Anda di halaman 1dari 7

Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan

Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan
Barat IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupten Sambas merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan
Barat yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik berupa sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) maupun yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Gunradi (2004), salah satu potensi kandungan emas berada di perairan
3
Sungai Seminis yaitu seluas 380.531,25 m , dengan kadar emas rata-rata 0,6742
3
gram/m . Jumlah sumberdaya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa didaerah
S. Seminis sebesar 256,554 kg. Sistem penambangan emas aluvial di daerah
tersebut dilakukan dengan cara tambang semprot, sistem pengolahan
menggunakan sluice box dan pendulangan.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk menerbitkan
izin pertambangan, salah satunya pada kegiatan tambang emas rakyat untuk
komoditas mineral logam dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Sambas telah
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Pertambangan Rakyat. Peraturan tersebut, seharusnya semakin memperkuat posisi
pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah daerah untuk mengelola sektor
pertambangan yang dimilikinya. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa
hingga saat ini pengelolaan dan pemanfaatan cadangan emas, khususnya di
Kecamatan Sebawi sebagian besar masih dikelola secara tradisional yakni berupa
Pertambangan Tanpa Izin (selanjutnya disingkat PETI).
Sejauh ini, industri pertambangan merupakan salah satu dari sejumlah
industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk menghasilkan devisa. Selain
itu, kegiatan ini juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat,
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan peluang kerja dan

1
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 2
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kesempatan berusaha, meningkatkan harga jual tanah masyarakat di sekitar lokasi


tambang serta memicu percepatan perkembangan suatu wilayah.
Di sisi lain, selain menimbulkan dampak positif, kegiatan penambangan
juga berpotensi menimbulkan dampak negatif, yaitu pada penurunan kualitas
lingkungan hidup. Kegiatan penambangan emas rakyat, yang umumnya
melakukan proses pemisahan bijih emas dengan bantuan amalgam atau merkuri
(Hg), atau lebih dikenal dengan metode amalgamasi, menimbulkan dampak
negatif berupa tingginya risiko pencemaran lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi
karena tidak dilakukannya proses pengelolaan terhadap limbah buangan sisa
produksinya. Merujuk pada data yang dirilis oleh US-EPA (1995) yang dikutip
oleh Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal Bapedal (2001) dalam buku
“Aspek Lingkungan Amdal Bidang Pertambangan”, diketahui bahwa kegiatan
pertambangan bertanggungjawab atas kasus pencemaran air permukaan, yaitu
sebesar 70%. Hal yang sama juga dikatakan oleh SGAB-Prodeminca (1998) yang
dikutip oleh Miserendino dan Bergquist (2013), menyatakan bahwa dampak
lingkungan primer terkait dengan kegiatan pertambangan emas tradional dan
pertambangan emas skala kecil yaitu terkait dengan penurunan kualitas air dan
ekosistem perairan. Kegiatan tersebut menurunkan kualitas air melalui 4 (empat)
cara yaitu: (a). kontaminasi akibat air larian (run-off) dari limbah tambang, baik
dalam bentuk padatan maupun cairan dari tailing pond; (b). pencemaran yang
disebabkan oleh pembuangan limbah tanpa izin ke dalam sungai, saluran air
maupun sistem perairan lainnya (saluran drainase); (c). sumber pencemar dari
tempat pengelolaan yang mengalami kebocoran; dan (d). peningkatan dalam tanah
yang terbawa oleh erosi yang berhubungan dengan penggunaan lahan (land-use
change).
Pada proses penambangan emas rakyat, limbah yang umumnya masih
mengandung merkuri dibuang langsung ke badan air atau ke permukaan tanah. Hal ini
disebabkan merkuri tersebut tercampur atau terpecah menjadi butiran-butiran halus
yang sifatnya sukar dipisahkan, pada proses penggilingan yang dilakukan bersamaan
dengan proses amalgamasi. Selanjutnya, dalam proses pencucian, merkuri terbawa
dalam limbah (tailing). Material yang tercecer pada proses
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 3
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penggilingan tersebut, ditampung dalam bak penampung untuk diolah kembali,


