari perasaan tidak aman, harus mengalahkan
orang lain untuk manyatakan superioritasnya.
 Kebutuhan mencukupi diri sendiri dan independensi : Neurotik
yang kecewa – gagal menemukan hubungan-hubungan yang
hangat dan memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan
memisahkan diri tidak mau terikat dengan orang lain,
membuktikan bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain.
Gambaran khas dari sifat “play boy” yang tidak mau terikat
dengan wanita manapun.
 Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan : Melalui
perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna,
penderita neurotik membuktikan harga diri dan superioritas
pribadinya. Mereka sangat takut membuat kesalahan dan mati-
matian berusaha menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.
Kecemasan dasar dan permusuhan dasar terbentuk dari konflik
antara kebutuhan untuk keamanan dan kebutuhan untuk
mengekspresikan, emosi fundamental dan pikiran.
1. Konflik Intrapsikis
Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar,
berkembang dari hubungan anak dengan orang lain. Dinamika
kejiwaan yang terjadi menekankan pada konflik budaya dan
hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan
faktor intrapsikis dalam perkembangan kepribadiannya.
Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman
hubungan antar pribadi kemudian mengembangkan eksistensi
dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Untuk dapat
memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri,
perlu difahami empat gambaran diri dari Horney (Alwisol, 2009),
yaitu :
 Diri Rendah (Despised Real Self)
15

Konsep yang salah tentang kemampuan diri,


keberhargaan dan kemenarikan diri, yang didasarkan
pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya
orang tuanya. Evaluasi negative mungkin mendorong
oramg untuk merasa tak berdaya.
 Diri Nyata (Real Self)
Pandangan subjektif bagaimana diri yang
sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang,
kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus,
dan keinginan untuk “realisasi diri”, keinginan untuk
spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
 Diri Ideal (Ideal Self)
Pandangan subjektif mengenai diri yang
seharusnya, suatu usaha untuk menjadi sempurna dalam
bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak
mampu dan tidak dicintai.
 Diri Aktual (Actual Self)
Berbeda dengan real self yang subektif, aktual self
adalah kenyataan objektif diri seseorang, fisik dan
mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh persepsi
orang lain.
1. Upaya Mengatasi (Attempts At Coping)
Untuk mengatasi kecemasan dasar, orang
mengembangkan sejumlah strategi. Mereka menciptakan dan
berusaha untuk mewujudkan sebuah citra diri ideal dengan
mencapai kesempurnaan, atau “kemuliaan”, mereka
mengembangkan “sistem kebanggaan” untuk mendukung
gambaran ideal, serta satu set perilaku standar yang mustahil,
atau “keharusan”, dan mereka mencoba untuk memungkiri,
atau “mengeksternalisasi”, hal-hal dalam diri mereka yang
mereka tidak dapat mengatasi. Semua upaya ini dapat
menghasilkan “keterasingan dari diri”
16

Mengatasi telah didefinisikan dalam istilah


psikologis oleh Susan Folkman dan Richard Lazarus sebagai
“constantly changing cognitive and behavioral efforts to
manage specific external and/or internal demands that are
appraised as taxing” (selalu berubah upaya kognitif dan
perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal
tertentu yang dinilai sebagai beban) atau “exceeding the
resources of the person” (melebihi sumber dari orang).
(Lazarus & Folkman, 1984).

