Anda di halaman 1dari 16

Adam Smith (1723-1790) termasyhur sebagai seorang ahli ekonomi.

Bukunya Wealth of Nations


(17'76) diterbitkan ketika dia menjadiseorang petugas bea cukai di Edinburgh, menandai
munculnya ilmu ekonomi modern. Diajuga dihubung-hubung- kan dengan ajaran-ajaran
kapitalisme liberal dan ideologilaissez- farre atau pemerintahan minimal. Teorinya yang lebih
umum mengenai masya_rakat termuat di dalam Teury of Mural Sentiments (1759) yang ditulis
ketika dia menjadi dosen Filsafat Moral di Universitas Glasgow. Teori sosial Adam Smith adalah
sebuah kombinasi yang menarik dari unsur-unsur Hobbesian dan Aris- totelian. Seginya yang
paling asli dan paling mencolok adalah gagasan bahwa masyarakat sebagaimanajuga individu
adalah sebuah sistem, atau mesin, yang bekerja bukan karena maksud- maksud manusia.

Smith adalah seorang tokoh pokok dari Pencerahan Skot- landia, seorang teman dekat dari
David Hume yang skeptis itu dan seorang yang memiliki pengaruh penting atas para sosiolog
awal seperti David Milliar dan Adam Erguson_ Ia hidup dalam sebuah masyarakat yang sangat
dipengaruhi oleh teologi Reformasi r"asi dau m,Lsih terbclakang dalam dunia komersial,
meskipun tidak dalarn d"nia pcndidikan. Sistem kapitalis bam saja mulai mcmbangun dJrinya
kctika dunia baru di luar Eropa terbuka lcbar untuk perdagangan yang mcmbawa kemakmuran
untuk Glasgow. Sccara intelektual Skodandia terkait dengan Eropa bcnua dan juga dengan
Inggris dan Smith scndiri sangat baik mcmpclajari kesusast.raan Yunani dan Romawi kuno. Dari
bi- dang ini rnuncullah beberapa usaha untuk melihat sejarah ma- syarakat manusia secara
ilmiah tapijuga manusiawi. Bagi Smith hal ini berarll membukrikan bagaimana setiap
masyarak'at me- nipakan scbuah k'onsensus moral mengenai apa yanglayak, adil dan bijaksana
yang memungkinkannya berfungsisebagai sebuah sebuah 'mesin raksasa yang gerakan-gerakan
teratur dan serasi- nya menghasilkan seribu efek yang dapat disepakati' ( Theory of Moral
Senti,nerlls, VIl.iii.I.I) . Acuan-acuan pada karya-karya Smith mengikuri bentuk yang dipakai
dalam edisi Glasgo,v dari Work and Correspondence dari Smith (Clarendon Press, Oxford,
1976).

Pendekatan Smith

Adam Smith mau menjadi Isaac Newton dari ilmu-ilmu sosial dan diakui begitu oleh orang-
orang sezamannya. Dengan menyesuaikan teori astronomis Newton dengan studi perilaku
manusia, dia menganggap masyarakat sebagai sebuah mekanis- me yang menjaga hidupnya dan
memenuhi tujuannya dengan menetapkan dan menetapkan kembali keseimbangan-keseim-
bangan alamiah tertentu atau, dalam istilah modernnya, ekuili- brium-ekuilibrium. Dengan
demikian,ia menjadi seorang perin- tis dari fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial. Tetapi
baginya tak ada pertentangan antara usaha untuk menjelaskan feno- mena sosialini sebagai
bagian dari alam dan tugas-tugas filosofis- nya selanjutnya untuk membiarkan praktik-praktik
ekonomis dan sentimen-sentimen moral yang menghasilkan ekuilibrium- ekuilibrium sosialnya
dan memperingatkan korupsi-korupsi dan ketidakadilan-ketidakadilan yang mengancam
memperlemah sistem-sistem yang pada umumnya menghasilkan kesejahteraan umum.
Kebahagiaan dari segala makhluk sentimen, menurut keyakinan Smith, adalah tujuan yang mau
dicapai sang 'Pencipta Alam' melal.ui mekanisme-menisme kehidupan sosial. Untuk memahami
pendekatan Smith, dengan demikian, kita harus me- nelaah visi Newtoniannya tentangilmu
pengetahuan, konsepnya mengenai sistem sosial dan cara semua ini dicocokkan ke dalam
pandangan moral utilitariannya yang didasarkan secara teleo- logis.

Salah satu dari banyak proyek akademis Smith adalah me- nulis sebuah sejarah eksplanatoris
tentang ilmu pengetahuan. Proyek ini tak pernah selesai, tetapi dia mengizinkan penerbitan
anumerta dari sejumlah esai tentang masalah itu, yang salah satunya - 'History of Astronomy'
(dalam Essays on Philosophical SUlrjbCtS, London, 1795) - memberitahu kita mengenai sebagian
besar pandangannya tentang teoriilmiah. Di dalamnya dia mulai dengan membahas spekulasi-
spekulasi manusia primitif menge- naigerakan-gerakan bintang-bintang dan planet-planet dan
me- nyimpulkan dengan sebuah penjelasan terinci mengenai pres- tasi-prestasi Isaac Newton,
pahlawan ihniahnya sendiri.

Tujuan utama Smith dalam 'History of Astronomy' adalah memberi penjclasan-penjelasan


psikologis untuk pertumbuhan teori-teori ilmiah. Teori-teori itu, pikirnya, berasal dari keterpe-
sonaan dan keheranan manusia pada apa yang merupakan ke- adaan-l:eadaan mental yang
mengganggu, yang baru atau tak terduga, yang dari situ manusia berusaha membebaskan diri
dengan menghubungkan dalam pikirannya objek-objek dan peristiwa-perisuwa yang aneh dan
mengherankan dengan objek- objek dan peristiwa-peristiwa yang karena lazim dan terduga,
tidak menyebabkan keresahan mental. Oleh karena itu, kecen- derungan umum manusia adalah
menggolongkan fenomena- fenomena serupa ke dalam satu jenis yang sama dan untuk
menggeneralisasikan dari rangkaian kejadian yang teramati. Ilmu pengetahuan melampaui
prosedur-prosedur ketat dari klasifikasi dan induksiitu dengan berusaha mencocokkan semua
fenomena ke dalam sebuah skema k'omprehensif yang ber- dasarkan pada sedik_it keajekan-
keajekan atau 'prinsip-prinsip' dasar sederhana yang lanm. la melukiskan ini dengan contoh
tentang sepotong besiyang bergerak di aLas meja ke arah sebuah magnet. Waktu pertama kali
kita melihat ini, kejadian itu meng_ herankan kita dan karenanya kita mencari sebuah
penjelasan untuk peristiwa baru itu. Observasi-observasi yang diulangi atas fenomenaitu
membantu menghaluskan imajinasi dengan mem- buatnya biasa untuk kita, tetapi hanya
sampai pada taraf ter- tentu, karena kita masih tidak dapat menghubungkan fenomena khusus
ini dengan pengalaman-pengalaman yang masih lebih biasa lagi. Pada utik ini kreativitas ilmiah
muncul dan memaju- kan sebuah 'hipotesis' mengenai kaitan-kaitan yang tak teramaLi yang
mungkin dari sesuatu yang biasanya kita saksikan di sekitar kita. Dalam l:asus magnet dan besi
hipotesis Descartes bahwa ada aliran partikel-partikelyang tak kelihatan di antara dua objek
yang 'mengisi celah' dengan menyarankan bahwa bekerjanya magnet itu adalah sebuah contoh
dari fenomena biasa dari 'ge- rakan setelah dorongan'. Demikianjuga, dalam astronomi, teori
'lingkaran-lingkaran konsentris' yang berpendapat bahwa mata- hari, bulan, kelima planet dan
bintang-bintang masing-masing memiliki sebuah garis edar yang tetap, dengan bumi pada
pusat semuanya itu, yang menarik semua yang lain, 'memungkinkan menggabungkan, dalam
imajinasi, penampakan-penampakan yang tampaknya paling terpisah-pisah dan paling besar di
ang- kasa' ( 'llistory of Astronomy: Glasgow Edition, hlm. 56). Ilmu pengetahuan sebagai suatu
keseluruhan adalah penemuan dari 'prinsip-prinsip yang berhubung-hubungan tentang alam'.

