Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja
memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan
ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog.
Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara
sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu
merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam melakukan proses
pendekatan terhadap pihak klien
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak
pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan
diberikan seorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan
acuan dasar pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tentu saja
dikemukakan oleh ahli yang berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang
digunakan juga akan terlihat berbeda.
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis,
eksistensial-humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi
realitas dan pendekatan eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang
pendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail. Psikoanalisis sebagai teori pertama
yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian. Pada abad ke-21 ini terdapat empat psikologi yang menonjol, salah satu
diantaranya yaitu psikoanalisis. Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh
para tokoh salah satunya ialah Sigmund Freud , yang benar-benar menguasai baik
psikologi dan psikiatri.
Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang
psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga
menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok
psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
1
II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil tokoh konseling psikoanalisis klasik


2. Apa yang dimaksud Hakikat manusia menurut psikoanalisis klasik
3. Bagaimana perkembangan kepribadian manusia menurut psikoanalisis klasik
4. Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri
5. Apa penerapan konseling psikoanalisis klasik

III. Tujuan

1. Untuk mengetahui profil tokoh konseling psikoanalisis klasik


2. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut psikoanalisis klasik
3. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian manusia menurut psikoanalisis
klasik
4. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan diri
5. Untuk mengetahui penerapan konseling psikoanalisis klasik

BAB II
PEMBAHASAN

2
Konseling Psikoanalisi:

A. Profil Tokoh Konseling Psikoanalisis Klasik


Bicara mengenai teori psikoanalisis klasik, artinya kita harus
mengenal Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang memunculkan istilah
psikoanalisis. Psikolog asal Wina – Austria ini lahir pada 6 Mei 1856, merupakan
putra pasangan Amalia dan Jacob Freud. Tokoh psikoloanalisis klasik ini wafat pada
usia 83 tahun di London, pada 23 September 1939. Dan terkenal karena
mengembangkan Psikologi Kepribadian.
Ads Freud mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1973. Masa
mudanya ia isi dengan banyak melakukan observasi dan penelitian. Kajiannya banyak
membahas tentang kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru pada tahun 1980-an, ia
menjadikan ilmu psikologi sebagai bagian dari hidupnya. Sejak saat itu, ia terus
mengembangkan teori psikoanalisis pikiran manusia. Berikut karya beliau yang
terkenal, diantaranya:

 Studi Tentang Histeri

 Penafsiran Mimpi

 Tiga Karangan Tentang Teori Seksualitas.

 Pengantar pada psikoanalisa

Apa itu Psikoanalisis?

Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud.
Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu
memiliki peran yang utama dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini,
Freud melakukan pengobatan mereka yang menderita gangguan psikis.

http://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik

Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan
dan dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti

3
kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang
bersifat ilmiah.
Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur
kepribadian pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari
sebelumnya. Adapun proses terapi ini berfokus pada pendalaman pengalaman yang
dialami pasien saat masih kanak-kanak.

Persepsi Tentang Jiwa Manusia Menurut Sigmund Freud


Gunung es dijadikan sebuah perumpamaan oleh Freud untuk menunjukkan skema
gambaran jiwa seseorang. Bagian puncak dinamakan kesadaran (conciousnes), Bagian
tengah dinamakan prakesadaran (sub conciousnes) dan bagian dasar yang tertutup air
adalah ketidaksadaran (unconciousnes).
Sama seperti perumpamaan akar pohon, disini alam bawah sadar atau ketidaksadaran
merupakan hal yang paling menentukan kehidupan manusia. Dimana penyebab dari
penyimpangan perilaku ini berasal dari faktor alam bawah sadar ini. Hal yang seperti
inilah yang dianalisa oleh Freud untuk mengungkap kepribadian seseorang dan
menjadikan analisa ini sebagai metode penyembuhan.

Http://kumpulan-materi.blogspot.com/2012/04/hakikat-manusia-dalam-konseling.html

4
B. Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis Klasik
Berangkat dari teori yang dikembangkan oleh Freud, prinsip-prinsip
psikoanalisis tentang hakikat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi :

1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.

2. Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari.

3. Pada dasarnya manusia memiliki kecerungan yang sudah diperoleh sejak lahir,
terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan
agresivitasnya.

4. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan menolak kesakitan dan mencari kenikmatan.

5. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarahkan pada perilaku neurosis.

