Anda di halaman 1dari 5

PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

langkah- langkah penyusunan studi kasus tersebut di atas.

1. Menentukan dan mendefenisikan pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian pada case studi kasus penelitian kualitatif juga


menekankan kerangka konsep yang holistik dalam lingkungan sosialnya di mana
penelitian berlangsung (Robert & Taylor, 2002). Peneliti biasanya terdorong untuk
memahami fenomena secara menyeluruh, sehingga perlu memahami konteks dan
melakukan analisis yang holistik. Laporan dalam penelitian kualitatif biasanya
disertai dengan sintesis dan kesimpulan- kesimpulan dari peneliti.

2. Menentukan disain dan instrumen penelitian


Pada fase kedua ini, peneliti akan menentukan apakah akan menggunakan
single atau multiple case design dalam riset dan memilih instrumen yang sesuai
dengan pertanyaan penelitian.
Single case design adalah suatu penelitian studi kasus yang menekankan
penelitian hanya pada sebuah unit kasus saja. Single case design digunakan bila
peneliti menemukan kasus tertentu yang unik, kasus yang kritis (Munhall, 2001).
Sedangkan multiple case design adalah penelitian studi kasus yang menggunakan
beberapa kelompok kasus yang serupa. Penelitian jenis ini lebih cocok digunakan
pada ketika peneliti ingin mengekslorasi suatu penomena yang sama pada situasi
yang berbeda.

3. Mengumpulkan Data
Pemilihan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah hal yang
penting diperhatikan oleh peneliti sebelum memulai suatu penelitian. Instrumen
penelitian yang tidak valid akan menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan
tujuan penelitian, serta dapat terjadi bias. Untuk itu peneliti perlu memperhatikan
evidence ataupun penelitian terdahulu sebagai acuan dalam menentukan
instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Menentukan teknik analisis data


Studi kasus, sebagai suatu bentuk penelitian kualitatif, tidak berfokus pada
kuantitas data yang diperoleh, tapi berdasarkan kualitas data yang dipeoleh. Studi
kasus berdasarkan pada interpretasi atau pengertian akan suatu fenomena dari
subjek/ partisipan yang terlibat dalam penelitian (Borbasi, 1994) . Hal tersebut
sesuai dengan yang dijabarkan oleh Munhall (2001) bahwa suatu penelitian
kualitatif mengggunakan analisis induktif untuk mengidentifikasi tema yang
muncul pada hasil penelitian. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan cara
memberi kode dan menempatkan data tersebut berdasarkan kesesuain temanya.
5. Mempersiapkan laporan studi kasus
Pada bagian akhir suatu penelitian, peneliti dapat membuat laporan secara
tertulis atau pun verbal akan hasil akhir dari penelitian. Pada umumnya hasil akhir
penelitian dibuat dalam bentuk tulisan. Denzin, N & Lincoln ( 2004) memberikan
beberapa saran akan aspek yang sebaiknya ada dalam menyusun suatu laporan
akhir penelitian, yaitu:

- mendeskripsikan akan masalah atau isu penelitian, sehingga diperoleh


konsep yang jelas akan tujuan penelitian.

- mendeskripsikan secara detil akan konteks dan lokasi penelitian sehingga


pembaca memperoleh gambaran yang lebih jelas akan tempat dilakukannya
penelitian, dan hal tersebut dapat menjadi bahan untuk penelitian
selanjutnya.

- menjabarkan secara lengkap akan proses penelitian kasus yang dimulai dari
perumusan masalah, sampai pada analisa dan hasil akhir penelitian

Menurut Depdikbud Dirjen Dikdas dan Umum (1997: 15) langkahlangkah


dalam pelaksanaan studi kasus adalah sebagai berikut:

1. Mengenali gejala.
2. Membuat suatu deskripsi kasus secara obyektif, sederhana, dan jelas.
3. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk menentukan jenis
masalahnya.
4. Jenis masalah yang sudah dikelompokkan, dijabarkan dengan cara
menyumbang ide-ide yang lebih rinci.
5. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.
6. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuanyang
diberikan baik bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi
kasus atau alih tangan kasus (referal case).
7. Kerangka berpikir untuk menentukan langkah-langkah menangani dan
mengungkap kasus.
8. Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis
informasi yang dikumpulkan dalam teknik atau alat yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi atau data.
9. Langkah pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang
diperlukan seperti antara lain kemampuan akademik, sikap, bakat, dan
minat, baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.