Smith menyimpulkan bahwa sebuah teoriilmiah menyejuk- kan imajinasi dengan


menghubungkan sejumlah besar observasi dengan sarana prinsip-prinsip biasa sesedikit
mungkin. Keseder- hanaan, oleh karena itu, merupakan sebuah ciri dasariah dari sebuah teori
yang berhasil. Namun kesederhanaan mengambil tempat kedua sebagai syarat bahwa sebuah
teori mesti mcmper- hitungkan semua fenomena, khususnya fenomena yang 'tidak ajek', yaitu
bahwa fenomena-fenomena ini tidak dapat dicocok- kan dengan jelas ke dalam pola-pola
rutin.Jadi, hipotesis ling- karan konsentris tak bisa menjelaskan gerakan-gerakan yang rinci dari
matahari dan bulan dan modifikasi-modifikasi yang diperlukan yang diperkenalkan untuk
menjelaskan 'ketidak-aj ekan-ketidakaj ekan' ini - postulata 'Iingkaran-Iingkaran eksen- tris' -
membuatnya sedemikian rumiu:ya schingga hipotesis itu kehilangan daya tarik psikologisnya. Di
kemudian hari sistem Copernicus, yang mengatakan bahwa planet-planet, termasuk bumi,
berputar mengelilingi matahari, mengganti sistem Pto- lomeus karena sistem Copernicus itu
lebih 'koheren' dalam mengaitkan berbagai macam gerakan yang tampaknya tak ber- hubungan
itu dan lebih dapat menjelaskan gerakan-gerakan 'tidak ajek' yang teramau dari planet-planet.
Tetapi melampaui semuanya itu Newtonlah yang menggunakan 'fakta yang seder- hana dan
biasa mengenai gravitasi' dalam mengaitkan secara persis dan komprehensif observasi-
observasi astronomi bahkan yang paling mendetail. Dialah yang dapat dikatakan telah mene-
mukan 'kaitan-kaitan real yang dipakaiAlam untuk memadukan beberapa cara ke Oanya'
( 'llislory of Astronomy', h Im. 105) .

Di dalam karyanya sendiri, Smith memakai model asLro- nomis ini untul, menerangkan sistem-
sistem sosial sebagai meka- nisme-mekanisme yang hidup yang bagian-bagiannya tanpa di-
sadari mempengaruhi kehidupan dan kegiatan keseluruhan. Mekanisme-mekanisme
berlangsung dengan mempertahankan keseimbangan-keseimbangan alamiah tertentu, atau
ekuili- brium-ekuilibrium, yang dapat pulih kembali bila karena alasan tertentu terganggu. Salah
satu dari ekuilibrium-ekuilibrium ini diberikan oleh sentimen-sentimen moral yang dirasakan
oleh 'penonton tak memihak' dari tingkah-laku manusia dalam ma- sing-masing masyarakat.
Smith mempergunakan konsep penon- ton yang tidak memihak untuk mengidentifikasikan
konsensus atas sikap-sikap setuju dan tidak setuju dalam setiap masyarakat yang diciptakan dan
dipelihara oleh proses-proses psikologis dan sosiologis yang ia Iukiskan dalam Theory of Moral
Sentiments. Keadaan keseimbangan atau ekuilibrium lain adalah gagasan tentang harga wajar
atau harga normal sebuah komoditas di dalam sebuah ekonomi pasar bebas; inilah harga
masing-masing t:m.oditas yang 'cend.erung' dituju harga-harga sebenarnya di bawah pengaruh
mekanisme-mekanisme pasar yangia rangkum dalam Wealth of Natwns. Hal ini l-wrgerak
rnelamnaui vaeasan Newton mengenai sebuah sistem fisik murni, di mana ekuilibri-um
hanyalah ULik henti atau gerakan yang tak berubah yang menctapkan diri bila semua daya sarna
besarnya dan berlawanan arah, sampai ke pandangan yang lebih biologis t.entang suatu
mekanisme dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada perubahan-peruba_han dalam
lingkungan-lingkungannya sede- mikian rupa sehingga memungkinkannya terus berfungsi secara
normal atau 'alamiah'. Banyak dari l,arya Smith terpusat pada usaha menjelaskan berbagai
mekanisme umpan-balik' yang tersembunyi ini yang mempengaru hi fu ngsi adaptif sistem
sosial.

Smith sendiri udak memakai kata 'fungsi' dan 'ekuilibrium', melainkan ia bicara mengenai
maksud-maksud Allah dan kon- disi-kondisi 'alamiah' tertentu.Jadi, bila dia menghadapi sebuah
fenomena sosial seperti kecenderungan manusia (dalam ke- hidupan sehari-hari dan dalam
hukum) untuk menilai tindakan- tindakan lebih dengan konsekuensi-konsekuensi aktualnya
daripada konsekuensi-konsekuensiyang dimaksudkannya - apa yang dalam istilah-istilah yang
bergema dalam 'History of Astro- nomy' dia anggap sebagai suatu 'ketidakajekan', yaitu bahwa
tampaknya tidak sesuai dengan akal-sehatlah mencemooh orang karena apa yang tidak ingin
mereka lakukan - ia menyu- sun tujuan-tujuannya sebagai berikut:

Ketidakajekan-ketidakajekan sentimen ... yang sekarang mulai saya terangkan; dan akan
saya timbang, pertama, penye bab yang membe rikan kesempatan padanya, atau
mekanisme di mana alam menghasilkannya; kedua seberapajauh pengaruhnya; dan yang
terakhir dari semuanya, tujuan yang dijawabnya, atau tujuan yang tampaknya telah
dimaksudkan oleh Pencipta akun dengannya. ( Thtury of Mural Sentiments, II.iii.Introd.)

Skema penjelasannya dengan demikian memuncak bukan pada keajekan_keajekan yang


teramati, melainkan dalam kepercayaan keagamaan. Memang ia memakai metafor tentang
'tangan ter- sembunyi' untuk menjelaskan bagaimana tindakan-undakan yang pada dasarnya
mementingkan diri sendiri dari para indi- vidu membawa kemakmuran semua orang. Metafor ini
tak perlu mempengaruhi pengakuan kita akan Smith sebagai ilmuwan sosial karena Allah tidak
dilibatkan untuk menjelaskan bagai- mana munculnya efek-efek yang baik yang tak dikehendaki
untuk sistem, melainkan untuk menjelaskan mekanisme-me-kanisme yang discsuaikan secara
menal.jubkan. Allah mencip- takan manusia dan dunia, dan karenanya proses-proscs alamiah
bisa dianggap sebagai sesuatu yang menyingkapkan maksud- maksud Allah; tetapi Dia adalah
pembuar.dan bukan mekanisme itu. Mekanisme itu,dengan demikian, bisa dianalisis dan dijelas-
kan tanpa acuan pada Allah.