sampai diperkirakan tidak mengandung emas. Setelah material dianggap sudah
tidak mengandung emas para penambang membuang langsung ke badan sungai,
sehingga merkuri yang terkandung dan campuran lumpur dari limbah kegiatan
penambangan emas juga ikut terbawa ke badan sungai.
Fenomena tersebut tentunya dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
yang ada disekitar perairan Sungai Seminis. Dalam penelitian ini, penulis akan
mengkaji terkait jenis kerusakan akibat penambangan emas, tingkat kerusakan
lingkungan, dan strategi pengelolaan lingkungan yang tepat sebagai akibat dari
kegiatan penambangan emas.

1.2 Perumusan Masalah


Menurut Gunradi (2004), Potensi bahan galian yang ditinjau dari kegiatan
ini yaitu potensi endapan emas aluvial. Seperti telah diterangkan di atas potensi
emas aluvial sudah diusahakan oleh rakyat sejak abad 18 dan 19. Potensi emas
aluvial di daerah penelitian ini diduga hasil erosi dari suatu sistem endapan emas
primer yang terjadi akibat adanya terobosan Sintang pada Batuan volkanik
Gunungapi Sekadau (Trusk) yang menyebabkan terjadinya aktivitas hidrotermal
yang menyebabkan terbentuknya cebakan emas.
Lokasi bukaan tambang tidak didasarkan atas hasil eksplorasi (bersifat coba-
coba) yang menyebabkan sering terjadinya bukaan tambang yang tidak berhasil.
Penambangan yang tidak sistematis ini menyebabkan banyak sekali potensi endapan
aluvial yang tertinggal atau tidak tertambang, recovery penambangan rendah dan
memperparah kondisi lingkungan yang ada karena pada umumnya tidak dilakukan
reklamasi pada bekas galian tambang tersebut; Air penyemprot/pencuci terutama di
bagian hilir, tingkat kekeruhan (kandungan lumpurnya) tinggi; hal ini menyebabkan
lumpur yang disedot dan akan diendapkan pada sluice box menjadi sangat pekat yang
mengganggu dalam proses pengendapan (penangkapan) kosentrat dalam alat sluice
box. Disamping tingkat kekeruhannya yang tinggi juga air penyemprot tercemar
dengan ceceran solar dan oli dari mesin penggerak, hal ini meyebabkan terganggunya
proses pengendapan. Adanya minyak dapat
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 4
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menyebabkan mengapungnya butiran emas, terutama butiran emas yang pipih.


Dari hasil temuan tersebut maka kegiatan penambangan emas tersebut berpotensi
untuk dapat memberikan dampak negatif dalam penurunan kualitas lingkungan
berupa potensi rusaknya perairan Sungai Seminis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
(1) Bagaimanakah jenis kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan
emas ?
(2) bagaimanakah tingkat kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah
penambangan emas pada aliran Sungai Seminis ?
(3) bagaimanakah strategi pengelolaan dari tingkat kerusakan lingkungan akibat
kegiatan pertambangan tanpa izin sebagai dasar pelestarian lingkungan ?
Untuk mengungkap permasalahan seperti telah dirumuskan di atas, maka penting
untuk dilakukan penelitian secara mendetail tentang: “Kajian Kerusakan
Lingkungan Perairan Sungai Seminis akibat Pembuangan Limbah
Penambangan Emas di Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi
Kalimantan Barat”

