Anda di halaman 1dari 3

SISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Politik adalah suatu tatanan yang digunakan dalam proses pembagian dan pembentukan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud dalam proses pembuatan keputusan didalam Negara.
Komponen-komponen yang diperlukan dalam poilitik adalah masyarakat, kekuasaan, dan
Negara. Fungsi politik adalah untuk pembagian tugas Negara, perumusan masalah, penerapan
kebijakan, pengawasan penerapan kebijakan, pemaduan kepentingan , dan lain-lain.

Pemerintahan yang berasal dari jaman rasulullah, bukanlah diturunkan oleh Allah melainkan
wahyu Allah yang mengarah kesana. Wahyu Allah itu mengarahkan kemaslahatan umat dan
menjamin kaum muslimin tanpa mengekang kebebasan mereka dalam memikirkan usaha-usaha
untuk menegakkan keadilan, kebaikan, dan kebenaran. Didalam Al-qur’an politik itu tidak diatur
secara khusus melainkan hanya mengatur bagaimana kita bisa menegakkan keadilan, kebenaran,
tidak berlaku tercela, mau membantu sesama umat, tidak melakukan hal-hal yang tak senonoh,
dan lain-lain. Untuk lebih memahaminya kita bisa ingat kembali tentang amanah Allah untuk
manusia agar Ubudiyah yaitu beribadah, dan amanah kehalifahan yang mencakup tentang
otoritas untuk mengendalikan kehidupan. Ingat Firman Allah surah An-nur ayat 55: "Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan Politik dan Demokrasi dalam Pandangan Islam
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa,….”

Kemudian Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sasayasusu- siyasah .Yang berarti
(mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya) dan secara bahasa adalah cara pemerintahan
Islam mengurus urusan rakyatnya, serta urusan negara, umat dan rakyatnya terkait dengan
negara, umat dan bangsa lain. Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial,
ekonomi, pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW makna siyasah
(politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaannya. Didalam islam
terdapat pilar-pilar yang mendasari suatu pemerintahan islam yaitu kedaulatan di tangan syara,
kekuasaan ditangan umat, dan lain-lain.

Secara etimologi, demokrasi berarti “Pemerintahan oleh Rakyat”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yg seluruh rakyatnya turut serta
memerintah dng perantaraan wakilnya yang terdapat ada di dalam pemerintahan tersebut
pemerintahan rakyat; 2 gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Tetapi, pada kenyataanya saat
ini perlakuan yang sama bagi semua warga negara jarang sekalai terlihat, bisa kita lihat pada
kasus pencurian biji kakau dengan kasus korupsi. Perlakuan terhadap keduanya jelas beberda.
Inilah salah satu bukti ketidakadilan perlakuan hukum. Di dalam Al-Qur‟an dijelaskan beberapa
ayatmengenai hal ini, berikut adalah salah satu contoh ayat yang terkait :
Surat Ali Imran [3]: 159 Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma‟afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran : 159).

Dalam surat Ali Imran ayat 159 ini dijelaskan bahwa kita harus mencontoh dan mengambil
teladan dari nabi Muhammad SAW dalam menyelesaikan berbagai masalah yang muncul yaitu
dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan diselesaikan dengan
jalan musyawarah. Dari ayat di atas jelas bahwa Islam sangat menghargai yang namanya
musyawarah. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw pada semasa hidupnya. Pada saat
menghadapi musuh di peperangan. Menjelang perang Uhud terjadi perbedaan pendapat antara
beliau dengan sejumlah sahabat. Nabi SAW berpendapat sebaiknya orang Islam bertahan di
dalam kota, tetapi sebagian sahabat beliau berpendapat agar musuh dihadapi di luar kota. Nabi
akhirnya menerima usul mereka dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah ipikirkan
bersama-sama. Setelah terbukti kalah dalam perang itu, Nabi tetap bersikap lemah lembut kepada
mereka.

