MAY YUSLIA
SYARIFATURROHMA
TRI WIRA KURNIA
Pengertian Menyontek
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), berasal dari
kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh, menggocoh yang artinya
mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak.
Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi dan juga
rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau tugas)
merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena orang
yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam
menghadapi ujian.
Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi perilaku
menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan
tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan
cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik
dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.
b. Kecemasan yang berlebihan
Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang
melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek adalah
munculnya kecemasan yang berlebihan saat tes. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi
otak sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut
membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan
ketenangan pada dirinya.
f. Pikiran negatif
Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan
dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa.
Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik.
Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa agar dapat meminimalisir
perilaku menyontek.
Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya burnout, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri anak tersebut, yaitu kondisi
fisik dan psikis yang lelah, tidak adanya motivasi untuk berprestasi, dan
sebagainya.
2. Faktor eksternal disebabkan oleh adanya pengaruh dari pihak luar anak, misal
bosan dengan metode mengajar 3 guru dalam kelas, ketidakcocokan dengan
teman, orangtua yang selalu menuntut lebih pada anak.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Burnout
a. Mendorong guru untuk menggunakan strategi, pendekatan, metode dan media pembelajaran
yang bervariasi sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dalam belajar.
b. Melakukan istirahat sejenak dan menganjurkan siswa untuk menkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi dengan takaran cukup.
c. Melakukan penjadwalan kembali jam-jam dari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan
siswa belajar lebih giat.
d. Mengubah atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi
meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan
siswa merasa berada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
e. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
dari pada sebelumnya.
f. Siswa didorong untuk berbuat nyata (tak menyerah/ tinggal diam) dengan cara mencoba belajar
dan belajar lagi.