3. Aplikasi Horney
 Psikologi Wanita
Sebagai pengikut Freud, Horney berangsur-angsur menyadari bahwa
pandangan psikoanalitik tradisional mengenai wanita tidak
seimbang. Dia kemudian mengembangkan sendiri teori Psikologi
Wanita, yang menolak beberapa konsep dasar Freud.
 Perbedaan Pria-Wanita
Menurut Horney bukan sekedar perbedaan anatomi, tetapi lebih
sebagai perbedaan harapan sosial dan kultural. Pria yang mendukung
dan mengatur wanita dan wanita yang menghina atau mencemburui
pria, mereka melakukan hal itu karena kompetisi yang neurotik yang
merajalela di berbagai masyarakat. Menurut Horney, kecemasan
dasarlah yang menjadi akar keinginan laki-laki menaklukkan wanita
dan keinginan wanita menghina laki-laki.
 Oedipus Complex
Horney mengakui adanya Oedipus Complex, hanya saja hal itu
berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu, bukan
berhubungan dengan perkembangan biologis. Kalau Oedipus
Complex itu hasil dari anatomi, maka peristiwa itu bersifat universal
sebagaimana yang dikemukakan Freud.
Namun menurut Horney tidak ada bukti keuniversalannya.
Menurutnya Oedipus Complex hanya ditemukan pada beberapa
orang dan itu merupakan ekspresi neurotic kebutuhan cinta yang
17

bersama-sama dengan 9 kebutuhan-kebutuhan lainnya muncul pada


usia dini. Anak-anak mungkin memeluk ibunya dan
mengekspresikan kecemburuan kepada ayahnya, tetapi tingkah laku
ini adalah usaha untuk menghilangkan kecemasan dasar, bukan
manifestasi anatomi Oedipus Complex. Bahkan kalau ada aspek
seksual dalam tingkah laku, tujuan utamanya adalah rasa aman,
bukan hubungan seks.
 Cemburu Penis
Horney menolak konsep penis envy dari Freud, dan cenderung
mengikuti fikiran Adler. Banyak perempuan yang memiliki
masculine protes; keyakinan patologik bahwa laki-laki lebih superior
dari perempuan, yang kemudian menjadi keinginan neurotik untuk
menjadi laki-laki. Keinginan itu bukan karena cemburu-penis tetapi
lebih sehingga kecemburuan terhadap penilaian dan hak berlebih
yang diberikan budaya kepada laki-laki.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Horney


 Banyak klaim sentral dalam psikoanalisis yang tidak atau belum
terbukti di lapangan atau dalam kenyataan, misalnya ide tentang
pengaruh mendasar dari alam pikiran bawah sadar.
 Teori psikoanalisis telah mengonstruksi bahasanya sendiri dalam
mengembangkan isi teorinya sehingga sukar bagi kaum awam untuk
memahaminya, apalagi mendalaminya.
 Teori psikonalisi selalu bekerja menurut suatu keyakinan apriori
bahwa orang selalu berada dalam keadaan tertekan, neurotik, sakit
psikis, dan lain sebagainya.
 Banyak dari teori psikoanalisa yang masih digunakan sampai saat
ini. Karena teori ini yang klasik. Ada banyak sekali terapi
psikoanalisa yang dapat digunakan. Namun, dikarenakan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dibutuhkan perubahan
dan penyesuaian dari teori psikoanalisa. Selain itu batasan penyebab
18

masalah psikis yang sempit yang hanya berpusat pada seks dan
agresi.

5. Kritik terhadap Karen Horney


Ada tiga jenis kritik yang dilontarkan pada teori kepribadian Horney :
 Seperti Freud, Horney menekankan pentingnya pengalaman awal
masa kanak-kanak, motivasi bawah sadar dan mekanisme pertahanan
ego yang disebutnya pola penyesuaian yang neurotik. Seperti Freud
juga menyarakan penggunaan asosiasi bebas, analisis mimpi,dan
analisis transfrensi didalam pendekataya bagi psikoterapi.
 Seperti Adler, ia menghilangkan pentikberatan asal usul biologis
bagi gangguan perilaku, dan lebih menekankan asal-usul sosialnya.
Konsep strategi pengaman diri ini sangat mirip dengan pendekatan
pendukung Harmoni buatan Horney. Keduanya sama-sama
berprinsip bahwa hal ini digunakan untuk menopang diri rill individu
neurotik. Baik Horney maupun Adler sama sama yakin bahwa jika
budaya didominasi pria, wanita seringkali lebih maskulin sedangkan
Horney psikologis feminime untuk meraih kuasa kekuatan (Adler
menyebutnya “protes maskulin” sedangkan Horney “psikologi
feminime).
 Horney juga mirip dengan juga mirip dengan jung saat menggunakan
realitas diri keduaya memaksudkan sebagai implus alamiah manusia
menuju pengembangan kepribadian yang sehat. Teori kepibadian
Horney adalah Percampuran dari Teori Freud, Adler, dan Jung.

