D. Pemrosesan Tema
Pemrosesan tema terdiri atas;
1. Tipologi tema. Langkah ini merupakan upaya untuk memperhalus
pencatatan data. Licoln dan Guba (1985) menanamkan tema sebagai satuan
informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori.
2. Penyusunan hubungan antar tema. Menurut Licoln dan Guba (1985) ada dua
patokan untuk merumuskan suatu tema. Pertama, tema harus spesifik yakni
mengarah pada suatu pengertian atau tindakan yang diperlukan oleh
peneliti. Kedua, tema merupakan informasi inti yang dapat berdiri sendiri.
Langkah awal pemrosesan tema ilakah analisis hendaknya membaca,
mempelajari dengan teliti keseluruhan data yang dikumpul. Usahakan agar
satuan-satuan teridentifikasi. Masukan satuan-satuan yang telah
teridentifikasi kedalam kartu indeks (pertema). Perlakukan data ini
hendaknya dapat dipahami orang lain. Pada tahap ini jangan membuan
satuan tema yang ada meskipun satuan ini dianggap tidak relevan.
E. Kategorisasi
Kategorisasi terdiri atas fungsi dan prinsip kategorisasi, dan langkah-langkah
kategorisasi. Menurut Licoln dan Guba (1985) kategorisasi adalah:
1. Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi
yang secara jelas berkaitan.
2. Merumuskan aturan untuk menetapkan isi inklisi setiap kartu pada kategori
sebagai dasar pemeriksaan keabsahan data.
3. Menjaga agar setiap kategori yang tersusun tadi, satu dengan lainnya
mengikuti prinsip taat asas.
F. Penafsiran Data
Penafsiran data dijabarkan kedalam:
1. Tujuan Penafsiran Data
Menurut Schaltzman dan Strauss (1973) tujuan yang akan dicapai dalam
penafsiran data ialah salah satu di antara tiga tujuan, yakni; deskripsi
semata-mata, deskripsi analitik, teori substantive.
Pada deskripsi analitik, rancangan pengorganisasian dikembangan dari
kategori-kategori yang ditemukan dari hubungan-hubungan yang memenuhi
syarat atau yang muncul dari data, sehingga dapat dicapai deskripsi baru.
Menurut proses analitik, akan terbentuk teori substantive, namun belum
sepenuhnya mengarah pada penyusunan teori substantive. Pada teori
substantive, secara implisist tujuan penafsiran data dari kedua tujuan yakni:
deskripsi semata-mata dan deskripsi analitik telah ada.
2. Proses Umum Penafsiran Data
Analisis data telah dimulai sejak dilapangan, artinya sejak saat itu sudah ada
penghalusan data, penyususnan kategori dengan kawasannya, sudah ada
upaya untuk penyusunan hipotesis kerja atau teori itu sendiri. Analisis data
terjalin secara terpadu dengan penafsiran data. Penafsiran data menjadi
kategori yang berarti sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan
penyusunan hipotesis kerjanya sebagai teori yang nanti diformulasikan baik
secara deskriptif maupun secara proposional.
3. Peranan Hubungan Kunci dalam Penafsiran Data
Hubungan kunci untuk memperhalus hubungan dan menghubun-hubungkan
suatu kategori dengan kategori lain. Hubungan kunci berdungsi sebagai
aturan untuk digunakan sebagai kriteria inklusif-eksklusif.
4. Peranan Interogasi terdahap Data
Schatzman dan Strauss (1973) mengatakan bah\wa analisis tidak dapat
menceritakan apa yang harus diungkapkannya, jalan terbaik ialah
mengadakan interogasi data. Berbarti mengajukan seperangkat pertanyaan
pada data agar terungkap berbagai persoalan dari data itu sendiri. Ada dua
macam cara pengajuan pertanyaan yang saling membantu yakni:
a. Cara mengajukan pertanyaan dengan Substantif
Dengan cara ini, peneliti dapat menggunakan kosakata dari disiplin
ilmunya. Peneliti seagai analisis mengajukan pertanyaan.P
b. Cara Logis
Menggunakan cara eksperimental, komparasi, historis, berpikir analogis,
dan proses bekerja.
5. Langkah-langkah Penafsiran Data dengan Metode Analisis Komparatif
Rangka Penyusunan Teori Substansif.
Penyusunan teori yang berasal dari data dapat dilakukan melalui analisis
data komparatif. Peranan analisis komparatif terlihat pada tujuan:
a. Ketepatan Kenyataan. Bukti yang diperoleh dari suatu kelompok
tertentu dapat dipakai untuk mengecek apakah buti awal sudah benar.
b. Generalisasi Empiris. Salah satu tujuan analisis komparatid ialah
generalisasi suatu fakta. Generalisasi membantu memperluas teori
sehingga menjadi lebih aplikatif dan memiliki daya penjelasan dan
peramalan yang lebih besar.
c. Penetapan konsep. Analisis komparatif digunakan untuk menetapkan
unit atau satuan kajian suatu kasus studi yakni mengkhususkan dimensi
konsep yang menghasilkan satuan.
Ada 4 tahap dalam metode komparatif, yaitu:
1. Perbandngan “kejadian” yang aplikatif setiap kategori.
Perbanfingan kejadian yang aplikatif setiap kategori dimulai dengan
memberi kode setiap kejadian dari datanya sebanyak mungkin kategori
agar kategori dan data yang ada cocok dengan kategori.
2. Integrasi kategori dalam kawasannya.
Integrasi terjadi karena kawasan itu saling berkaitan dengan beberapa
hal dan menghasilkan suatu kejadian yang utuh. Integrasi dilakukan
terhadap satu kategori dengan kategori lainnya. Teori berkembang
setelah bermacam kategori dengan kawasannya cenderung berintegrasi.
3. Pembatasan teori.
Pembatasan teori dilakukan pada dua tingkatan; pada tingkatan teori dan
kategori. Setiap kali membandingkan kejadian dengan kategori akan
sering terjadi modifikasi yang kian lama akan berkurang dan teori
menjadi padat berisi.
4. Penulisan teori.
Hasil kerangka analisis akan mampu membentuk teori substansif yang
secara proporsional dapat digunakan oleh peneliti lain dalam bidang
yang sama. Bila peneliti telah yakin akan hasilnya, ia dapat
mempublikasikan penelitiannya.