Allah masuk ke dalam skema Smith secara lebih mendasar sebagai penjamin nilai-nilai moral.
Kepercayaan religiusnya memperlengkapi Smith dengan pembenaran akhir untuk mene- nma
sentimen-sentimen moral alamiah sebagai standar-standar benar dan salah secara moral.
Dengan acuan pada kebaikan universal Allahlah Smith menanggung hasil utilitarian dari se-
luruh proses sosial, yaitu 'kebahagiaan terbesar dari sebanyak mungkin orang' - ungkapan yang
dibuat oleh guru Smith di Glasgow, Francis Hutcheson.

Teori Smith tentang Manusia

Adam Smith berdiri di antara individualisme atomistis eks- trem dan psikologis dari Hobbes dan
teori-teori sosiologis yang Iebih holistis dari abad kesembilan belas. Meskipun dia udak
mempunyai waktu untuk gagasan mengenai keadaan asali se- bagai sebuah keadaan pra-sosial,
teorinya mengenai kodrat manusia bersifat Hobbesian sejauh ia mendalilkan nafsu-nafsu
dasariah dan nafsu-nafsu asli tertenlu, seperU rasa lapar dan kecenderungan untuk barter, yang
'meskipun nafsu-nafsu itu mungkin terbungkus, tak bisa sama sekali disalahkan' (Theory of
Moral Sentiments, V.2.1). Di arUara nafsu-nafsu ini adalah ke- inginan 'asli' atau primer unmk
memperoleh pengakuan dan menghindari sangkalan orang-orang lain yang memunculkan
segala jenis nafsu sosial 'sekunder'. Inilah yang menyebabkan manusia cocol: secara alamiah
untuk masyarakat dan menandai pemisahan radikaISmith dengan Hobbes. (Kitajuga akan men-
catat bahwa, kendatipun memiliki model sebab-akibatnya untuk teori sosial, Smith, tak seperti
Hobbes, tidak mengatakan bahwa manusia adalah sebuah mesin. Dunia psikologis atau mental
mempunyai hukum-hukumnya sendiri yang, meskipun sepertihukum_hukum ilmu alam, tidak
sama dengan hukum_hukum itu. Oleh karena itu, dia adalah seorang materialis yang terus-
terang.)

Sebagaimana telah kita lihat dari pandangannya mengenai perkembangan ilmiah, manusia juga
memiliki kernampuan- kemampuan penalaran tertentu yang pada dasarnya bersifat psikologis.
Di dalam kehidupan praktis kemampuan im menam- pak'kan diri daIam kemampuan manusia
untuk belajar melalui trialand errorbagaimana memperoleh seluruh tujuannya, walau- pun
kebanyakan perbuatan merupakan ak_ibat dari dorongan- dorongan nafsu-nafsu atau senumen-
sentimen. Nafsu-nafsu ini dipahami sebagai sesuatu yang analog tapi udak sama dengan daya-
daya fisik, yang memaksa manusia untuk bertindak me- nurutjumlah kumulatif dan arahnya. Dia
mengikuti Hobbes dengan mengatakan bahwa 'setiap manusia ...jauh lebih dalam
berkepentingan akan apa saja yang langsung menyangkut diri- nya sendiri, daripada akan apa
yang menyangkut orang lain'; nafsu-nafsu egoisris, yang terarah pada pemuasan kepentingan-
kepentingan individu sendiri, berkuasa, yaitu bahwa nafsu-nafsu itu biasanya lebih kuat dan
lebih Ianggeng daripada nafsu-nafsu lainnya. Diajuga menerima bahwa ada nafsu-nafsu yang
bersifat tidak sosial yang alamiah - atau, seperti telah kita singgung, yang bersifat anti-sosial -
seperti kebencian, l:emarahan dan kecemburuan yang bisa k'uat tetapi biasanya kurang
langgeng daripada nafsu-nafsu yang egois. Tetapi dia membantah, melawan Hobbes
dan'Aristoteles, bahwa juga ada nafsu-nafsu sosial, seperti kemurahan hati, yang walaupun
lemah dalam hubungannya dengan semua orang tapi sedikit teman dan kerabat sungguh
melakukan ini bila mereka tidak berlawanan dengan nafsu-nafsu egois atau asosial. Tetapi titik-
tolak pokok dari skema Hobbesian terdapat bersama dengan pendapat Smith mengenai
senbmen-senbmen moral. Sentimen-sentimen ini menimbulkan aturan-aturan sosial yang
mengarahkan kepentingan_diri, mengendalikan keegoisan dan mendorong murahan hati yang
alarniah,jadi memungkinkan sebuah kehi- dupan sosial yanYg didasarkan pada konsensus.

Teori Smith tentang moralitas sosial didasarkan pada tesis bahwa manusia mengakui tindakan-
tindakan dan sikap-sikap orang-orang lain kalau, ketika mereka membayangkan diri me- reka
sendiri berada di dalam situasi orang lain itu, perasaan- perasaan 'simpati' mereka sesuai
dengan perasaan-perasaan yang sebenarnya mendorong orang itu; dan, demikian juga, manusia
menolak tindakan-tindakan dan sikap-sikap yang tak bisa mereka 'masuki' dengan perubahan-
perubahan posisi ima- jinatif macam itu. Perasaan simpati tidak sama dengan rasa kasih- an
atau kemurahhaUan; melainkan perasaan itu adalah setiap perasaan yang muncul dari
perubahan situasi mana pun yang dibayangkan mengenai orang lain. Di awal buku Moral Senti-
ments kita diminta membayangkan apa yang terjadi bila kita me- lihat seorang manusia disiksa:

Dengan imajinasi kita menempatkan diri dalam situasinya. kita mema- hami diri kita sendiri
menanggung segala penganiayaan yang sama, kita masuk ke dalam tubuhnya, dan dalam taraf
tertentu menjadi orang yang sama dengannya, dan kemudian membentuk gagasan yang sama
dari penginderaan-penginderaannya, dan bahkan merasakan sesuatu yang, walaupun berkadar
lebih lemah, tidak sama sekali Iain dari mereka. ( Theury of Moral Sentirrwnts, I.i.l)