B. Psikoanalis Humanistik Fromm


Teori kepribadian milik Erick Fromm kali ini lebih dilihat dari sudut
pandang psikoanalisis humanistik. Erick Fromm ingin menunjukkan
perhatiannya terhadap perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untuk
memperoleh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan orang lain. Dia mencoba
menggabungkan teori Freud dengan teori Marx. Fromm yakin bahwa banyak
19

temuan Freud, seperti peran ketidaksadaran dalam tingkah laku manusia,


sangat signifikan unutk memahami kepribadian manusia, tetapi menurutnya
Freud melakukan kesalahan dalam beberapa hal, khusunya mengenai
penekanannya terhadap fungsi individual melebihi pentingnya interelasi
antara individu dengan lingkungan, dan mengenai asal-mula tingkah laku
seksual.

1. Biografi Fromm
Erick Fromm dikenal luas sebagai tokoh psikoanalisa dan filosof
sosial. Terlahir tanggal 23 Maret 1900 di Frankfurt Jerman dalam
lingkungan keluarga Yahudi ortodoks. Fromm adalah anak tunggal dari
seorang ayah pemurung, cemas dan tegang yang berprofesi sebagai
pengusaha, dan seorang ibu yang mengalami depresi sebagai pengurus
rumah tangganya. Keluarga Fromm mengalami ketidakharmonisan yang
disebabkan adanya perbenturan antara perhatian besar nilai-nilai
spiritual Ibunya dengan keberhasilan material sang ayah. Dari keadaan
keluarga yang demikian ini, masa kecil Fromm terlihat tidak begitu
bahagia. Ia menjuluki orang tuanya dengan highly neurotic dan
menjuluki masa kecilnya dengan a probably rather unbearable, neurotic
child (Funk, 1982:1).
Sejak kecil Fromm telah diperkenalkan dengan kitab perjanjian
lama. Ia sangat tertarik dengan visi perdamaian universal yang diajarkan
para Nabi. Pada masa remaja, Fromm mulai berkenalan dengan model
pemikiran Yahudi, ia mendapat didikan dari Herman Cohen (seorang
pemikir Kantian), Rabbi Salman Baruch Rabinkow dan Rabbi Nehemia
Nobel. Ketiga guru Fromm ini memiliki kecenderungan pemikiran yang
berbeda, Cohen adalah seorang liberal yang kurang menyukai ritual-ritual
keagamaan, ia juga sangat tidak tertarik dengan dunia mistik dan lebih
tertarik pada keutamaan etika keagamaan. Nobel merupakan penganut
Talmudian yang sangat mengagumi Goethe dan pencerahan Jerman, ia
juga banyak tertarik pada psikoanalisa. Sedangkan Rabinkow banyak
memberi pelajaran Fromm tentang mistisisme Yahudi dan ide-ide
20

