Anda di halaman 1dari 10

PERILAKU MENCONTEK

MAY YUSLIA
SYARIFATURROHMA
TRI WIRA KURNIA
Pengertian Menyontek
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), berasal dari
kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh, menggocoh yang artinya
mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak.

• Bower (dalam Purnamasari, 2013), mendefinisikan menyontek adalah


perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang
sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk
menghindari kegagalan akademik atau dalam teks aslinya cheating is
manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end
(achieve academic success or avoid academic failure).

• Pincus & Schemelkin (2003:196) perilaku menyontek merupakan suatu


tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan
membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain
meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi
terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.
Faktor-faktor Penyebab Menyontek

Agustin (2014) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa


menyontek pada saat ujian.

Faktor-faktor penyebab menyontek adalah:


• Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan
nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
• Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
• Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam
menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
• Anak remaja sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja bagi
mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-
teman sekelasnya.
• Kurang mengerti arti dari pendidikan.
Indikator Menyontek
Menyontek sebagai perilaku ketidakjujuran akademis yang sering dilakukan oleh mahasiswa
memiliki beberapa indikator. Sejumlah indikator menyontek yang kerap digunakan para
peneliti yang melakukan penelitian berkaitan dengan perilaku menyontek yang terjadi pada
pelajar maupun mahasiswa merujuk pada pendapat Dody Hartanto (2012:23-29) yang
menguraikan bahwa terdapat delapan indikator menyontek sebagai berikut:

a. Prokrastinasi dan efikasi diri

Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi dan juga
rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau tugas)
merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena orang
yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam
menghadapi ujian.

Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi perilaku
menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan
tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan
cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik
dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.
b. Kecemasan yang berlebihan
Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang
melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek adalah
munculnya kecemasan yang berlebihan saat tes. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi
otak sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut
membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan
ketenangan pada dirinya.

c. Motivasi belajar dan berprestasi


Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas maupun
pekerjaan yang diberikan kepadanyadengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini
dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas
sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi
belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar, sehingga memiliki tingkat
pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi tes.  

d. Keterikatan dengan kelompok


Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melakukan kegiatan
menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut merasakan keterikatan yang kuat di antara
mereka sehingga mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam
menyelesaikan ujian atau tes. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada teman
yang dikenal atau teman dekatnya.
e. Keinginan nilai tinggi
Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong seseorang
melakukan kegiatan menyontek.Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan berusaha untuk
mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara yang salah (menyontek).

f. Pikiran negatif
Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan
dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa.
Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik.
Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa agar dapat meminimalisir
perilaku menyontek.

g. Perilaku implusive dan cari perhatian


Dody Hartanto (2012:28) mengatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan
indikasi mereka terlalu menuruti kata hati (implusive) dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking).
Individu dapat dikatakan implusive jika keputusan yang dibuathanya berdasarkan dorongan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan
akan sensasi (perhatian) yang berlebihan adalah ketika individu yang sedang dalam tumbuh dan
berkembang tersebut melakukan perbuatan menyontek sebagai sesuatu yang alami untuk bertahan
hidup.

h. Harga diri dan kendali diri


Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi atau berlebihan akan cenderung memilih untuk
melakukan kegiatan menyontek. Perbuatan menyontek tersebut dilakukan untuk menjaga harga diri
siswa tetap terjaga dengan mendapatkan nilai yang tinggi walaupun dengan menyontek. Selain itu orang
yang memiliki kendali diri (self control) yang rendah juga cenderung melakukan perbuatan menyontek.
Bentuk-Bentuk Menyontek

Berhubungan dengan bentuk-bentuk menyontek, Hetherington and Feldman


(1964; dalam Dody Hartanto, 2012:17) membagi perilaku menyontek ke dalam
empat bentuk, yaitu:

• Individual-opportinistic yang dimaknai sebagai perilaku dimana siswa


mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan
menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
• Independent-planned yang diidentifikasikan sebagai menggunakan catatan
ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap
atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya
ujian.
• Social-active yang merupakan perilaku dimana siswa mengcopi atau melihat
atau meminta jawaban dengan orang lain.
• Social-passive yakni mengizinkan seseorang melihat atau mengcopi jawaban.
Pengertian Burnout Bersekolah

• Burnout adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sindrom kelelahan


emosional dan sinisme yang terjadi sebagai respons terhadap stres dan ketegangan
hidup.Pada perkembangan lebih lanjut, pada sebagian anak mulai timbul rasa jenuh
(burnout) untuk bersekolah. Burnout oleh Fith dan Britton (1989) digambarkan
sebagai keadaan internal negatif yang berupa kelelahan atau kehabisan tenaga dan
hilangnya motivasi untuk melakukan sesuatu.

Burnout (kejenuhan) belajar merupakan bagian dari jenis masalah belajar Learning
Disabilities, dimana idikatornya adalah hasil belajar yang rendah, lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya, menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya,
menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, , tidak mau bergabung
dengan teman-teman, mudah marah, emosi labil, dan merasa tidak percaya diri.
Faktor Penyebab Terjadinya Burnout di Sekolah

Penyebab munculnya burnout (kejenuhan) untuk bersekolah pada anak sangatlah


kompleks, bukan hanya dari sekolahnya saja tetapi bisa juga disebabkan karena
ketidaksiapan mental anak dalam menghadapi perubahan.

Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya burnout, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

1. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri anak tersebut, yaitu kondisi
fisik dan psikis yang lelah, tidak adanya motivasi untuk berprestasi, dan
sebagainya.

2. Faktor eksternal disebabkan oleh adanya pengaruh dari pihak luar anak, misal
bosan dengan metode mengajar 3 guru dalam kelas, ketidakcocokan dengan
teman, orangtua yang selalu menuntut lebih pada anak.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Burnout
a. Mendorong guru untuk menggunakan strategi, pendekatan, metode dan media pembelajaran
yang bervariasi sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dalam belajar.

b. Melakukan istirahat sejenak dan menganjurkan siswa untuk menkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi dengan takaran cukup.

c. Melakukan penjadwalan kembali jam-jam dari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan
siswa belajar lebih giat.

d. Mengubah atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi
meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan
siswa merasa berada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.

e. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
dari pada sebelumnya.

f. Siswa didorong untuk berbuat nyata (tak menyerah/ tinggal diam) dengan cara mencoba belajar
dan belajar lagi.

g. Menyampaikan informasi manfaat dari belajar.

h. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kreatif.

Anda mungkin juga menyukai