Inilah fenomena psikologis yang menjadi dasar penjelasan Smith mengenai asal-usul dan
bekerjanya norma-norma sosial. Ia me- lal:ukan ini dengan menambahkan pada pendapatnya
bahwa manusia mengakui bila mereka simpaU (yaitu merasakan senti- men-sentimen yang
sama dengan pelaku) pernyataan bahwa manusia ingin meraih simpati timbal-balik karena
kenikmatan intrinsiknya; kita suka berbagi pendapat, sikap dan perasaan dengan orang lain dan
dengan demikian merasakan 'sependa- pat' dengan mereka. Malah lebih lagi kita menikmati
pengakuan dan tidak menyukai penolakan. Jadi terjadilah sebuah proses akomodasi timbal-
balik. Untuk meraih keselarasan perasaan- perasaan yang diinginkan pelaku mengubah
tindakan-tindakan dan sikap-sikapnya sendiri sehingga sentimen-sentimen yang bersangkutan
lebih dekat dengan sentimen-sentimen yang di- rasakan penonton, dan Smith mencatat bahwa
seorang pelaku tak pernah dapat mengalami kekuatan penuh dari perasaanpelaku pada saat
tindakan; penonton pada gilirannya membuat sebuah usaha imajinatif untuk masul: ke dalam
situasi pelaku, dengan demikian menimbulkan perasaan-perasaan simpatiknya sehingga
perasaan-perasaan itu mendekati perasaan-perasaan si pelaku. Jadi, ada sebuah proses
penyesuaian terus-menerus antara para pelaku dan para penonton. Bila sentimen rata-rata dari
para pelaku dan para penonton bertemu, taraf perasaan yang mereka kompromikan, atau
dalam istilah Aristoteles, sikap 'tengah', adalah perasaan yang khas dari tingkah-laku yang di-
akui secara moral dalam sebuah kelompok atau masyarakat khusus, dan dengan
menggeneralisasikan berdasarkan pada sen- Umen-senumen bersama ini, 'norma' ini mulai
terungkap dalam aCuran-aturan sosial untuk mengarahkan tindakan-tindakan ma- nusia
sehingga memperoleh kenikmatan-kenikmatan simpati umbal-balik.

Analisis ini diperumit dengan kenyataan bahwa penilaian- penilaian penonton dipengaruhi oleh
padat tidakr.ya ia masuk ke dalam perasaan-perasaan puas danatau dendam yang di- rasakan
oleh mereka yang telah, atau mungkin, menikmati atau menderita konsekuensi-konsekuensi
dari perbuatan-perbuatan si pelaku. Simpati atau tak adanya simpati dengan sentimen-
sentimen puas dan dendam mengikuti penilaian awal aLas ke- patutan atau ketidakpatutan
tindakan itu, memaksakan kembali pengakuan kemurahhatian, yang menimbulkan rasa puas,
dan mendukung penolakan atas tindakan-tindakan yangjahat atau udak adil, yang memancing
rasa dendam dan undakan pem- balasan. Jadi, si penonton cenderung menolak tindakan-
tindakan yang melukai orang lain dan mengakui pembalasan terbatas, melengkapi sebuah basis
alamiah untuk hukum kri- minal. Dengan cara yang sama semua patokan sosial didasarkan pada
jenis-jenis 'perasaan atau penginderaan langsung' yang merupakan produk pertimbangan
imajinatif atas sebab dan akibat dari tindakan-tindakan tertentu, dan yang, melalui sebuah
proses akomodasi timbal-balik dan rnululateral di antara para pelaku dan penonton,
menghasilkan norma-norma sosial yang disepakati mengenai tindakan. Semua ini dikaitkan
Smith de- ngan acuan pada sebuah konstruksi sosial atau tipe-ideal yangia sebut 'penonton
tidiik memihak', yang disamakannya dengan orang rata-rata dalam sebuah masyarakat atau
kelompok bila dia berada dalam posisi mengamati tingkah-laku setiap orang yang tidak
mempunyai hubungan khusus apa pun dengannya.

Ketika mulai menjelaskan isi norma-norma sosial Smith mengacu pada kekuatan nafsu-nafsu
asli, sejauh mana nafsu- nafsu itu bisa dikendalikan oleh pelaku, dan sampai pada taraf mana
nafsu-nafsu itu secara klias bekerja di Iingkungan-ling- kungan yang berbeda-beda (rasa takut,
misalnya, akan paling jelas dalam situasi-situasi bahaya; ini menjelaskan berbagai ma- cam
perbedaan di antara norma-norma berbagai masyarakat). Taraf perasaan-perasaan yang
diakuijuga dipengaruhi rasa senang yang dapat dirasakan oleh si penonton dalam berbagai
jenis perasaan. Di sini ada keajekan-keajekan dalam bekerjanya imajinasiyang mempengaruhi
penilaian si penonton yang tidak memihak itu. Jadi. lebih mudahlah bersimpati dengan atau
masuk ke dalam sen Umen-senumen yang menyenangkan seperti kemurahhatian daripada ke
dalam sentimen-sentimen yang me- nyakitkan seperti kemarahan, sehingga taraf konsensual
dari kemunhhatian yang diakui dekat dengan perasaan-perasaan si pelaku yang bersangkutan,
sedangkan para pelaku haruslah sa- ngat mengekang kemarahan mereka agar dapat
menguranginya sampai pada taraf yang diterima. Demikian juga, Smith m.eng-
generahsasilcan, lebih mudahlah masuk ke dalam keadaan- keadaan emosional seperti
kecemburuan daripada ke da_la_m rasa sakit yang disebabkan secara fisik seperri sakit gigi,
sehingga kita secara sosial dituntut mengendalikan sekurang-kurangnya manifestasi-
manifestasi yang penama itu dan bukannya yang tera_khir.

Masing-masing 'hukum' simpatiini memiliki beberapa efek pada sentimen-sentimen moral rata-
rata di daIam sebuah komu- nitas dan membentuk sebagian mekanisme tersembunyi yang
dipakai Smith malah untuk menerangkan 'ketidakajekan_ ketidakajekan' atau
inkonsistensi_inkonsistensi di dalam norma- norma sosial. Karena setiap individu berusaha
menyesuaikan d'T' dengan sikap-sikap penonton netral atau tidak memihak im, sikap-sikap ini
tidak berlaku hanya sebagai sumber norma-norma sosial melainkan sebagai tirik keseimbangan
yang cen- derung dituju perasaan-perasaan para individu.Jadi mekanisme- mekanisme simpati
mendukung sebuah sistem moralyang mem- bawa konsensus operauf pada sik'ap-sikap yang
bagaimanapun tidak terkoordinasi dan bertentangan dari individu-individu yang berinteraksi.
Keadaan perang Hobbesian dicegah bukan dengan kontrak melainkan ditolak sebagai hasil
samping yang ridak diinginkan darijutaan tindakan akomodasi timbal-balik di antara para pelaku
dan para penonton.

Smith memperluas pandangan tentang moralitzs ini untuk meliputi intemalisasi sikap-sikap si
penonton yang tidak memi- hak itu. Tatkala setiap individu menjadi dewasa, hasratnya untuk
kenikmatan-kenikrnatan simpati timbal-balik mendorongnya untuk menjadi penonton
imajinatif dari tingkah-lalunya sendin sehingga dia bisa mengantisipasi tanggapan-tanggapan
bersaha- bat atau bermusuhan dari orang-orang lain. Sekali dimulai, proses ini
mengarahkannya untul: mengakui atau menolak peri- lakunya sendiri karena dia bisa
membedakan dirinya rnenjadi diri-sebagai-pelaku dan diri-sebagai-penonton dan mengalami
persetujuan atau keddaksetujuan dalam sikap-sikap kedua ke- dirian itu.Jadi, menilik kembali
pada perbuatannya dia mungkin tak mampu masuk ke dalam kemarahannya yang tidak sengaja
dan karena itu dia akan mengutuki dirinya sendiri. Demikianlah perkembangan suara hati
sebagai sebuah pedoman untuk dan pendukung dan tingkah-Iaku yang diakui oleh masyarakat_
Oleh karena iCu, tekanan moral hanyalah soal ekscernal belaka karena individu berusaha
menyesuaikan diri dengan penilaian-penilai- an suara hatinya sendiri. Kodrat manusia bersifat
sosial bukan karena kemurahhatiannya yang agak terbatas, melainkan karena setiap orang
menginginkan persetujuan baik dari orang-orang lain (suka pujian) dan dari dirinya sendiri (suka
dihargai).