humanisme sosialis. Namun sebagai anak yang termasuk kritis, Fromm


tidak menerima begitu saja apa yang didapat dari gurunya ini.
Pada tahun 1920, Fromm mendapat kesempatan untuk menempuh
studi doktoral di Universitas Heidelberg, dan pada tahun 1922 dia
memperoleh gelar Ph.D, dengan disertasi berjudul, Das Judische Gesetz
ein Beitrag Zur Soziologie des Diaspora Judentums, disertasi ini tentang
struktur sosial pada tiga komunitas Yahudi, Diaspora kaica, Heidisme dan
pembaharuan Yahudi.
Tahun 1924, Fromm mulai keluar dari lingkungan Rabbi dan
mendalami psikoanalisa. Ia belajar satu tahun dengan Wilhelm Witenberg
di Munich, dan kepada Karl Landauer di Frankfurt dan terakhir dengan
Hans Sach serta Theodor Reik di Berlin. Setelah menikah pada tahun
1926 dengan Freida Reichman, pada tahun 1927, Fromm bersama
dengan Karl Laundauer, George Broddeck, Heinrich Meng dan Ernst
Schneider mendirikan Frankfurt Psichoanalitic Institute, dan ia membuka
praktek psikoanalisa di sana. Pada tahun ini pula, Fromm berkenalan
dengan pemikiran Buddhisme. Ketertarikan Fromm kepada Buddhisme
membuatnya kemudian belajar Buddhisme pada D.T. Suzuki, peristiwa
penting yang banyak mempengaruhi pemikirannya kemudian, terutama
analisisnya terhadap irrasionalitas dan paksaan dalam agama serta
gagasan rasional dan mistis yang banyak diungkapkannya (Funk,
1982:3).
Pada tahun 1932, dengan bantuan Horkheimer, Fromm masuk dalam
lingkungan Institute Fur Social Forschung dan menjadi direktur sosial
psikologi. Di Institute inilah Fromm banyak menimba pengalaman
tentang berbagai bidang pemikiran, terutama materialisme, psikoanalisa,
pengaruh ekonomi terhadap kejiwaan, serta karakter sosial masyarakat.
Pada tahun 1933 Fromm menderita penyakit Tubercoluse (TBC),
sejalan dengan itu, Fromm meninggalkan Nazi Jerman dan pindah ke
USA. Di USA, pada tahun 1935, Fromm bergabung dengan kelompok
Internasional Institute for Social Research di Universitas Columbia.
Setahun kemudian (1936), Fromm bergabung dengan para antropolog
21

untuk mengadakan penelitian tentang manusia dan kebudayaannya, dan


setelah itu dia menjadi dosen psikologi sosial di New York Psichoanalytic
Institute.
Tahun 1944, Fromm menikah untuk yang kedua kalinya, dan resmi
sebagai warga negara USA. Tahun 1945, bersama dengan Clara
Thompson, Freida Fromm Reichman (mantan isterinya), serta Harry S.
Sullivan (pakar psikologi interpersonal) mendirikan William Alanson
White Institute, di sini Fromm menjadi direktur periode 1946-1950. Pada
saat yang sama, Fromm juga menjadi profesor tamu di Michigan
University, Yale University serta New York University. Sebelum
jabatannya ini berakhir, pada tahun 1949, karena alasan kesehatan,
Fromm pindah ke Mexico dan mengajar di National Authonomous
University.
Di negaranya yang baru, Fromm pernah mendirikan ‘Sane’, sebuah
kelompok gerakan masyarakat USA untuk perdamaian international.
Fromm juga pernah mengikuti kampanye memperjuangkan senator
Eugene Mc Carty untuk menduduki kursi Presiden dari Partai
Demokrasi. Pada usia 80 tahun di bulan yang sama dengan kelahirannya,
tepatnya tanggal 19 Maret 1980, Fromm mengakhiri karier keilmuannya
dengan meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

2. Teori Fromm
Teori Fromm adalah campuran yang unik dari Freud dan Marx.
Pendekatan Fromm, terkadang disebut humanisme dialektika. Tesis dasar
teori Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern telah
berpisah dari kesatuan prasejarah dengan alam dan juga satu sama lain,
namun dikatakan bahwa manusia sendiri memiliki kekuatan akal,
antisipasi dan imajinasi. Paduan akan kurangnya insting kebinatangan
dan adanya pikiran yang rasional menjadikan manusia sebagai suatu
keganjilan dalam alam semesta.
Menurut Fromm ketika manusia muncul sebagai suatu spesies yang
terpisah dari evolusi binatang, manusia kehilangan sebagian besar insting
22

