FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014 1. Identitias Klien Nama : JA Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/12 April 1973 Pekerjaan : Penceramah, Penyanyi Salawat Agama : Islam Pasangan : PD Orang Tua :H. Ismail & Dra. Hj. Tatu Hobby : Bermain musik 2. Deskripsi Klien JA lahir pada 12 April 1973 di Jakarta.Waktu lahir, keluarga JA memang sudah menetap di Jakarta. JA lahir sebagai anak tengah, anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandung laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan. Apih panggilan JA untuk ayahnya dan Umi untuk memanggil ibu.Dalam hal agama, Apih dan Umi memang mendidik kami secara ketat.Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuat JA menyukai pelajaran agama.Sewaktu kelas 5 SD, JA pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi.Selain agama, pelajaran yang juga disukai adalah kesenian.JA suka sekali tampil di depan orang banyak. Setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 JA langsung melompat ke kelas 5.Jadilah JA sekelas dengan kakaknya yang kedua. Berkepribadian Ganda Lulus SD, Apih memasukkan JA dan kedua kakaknya ke sebuah pesantren modern, ingin anak- anaknya mendalami pelajaran agama.Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena kenakalan JA.Sebagai anak tengah, JA sering membuat orang tua kesal.Di pesantren sering berulah.Salah satu kenalakan JA, di saat yang lain salat, JA diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepala JA sering dibotaki.Tapi, tetap saja JA tak jera. Tampaknya JA seperti punya kepribadian ganda. Di satu sisi nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, JA selalu terlibat.Karya JA dan kakaknya pernah mendapatkan nilai sebagai drama terbaik se-pesantren.Bahkan, JA juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah.Akan tetapi, JA juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan.Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan buruk JA bukannya berkurang, malah makin menjadi.Puncaknya, JA sudah bosan bersekolah di pesantren.Akhirnya, JA hanya empat tahun aku di pesantren.Lalu, Apih memasukkan ke sekolah aliyah (setingkat SMA).Rupanya keluar dari pesantren tidak membuat lebih baik.JA yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal. Kenal Dunia Malam Tiap ada acara keagamaan JA tak pernah ketinggalan.Tetapi JA juga selalu mau bila ada teman mengajak ke kantin sekolah.Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba.JA juga sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas.Meski usia masih 15 tahun, JA bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan yang lebih tua.Di sekolah ini JA hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain, keseharian JA tak jauh berbeda. Malah makin parah.Umur 16 tahun, JA mulai kenal dunia malam.JA masuk sekolah hanya saat ujian. Buat JA, yang penting lulus. JA lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Tiap ke sana, diam-diam JA selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. JA jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam.Saat ada lomba dance, beberapa kali JA berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer.JA juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. 3. Analisis a. Struktur kepribadian Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi individu, bukan peristiwa perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup individu, seperti kekurangan fisik, rumah tangga yang berantakan, atau guru tak toleran, secara tidak langsung akan direspon individu melalui prilaku. Dalam peristiwa yang nyata akan mempengaruhi beberapa perilaku yang berkembang, tetapi ini tidak menentukan perilaku. Adler melihat persepsi individu ini sebagai fiksi dan menekankan kepada mereka, jangan mencampurkan dengan kenyataan.Individu dalam bertingkah laku juga sangat tergantung pada persepsinya terhadap sesuatu. b. Perkembangan Kepribadian Manusia kerapkali mengalami rasa rendah diri karena berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ia miliki, untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri tersebut, mereka melakukan tindakan kompensisai dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Dengan demikian manusia termotivasi untuk menguasai situasi hidupnya sehingga dia merasa puas dan dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri. JA dulunya ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang JA menggantikan salah satunya.Ternyata JA ditertawakan.Karena pada dasarnya JA orang yang tidak suka diperlakukan seperti itu, JA malah jadi terpacu.JA makin giat berlatih akting secara otodidak.Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, JA sudah mendapat peran.Dan waktu dikasting, JA berhasil mendapat peran.Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya felling of inferiority itulah timbul keinginan untuk menjadi superiority. Dengan demikian orang yang menyadari dirinya memiliki kekurangan apabila dibandingkan dengan orang lain akan selalu berusaha untuk lebih maju. c. Perkembangan Kepribadian Abnormal Pada dasarnya keabnormalan kepribadian disebabkan oleh inferiority felling. Inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit ketidak normalan, apalagi dibarengi dengan 1) kecacatan fisik maupun mental, 2) perlakuan orangtua yang tidak wajar, 3) apabila anak ditelantarkan. Faktor utama penyebab ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah minat sosial yang tidak berkembang. Faktor lain yang menimbulkan neorotik adalah karena individu 1) cenderung menetapkan tujuan yang terlalu tinggi Ada kecendrungan manusia mengalami kegagalan dalam hidup mereka karena terlalu memperhatikan diri sendiri dan kurang memperhatikan orang lain di luar dirinya. JA yang ditentang Ayahnya untuk bermain sinetron tidak membuat langkahnya surut.Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke otak JA untuk dijadikan bahan pikiran.Nasihat Apih tak lagi didengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuat JA makin yakin, inilah yang diacari. JA tidak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa dirinya benar.Akhirnya konflik antara JA dan orang tuanya pecah. 2) hidup dalam dunianya sendiri Sebagai bentuk perlawanan JA pada orang tua, JA tidak pernah pulang ke rumah.Tidur berpindah- pindah di rumah teman.Rambut juga dipanjangkan.JA seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari merekaakan pulang ke haribaan. Yang dipikirkan hanya kesenangan dan egonya semata. Pada saat bersamaan, karier di dunia seni peran terus melaju.JA semakin mendapatkan keasyikan.JA semakin merasa pilihannya tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja.JA bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombongan JA makin menjadi. JA makin merasa inilah yang terbaik buatnya, ketimbang pilihan orangtua JA. 3) Mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatik Dogmatis adalah sikap seseorang atau karakteristik seseorang yang cenderung tertutup.Sikap atau karakteristik ini sangat tidak efektif dalam komunikasi interpersonal sehari-hari. Dogmatis tidak identik dengan orang yang sedikit bicara.Lawan dari dogmatis adalah open mindedness (sikap terbuka).Orang yang mempunyai sikap atau karakteristik terbuka lebih berpotensi hidup tenang, toleran, lebih bisa mendengar (hear), sabar dan pengertian. JA menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya. kebiasaan, kepercayaan, petunjuk perseptual, motif ego irasional, hasrat berkuasa, dan kebutuhan untuk membesarkan diri. Orang dogmatis sukar menyesuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan.Setelah berkali-kali jatuh-bangun, akhirnya JA kembali dekat pada agama.JA mencoba hidup lurus.Namun, lagi-lagi tergoda. 4. Teknik Konseling Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu menemukan konsep dirinya. Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-gejalanya. Jika seorang klien mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal tersebut menguntungkan dirinya pada saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan dan konsep. Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya, (2) membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya, (3) mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.