Namun di dalam batas-batas yang ditetapkan oleh penonton yang tidak memihak itu, entah
melalui opini publik atau melalui orang dalam', individu sebenarnya mengejar kesejahteraannya
sendiri. Memang sejauh ia melakukan itu dengan tinjauan bijak- sana ke masa depan ia
Jnernpcroleh pcngakuan dari penonton yang, sebagai seor,mg pengamat yang berjarak tidak
dipengaruhioleh desakan kenyataan langsung, berkenaan dengan masa depan pelaku danjuga
untuk kebahagiaannya di masa kini. Dan dengan demikian keterpusatan pada diri sendiri yang
bersifat alamiah dari manusiaini diandaikan begitu saja dan keutamaan diteguhkan dan diakui
selama tidak bertentangan dengan ke- baikan yang layak dan keadilan yang ketat. Hanya sejauh
ini ada kebenaran dalam karikatur standar dari Smith sebagai rasul kepentingan-diri.

Teori Smith tentang Masyarakat

Hidup di dalam masyarakat berarti hidup bersama dalam kedamaian yang mencukupi untuk
menghindari kematian, me- ngembangbiakkan spesies-spesies dan melaksanakan kegiatan-
k'egiatan ekonomi yang hakiki untuk mempertahankan hidup. Karena itu prasyarat pertamanya
adalah keadilan, yaitu sistem tertentu untuk mengendalikan kecenderungan alamiah manu- sia
un tuk melukai orang-orang lain_ Tanpa keadilan, kata Smith, sebuah masyarakat akan
menghancurkan dirinya sendiri, dan karena itu dendam kesumat simpatik dari penonton yang
tidak memihak, yang dialami dan diperkuat oleh semua orang yang dilukai oranglain, adalah
basis kehidupan sosial. Dengan tindak- an balas dendam sampai pada taraf tertentu yang
diterima oleh penonton yang tidak memihak, individu tidak memaksudkan kelangsungan hidup
masyarakat tetapi Undakan-tindakannya menghasilkan akibat ini dengan menghalangi para
pelaku kesalahan di masa depan. Prosedur-prosedur terlembaga dari pengadilan dalam
mengadili dan menghukum para pelanggar hanyalah sebuah perluasan dari tindakan balas
dendam naluriah yang dimodifikasikan ini dan isi hukum kriminal hanyalah mengatur berbagai
taraf rasa dendam yang dirasakan atau di- bayangkan dirasakan oleh mereka yang menanggung
berbagai macam penderitaan, yang paling tinggi dalam kasus kematian dan lukajasmaniah yang
serius tetapijuga mencakup hilangnya harta benda dan nama baik pribadi. Kaitan antara
keadilan dan dendam menjelaskan mengapa keadilan mcrupakan sebuah ke- utamaan negatit
rnurni, yaitu bahwa karena dendam disebabl,anhanya oleh tindakan-tindakan positif yang
menghasilkan luka, mungkin adillah tidak melakukan apa-apa sama sekali.

Oleh karena itu, Smith menyanggah pandangan Hobbesian bahwa keadilan bersifat artifisial.
Keadilan dengan kokohnya didasarkan pada sentimen-sentimen moral yang udak reflektif,
tetapi dalam kenyataan keadilan sungguh melayanil,epentingan umum dan melakuk'an itu tidak
hanya dengan memeliharajiwa individu-individu dan dengan demikian memungkinkan kehi-
dupan bersama, melainkan juga dengan menetapkan keadaan damai yang diperlukan untuk
kegiatan ekonomis, khususnya kegiatan komersial. Dalam kegiatan ini, keadilan disokong oleh
lembaga agama yang berasal dari rasa takut manusia akan ketidakpastian_ketidakpastian
kehidupan manusia dan spekulasi- spekulasi metafisisnya mengenai penyebab alam semesta
tetapi, dengan membayangkan teror-teror hukuman abadi, memberi- kan motif-motif lebih
lanjut untuk mengekang kecenderungan manusia untuk ketidakadilan. Dengan menunjuk pada
hubung- an-hubungan macam itu, Smith membangun kotaknya untuk melihat masyarakat
sebagai keseluruhan sebagai sebuah meka- nisme yang terintegrasi dengan sebuah tujuan
menyeluruh, sebuah tema yang tercermin dalam pandangannya mengenai keluarga sebagai
sesuatu yang berasal dari naluri seksual tetapi dipersatukan dengan kenyamanan identiffasi
simpatik dengan mereka yang terus berkontak dengan kita. Keluarga rnemiliki konsekuensi
yang tak terencana tetapi secara sosial diperlukan untuk memberi sebuah lingkungan tempat
anak-anak melalui pendewasaan manusia yang lama waktunya, dapat diasuh dan dididik untuk
membatinn sikap-sikap penonton dari masya- rakat mereka.

Dengan adanya aturan-aturan k'eadilan alamiah dan dalam taraf tertentu pemaksaan
terorganisasi dari aturan-aturan itu, inti hubungan_hubungan sosial di luar keluarga, bagi Smith,
adalah h.;:.gJan hubungan ek'onomis. Masyarakat_masyarakat dibedakan menurut cara-cara
produksi dasariahnya menjadi ma- syarakat perburuan, masyarakat penggembalaan, masyarakat
§rtaniziodeh pmaiya kat perdagangan (yang terakhir ini di- ahli dan pedagang)
masing-masing denganpemilikan dan sistem kelas yang khas. Segaris dengan teori umumnya,
aturan-aturan pemilikan bukanlah ciptaan-ciptaan sengaja tetapi muncul secara alamiah dari
harapan-harapan dari pemilikan terus-menerus yang dihasilkan dengan pendudukan tanah atau
pemakaian objek-objek dalam perjalanan biasa ke- giatan ekonomis rumah tangga. Para
pemburu, tanpa kediaman yang tetap, memiliki sedikit harapan macam itu kecuali dalam
hubungannya dengan binatang-binatang yang mereka bunuh dalam perburuan; dalam
masyarakat penggembala perhatian tetap atas kawanan ternak membentuk 'harapan-harapan
yang masuk-akal' akan pemilikan tetap atas binatang-binatang itu, dan dengan perkembangan
pertanian, menjadi wajarlab bagi masing-masmg orang mengolah canah yang paling del:at
dengan pemukimannya yang tetap lalu membentuk sebuah harapan akan pemakaian eksldusif
dan pendudukan tanah. Dengan mun- culnya kerajinar-kerajinan dan pembagian kerja besar-
besaran, berbagai macam harapan terapta mengenai pemilikan alat-alat dan produk-produk,
dan dari sana muncullah aturan-aturan pemilikian yang rumit yang terungkap dalam harapan-
harapan

Erat terkait dengan pemilikan adalah faktor pembagian- pembagian kelas yang terutama
didasarkan pada kekayaan, sesuatu yang sedikit ada dalam masyarakat para pemburu yang
hampir tidak bermilik ketika manusia hidup didalam gerombol- an-gerombolan sekitar dua atau
tiga ratus orang. Hak peng- gembalaan dan pemilikan kawanan ternak menghasilkan ke-
tidaksamaan_ketidaksamaan kedudukan yang besar di antara segelintir orang yang kaya dan
sisanya yang miskin. Keadaan ini Iangsung mengarah pada pemerintahan otoriter seperti pe-
merintahan kepala-kepala suku Tartar, karena kaum kaya mem- butuhkan perlindungan
terorganisir untuk milik mereka dan mempunyai sarana untuk mempertahankan banyak sekali
budak untuk melindungi diri mereka dan binatang-binatang mereka. Demikian juga pertanian
menetap menimbulkan kebutuhan petani kecil akan perlindungan dan demikianjuga untuk keka-
yaan dan otoritas kebangsawanan feodal, yang kedudukannya yang tak terkalahkan sampai
perkembangan kota-kota meng-hasilkan aliansi-aliansi sebuah kelas baru yang terdiri dari para
pedagang dan ahli mesin dengan raja-raja feodal, sehingga me- mungkinkan adanya sebuah
kelas pedagang. Keadaan ini pada gilirannya mempermudah pertumbuhan kerajinan dan
seluruh sistem ekonomi baru di mana ada tiga 'susunan pembentuk yang besar', tuan-tuan
tanah, para kapitalis dan para pekerja upahan.