kebinatangannya, namun manusia mendapat “peningkatan dalam


perkembangan otak yang akhirnya membuat manusia memiliki realisasi
diri, imajinasi, perencanaan dan juga keraguan”. Pada akhirnya paduan
inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang. Melalui latar
belakang pendidikan ajaran psikoanalisis Freud dan dipengaruhi oleh
Karl Marx, akhirnya Fromm mengembangkan teori kepribadian yang
menekankan pengaruh faktor sosio-biologis dan sejarah. Psikoanalisis
humanistis Fromm menyatakan bahwa terpisahnya manusia dengan dunia
alam menghasilkan perasaan kesendirian dan isolasi, perasaan-perasaan
itulah yang membawa manusia pada suatu kondisi yang disebut sebagai
kecemasan dasar (basic anxiety).
Asumsi dasar Fromm bahwa kepribadian individu dapat dimengerti
hanya dengan memahami sejarah manusia. Manusia tidak memiliki
insting kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah, namun
manusia telah memperoleh kemampuan bernalar, keadaan yang berubah
dan kemudian manusia menghadapi keadaan itu dengan bernalar disebut
Fromm sebagai dilema manusia. Manusia mengalami dilema dasar ini
karena mereka telah terpisah dengan alam, namun memiliki kemampuan
untuk menyadari bahwa diri mereka telah menjadi makhluk yang
terasing. Kemampuan bernalar manusia adalah anugrah dan juga
kutukan. Di satu sisi, kemampuan ini membiarkan manusia bertahan,
namun di sisi lain, hal ini memaksa manusia berusaha untuk
menyelesaikan dikotomi (hal yang berbeda yang sangat sulit untuk
disatukan). Fromm menyebut hal tersebut sebagai “dikotomi
eksistensial” (existensial dichotomies). Manusia hanya bisa bereaksi
terhadap dikotomi ini tergantung pada kultur dan kepribadian masing-
masing individu.
Menurut Fromm dikotomi pertama dan paling fundamental adalah
antara hidup dan mati. Realisasi diri dan nalar mengatakan bahwa kita
akan mati, namun kita berusaha mengingkari hal ini dengan menganggap
adanya kehidupan setelah kematian, usaha yang tidak merubah fakta
bahwa hidup kita akan diakhiri dengan kematian.
23

Dikotomi ekstensial kedua adalah bahwa manusia mampu


membentuk konsep tujuan dari realisasi diri, namun kita juga menyadari
bahwa hidup hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan itu.
Dikotomi ekstensial ketiga adalah bahwa manusia pada akhirnya
hanya sendiri, namun kita tetap tidak bisa menerima pengucilan atau
isolasi. Mereka sadar bahwa dirinya adalah individu yang terpisah, di
saat yang bersamaan mereka percaya bahwa kebahagiaan mereka
bergantung pada ikatan mereka dengan manusia lain. Walaupun manusia
tidak dapat menyelesaikan permasalahan antara kesendirian atau ikatan
kebersamaan, mereka harus berusaha atau mereka terancam menjadi gila.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang
merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-
orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from
Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi
semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa
kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif
dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang
pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan
manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua
adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang
kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang
merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-
orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from
Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi
semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa
kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif
dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang
pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan
manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua
24

adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang


kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964), dikatakan
bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa
feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya
menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar
manusia. Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan
bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus
manusia. Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik
tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki
kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas
manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-
sikap perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, bisa terluka,
transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma.
Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui
asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal
atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan
fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang
menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang
dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara
efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur
watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia
melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian
berdasar karakter sosialnya:
a) Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan.
Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga
kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala
bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan
dan kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik
yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial
masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
25

b) Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini


memiliki unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang
utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan
kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan
hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-
lembutan, dan saling percaya.
c) Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah
destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh
dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat
sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika
bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.
Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan lima tipe karakter sosial
yang ditemukan dalam masyarakat dewasa ini, yakni:
a) Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
b) Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti
keinginannya)
c) Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang
suatu materi)
d) Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
e) Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk
menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
f) Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan
kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Selain itu, konsep teori Eric From mengemukakan bahwa manusia
memiliki lima kebutuhan yaitu : (1) kebutuhan untuk mengadakan
hubungan atau kebutuhan akan menjalin hubungan, (2) kebutuhan akan
transendensi atau kebutuhan menjadi yang utama, (3) kebutuhan akan
bersahabat, (4) kebutuhan untik mengenal diri atau identitas diri, dan (5)
kebutuhan akan penyusunan rencana-rencana orientasi atau kebutuhan
kerangka orientasi. Jika salah satu dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi, maka individu akan merusahan secara terus menerus
26

untuk melengkapinya. Bentuk kebutuhan yang terpenuhi manusia


menunjukan suatu kestabilan.

3. Aplikasi Fromm
Fromm mengembangkan sistem terapi sendiri, yang dinamakan
dengan psikoanalisis humanistik. Dibanding dengan psikoanalisis Freud,
Fromm lebih peduli dengan aspek interpersonal dari hubungan
terapeutik. Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah untuk
memahami diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri, orang
tidak akan tahu orang lain. Fromm juga yakin bahwa klien mengikuti
terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar kemanusiaannya,
yakni keterhubungan, keberakaran, transendensi, perasaan identitas dan
kerangka orientasi. Karena itu terapi harus dibangun melalui hubungan
pribadi antara terapis dengan kliennya. Komunikasi yang tepat sangat
dalam perkembangan teraputik, dan terapis harus menghubungkan
dirinya sebagai manusia kepada manusia lain dengan penuh konsentrasi
dan kasih sayang. Perasaan keterlibatan yang murni akan mengembalikan
perasaan klien sebagai manusia yang independen. Menurut Fromm,
terapis tidak seharusnya terlalu ilmiah dalam memahami kliennya. Hanya
dengan sikap keterhubungan orang lain dapat benar-benar dimengerti.
Klien hendaknya tidak dilihat sebagai orang sakit, tetapi diterima sebagai
manusia dengan kebutuhan-kebutuhannya yang tidak berbeda dengan
kebutuhan terapis.
Filosifi terapi yang dilakukan oleh Fromm inilah hal yang menjadi
implikasi dalam konseling. Di dalam dunia konseling, konselor sangat
perlu untuk membawa konseli memahami dirinya sendiri. Di samping itu
konselor perlu mengetahui bagaimana hubungan konseli dengan
lingkungan sosialnya, jkarena ada keterkaitan besar antara masalah
konseli dengan hubungan tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Fromm


a. Kelebihan teori fromm
27

- Erich Fromm dianggap sebagai salah satu penulis essai paling


cerdas dari semua teoritikus kepribadian. Di dalam inti semua
tulisan Fromm dapat ditemukan esensi dari sifat manusia yang
belum terungkap.
- Pendekatan Fromm pada kepribadian mempunyai prespektif
yang luas, Fromm dengan teorinya bukan semata-mata tentang
psikoanalisis, tetapi melalui teorinya dia juga menyerap
informasi dari displin lain seperti sejarah, sosiologi, dan
antropologi.
- Melalui teorinya Fromm menunjukkan kepada pada khalayak
interpretasi yang unik tentang interaksi antara humanistas dan
masyarakat yang dari hal itu pula semakin menyadarkan kita
pengaruh antara faktor-faktor sosial, ekonomi, dan psikologi
dalam hakikat kemanusiaan.

b. Kekurangan teori fromm


- Ada beberapa istilah dari teori Fromm yang kurang jelas dan
samar menjadikan gagasan sulit untuk dijadikan bahan acuan
generator penelitian empiris.
- Teori yang dikemukakan oleh Fromm terlalu filosofis untuk
dapat dibenarkan atau untuk sekedar diverifikasi.
- Essai-essai dan argumen-argumennya tidak sepopuler seperti 50
tahun yang lalu. Paul Roazen (1996) menyatakan bahwa,
seseorang tidak dianggap terdidik bila ia tidak membaca tulisan
Fromm, yaitu Escape from Freedom yang ditulis secara fasih.
Akan tetapi sekarang ini, buku-buku Fromm bukan bacaan wajib
di kampus-kampus perguruan tinggi.