1.3 Keaslian Penelitian


Penelitian kajian kerusakan lingkungan perairan akibat kegiatan
penambangan emas ini memiliki berbagai perbedaan dan persamaan dengan
penelitian yang pernah ada. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud, yaitu dari
segi paramater penelitian maupun metode penelitian, baik metode pengambilan
sampel, metode analisis ataupun metode penentuan strategi pengelolaan
lingkungan. Penelitian ini mengambil tempat di Sungai Seminis, Kecamatan
Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun metode pengambilan sampel terbagi kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu
komponen abiotik, biotik dan kultural. Sampel komponen biotik dalam penelitian ini
adalah air Sungai Seminis yang diambil pada bagian hulu, tengah dan hilir sungai,
yang kemudian akan ditentukan kualitasnya dengan menggunakan metode
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 5
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Indeks Pencemar (IP) berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Sementara itu untuk analisis komponen biotik, akan mengamati kondisi
vegetasi sempadan sungai dan biota air. Pengambilan sampel dilakukan pada titik
yang sama dengan titik sampling untuk komponen abiotik untuk kemudian
dilakukan analisis mengenai kondisi vegetas yang ada di sempadan sungai, serta
dilakukan pengamatan terhadap biota perairan seperti plankton, benthos, dan
keberadaaan ikan.
Selanjutnya, pengambilan sampel kultural akan dilakukan dengan metode
survey, dengan bantuan kuisoner untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai
fungsi dan manfaat sungai, pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan limbah
pengolahan emas metode almagamasi, persepsi masyarakat terkait proses
pengolahan emas secara almagamasi, persepsi masyarakat mengenai dampak
pencemaran sungai terhadap kesehatan serta pengetahuan masyarakat terhadap
peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan limbah pengolahan emas.
Sementara itu, untuk wawancara mendalam (indept interview) kepada stakeholder
terkait pengendalian pencemaran air juga akan dilakukan untuk mendukung
proses penentuan strategi pengelolaan lingkungan.
Adapun proses penentuan stategi pengelolaan lingkungan dalam penelitian
ini akan menggunakan bantuan matriks pengelolaan lingkungan yang berdasarkan
pada Undang-undang nomor 32 Tahun 2009. Lebih lanjut terkait perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 6
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 1. 1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu


No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil

1. Salim, 2012 Untuk mengetahui faktor- Metode retrospective Ditemukan jentik nyamuk
Faktor-Faktor yang faktor yang berhubungan study dengan Anopheles pada semua
dengan kejadian malaria pendekatan Desa dan didapatkan jumlah
Berhubungan Dengan diwilayah PETI di kasus kontrol yaitu jentik nyamuk yang terbanyak
Kejadian Malaria Di Kecamatan Mandor, penelitian analitik yang pada lokasi lagon di desa
Wilayah Pertambangan Kabupaten Landak. bersifat Mandor.
Emas tanpa Izin (PETI) observasional
Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak
Propinsi Kalimantan Barat

2. Daningsih, 2014 Menyampaikan beberapa Meringkas dari Pengelolaan Cagar Alam


Perubahan penelitian terkait dengan beberapa riset yang Mandor memerlukan ketegasan
PETI dan dampak terhadap telah dilakukan untuk pihak berwenang diikuti
Keanekaragaman lingkungannya serta hasil keanekaragaman dengan peraturan
Tumbuhan dan focus group discussion yang tumbuhan di area bekas yang jelas, peningkatan
Lingkungan : Kasus dari dilaksanakan dari tahun 2007 PETI ekonomi dan keterampilan
Penambangan Emas Tanpa sampai tahun 2011 di Cagar masyarakat lokal.
Izin di Kalimantan Barat, Alam Mandor
Indonesia

3. Pohan dan Arief, 2006 Mengevaluasi potensi bahan Mengumpulkan data Daerah Malenggang masih
Evaluasi Potensi Bahan galian berupa laporan mempunyai potensi endapan
pada bekas tambang dan penyelidikan terdahulu bahan galian emas aluvial
Galian pada Bekas wilayah PETI adalah baik yang dilakukan untuk diusahakan terutama
Tambang dan Wilayah mendorong terwujudnya oleh pada daerah blok
PETI Daerah Balaik pengelolaan bahan instansi pemerintah dan I, pada blok II diperkirakan
Karangan, Sanggau, galian secara optimal, primer dengan cara sumber daya tertinggal sebesar
Kalimantan Barat. bijaksana, efektif dan langsung dengan 944,50 kg. akan tetapi dengan
efisien, serta mencegah melakukan pendataan, kekayaan endapan yang relatip
terjadinya pemborosan peninjauan, pengukuran, kecil
pemanfaatan bahan galian. pemercontoh di akan timbul kendala dalam
beberapa lokasi PETI. pengolahannya