Detail-detail dari hikayat. sejarah ini tidak perlu memusing- kan kita, tetapi kita harus mencatat
betapa banyaknya organisasi masyarakat, menurut teori Smith, berasal dari hubungan-
hubungan ekonomis dasariah dari cara produksi itu, sehingga keinginan manusia untuk
mencapai kesejahteraan material, pertama untuk bertahan hidup dan kemudian untuk
dihormati oleh sesamanya, merupakan penyebab yang mendasari srruktur sosial dan
perubahan sosial. Smith tidak mengabaikan penting- nya kel:uasaan militer, khususnya dalam
menentukan siapa yang dapat melindungi milik mereka dan mengumpulkan kekayaan dengan
menetapkan mereka sebagai pemerintah-pemerintah (dan dengan caraitu memperoleh hormat
otomatis yang meng- ikuti kekayaan), tetapi hal ini tak dapat sama sekali mengubah organisasi
dasariah sebuah masyarakat menurut cara produksi yang lazim. Kehidupan ekonomis perlu
dimengerti menurut kecenderungan alamiah setiap individu untuk memperr.ukarkan barang-
barang dan keinginan untuk memperbaiki kedudukan matenanya dengan sesedikit mungkin
kerja. Keinginan ini tidak hanya demi keuntungan-keuntungan material pada dirinya, karena
kebutuhan-kebutuhan fisik manusia dengan mudah di- jumpai, tetapilebih untuk perhatian dan
kekaguman, singkatnya simpati dari orang-orang lain.Jadi, pandangannya mengenai motivasi
ekonomis terkait dengan teorinya mengenai simpati yang memberi teori sosiaInya sebuah
l,esatuan yang mendekati apa yang oleh astronomi disebut gravitasi. Karena l,enikmatan-
kenikmatan kekayaan yang siap disimpatikan, manusia dengan sentimen_sentimen kaum kaya
yang dengan cara itu menikmati keuntungan real dari kekayaan itu, yaitu perhatian dan pemu-
jaan dari selunffi umat manusia. Kenyataan ini menerangkan baik kecenderungan manusia
untuk mengumpulkan kekayaanrnelampaui kebutuhan-kebutuhan fisik mereka, dan rasa
hormat kaum miskin kepada kaum kaya yang memperkuat perbedaan peringkatan-peringkatan
dan otoritas pemerintahan. Oleh karena itu, ada dukungan Umbal-balik dari struktur-struktur
ekonomis dan politis masyarakat, sebuah ilustrasi pokok dari kesatuan organis dari mekanisrne
sosial.

Analisis atas motivasi ekonomis ini membawa implikasi bah- wa banyak kegiatan ekonomis
bersifat irasional, karena kenik- matan-kenikmatan aktual dari kekayaan di mana pun tidak men-
dekati apa yang mereka bayangkan. Smithjuga merefleksikan bahwa keranjingan pada kekayaan
adalah kemerosotan moral karena kekayaan memperoleh kekaguman yang selayaknya di-
beril:an pada orang yang berkeutamaan. Tetapi inilah salah satu 'ketidakteraturan' yang suka
iajelaskan secara kausal dengan acuan pada simpati dan secara teleologis dengan konsekuensi-
konsekuensiyang menguntungkan yangia miliki untuk stabilitas dan karenanyajuga kemakmuran
masyarakat.
Meskipun dengan cermat Smith menelusuril:aitan timbal- balil, antara segi-segi lain dari
masyarakat yang bersifat ekono- mis, politis, pemilikan, dan religius di dalam seluruh sistem
sosial, ia termasyhur terutama karena analisisnya atas ekonomi komersial sebagai sistem yang
berputar sendiri. Analisis-analisis Smith atas sistem-sistem komersial mencakup gagasan
mengenai harga alamiah atau harga 'real' dari semua semua komoditas, yang berasal dari
sejumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pro- duksi komoditas yang bersangkutan, tetapi,
karena ekonomi berkembang, sampai mencakup kembalinya modal (keuntung- an) dan tanah
(sewa) sedemikian hingga perlulah memastikan bahwa modal dan tanah yang mencukupi akan
datang untuk tujuan-tujuan produksi. Dalam Buku I dari The Wealth of Na- twns, Smith
berpendapat bahwa di dalam setiap masyarakat ada suatu taraf gaji rata-rata dan wajar,
keuntungan dan sewa yang mulai membentuk harga wajar ataujumlah yang sungguh-sung- guh
berharga untuk membawa sebuah komoditas ke pasar dan yang karenanya merupakan harga
yang terendah yang dikena- kan seseorang yang akan menjual barang-barangnya dalamjang- ka
waktu tertentu. Kalau harga pasar di bawah harga wajar laluharga pasar akdn naik (atan
pcnawaran komoditas akan ber- hen ti), t,-tapi kalau harga pasar lcbih tinggi daripada harga
wajar lalu para produscn potensial Iainnya, deng-an mencari saham dalam keuntungan-
keuntungan yang membubung, akan me- nempatkan diri mereka dalam produksi barang-barang
yang sangat rnahaJ dan memasul,i pasar de n gan menj ual kurang dari- pada harga pasar yang
lazim, lalu memaksa produsen-produsen lainnya untul, menurunkan harga mereka, sebuah
proses yang beil:esinambungan sampai harga wajar menjadi norma.

Harga wajar, dengan demikian, merupakan titik ekuilibrium homeostatis. Ke titik itu harga pasar,
menurut istilah Smith, 'terus-menerus tertarik'. Titik keseimbangan ini berubah ketika ekonomi
berkembang karena titik itu dipengaruhi oleh efek kumulatif dari penyebab-penyebab kemajuan
ekonomis, seperu pertambahan pembagian kerja, perluasan pasar, perbaikan ko- munikasi, dan
seterusnya, tetapi harga wajar sebuah komoditas selalu berkaitan dengan harga produksi dan
kecepatan wajar kembalinya modal, tenaga kerja dan tanah,yang mencerminkan taraf umum
penawaran dan permintaan untuk faktor-faktor ini. Kecenderungan umum dari sistem ini adalah
produk'si dari sebuah aliran tetap barang-barang konsumsi dengan harga yang terendah yang
terjangkau. Dengan cara ini, dengan adanya pem- batasan-pembatasan keadilan, usaha-usaha
setiap individu untuk memperbaiki situasinya sendiri memaksimalisasikan kemakrnur- an
masyarakat sebagai suatu keseluruhan, sementara kemak- muran relatif dari minoritas yang
sukses menambah stabilitas politis yang ditunt.ut kemajuan ekonomis. Semua ini adalah
penampakan dari apa yang merupakan karya 'tangan tersem- bunyi'.