6. Pembentukan simptom merupakan defentif

7. Pengalaman tunggal hanya dapat dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman


seseorang. Masa lalu, masa kini dan masa keseluruhan pengalaman seseorang. Masa
lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling berhubungan dalam satu
kesatuan. Apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini dihubungkan pada sebab-
sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang
akan datang.

8. Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa


dewasa dan diulang dalam transferensi selama proses terapi.

9. Pandangan Psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling
dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur
yang dapat dikembangkan.

Pandangan Psikoanalisis Terhadap Hakikat Manusia

1. Pengalaman di masa balita penting dalam menentukan perkembangan masa


dewasa. Jika pada masa balita anak memperoleh perlakuan yang tidak
menyenangkan dari orang tuanya atau daro orang dewasa lainnya akan dapat
menghambat perkembangan psikis dari fisiknya setelah mencapai dewasa.
Pengalaman traumatis saat kecil menjadi bibit munculnya tingkah laku neurotis.

5
2. Dorongan seksual di pandang sebagai kunci dalam menentukan tingkah laku
manusia. Freud menyatakan bahwa tingkah laku manusia didasari oleh dorongan
seksual (bukan dalam arti senggama).

Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK, FIP IKIP Padang

Misalnya dalam hal ini seorang wanita yang memakai gaun, lipstick, dll adalah
dorongan untuk menampilkan kewanitaannya, begitupun dengan yang dilakukan
oleh laki-laki.
3. Tingkah aku individu dikontrol olh ketidaksadaran. Tingkah laku individu banyak
dipengaruhi oleh faktor ketidaksadaran seperti : cara berjalan, cara berbicara dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari orang tuannya ataupun nenekmoyangnya
dimasa lalu.

6
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP

C. Perkembangan Kepribadian Manusia Menurut Psikoanalisis Klasik

Sigmund Freud (1856-1939) adalah pencetus pendekatan psikoanalisa. Ia


adalah anak tertua dari delapan bersaudara yang hidup dalam keluarga otoriter. Pada
mulanya ia belajar kedokteran, dan pada tahun 1880 menjadi salah seorang peneliti
medis pertama yang meneliti unsur yang terdapat dalam tanaman coca. Selanjutnya
Freud menghabiskan beberapa tahun di Paris dalam rangka belajar pada Charcot salah
seorang psikoterapis paling populer di zamannya, yang kemudian mengajarkan teknik
hipnosis. Dari sinilah kemudian ia mengembangkan metodenya sendiri yang disebut
asosiasi bebas karena merasa bahwa hipnosis tidak begitu efektif. Dalam asosiasi
bebas terdapat tindakan meminta pasien untuk berbaring dalam posisi rileks dan
mengatakan apapun dalam pikirannya. Materi bawah sadar yang tercurahkan antara
lain emosi yang kuat, ingatan terpendam, dan pengalaman seksual di masa kanak-
kanak. Teori Freud sangat dipengaruhi oleh pengalaman emosional pribadinya dan
pengalaman selama menangani pasiennya.
Metode pengobatan Freud disebut psikoanalisis. Sejak teori dan terapinya
menjadi dikenal dan digunakan oleh orang lain (mulai sekitar 1990), idenya terus
dikembangkan dan dimodifikasi oleh para penulis dan praktisi psikoanalisa lainnya.
Sumbangan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam
dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-
dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental
terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar
terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Dalam psikologi
Freud, ketiga tingkatan kehidupan mental ini dipahami, baik sebagai proses maupun
lokasi. Tentu saja, keberadaan lokasi dari ketiga tingkat tersebut bersifat hipotesis dan
tidak nyata ada di dalam tubuh. Sekalilpun demikian, ketika membahas alam tidak
sadar, Freud melihatnya sebagai suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi tanpa
disadari. Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

7
1. Alam tidak sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan,
desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkata,

http://bk14051.blogspot.com/2015/06/makalah-psikoanalisa-klasik-sigmund.html?m=1

perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata,
sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku
tersebut.
Misalnya seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada .
seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami alas an dibalik ketertarikan
yang bisa saja bersifat tidak rasional.

2. Alam bawah sadar


Alam bawah sadar (prencoscious) ini memuat semua elemen yang tak
disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar.isi
alam bawah sadar ini datang dari sumber persepsi sadar (conscious perception).

3. Alam sadar
Yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan
sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berbeda dalam kesadara. Ini
adalah salah satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.Ada
2 pintu yang dapat dlalui oleh pikiran agar bisa masuk kea lam sadar.

A. Struktur Kepribadian

Bagi Freud, bagian yang paling primitif dar pikiran adalah das es atau
“sesuatu” / “itu” (it), yang hampir selalu diterjemahkan sebagai id. Bagian kedua
adalah das Ich, atau“saya” (I), yang diterjemahkan sebagai ego, dan yang terakhr
adalah das Uber_Ich atau “saya yang lebih (over-I), yang dalam bahasa inggrisnya
disebut sebagai superego. Berikut penjabaran dari masing-masing struktur
kepribadian.

1. Id
Psikologi Freud bertitik tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh dengan
benda-benda. Diantara ada objek yang sangat khusus yaitu organisme. Salah satu
bagian terpenting dari suatu organisme adalah sistem saraf yang memiliki
8
karakter sangat peka terhadap apa yang dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem
syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id.
Id adalah istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu” (the it),
atau komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian.

Komalasari, Gantina., dkk (2011) Teori dan Teknik Konseling.PT Indeks, Jakarta

Id tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk
meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi
untuk memperoleh kepuasan dan sekjalan dengan prinsip kesenangan. Sistem
syaraf, sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi
daya motivasional yang disebut sebagai insting atau nafsu. Freud juga
menyebutnya dengan kebutuhan. Kebutuhan yang menjadi keinginan disebut
proses primer. Contohnya bayi yang baru lahir akan tetap mengisap terlepas dari
ada atau tidaknya puting susu, karena ia akan memperoleh kepuasan ketika
melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak dengan kenyataan maka bayi
itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan mengisap jempol tidak akan
membantunya bertahan hidup.
2. Ego
Ego atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak
dengan realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak,
sedang keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti.Ego menghubungkan
organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia
mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan
id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses ini disebut
proses sekunder. Tidak seperti id, ego berfungsi berdasarkan prinsip-prinsip
realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme berdasarkan objek-objek
yang sesuai dan dapat ditemukan dalam kenyataan.
Contohnya, ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih
pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana
seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara bawah
sadar) bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih pakaian yang bagus.
Selain itu, barangkali termotivasi secara tidak sadar untuk berperilaku rapi dan

9
teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan licin bisa terjadi di
tiga tingkat kehidupan mental.
3. Superego
Dalam psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal
dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis
yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id dan prinsip realistis dari ego.
Ketika ego berusaha membuat id tetap senang, di sisi lain dia juga mengalami
hambatan yang ada di dunia nyata. Segala objek dunia nyata yang menghalangi
dan mendukungnya inilah yang kemudian menjadi superego. Superego memiliki
dua sisi:1 .Nurani merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan.
2. Ego ideal yaitu berasal dari pujian dan contoh-contoh positif

D. Mekanisme Pertahanan Diri

Terapi psikoanalisis berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan


psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan
(anxiety). Menurut pandangan Freud, setiap manusia didorong-dorong oleh kekuatan-
kekuatan irasional didalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari
sendiri dan oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologis dan naluri. (W.
Swinkel & Hastuti, 2005 : 450).1
Bila mana beraneka dorongan itu tidak selaras dengan apa yang diperkenankan
serta diperbolehkan menurut kata hati atau kode moral seseorang, timbul ketegangan
psikis yang disertai kecemasan dan ketenangan tinggi. Kalau seseorang tidak berhasil
mengontrol dan membendung kecemasan itu dengan suatu cara yang rasional dan
realistis, dia akan menggunakan prosedur yang irasional dan tidak realistis, yaitu
menggunakan salah satu mekanisme pertahanan diri demi menjaga keseimbangan
psikis dan rasa harga diri.
Adapun bentuk pertahanan diri (defense mechanism) (Prayitno : 1998, 44) tersebut
adalah:

1. Identifikasi yaitu menyatukan cirri-ciri orang lain kedalam kepribadian sendriri


2. Displacemen yaitu mengalihkan perhatian dari satu objek ke objek yg lain
melalui, kompensasi dan sublimasi.
3. Represi yaitu menolak atau menekan dorongan-dorongan yang muncul dengan
cara tidak mengakui adanya dorongan itu.
1 W. Swinkell & M. MSriHartati, “Bimbingan dan Konseling di Institusi pendidikan” ( Yogyakarta : Media Abdi ,
2005) hlm. 450.