4. Subanri, 2008 Mengetahui beban dan Penelitian Kadar Hg air desa Betung pada
Kajian Beban Pencemaran dampak yang diakibatkan observasional, dengan jarak 7 km daari titik kontrol
oleh pencemaran limbah desain penelitian diperoleh kadar Hg air rata –
Merkuri (Hg) terhadap Air merkuri (Hg) terhadap menggunakan cross rata sebesar 1,226 ppb, jarak 15
Sungai Menyuke dan petambang dan masyarakat sectional, peneliti km dari titik kontrol yaitu desa
Gangguan Kesehatan pada serta kadar Hg air Sungai di melakukan observasi Songga kadar Hg air sebesar
Penambang sebagai akibat lingkungan disekitar aliran atau pengukuran 0,263 ppb, untuk jarak 24 km
Penambangan Emas Tanpa Sungai Menyuke variabel pada satu saat yaitu desa Palah diperoleh rata-
Izin (PETI) di Kec. rata kadar Hg air sebesar 0,320
Menyuke, Kab, Landak, ppb.
Kalimantan Barat

5. Triana, Nurjazuli dan Menganalisis kandungan penelitian Rata-rata kandungan Hg pada


Endah, 2012 logam yang terkandung observasional, Sungai Mandor masih dalam
Analisis Cemaran Logam dalam Sungai Mandor dengan desain studi batas maksimum yang
sebagai akibat dari Cross sectional ditetapkan oleh PP No. 20
Berat Merkuri pada Air da penambangan emas tanpa Tahun 2009.
Udang di Sungai Mandor izin di daerah penelitian.
Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak

Sumber: Data Sekunder, 2017

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian


sebelumnya adalah pada metode dan analisis yang akan digunakan. Metode yang
akan digunakan adalah dengan menilai tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi
Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Seminis Akibat Pembuangan Limbah Penambangan Emas di
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 7
IMAN FERISENDY
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

akibat proses penambangan emas berdasarkan aspek abiotik, biotik, dan kultural
yang ada di daerah penelitian. Selanjutnya dianalisis sehingga menghasilkan
strategi pengelolaan lingkungan yang tepat dalam upaya pelestarian lingkungan
perairairan Sungai Seminis.

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah dan lingkup kajian, maka tujuan penelitian
ini adalah:
(1) mengkaji jenis kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ditinjau
dari komponen abiotik, biotik dan kultural;
(2) menganalisis tingkat kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah
penambangan emas pada aliran Sungai Seminis; dan
(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan akibat kegiatan penambangan
emas sebagai dasar pelestarian lingkungan.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian mengenai kajian kerusakan lingkungan perairan Sungai
Seminis akibat pembuangan limbah penambangan emas di Kecamatan Sebawi,
Kabupaten Sambas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
(1) bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumber informasi ilmiah yang dapat
digunakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya untuk penelitian
terkait dengan kajian daya dukung lingkungan khususnya untuk kegiatan
penambangan emas;
(2) bagi masyarakat, sebagai bahan pengetahuan praktis, khususnya untuk
masyarakat yang yang tinggal di wilayah Kabupaten Sambas sehingga dapat
menikmati kehidupan yang ramah lingkungan; dan
(3) bagi pemerintah, sebagai bahan masukan terhadap kerangka berfikir
pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi, khususnya dalam
pengambilan kebijakan terkait dengan upaya pengembangan industri emas
di wilayah kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai