Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MODEL-MODEL KONSELING

“Analisis Kasus Konseling Individual (Kopsin)”

Dosen : Drs. Taufik, M.Pd., Kons

Oleh :
FIRA RAMLI
1100531/2011

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
1. Identitias Klien
Nama : JA
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/12 April 1973
Pekerjaan : Penceramah, Penyanyi Salawat
Agama : Islam
Pasangan : PD
Orang Tua :H. Ismail & Dra. Hj. Tatu
Hobby : Bermain musik
2. Deskripsi Klien
JA lahir pada 12 April 1973 di Jakarta.Waktu lahir, keluarga JA memang sudah menetap di Jakarta.
JA lahir sebagai anak tengah, anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandung laki-laki, dan si
bungsu adalah perempuan. Apih panggilan JA untuk ayahnya dan Umi untuk memanggil ibu.Dalam hal
agama, Apih dan Umi memang mendidik kami secara ketat.Berada di lingkungan keluarga yang taat
agama membuat JA menyukai pelajaran agama.Sewaktu kelas 5 SD, JA pernah ikut kejuaraan MTQ
sampai tingkat provinsi.Selain agama, pelajaran yang juga disukai adalah kesenian.JA suka sekali tampil
di depan orang banyak. Setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 JA langsung melompat ke kelas 5.Jadilah JA
sekelas dengan kakaknya yang kedua.
Berkepribadian Ganda
Lulus SD, Apih memasukkan JA dan kedua kakaknya ke sebuah pesantren modern, ingin anak-
anaknya mendalami pelajaran agama.Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena
kenakalan JA.Sebagai anak tengah, JA sering membuat orang tua kesal.Di pesantren sering berulah.Salah
satu kenalakan JA, di saat yang lain salat, JA diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk
main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepala JA sering dibotaki.Tapi, tetap
saja JA tak jera.
Tampaknya JA seperti punya kepribadian ganda. Di satu sisi nakal, di sisi lain keinginan untuk
melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, JA selalu terlibat.Karya JA dan
kakaknya pernah mendapatkan nilai sebagai drama terbaik se-pesantren.Bahkan, JA juga juara lomba
azan, lomba MTQ, dan qasidah.Akan tetapi, JA juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan.Tinggal
dalam lingkungan pesantren, kelakuan buruk JA bukannya berkurang, malah makin menjadi.Puncaknya,
JA sudah bosan bersekolah di pesantren.Akhirnya, JA hanya empat tahun aku di pesantren.Lalu, Apih
memasukkan ke sekolah aliyah (setingkat SMA).Rupanya keluar dari pesantren tidak membuat lebih
baik.JA yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.
Kenal Dunia Malam
Tiap ada acara keagamaan JA tak pernah ketinggalan.Tetapi JA juga selalu mau bila ada teman
mengajak ke kantin sekolah.Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba.JA juga sering kabur dan pergi
tanpa tujuan yang jelas.Meski usia masih 15 tahun, JA bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan.
Pacaran pun dengan yang lebih tua.Di sekolah ini JA hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain,
keseharian JA tak jauh berbeda. Malah makin parah.Umur 16 tahun, JA mulai kenal dunia malam.JA
masuk sekolah hanya saat ujian. Buat JA, yang penting lulus. JA lebih suka mendatangi diskotek untuk
menari. Tiap ke sana, diam-diam JA selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. JA jadi
seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam.Saat ada
lomba dance, beberapa kali JA berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer.JA juga
pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek.
3. Analisis
a. Struktur kepribadian
Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi
kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan
kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu
sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam
menempatkan hidup.
Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi individu, bukan peristiwa
perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup individu, seperti kekurangan fisik, rumah tangga yang
berantakan, atau guru tak toleran, secara tidak langsung akan direspon individu melalui prilaku. Dalam
peristiwa yang nyata akan mempengaruhi beberapa perilaku yang berkembang, tetapi ini tidak
menentukan perilaku. Adler melihat persepsi individu ini sebagai fiksi dan menekankan kepada mereka,
jangan mencampurkan dengan kenyataan.Individu dalam bertingkah laku juga sangat tergantung pada
persepsinya terhadap sesuatu.
b. Perkembangan Kepribadian
Manusia kerapkali mengalami rasa rendah diri karena berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ia
miliki, untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri tersebut, mereka melakukan tindakan