10
4. Proyeksi, yaitu melemparkan keadaan diri (misalnya kecemasan) kepada
orang atau subjek lain.
5. Reaksi Formasi, yaitu mengganti dorongan yang muncul dengan hal-hal yang
sebaliknya.
6. Reaksi Formasi, yaitu mengganti dorongan yang muncul dengan hal-hal yang
sebaliknya.
7. Fiksasi, yaitu terpaku pada satu tahap perkembangan karena takut memasuki
tahap perkembangan berikutnya.
8. Regresi, yaitu kembali ketahap perkembangan sebelumnya2

E .Penerapan Psikoanalisis Klasik

Menurut Corel (2013 : 47) Penerapan dari psikoanalisis yang dianggap sebagai
suatu pandangan tentang manusia, sebagai suatu model pemahaman tingkah laku, dan
sebagai sutau modeterapi bagi para konselor dimana pendekatan dapat diterapkan
pada konseling sekolah yang berguna juga diklinik-klinik konseling dimasyarakat dan
pada biro-biro pelayanan masyarakat pemerintah dan swasta lainnya. Beberapa
penerapan yang khas dari pandangan psikoanalisis mencangkup sebagai berikut;

a. Pemahaman atas risestensi-risestensi yang mengambil bentuk pembatalan janji


mendatangi pertemuan terapi, penghentian terapi sebelum waktunya dan penolakan
untuk melihat diri sendiri.

b. Pemahan atas peran hubungan-hubungan masa kini yang mengarah pada


kelemahan dan perkembangan yang keliru, serta menyadarkan konseli bahwa
urusan yang tak selesai dapat ditembus sehingga bisa meletakkan suaru akhir baru
pada sejumlah peristiwa yang telah menyebabkan dia kerdil secara emosional.

c. Pemahaman atas nilai dan peran transferensi yang muncul pada banyak hubungan
konseling.

d. Memahami bagaimana penggunaan pertahanan-pertahanan ego yang berlebihan


bisa menjauhkan konseli dari fungsi yang efektif, dan menyampaikan cara-cara
bekerjanya petahanan-pertahanan ego, baik dalam hubungan konseling itu sendiri
maupun dalam kehidupan sehari-hari.3

2 Prayitno, “Konseling Panca Waskita”, PBSK. (Padang : FIPIKIP, 1998) hlm.44.


3 Corel, Gerald, “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” (Bandung: Refika Aditama, 2013) hlm.47.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori psikoanalisis membahas tentang manusia itu sendiri yang mempunyai
kepribadian yang berbeda dengan makhluk lain. Pada teori ini membahas tentang alam
sadar, dan alam tidak sadar yang ada pada manusia. Teori itu merupakan teori yang belum
sempurna, Freud mengungkapkan bahwa sebuah kesadarn diri hanya mengandalkan alam
sadar kita, karena pada hakekatnya seperti freud mengungkapkan bahwa isi atau materi
ketidaksadaran memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terud dalam ketidaksadaran.

Sigmund Freud juga membahas tentang id, ego dan supergo. Ego merupakan eksekutif
yang memiliki kemampuan untuk mengerti lingkungan dan akan menjadi sempurna jika
kita dikendalikan oleh superego.

B. Saran
Dalam makalah ini,kami menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Atas saran dan masukannya kami selaku makalh mengucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Raka Joni, T.S.. 2014. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Depdikbud

Hasan, Fuad. 2014. Manusia dan citranya: Surabaya: Penerbit Express.

Petterson, C.H.. 2013. Humanistic Education. New Yersey: Prentice Hall Inc.
Englewood Cliff.
http://bk14051.blogspot.com/2015/06/makalah-psikoanalisa-klasik-
sigmund.html?m=1.
Komalasari, Gantina., dkk (2011) Teori dan Teknik Konseling.PT Indeks, Jakarta.
Prayitno, “Konseling Panca Waskita”, PBSK. (Padang : FIPIKIP, 1998) hlm.44.
Corel, Gerald, “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” (Bandung: Refika
Aditama, 2013) hlm.47.
http://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik.
Http://kumpulan-materi.blogspot.com/2012/04/hakikat-manusia-dalam-
konseling.html.
Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK, FIP IKIP Padang

13

Anda mungkin juga menyukai