Implikasi_lmplikasi Praktis

Sebuah sistem yang efisien yang tersusun sendiri seharusnya tidak dirusal, khususnya kalau
proses-proses di dalamnya udak sepenuh nya dimengcrti. Pandangan Smith mengenai cara I,erja
ekonomi komersial membawa implikasi yang jelas bahwa pe- merintah_pemerintah sebaiknya
berdiam diri dan dengan demi-kian menghasilkan apa yang ia sebut 'sistcm kebebasan alamiah
yang jelas dan sederhana'. Inilah gagasan liberal mengenai negara minimal, yang terwujud di
dalam k'ebijakan laissezfaire.

Kebebasan alamiah ada bila senap orang, selama dia tidak melanggar hukum keadilan.
dibiarkan bebas sepenuh-penuhnya untuk mengejar kepentingannya sendiri dengan caranya
sendiri, dan membawa baik industrinya maupun mo- dalnya ke dalam persaingan dengan
indusm dan modal orang-orang lain.

Kutipan di aLas berarti bahwa 'kekuasaan tertinggi sama sekali dicabut dari ...kewajiban untuk
menga,vasiindustri pribadi, dan mengarahkannya menuju pelaksanaan yang paling cocok untuk
kepentingan-k'epentingan masyarakat' ( Wealth of Nations, Buku IV, Bab IX). Tentu saja
pemerintah harus memelihara kondisi- kondisiuntuk terlaksananya sistem ekonomi; pemerintah
harus melayani keadilan, memungut pajak untuk memperlengkapi ketahanan nasional dan
bahkan memberi modal untuk infra- struktur-infrastruktur sepe rtijalan-jalan danjembatan-
jembatan, tetapi pemerintahjangan campur tangan, karena alasan-alasan lain, dalam kekuatan-
kekuatan penawaran dan permintaan atau menghalang-halangi setiap orang untuk berusaha
memak- simalisasikan pendapatnya sendiri dengan pemakaian tanahnya, modalnya atau
tenaga kerjanya.Jadi, hampir semua pembatasan untuk perdagangan (dalam dan luar), hak-hak
monopoli dan pengaturan-pengaturan jabatan terbatas harus disingkirkan. Penyingkiran ini mau
tak mau pasti mengarah pada perbaikan dalam kemakmuran nasionalbukan dengan
mengorbankan me- lainkan dengan pengayaan timbal-baJik negara-negara yang ber- dekatan
karena pasar-pasar yang besar berarti pembagian kerja yang semakin maju dan proses-proses
industri yang semakin efisien. Lagi pula distribusikekayaan dalam negeri akan menjadi
keuntungan bagi semua warga negara dan tidak melulu menjadi keuntungan si kaya. Sistem
kebebasan alamiah, dengan demi- kian, adil dan bijaksana.

Demikian juga bukanlah kewajiban pemerintah carnpur tangan dalam moralitas sosial sejauh ini
merupakan soal ke murahan hati, karena tak seorang pun dapat dipaksa untukmcmba"tu orang
lain; pemerintah harus membatasi dirinya pada penyin gkiran scgi negatif dari m oralitas,
larangan_larangan mclukai orang l'ain, yaitu, rncnegakkan keadilan. Di sini lagi pemerintah
bukanlah sebuah pengantara yang kreauf melain- kan sebuah instrumen untuk administrasi
yang efektif dari sentimen-sentirnen moral alamiah dari dendam simpatis yang
mengembangkan isi khususnya di dalam seuapjenis masyarak'at menuru Lj enis lu ka yang
paling mudah mengenai man usia dalam masyarakat itu. Pemenntah-pemerintah tidal:
membuat hukum dari ketiadaan atau melayani malcsud-maud mereka sendiri. Mereka
menemUKan dan menerapkan apa yang sudah dibentuk oleh proses-proses alamiah. Memang
mereka tak berdaya untuk memaksakan hukum yang bertumbukan dengan sentimen- sentimen
keadilan alamiah yang kuat. Dengan agak paradoksal untuk petugas bea cukai, Adam Smith
melukiskan soal ini de- ngan kegagalan-kegagalan pemerintah untuk mencegah penye-
lundupan sebab penyelundupan sewajarnya tidak dianggap sebagai kegiatan kriminal. Hukum
alam, dengan demikian, ada untuk diternukan dan diterapkan dan Smith memperingatkan
kepada usaha-usaha untuk meningkatkannya karena usaha- usaha ini mudah dilakukan dengan
tidak tahu-menahu menge- nai mekanisme-mekanisme tersembunyi yang membuat senti- men-
sentimen moral yangjelas 'tidak teratur' yang bermanfaat untuk sistem itu sebagai keseluruhan.

Akan tetapi Smith sama sekali optimis dan puas diri. Dia skepus akan kemampuan para politikus
untuk bertindak selayak- nya untuk kesejahteraan umum dan ketakutan akan kekuasaan
kepentingan-kepentingan pribadi. Semua kelompok manusia berserikat demi kepentingan
mereka sendiri; para politikus ada- lah 'binatang-binatang yang berakal-busuk dan licik' yang
hanya melihat keuntungan politis langsung mereka, para pedagang bergabung untuk menekan
pembatasan-pembatasan per- dagangan pada pemerintah-pemerintah, dan seuap indusrrialis
bcrusaha melindungi dirinya dari kompetisi yang efektif. Pe- merintah dapat dan harus menahan
tekanan-tek'anan dari ke- lompok-kelompok parsial ini tetapi Smith tidak rnengharapkan cita-
citanya mengenai ekonomi yang sama sekali tak terkendaliterwujud. Lagi pula dia sadar akan
efek-efek yang merusak dari kelas pekerja: pengulangan terus- p emb
g'adnakesrj buahnker;' ..gan yang membosankan meng- hasilkan sebuah 'pikiran yang tumpul',
sementara hidup di kota- kota menjauhk'an manusia dari pengaruh yang bermanfaat dari
tekanan-tekanan sosial dari komunitas-komunitas desa, sehingga masyarakat komersial sungguh
melenyapkan 'keutamaan-keu_ tamaan intelektual, sosial dan peperangan' dari kelas pekerja,
yang hanya sebagian dapat dikurangi dengan menyediakan dasar, sebuah fungsi yang, secara
cuk'up menarik, diharapkan Smith ditunjang oleh pemerintah.

Penilaian

Prestasi-prestasi Smith adalah prestasi-prestasi seorang pe- lopor. Usaha untuk melihat
masyarakat komersial sebagai sebuah sistem dan menelusuri kesalingterkaitan-kesaling-
terkaitan berbagai segi kehidupan sosial memberi sumbangan untuk perkembangan ilmu sosial
modern. Namun walaupun ia ingin mengikuti metodologi Newton,ia tidak membawa ke studi
tentang masyarakat semacam presisi matemaus yang mungkin dalam studi mengenai gerakan-
gerakan benda-benda angkasa yang bersifat fisik. Di samping pencariannya akan variasi-variasi
yang berimbang di antara faktor-faktor ekonomis seperti aku- mulasi modal dan taraf
pembagian kerja, dia menunjukkan se- dikit hubungan kuantitatif persis dalam hukum-hukum
psikologi dan ekonomis yang diupayakannya.Jadi, di samping ciri detail dari bukti ekonomisnya
ada buku empiris yang udak memadai untuk menentukan harga 'wajar' dalam masing-masing
wilayah ekonomis. Walaupun, sebagian besar,ia membuat sebuah kasus yang meyakinkan
untuk adanya sistem-sistem ekonomis dan sosial dan banyak darijalan-jalan khusus yang ia
petakan, misal- nya dalam l-mkum pcnawaran dan permintaan, masih ada daIaJn teori dewasa
ini, kecukupan empiris dari banyak karyanya, rak mengejutkan, telah dibicarakan.

