Anda di halaman 1dari 6

Metodologi Penelitian Akuntansi

“ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA DENGAN METODE STUDI KASUS”

Disusun oleh:

MOH. GOFALDI (A031191138)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA DENGAN METODE STUDI KASUS

A. Tiga Strategi Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan
mengorganisasikan data (yaitu, data teks seperti transkrip, atau data gambar seperti
foto) untuk analisis, kemudian mereduksi data tersebut menjadi tema melalui proses
pengodean dan peringkasan kode, dan trakhir penyajian data dalam bentuk bagan,
table, atau pembahasan.

B. Spiral Analisis Data


Analisis data tidak bersifat off-the-shelf (mengikuti apa yang sudah ada); tetapi,
analisis ini dikembangkan, direvisi, dan “dikoreografi” (Hubermaan & Miles, 1994).
Proses pengumpulan data, analisis data, dan penulisan data bukanlah proses yang
mandiri-semuanya saling terkait dan sering kali berjalan secara seremppak dalam
proyek riset.

Untuk menganalisis data kualitatif, peneliti bergerak dalam lingkaran analisis


daripada menggunakan pendekatan linear yang tetap. Seorang analisis masuk dengan
dangan data teks atau gambar (misalnya, foto, rekaman video) dan keluar dengan
laporan atau narasi. Selama dalam spiral analisis, peneliti bersinggungan dengan
beberapa saluran analisis dan berputar dan terus berputar.

1. Mengorganisasikan Data
Manajemen data, lingkaran pertama dalam spiral tersebut, mengawali proses
analisis data. Pada tahap awal tersebut, para peneliti biasanya mengorganisir data
mereka dalam file-file komputer. Di samping mengorganisasikan file-file, para peneliti
mengonversi file file mereka menjadi satu-satuan teks yang sesuai (misalnya,
sebuah kata, kalimat, sebuah cerita lengkap) untuk analisis baik dengan tangan
ataupun komputer.

2. Membaca dan Membuat Memo (Memoing)


Setelah mengorganisasikan data, para peneliti melanjutkan proses analisis
dengan memakai database tersebut secara keseluruhan. Misalnya, menyarankan
agar peneliti “membaca transkrip-transkrip tersebut secara keseluruhan beberapa
kali. Menenggelamkan diri dalam detailnya, mencoba memaknai wawancara tersebut
sebagai sebuah kesatuan sebelum memecahnya menjadi bagian-bagian”. Menulis
catatan atau memo di bagain tepi dari catatan lapangan atau transkrip atau di bawa
foto akan membantu dalam proses awal eksplorasi database.

3. Mendeskripsikan, Mengklasifikasikan, dan Menafsirkan Data Menjadi Kode dan


Tema
Langkah berikutnya adalah bergerak dari tahap membaca dan membuat
memo dalam spiral tersebut menuju tahap untuk mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, dan menafsirkan data. Dalam lingkaran ini, pembentuk kode
atau kategori merupakan jantung dari analisis data kualitatif. Peneliti membuat
deskripsi secara detail, mengembangkan tema atau dimensi, dan memberikan
penafsiran menurut sudut pandang mereka dan dari perspektif yang ada dalam
literatur. Deskripsi secara detai artinya penulis mendeskripsikan sesuatu yang
mereka lihat.
Proses pengodean (coding) dimulai dengan mengelompokkan data teks atau
visual menjadi kategori informasi yang lebih kecil, mencari bukti untuk kode tersebut
dari berbagai database yang digunakan dalam studi, kemudian memberikan label
pada kode tersebut.
Terdapat beberapa persoalan yang penting untuk di bahas dalam proses
pengodean ini. Pertama adalah apakah peneliti kualitatif harus menghitung kode.
Hubermen dan Miles (1994), misalnya, menyarankan agar peneliti membuat
perhitungan awal tentang kode data dan menentukan seberapa sering kode muncul
dalam database.
Persoalan lain adalah tentang asal mula dari mana atau label kode. Label
kode muncul dari beberapa sumber, label itu mungkin saja adalah kode in vivo, yaitu
nama yang merupakan kata-kata persis yang digunakan oleh partisipan.
Setelah tahap pengodean, berikutnya adalah tahap klasifikasi, yaitu memilah-
milah teks atau informasi kualitatif, dan mencari kategori, tema, atau dimensi
informasi. Sebagai bentuk analisis yang populer, klasifikasi dimulai dengan
mengindetifikasi lima hingga tujuh tema umum. Tema adalah penelitian kualitatif
(juga disebut kategori) adalah satuan informasi yang luasa dan tersusun dari
beberapa kode yang dikelompokkan untuk membentuk ide umum.
Suatu topik yang terkait adalah jenis informasi yang dikodekan oleh peneliti
kualitatif. Peneliti mungkin mencari cerita (sebagaimna dalam riset naratif);
pengelaman individu dan konteks dari pengalaman tersebut (dalam fenomologi);
proses, aksi, atau ineteraksi (dalam grounded theory); tema kebudayaan dan
bagaiman kelompok berkebudayaan-sama berjalan yang dapat dideskripsikan atau
dikategorikan (dalam etnografi); atau deskripsi detail tentang kasus atau kasus
tertentu (dalam riset studi kasus).

4. Menafsirkan Data
Penafsiran dalam penelitian kualitatif adalah keluar dari kode dan tema
menuju makna yang lebih luas dari kata. Hal ini merupakan proses yang dimulai
dengan pengembangan kode, pembentukan tema dari kode tersebut, dan disusul
dengan pengorganisasian tema menjadi satuan abstrak yang lebih luas untuk
memaknai data. Terdapat beberapa bentuk penafsiran, misalnya penafsiran
berdasarkan prasangka, pandangan, dan intuisi.

