Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS STUDI KASUS

Oleh: Dian Firdaus (D1091181001)

A. Definisi Analisis Studi Kasus

Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian


dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya
sebagai suatu kasus. Metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk tetap
holistik dan signifikan. Menurut Arikunto (2013),metode penelitian adalah cara
yang digunakan peneliti dalam dalam mengumpulkan data penelitian.

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian


secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987)
memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-
cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn.
Sebuah definisi dengan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang
studi kasus diberikan oleh Robert Yin (1996), yang menyebutkan bahwa studi
kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena dalam konteks
kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan.
Jadi secara garis besar pengertian dari Studi Kasus merupakan strategi
penelitian dimana didalamnya peneliti menyeliki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasioleh
waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasisecara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
Studi kasus biasanya menggabungkan metode pengumpulan data seperti
arsip, wawancara, kuesioner, dan observasi. Bukti-buktinya mungkin kualitatif
(contohnya, kata-kata), kuantitatif (contohnya, angka), atau keduanya. Sebagai
contoh, Sutton dan Callahan (1987) mengandalkan secara eksklusif pada data
kualitatif dalam studi mereka kebangkrutan di Silicon Valley, Mintzberg dan
McHugh (1985) menggunakan data kualitatif yang dilengkapi dengan jumlah
frekuensi dalam pekerjaan mereka di Dewan Film Nasional Canada, dan
Eisenhardt dan Bourgeois (1988) menggabungkan data kuantitatif dari kuesioner
dengan bukti kualitatif dari wawancara dan observasi. Akhirnya, studi kasus dapat
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan: untuk memberikan deskripsi (Kid-
der, 1982), teori uji (Pinfield, 1986; Anderson, 1983), atau menghasilkan teori
(misalnya, Gersick, 1988; Harris & Sutton, 1986).

B. Tujuan dan Manfaat Metode


Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013:
201202), keistimewaan Studi Kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan
pandangan subjek yang diteliti,
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday reallife),
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dengan subjek atau informan,
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi
juga keterpercayaan (trustworthiness),
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas,
6. Studi Kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Berdasarkan manfaat studi kasus diatas, penelitian studi kasus akan
mampu memberikan kejelasan terhadap subuah kasusu yang mendalam dan
akurat. Studi kasus juga terbuka orang lain dalam menafsirkan sebuah konteks
atau kasus sehingga hasil yang dicapai akan lebih akurat dan komprehensif.
C. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail
diteliti.
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat
dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti
mungkin pada penelitian berikutnya.
5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi
deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu
pengembangan teori atau menyanggah teori.
Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:
1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific
karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir.
Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil
penelitian studi kasus.
2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data
studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari
penelitian kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah
orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan
generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi
sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi
yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk
mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala
yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini,
sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada
penelitian-penelitian kuantitatif.
6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk
beralih focus studi ke rah yang tidak seharusnya.