5. Kritik terhadap Erick Fromm


 Istilah- istilah fromm yang tidak jelas dan samar menjadikan
gagasan- gagasannya tidak dapat dijadikan generatorpenelitian
empiris. sebenarnya pencarian kita selama 45 tahun terakhir akan
28

literatur psikologi menghasilkan kurang dari selusin penelitian


empirisyang menguji langsung asumsi-asumsi teori fromm.
Kekurangan investigasi ilmiah ini menempatkannya di antara
teoritikus- teoritikus yang paling tidak terbukti secara empiris dalam
buku ini.
 Teori fromm terlalu filosofis untuk dapat dibenarkan atau
diverifikasi. Hampir semua penemuan empiris yang dihasilkan teori
fromm (apabila benar- benar ada) dapat dijelaskan dengan teori-
teori alternatif.
 Teori fromm memungkinkannya untuk mengorganisir dan
menjelaskan banyak hal yang dikenal sebagai kepribadian manusia.
Sudut pandang sosial, politik, dan sejarah fromm memberikan
cakupan yang luas dan kedalaman untuk memahami kondisi
manusia, namun teorinya yang kurang memiliki ketepatan
menyebabkan sulitnya prediksi dan mustahilnya pembenaran.
 Sebagai pemandu tindakan, nilai utama tulisan fromm teralu
mendorong pemabaca untuk berpikir produktif. Sayangnya, baik
peneliti maupun terapis tidak menerima informasi praktis dan essai
fromm.
 Pandangan fromm konsisten secara internal, dalam arti terdapat tema
tunggal dalam seluruh tulisannya. Akan tetapi, teori tersebut kurang
meiliki taksonomi yang terstruktur, serangkaian istilah yang
didefinisikan secara operasional, dan batasan lingkup yang jelas.
Oleh karena itu, teori fromm mendapatkan nilai rendah dalam hal
konsistensi internal.
 Karena fromm enggan meninggalkan konsep-konsepnya yang
terdahulu untuk menghubungkannya dengan gagasan-gagasan
selanjutnya, maka teorinya kurang memiliki kelugasan dan kesatuan.
Untuk alasan- alasan ini, kami menilai teori fromm rendah dalam
kriteria kesederhanaan (parsimony).
29
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini sebagai berikut :
Berdasarkan materi yang telah disampaikan di awal, kami
mendapatkan beberapa kesimpulan psikoanalitik sosial horney sebagai
berikut :
 Motivasi yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat
emosional dan nonrasional.
 Bayi mengalami proses melingkar, yang oleh Horney dinamakan
Lingkaran setan atau vicious circle.
 Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konsep gangguan
psikis yang membuat orang terkunci dalam lingkaran yang membuat
tingkah laku tertekan dan tidak produktif, kemudian dikenal sebagai
masalah kecemasan.
 Horney mengemukakan sepuluh kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan
yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-
pemecahan masalah gangguan antara hubungan manusia.

Berdasarkan materi yang telah disampaikan di awal, kami


mendapatkan kesimpulan psikoanalisis humanistik fromm sebagai berikut :
Erich Fromm, berpendapat bahwa kita tidak hanya dipengaruhi dan
dibentuk oleh kekuatan naluri biologis kita, seperti yang dikemukakan
oleh Fromm. Oleh karena itu, Fromm mengemukakan bahwa
kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya.

Fromm meyakini bahwa konflik pribadi yang kita alami berasal dari
masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga optimis mengenai
kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan
menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh
masyarakat kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial

30
31

sebagai penentu dari kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah


seorang psikoanalisis, filsuf, sejarahwan, dan budayawan. Fromm
mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan
menawarkan pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–
sifat alami manusia dengan masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR RUJUKAN

Alwisol, Psikologi Kepribadian.2005

Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo

http://blogpsikologi.blogspot.com/2017/05/memahami-teori-psikoanalisis-
humanistik-menurut-erich-fromm.html

http://latifianazalati.blogs.uny.ac.id/2015/10/19/psikologi-kepribadian-karen-
horney/

32

Anda mungkin juga menyukai