Hal yang penting, selalu menyepakati sesuatu melalui musyawarah, yaitu semua pihak harus
teguh dengan pilihan kesepakatannya, bukan menyesali hasil pilihan. Allah SWT pasti akan
membela mereka yang telah bersikap istiqamah dan bertawakal kepada Allah. Selain itu, berikut
contoh musyawarah lainnya, yaitu pada saat ada sebuah isu bahwa 'Aisyah, istri beliau berlaku
serong dengan lelaki lain dalam sebuah perjalanan dan pada saat memutuskan mengenai tawanan
perang. Dari contoh yang ada, dapat dilihat bahwa beliau sangat menjunjung musyawarah adalah
menyelesaikan masalah-masalah yang ada, baik menangkut hubungan umat maupun kehidupan
pribadinya. Di akhir ayat, Allah SWT menyeru kepada kita bahwa apabila kita telah memutuskan
perkara tersebut dengan musyawarah kemudian membulatkan tekad, hal yang selanjutnya
dilakukan adalah bertawakal kepadanya. Berkat contoh teladan Rasulullah SAW inilah,
kemudian para sahabat setelah kepergian beliau, langsung melakukan musyawarah untuk
mencari penggati beliau sebagai seorang Khalifah.

Syura’ atau Musyawarah adalah mengatakan atau mengajukan sesuatu. Karenanya, kata
musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik,sejalan dengan makna
dasarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,musyawarah diartikan sebagai: pembahasan
bersama dengan maksudmencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain
itudipakai juga kata musyawarah yang berarti berunding dan berembuk. Syura’ atau musyawarah
dalam berdemokrasi sangatlah penting untuk dilakukan karena telah dijelaskan dalam surah Asy-
Syura’ yang berisi tentang upaya perintah kepada para pemimpin dalam keududukan apapun
untuk meyelesaikan urusan yang dipimpinnya secara musyawarah sehingga tidak akan terjadi
kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh para pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Ijma’ adalah hal yang memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam
dan memberikan sumbangan sangat besar terhadap korpus hukum atau hukum Islam. Menurut Al
Amidi: Ijma’ adalah kesepakatan ahlul halli wal‘aqdi atau para ahli yang berkompoten
mengurusi umat dari umat Nabi Muhammad SAW. pada suatu masa atau hukum suatu kasus.
Dalam pengertian lebih luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan
yang efektif bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi
penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Beberapa cendekiawan kontemporer
menyatakan bahwa dalam sejarah Islam karena tidak ada rumusan yang pasti mengenai struktur
negara dalam al-Quran, legitimasi negara bergantung pada sejauhmana organisasi dan kekuasaan
negara mencerminkan kehendak umat. Sebab seperti yang pernah ditekankan oleh para ahli
hukum klasik, legitimasi pranata-pranata negara tidak berasal dari sumber-sumber tekstual,tetapi
didasarkan pada prinsip Ijma’. Atas dasar inilah konsensus dapatmenjadi legitimasi sekaligus
prosedur dalam suatu demokrasi Islam.

Al-Qur’an bukanlah kitab politik. Ia hanya memberikan prinsip-prinsipnya saja dan bukan
mengajari cara-cara berpolitik praktis. Dengan 3 demikian, perhatian utama al-Qur'an adalah
memberikan petunjuk yang benar kepada manusia, yaitu petunjuk yang akan membawanya
kepada kebenaran dan suasana kehidupan yang baik.

Al-Qur'an sendiri mengajarkan bahwa kehidupan di dunia merupakan prasyarat bagi kebahagiaan
hidup yang akan datang seperti dinyatakan dalam al-Qur'an, ”Barang siapa buta di dunia ini,
maka akan buta di akhirat, dan bahkan lebih sesat lagi perjalanannya” (terj. Q.s., al- Ahzāb 72).

Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, al-Qur'an menyediakan suatu dasar yang kukuh dan tak
berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral yang perlu bagi kehidupan ini. Menurut
Muhammad Asad, al-Qur'an memberikan jawaban komprehensif untuk persoalan tingkah laku
yang baik bagi manusia sebagai perorangan dan sebagai anggota masyarakat dalam rangka
menciptakan suatu kehidupan yang berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di
akhirat. al-Qur'an merupakan manifestasi terakhir bagi rahmat Allah swt. kepada manusia, di
samping sebagai prinsip kebijaksanaan yang terakhir pula. Jadi, jangan menjadikan al-Qur’an
dan pemerintahan Nabi untuk instrument politik. Tapi ambillah prinsip-prinsip etiknya dan
sesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial politik sehingga melahirkan suatu kombinasi moralitas
Islam dan relevansi sosial politik.

Anda mungkin juga menyukai