Dosen Pengampu :
RM. MAHENDRADI, S.H., M.Si.
Disusun Oleh :
RIMA ATIKAL KAFA
1710201057
Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan “Konsep
Administrasi Pembangunan Smart City pada Sektor Pelayanan Publik Bidang Pariwisata
“dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini berisi tentang Konsep Administrasi Pembangunan Smart City pada
Sektor Pelayanan Publik Bidang. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN ……………………………………………………………………………… iv
Konsep kota cerdas (smart city) yang menjadi isu besar di kota-kota besar di seluruh dunia
mendorong peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kota menggunakan
pendekatan citizen centric sehingga terjadi interaksi yang lebih dinamis dan erat antara warga
dengan penyedia layanan. Smart city dirancang guna membantu berbagai kegiatan masyarakat
serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat. Meningkatnya inovasi
dalam pembangunan kota juga diperlukan dalam aspek pariwisata
BAB I
PENDAHULUAN
Smart tourism dapat diartikan sebagai pariwisata pintar atau bijaksana. Dalam
konsep smart tourism disini merupakan salah satu corak pengembangan creative tourism.
Dalam creative tourism, tour operator baik pemerintah,swasta, maupun masyarakat itu
sendiri) akan mengedepankan network dengan masyarakat lokal yang terlibat langsung
dalam atraksi budaya. Misalnya, pada kunjungan ke kampung batik, Wisatawan dan
masyarakat lokal akan berinteraksi, seperti wisatawan diizinkan untuk belajar membatik
bersama pembatik lokal. Tentu saja, kegiatan dapat diatur sebelumnya dengan koordinasi
penjadwalan dengan masyarakat lokal dan guide atau travel agent (networking and
event). Masyarakat lokal mendapatkan share dari pelatihan membatik juga distribusi
penjualan produk batik kepada wisatawan (partneship and local enterprise).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Smart Tourism
Konsep dasar E-Tourism di Indonesia pada dasarnya merupakan suatu bentuk konsep yang
baru dan masih belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak dan pelaku pariwisata.
E-Tourism masih di lihat sebagai suatu bagian pengembangan sistem yang masih perlu
dikaji lebih jauh mengenai fungsi dan manfaat yang akan didapat. Meskipun di lain pihak
dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sebagai media
promosi dan penyebaran informasi sudah sangat luas, namun hal ini tidak di barengi dengan
aplikasi internet tersebut sebagai alat penyebaran informasi pariwisata dan tujuan wisata
yang dimiliki oleh tiap daerah. Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah
dalam perkembangan teknologi, teutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi
yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia.
Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar
masyarakat didunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai
pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja.
3.1.1 Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pengembangan kawasan pariwisata dikenal terdapat dua model: pertama, model
konvensional yakni model pengembangan pariwisata yang bersifat ekonomis semata,
pengembangan pariwisata yang hanya memperhatikan peningkatan jumlah kunjungan tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan dan budaya; kedua, model non konvensional yang
bersifat multi tujuan, yakni bukan semata-mata ekonomis tetapi juga bersifat ekologis dan
sosial budaya. Model non-konvensional menekankan pengembangan pariwisata harus
berbasis pada masyarakat dan pada upaya-upaya revitalisasi kawasan, penemuan dan
pelestarian kembali lingkungan serta adat budaya masyarakat (Madiun 2010). Dengan
demikian, pengembangan pariwisata berdasarkan model non-konvensional menempatkan
partisipasi masyarakat lokal sebagai kunci pengembangannya. Tanpa adanya keselarasan dan
partisipasi masyarakat secara memadai maka keberlangsungan suatu pariwisata tidak akan
berjalan dengan baik.
3.1.2 Kemandirian
3.1.3 Partisipasi Masyarakat
3.1.4 Era Millenial dan Disrupsi
3.1.5 Era 4.0
3.1.6 Era Digital