kompensisai dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Dengan
demikian manusia termotivasi untuk menguasai situasi hidupnya sehingga dia merasa puas dan dapat
menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri.
JA dulunya ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang JA menggantikan salah
satunya.Ternyata JA ditertawakan.Karena pada dasarnya JA orang yang tidak suka diperlakukan seperti
itu, JA malah jadi terpacu.JA makin giat berlatih akting secara otodidak.Akhirnya, saat yang senior belum
juga dapat giliran main, JA sudah mendapat peran.Dan waktu dikasting, JA berhasil mendapat peran.Dari
kisah tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya felling of inferiority itulah timbul keinginan untuk
menjadi superiority. Dengan demikian orang yang menyadari dirinya memiliki kekurangan apabila
dibandingkan dengan orang lain akan selalu berusaha untuk lebih maju.
c. Perkembangan Kepribadian Abnormal
Pada dasarnya keabnormalan kepribadian disebabkan oleh inferiority felling. Inferiority feeling yang
tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan dapat
menimbulkan bibit ketidak normalan, apalagi dibarengi dengan 1) kecacatan fisik maupun mental, 2)
perlakuan orangtua yang tidak wajar, 3) apabila anak ditelantarkan.
Faktor utama penyebab ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah minat sosial yang tidak
berkembang. Faktor lain yang menimbulkan neorotik adalah karena individu
1) cenderung menetapkan tujuan yang terlalu tinggi
Ada kecendrungan manusia mengalami kegagalan dalam hidup mereka karena terlalu memperhatikan
diri sendiri dan kurang memperhatikan orang lain di luar dirinya.
JA yang ditentang Ayahnya untuk bermain sinetron tidak membuat langkahnya surut.Tak satu pun
larangan Apih yang mampir ke otak JA untuk dijadikan bahan pikiran.Nasihat Apih tak lagi didengarkan.
Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuat JA makin yakin, inilah yang diacari. JA tidak
mau menuruti keinginan orang tua karena merasa dirinya benar.Akhirnya konflik antara JA dan orang
tuanya pecah.
2) hidup dalam dunianya sendiri
Sebagai bentuk perlawanan JA pada orang tua, JA tidak pernah pulang ke rumah.Tidur berpindah-
pindah di rumah teman.Rambut juga dipanjangkan.JA seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah
terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari merekaakan pulang ke haribaan. Yang dipikirkan hanya
kesenangan dan egonya semata.
Pada saat bersamaan, karier di dunia seni peran terus melaju.JA semakin mendapatkan keasyikan.JA
semakin merasa pilihannya tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan
Sinetron Remaja.JA bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombongan JA makin
menjadi. JA makin merasa inilah yang terbaik buatnya, ketimbang pilihan orangtua JA.
3) Mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatik
Dogmatis adalah sikap seseorang atau karakteristik seseorang yang cenderung tertutup.Sikap atau
karakteristik ini sangat tidak efektif dalam komunikasi interpersonal sehari-hari. Dogmatis tidak identik
dengan orang yang sedikit bicara.Lawan dari dogmatis adalah open mindedness (sikap terbuka).Orang
yang mempunyai sikap atau karakteristik terbuka lebih berpotensi hidup tenang, toleran, lebih bisa
mendengar (hear), sabar dan pengertian.
JA menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai
dengan dirinya. kebiasaan, kepercayaan, petunjuk perseptual, motif ego irasional, hasrat berkuasa, dan
kebutuhan untuk membesarkan diri. Orang dogmatis sukar menyesuaikan dirinya dengan perubahan
lingkungan.Setelah berkali-kali jatuh-bangun, akhirnya JA kembali dekat pada agama.JA mencoba hidup
lurus.Namun, lagi-lagi tergoda.
4. Teknik Konseling
Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu menemukan konsep dirinya. Kita
tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-gejalanya. Jika seorang klien
mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal tersebut menguntungkan dirinya pada
saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka
selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan dan konsep.
Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu mengurangi
penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya, (2) membantu individu
mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu yang sama membantu ia
mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya, (3)
mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.

5. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai