INDIVIDU
Oleh:
Muhammad Hadi Nur Yahya Tasman
NIM 16240026
Dosen Pengampu:
Drs. M. Rosyid Ridla, M.Si
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas individu
makalah yang berjudul “Konseling Sebagai Metode Pengembangan Individu” dengan lancar,
baik, dan tepat waktu. Yang ditugaskan oleh Drs. M. Rosyid Ridla, M.Si
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, saya
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua penulis literatur yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, materi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka menerima semua saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun,
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga dapat lebih banyak lagi manfaat kepada pembaca yang budiman dalam
memperdalam atau memperluas ilmu pengetahuan pada makalah ini. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan dan problematika seseorang akan selalu hidup dan berkembang sejalan
dengan perubahan beberapa faktor yang melatarbelakangi keseharian. Pemahaman
terhadap seseorang sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pengembangan diri secara
baik dan diharapkan dapat menghantarkan seseorang pada tingkat keberhasilan yang
maksimal. Jadi komponen konseling yang dirancang untuk dapat menyenangkan
pemahaman diri dan perkembangan melalui hubungan dengan orang lain, sehingga
mereka dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman diri dan lingkungannya.1
*Drs. Abu Bakar M. Luddin, M.Pd, Ph.D, “Dasar-dasar konseling tinjauan teori dan praktik” (Citapustaka Media
Perintis, Bandung, 2010), hal.15
“Memahami Dasar-dasar konseling dalam Teori dan Praktik” (Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, 2011), hal.55
C. Tujuan Penulisan
A. Pengertian Konseling
Konseling adalah sebagai suatu proses pembelajaran yang seseorang itu belajar
tentang dirinya serta tentang hubungan dalam dirinya lalu menentukan tingkah laku
yang dapat memajukan perkembangan pribadinya.4 *Drs. Abu Bakar M. Luddin, M.Pd, Ph.D,
“Dasar-dasar konseling tinjauan teori dan praktik” (Citapustaka Media Perintis, Bandung, 2010), hal.16
Individu adalah orang seorang; pribadi orang (terpisah dari orang lain).
organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara fisiologi bersifat bebas (tidak
mempunyai hubungan organik dengan sesamanya) .7 *Eko Sujatmiko, “Kamus IPS” (Aksara
Sinergi Media, Surakarta, 2014), hal.114
C. Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Shertzer dan Stone:8 *Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc.,
“Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik” (Kencana, Jakarta, 2011), hal.65
D. Teknik Konseling
Teknik konseling secara umum yaitu pendekatan (teknik) langsung dan tidak
angsung:9 *Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa., “Konseling dan Psikoterapi” (Gunung Mulia, Jakarta, 2007),
hal.107
1. Konselor selalu berusaha melihat individu dan dari sinilah dimulai penjelajahan
dalam proses konseling. Akan tetapi bukan sebaliknya, bahwa seorang konselor
hanya melihat sisi kelemahan/problem/kesulitan klien belaka. Akibatnya proses
konseling di pandang oleh para klien adalah suasana yang tidak menyenangkan.
2. Jika sekiranya klien memiliki masalah/kelemahan atau kesulitan, biarlah klien
yang mengungkapkannya berkat dorongan dari konselor. Kemudian konselor
berupaya membantu agar klien mampu mengatasi masalahnya
3. Konselor berusaha dengan menggunakan keterampilan, keperibadian dan
wawasannya, menciptakan situasi konseling yang kondusif bagi pengembangan
potensi klien.
4. Konselor berusaha memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan
alternatif-alternatif pilihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi dirinya.
Konselor akan ikut membantu agar klien dapat mempertimbangkan alternatif-
alternatif secara realistik.
5. Konseling pengembangan berjalan melalui proses konseling yang
menggairahkan, menggembirakan klien, yaitu melalui dialog/wawancara
konseling yang menyentuh hati nurani dan kesadaran klien.
6. Konselor dituntut agar dapat membaca bahasa tubuh yang berkaitan dengan lisan
klien atau bahasa tubuh yang memberikan isyarat tertentu yang mengandung arti
tertentu.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk merealisasikan efektifitas konseling sangat
dibutuhkan seorang konselor yang profesional.