D. Tahapan/Langkah-langkah Metode
Dalam pelaksanaan kajian atau penelitian studi kasus, maka tidak akan
lepas dengan poses yang secara teratur dan berkelanjutan. Beberapa tahapan yang
harus dilalui oleh peneliti diantaranya:
1. Pemilihan Tema atau Topik Penelitian Tema atau topic dalam penelitian
menjadi hal sangat penting dalam kajian studi kasus. Hal ini disebabkan tema
adalah “body of knowledge” begitu penting pemilihan tema maka alangkah
baiknya peneliti haruslah melihat latar belakang akademisi yang menji bagian
dari keilmuanya. Sebagai contok seorang mahasiswa jurusan pendidikan
Bahasa Inggris, maka wajiblah dalam menentukan tema penelitian yang
berkaitan dengan kasusu-kasus yang sering muncul di bidang pendidikan
Bahasa Inggris, sehingga hasil kajian peneliatnya akan mendalam dan
komprehensif karena sesua dengan bidang keilmuanya.
2. Kajian Teori Penelitian Pada tahapan kedua ini, peneliti harus mau dan siap
untuk membaca dan juga menelaah kajian teori-teori, yang ada pada buku
bacaan, jurnal, majalah ilmiah, surat kabar dan juga laporan penelitian
terdahulu. Menurut Yin (1994: 9) pembacaan literatur sangat penting untuk
memperluas wawasan peneliti di bidang yang akan diteliti dan mempertajam
rumusan masalah yang akan diajukan. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si
(2017:14) memberi penjelas bahwa dalam upaya pengumpulan bahan bacaan
peneliti perlu mempertimbangkan dua aspek penting, yakni relevansi
(relevance) bahan bacaan/literatur tersebut dengan topik bahasan (kasus) yang
diangkat dan kemutakhiran (novelty). Semakin muktahir kajian bacaan yang
dibaca maka semakin baik dan relevan sesuai dengan perkembangan yang di
hadapi oleh peneliti. Sering di temukan kutipan bacaan yang kurang tepat dan
relevan karenatidak sesuai dengan kajian pembahasan pada bidangnya.
3. Perumusan Masalah Pada proses perumusan masalah, peneliti di tuntut untuk
lebih teliti hal apa yang akan di jadikan pokok masalah pada penelitian,
menurut Dr. Suwartono (2014: 24) perumusan suatu permasalahan perlu
dilakukan untuk memperjelas masalah yang dihadapi. Untuk menghindari
kurang mendalamnya hasil penelitian. Maka seorang peneliti bisa
mengfokuskan pada titik yang menjadi pusat perhatian.
4. Pengumpulan Data Menurut Dr. Suwartono, M. Hum (2014:41) pengumpulan
data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data,
menghimpun, mengambil atau menjaring data penelitian. Pada proses
pengumpulan data studi kasus, peneliti dapat menggunakan beberapa teknik
diantarantanya adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada tahapan
ini peneliti mempunyai peranan yang sangat penting hal itu dikarenakan
penelitilah yang bisa menyimpulkan kapan waktu untuk memulai dan
mengakhiri penelitian dan juga mampu mengukur data yang dibutuhkan
sudah cukup.
5. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data menjadi bagian terpenting
pada penelitian, setelah proses mencarian informasi dilakukan dan dianggap
cukup tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Pada proses ini , peneliti
harus mengecek setiap data, menyusun data, melakukan pengkodingan pada
data, mengklasifikasi data, dan mengoreksi jawaban atas hasil wawancara
yang dianggap masih kurang jelas. Setelah data terkumpul baik melalui, hasil
wawancara dan observasi, dukumentasi dalam bentuk gambar atau photo.
Data akan di olah oleh peneliti. Menurut Dr. Suwartono, M. Hum (2014:79)
istilah “olah” atau “proses” data inilah penulis sering mengunakan untuk
mengganti kata “Analisis” yang lebih terkesan rumit. Pada proses analisis
data. Menurut Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si (2017:20) Pada
hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk memberikan makna
atau memaknai data dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya menjadi bagian-bagian
berdasarkan pengelompokan tertentu sehingga diperoleh suatu temuan
terhadap rumusan masalah yang diajukan. Untuk dapat menyimpulkan hasil
temuan pastilah tidak semudah yang kita pikirkan karena peneliti akan
dituntut harus melalui tahapan-tahapan proses dan ini memerlukan
ketelitian, kecerdasan tersendiri. Tidak hanya kecerdasan dan ketelitian yang
menjamin akan hasil nya tepat wawasan retorika, pengalaman peneliti dan
bimbingan dosen akan sangat berpengaruh terhadap informasi hasil temuan
pada penelitian.
6. Simpulan dan Laporan Hasil Penelitian Pada akhir proses penelitian, peneliti
akan mengkroscek ,mengulang dan meringkas hasil temuan yang sudah di
lakukan kemudian membuat hasil kesimpulan temuan . Laporan pertanggung
jawaban merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh peneliti terhadap
hasil penemuan secara ilmiah. Menurut Yunus (2010: 417) ada beberapa versi
mengenai laporan penelitian, tetapi secara umum terdapat 3 syarat agar
laporan penelitian dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah, yaitu:
1. Objektif,
2. Sistematik
3. Mengikuti metode ilmiah.
Berdasarkan standar diatas, maka hasil karya ilmiah tidaklah semudah yang
kita bayangkan dan tidak asal. Pertama, Objektif , ini bermaksud hasil
pemerolehan data yang didapatkan dalam penelitian adalah benar-benar data
hasil dari subjek peneliti, bukan dari sudut pandang peneliti. Kedua,
sistematik dalam artian pada proses penelitian ada tahapan-tahapanya, mulai
dari awal sampai akhir kesimpulan dan laporan masih berkaitan. Ketiga,
mengikuti methode ilmiah, maksudnya pada proses penelitian kegiatan yang
dilakukan haruslah terstandar dengan alur dan tahapan yang sudah disepakati
oleh para ilmuwan .
Sedangkan mengikuti metode ilmiah yang dimaksudkan ialah kegiatan
penelitian mengikuti langkah-langkah memperoleh pengetahuan ilmiah sesuai
yang telah disepakati oleh para ilmuwan. Memang juga terdapat beberapa versi
tentang langkah memperoleh pengetahuan ilmiah. Untuk penelitian Studi Kasus,
langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai pedoman, yakni:
1. penentuan fokus kajian (focus of study), yang mencakup kegiatan memilih
masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan,
2. pengembangan kepekaan teoretik dengan menelaah bahan pustaka yang
relevan dan hasil kajian sebelumnya,
3. penentuan kasus atau bahan telaah, yang meliputi kegiatan memilih dari mana
dan dari siapa data diperoleh,
4. pengembangan protokol pemerolehan dan pengolahan data, yang mencakup
kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan dan
pengolahan data yang digunakan,
5. pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang terdiri atas kegiatan
mengumpulkan data lapangan atau melakukan pembacaan naskah yang dikaji,
6. pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian (coding),
pengkategorian (categorizing), pembandingan (comparing), dan pembahasan
(discussing),
7. negosiasi hasil kajian dengan subjek kajian, dan
8. perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan penafsiran dan penyatu-
paduan (interpreting and integrating) temuan ke dalam bangunan pengetahuan
sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.

Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai, bisa
saja langkah-langkah tersebut diubah menurut dinamika lapangan. Rumpun
kajian, misalnya, mungkin mengalami penajaman dan perumusan ulang setelah
peneliti melakukan penjajakan lapangan. Tentu saja, penajaman ulang perlu
dilakukan berdasarkan ketersediaan data, serta dimaksudkan untuk meningkatkan
kebermaknaan kajian.

E. Contoh Penggunaan Metode


1. Sebuah sekolah memiliki masukan (input) siswa yang sangat baik, umumnya
dari anak-anak keluarga kelas menengah ke atas. Prestasi demi prestasi pun
diraih oleh para siswa hampir di semua bidang. Di sekolah lain yang tidak
jauh lokasinya dari sekolah pertama masukannya biasa-biasa saja, dan dari
siswa-siswa kalangan masyarakat menengah ke bawah. Prestasi siswa di
sekolah kedua tersebut tidak kalah hebatnya dari yang pertama. Bahkan di
beberapa cabang olah raga prestasinya melebihi sekolah pertama. Prestasi
sekolah kedua bisa diangkat sebagai “kasus” untuk dikaji lebih mendalam
melalui Studi Kasus.
2. Mahasiswa Jurusan Bahasa bisa meneliti kasus yang terjadi pada mahasiswa
internasional di sebuah perguruan tinggi dengan fenomena seperti berikut.
Mahasiswa dari negara Timur Tengah yang bahasa ibunya bahasa Arab jauh
lebih cepat belajar bahasa Indonesia dibanding mahasiswa yang bahasa
ibunya bahasa Inggris. Begitu juga mahasiswa yang berasal negara-negara
bekas Uni Soviet mengalami kesulitan luar biasa belajar bahasa Indonesia.
Mahasiswa dari Cina yang menguasai bahasa Arab dapat belajar dan
menguasai bahasa Indonesia lebih cepat daripada mahasiswa Cina yang tidak
bisa bahasa Arab. Fenomena pembelajaran bahasa Indonesia untuk
mahasiswa asing bisa diangkat menjadi “kasus” penelitian Studi Kasus.

Referensi:
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
http://makalah-arsipku.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-studi-
kasus.html, diakses 11 Juni 2020.
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung :
Mandar Maju,2011) hal 47
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung :
Mandar Maju,2011) hal 112
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung :
Mandar Maju,2011) hal 116

Anda mungkin juga menyukai