Juga, banyak hal yang ia tunjuk dalam bidang ckonomL. khususnya 'nengenai efek-efek
pcrsaingan beba;tclah lcbih diterapkan pada tahap-tahap awal kapitalisme ketika masih
didominasi oleh bisnis-bisnis kecil, dan memiliki relevansi yang kurang pada du nia perusahaan
gabungan, serikat-serikat dagang dan kerja sama-kerja sama internasional. Visi ekonomisnya
da- lam arti tertentu sempit.

Teorinya mengenai norma-norma sosialjuga problematis, barangkali lebih dari itu, karena
rumitnya fenomena sentimen 'alamiah' dalam kenyataan empiris, yaitu sikap-sikap yang secara
teoretis bersifat prasosial dari manusia yang dari sikap-sikap itu norma-norma sosial altual
diban gun melalui in te raksi sosial dan pengalaman individu. Semua penilaian aktual yang
tidal: me- mihak' dipengaruhi oleh norma-norma sosial si pengamat se- hingga usaha masuk
ke dalam senumen-sentimen orang lain terbatas pada pengaruh sikap-sikap moral yang ada
dari si peng- amat. Bahwa di belakang ini, pada asal-usul proses perkem- bangan pribadi dan
sosial yang bersifat turunan, terdapatlah sentimen-senumen 'asli' atau kasar yang bersifat
universal yang bersifat pasti untuk menghasilkan seluruh galaksi norma-norma sosial, lebih
merupakan sebuah hipotesis spek'ulatif daripada sebuah observasi empiris karena kalau
sentimen-sentimen alamiah ini ada, sentimen-sentimen itu terkubur dalam sejarah individu
dan masyarakat dan tak bisa diingat untuk pengamatan. Hal ini tidak menjadi soal kalau
hipotesis itu bisa diuji secara empiris dengan mendeduksikan prediksi-predik'si yang terinci
dari hipotesis itu, tetapi buk'u yang diberikan Smith terlalu kasar dan langsung untuk maksud
ini. Oleh karena itu, kecurigaan yang tetap ada adalah bahwa simpati adalah sebuah wahana
untuk sikap-sikap moral. buk'an penjelasan untuk sikap-sikap moral itu.

Tetapi sementara Smith mungkin membiarkan kita mem- pertanyakan apakah teorinya bisa
memperhitungkan isi terinci dari norma-norma sosial atau tidak, analisis aLas proses 'sosiali-
sasi' yang denganjalan itu teman-teman sebaya, orangtua, guru menanamkan norma-norma
melalui mekanisme-mekanisme psikologis yang mencakup imajinasi sungguh luar biasa untuk
zamannya dan tcrap relevan sampai dewasa ini. Pandangannya mengenai suara hati secara
meyakinkan lebih realisUs karenaIcbih bcrsifat sosiologis daripada pandangan Freud dan
pengaruhnya dalam sosiologi bisa ditclusuri melalui karya (,.1-I. Mead yang pandangannya
tentang 'generalized other'banyak mengambil inspirasinya dari Smith (lih. hIm. 232), dan juga
distingsi David Reisman antara masyarakat-masyarakat yang 'terarah-ke-dalam' dan 'terarah-ke-
luar' dipra-bayangkan dalam distingsi Smith antara anta pujian (dari orang lain) dan cinta harga
diri (pengakuan akan suara hati kita sendiri) (lih. David Reismen, The Lonely Crowd, Yale
University Press, 1950).
Akan tetapi pandangan-pandangan Smith sebagian besar tak berlaku, dalam peranan yang
dimainkan Allah baik dalam skema penjelasannya dan dalam etika norma,ifnya. Seluruh dasar
pandangannya mengenai penyebab final hancur kalau k' ta menjatuhkan hipotesis tentang
pencipta yang murah hati, dan orang curiga bahwa l:eakinannya akan dapat dir.eriman)'a akibat-
akibat laissez faire akanjuga digoyahkan oleh agnotisisme.

Juga identifikasi gampangan dari apa yang 'wajar' dalam arti normal dan apa yang 'wajar' dalam
arti diinginkan tidak lebih daripada sekedar lenyapnya pengandaian teologis bahwa apa yang
diciptakan Allah tentu baik adanya. Evaluasi-evaluasi Smith pada akhirnya menukik ke
pembenaran meta-etis bahwa perasaan-perasaan yang tak bisa luta singkirkan sesudah mela-
kukan rcfleksiyang luas memiliki sebuah otoritas yang dirasakan dan kepasuan yang
mcmbenarkan kita menganggap perasaan- perasaan itu sebagai suara Allah dalam diri kita.Jadi,
walaupun kita tak bisa menuduh Smit_h telah sama sekali mencampur- adukkan 'apa yang
nyatanya ada' dan 'apa yang seharusnya ada', pengandaiannya bahwa pada akhirnya kedua
bidang itu, yaitu bidang fakta dan bidang nilai, bersesuaian lebih merupakan ungkapan dari
iman religius daripada rasio filosofis.

Apakah teori Smith tentang masyarakat dapat dimodifikasi untuk mempertemukan kritik-kritik
ini sukar untuk dikatakan. Nanti kita akan kembali pada soal kesamaan arti modern dari teologi
iIahi Smith, yaitu fungsionalisme (lih. hIm. 228). Akan tetapi telah ada sebuah kebangkitan
kembali kepercayaan akan sebuah hubungan hakiki antara nilai-nilai manusia-wi dan apa yang
dengan cara tertentu 'sewajarnya' baik untuk manusia,dan tentu utilitarianisme telah
berkembang dalam zaman post- teologis ini. Selanjurnya ktitik bahwa pandangan Smith tentang
sistem ekonomis tidak cocok dengan ekonomi modern bisa dianggap, bersama F.A. Hayek dan
Milton Friedman, sebagai sesuatu yang lebih mengkritik ekonomi modern ini daripada
mengkritik Adam Smith; mungkin sebuah gerakan ke arah 'sistem kebebasan alamiah'
bermanfaat dan patut dilakukan. Akan tetapi penerapan langsung gagasan-gagasan Smith pada
dunia modern dan kesederhanaan visinya mengenaisistem yang berpusat pada fenomena
kepentingan-diri yang dimodifikasi dengan simpau tampaknya akan lenyap dari pertumbuhan
kualifikasi-kualifikasi yang tak terhitung banyaknya sedemikian rupa sehingga, menurut
pandangannya sendiri mengenai per- kembangan teoretis, lemahlah penggantian dengan
perangkat pengandaian teoreUs lainnya yang bisa menghasilkan pandang- an-pandangan yang
secara intelektuallebih memuaskan menge- b:bkeedhidupan sosial dan implikasi-implikasi
prak'tis yang agak berbeda.

Anda mungkin juga menyukai