PENULISAN LAPORAN STUDI KASUS


Merriam (1988) mengungkapkan bahwa tidak ada format standar untuk
melaporkan penelitian studi kasus. Lebih lanjut Yin menyatakan bahwa tahap
pelaporan merupakan salah satu tahap yang sebenarnya paling sulit dalam
menyelenggarakan studi kasus. Creswell mengemukakan bahwa studi kasus
membentuk struktur yang “lebih besar” dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini
disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam deskripsikan kasus atau
beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar tempat.
Untuk itu Yin menyarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus seorang
peneliti hendaknya menyusun rancangan beberapa bagian laporan (misalnya bagian
metodologi) daripada menunggu sampai akhir proses analisis data. Dalam menyusun
laporan studi kasus, Yin menyarankan enam bentuk alternatif yaitu: analisis-linear,
komparatif, kronologis, pembangunan teori, “ketegangan” dan tak berurutan.

Keseluruhan Struktur Retorika


Peneliti dapat membuka dan menutup dengan suatu gambaran untuk menarik
pembaca ke dalam suatu kasus. Pendekatan ini disarankan oleh Stake (1995) yang
memberikan gambaran umum bagi penyerapan ide-ide dalam suatu studi kasus
sebagai berikut :
• Penulis hendaknya membuka dengan sebuah gambaran umum sehingga pembaca
dapat mengembangkan sebuah pengalaman yang mewakilinya untuk
mendapatkan suatu “feeling” dari waktu dan tempat yang diteliti
• Kemudian, penulis mengidentifikasi isu-isu, tujuan dan metode studi sehingga
pembaca dapat mempelajari mengenai bagaimana studi tersebut, latar belakang
dan isu-isu seputar kasus
• Hal ini kemudian diikuti oleh deskripsi ekstensif tentang kasus dan konteksnya
• Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dari suatu kasus, penulis agar
menampilkan beberapa isu-isu kunci. Kekompleksan ini dibangun melalui
referensi hasil penelitian maupun pemahaman pembaca terhadap suatu kasus
• Kemudian beberapa isu diteliti “lebih jauh”. Pada poin ini penulis hendaknya
memilah dengan baik data yang terkumpul
• Penulis menyusun suatu ringkasan tentang apakah penulis memahami kasus itu,
apakah melakukan generalisasi naturalistik awal, kesimpulan yang diambil
apakah merupakan pengalaman pribadi atau pengalaman yang mewakili bagi
pembacanya yang kemudian membentuk persepsi pembaca.

Pada akhirnya penulis mengakhiri pemaparannya dengan sebuah gambaran


penutup, sebuah catatan pengalaman yang mengingatkan pembaca bahwa laporan ini
adalah pengalaman seseorang yang mengalami suatu kasus.

Struktur Retorika Terjalin


Desain terjalin merupakan suatu perangkat penting guna memfokuskan suatu
inkuiri studi kasus. Asmussen dan Creswell mencontohkan “peristiwa penembakan di
kampus”. Pertama-tama dimulai dari kota dimana situasi dikembangkan, kemudian
diikuti oleh kampus dan ruangan kelas. Pendekatan “menyempitkan” setting dari
sebuah lingkungan kota yang tenang pada ruangan kelas di kampus akan memudahkan
peneliti melihat kedalaman studi ini dengan sebuah kronologi peristiwa yang terjadi.
Dalam membandingkan deskripsi vs analisis, Merriam (1998) menyarankan
keseimbangan yang tepat seperti : 60% - 40% atau 70% - 30% antara sebuah deskripsi
kongkrit mengenai setting dengan peristiwa sebenarnya. Studi tentang peristiwa
insiden penembakan di kampus juga menampilkan sebuah studi kasus tunggal dengan
naratif tunggal tentang kasus tersebut, temanya maupun interpretasinya.

Anda mungkin juga menyukai