5. Menyajikan dan Memvisualisasikan Data


Para peneliti menyajikan data, yaitu mengemas apa yang ditemukan dalam
bentuk teks, tabel, atau bagan atau gambar. Contohnya, untuk menciptakan
gambaran visual dari informasi, seorang peneliti dapat menyajikan tabel
perbandingan atau matriks misalnya, tabel 2 x 2 yang membandingkan laki-laki dan
perempuan dalam salah satu tema atau kategori dalam studi tersebut (Miles dan
Huberman, 1994). Sel-selnya memuat teks, bukan angka. Diagram pohon hierarkis
menyajikan satu bentuk presentasi yang lain. Hal ini memperlihatkan beragam level
abstraksi, di mana kotak yang ada di bagian atas menyajikan informasi yang lebih
abstrak dan kotak di bagian bawah menyajikan tema yang kurang abstrak.

C. Analisis dalam metode studi kasus


Terdapat lima metode / pendekatan dalan analisis dan penyajian data kualitatif namun
pada makalah ini kita membahas mengenai metode studi kasus.
Untuk studi kasus analisisnya berupa pembuatan deskripsi detail tentang kasus
tersebut dan settingya. Jika kasus tersebut menyajikan kronologi peristiwa, Creswell
merekomendasikan untuk menganalisis beragam sumber data untuk menentukan bukti
pada tiap langkah atau fase dalam evolusi kasus tersebut. Lebih lanjut, masalah setting
atau lingkungan sangat penting. dalam studi kasus tentang laki-laki bersenjata (As-
Mussen & Creswell, 1995;) menganalisis informasinya untuk menentukan bagaimana
insiden tersebut dihubungkan dengan setting-nya yakni, komunitas Midwestern tenang
dan damai.
Disamping itu, Stake (1995) mendukung empat bentuk analisis dan penafsiran data
dalam riset studi kasus. Dalam pengelompokan kategorikal, peneliti mencari kumpulan
contoh dari data tersebut, berharap bahwa makna yang relevan akan muncul. Dalam
penafsiran langsung, di sisi lain, peneliti studi kasus melihat satu contoh tunggal dan
menarik makna darinya tanpa mencari beragam contoh. Hal ini merupakan proses
memisah-misahkan data dengan mengumpulkannya dengan cara-cara yang lebih
bermakna. Selain itu, peneliti menetapkan pola dan berusaha menemukan
korespondensi antara dua atau lebih kategori. Koresondensi ini dapat berbentuk tabel,
mungkin tabel 2 x 2, memperlihatkan hubungan antara dua ketegori.
Yin (2009) mengajukan sintetos lintas-kasus sebagai salah satu teknik analisis ketika
peneliti mempelajari dua atau lebih kasus. Ia mengemukakan bahwa tabel kata dapat
dibuat untuk menampilkan data dari kasus indivodual menurut sebagian kerangka yang
seragam. Implikasi dari hal ini adalah peneliti kemudian dapat mencari persamaan dan
perbedaan di antara kasus-kasus tersebut. Terakhir, peneliti mengambangkan
generalisasi naturalistik dari analisis data tersebut, generalisasi yang dipelajari oleh
masyarakat dari kasus tersebut baik untuk diri mereka sendiri ataupun untuk diterapkan
pada berbagai kasus yang lain.
Untuk langkah anallisis ini, Creswell menambahkan deskripsi tentang kasus tersebut,
pandangan detail tentang aspek di seputar kasus tersebut yaitu “fakta”. Dalam studi
kasus tentang laki-laki bersenjata (Asmussen & Creswell, 1995; apendiks F),
mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dua minggu setalah insiden tersebut, mentoroti
pemain utama, tempat, dan aktivitas. Kemudian mengelompokkan data tersebut
menjadi sekitar 20 kategori (agresi kategorikal), kemudia menyederhanakan mereka
menjadi lima tema. Di bagian akhir dari studi tersebut, mengembangkan generalisasi
tentang kasus tersebut dalam sudut pandang tema dan bagaimana mereka
dibandingkan dan dikontraskan dengan literatur terbitan tentang kekerasan kampus.

D. Penggunaan Program Software Komputer Metode Studi Kasus


Dengan beragam program yang tersedia, kita perlu memilih prgram software
kualitatif yang tepat. Pada dasarnya, semua program tersebut menyediakan fitur-fitur
yang serupa, dan sebagian memiliki lebih banyak fitur dibandingkan yang lain. Sebagian
besar program tersebut memiliki versi demo yang tersedia di websitenya masing-
masing, sehingga anda dapat mempelajari dan mencoba program tersebut. Selain itu,
anda juga dapat mencari para peneliti yang telah menggunakan program tersebut, dan
mengetahui pandangan mereka tentang software tersebut. Pada 2002, (Creswee &
Maietta, 2002) mengulas beberapa program komputer dengan menggunakan delapan
kriteria.

Kriteria untuk memilih program adalah :


 kemudahan penggunaan program;
 jenis data yang dapat diterima;
 kemampuannya untuk membaca dan mengulas teks
 penyediaan fungsi penilisan memo
 proses kategorisasinya
 fitur analisinya, misalnya pemotretan konsep
 kemampuan program tersebut untuk meng-input data kualitatif
 kemampuan dalam mendukung gabungan beberapa peneliti dan
kemampuannya menggabungkan beragam database.

Kriteria ini dapat digunakan untuk menidentifikasi prgram komputer yang akan
dapat memenuhi kebutuahn seorang peneliti.

Anda mungkin juga menyukai