Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN METODE

PENGAPURAN SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TINGKAT


KEASAMAN
DI PT. ADARO INDONESIA KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

TIARA NAULI MUSTIKA EDDRA NASUTION

DBD 115 012

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat

dan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

Judul penelitian yang penulis ajukan kepada PT. Adaro Indonesia adalah Analisis

Penetralan Air Asam Tambang dengan Metode Pengapuran.

Proposal ini dibuat penulis dengan topik dan waktu yang telah ditentukan,

jika terdapat saran topik maupun waktu yang tidak sesuai dengan ketentuan

perusahaan maka penulis menerima saran dan ketentuan yang ditetapkan oleh

perusahaan.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan hal positif bagi

perusahaan tempat dilaksanakannya penelitian dan juga bagi penulis selaku

pelaksana penelitian.

Palangka Raya, Januari 2019

Penulis
Data Diri

Nama : Tiara Nauli Mustika Eddra Nasution

NIM : DBD 115 012

Semester :7

Tempat, Tgl Lahir : Palangka Raya, 25 Juni 1997

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Alamat Asal : Jl. Ir. Soewarno Nomor 25, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Alamat Domisili : Jl. Ir. Soewarno Nomor 25, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

HP : 0895705970758 / 089657551412

Email : tiara.naulimustika@yahoo.co.id
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

“Analisis Penetralan Air Asam Tambang dengan Metode Pengapuran di PT.

Adaro Indoneisa Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.2 Latar Belakang Permasalahan

Industri atau perusahaan batubara di Indonesia dewasa ini semakin


berkembang. Banyak nya kebutuhan energi di Indonesia membuat semakin
banyak pula berdiri perusahaan yang mengeksploitasi batubara, tak
terkecuali PT. Adaro Indonesia. PT. Adaro Indonesia bergerak di bidang
industri pertambangan batubara yang selalu meningkatkan kinerja
perusahaan dari segi produksi, kualitas, penjualan dan juga pengelolaan
lingkungan.

Pada umumnya tambang batubara dilakukan pada tambang terbuka


(open mining). Penambangan terbuka ini cenderung akan berdampak
terhadap kondisi lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat terjadi yaitu
berubahnya bentang alam, sifat fisik, fisika, kimia dan bilogis tanah yang
selanjutnya dapat berpotensi mengubah (penurunan kualitas) air
dilingkungan tambang.

Salah satu masalah lingkungan berupa penurunan kualitas air pada


area pertambangan adalah air asam tambang. Air tersebut terbentuk sebagai
hasil oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan,
yang bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga,
2007). Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan hanya
berasal dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan, tetapi juga
dihasilkan dari hasil pencucian batubara sehingga menimbulkan
permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah.

Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu


dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan
penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain
itu, apabila air asam tambang dialirkan ke sungai atau perairan sekitar, maka
akan berdampak buruk terhadap masyarakat yang tinggal disekitar wilayah
sungai atau perairan. Bukan hanya terhadap manusia, air asam tambang juga
memberikan dampak terganggu nya biota yang hidup di air maupun di darat
sehingga berpotensi merusak ekosistem.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil


judul tugas akhir “Analisis Penetralan Air Asam Tambang Dengan Metode
Pengapuran Sebagai Upaya Mengurangi Tingkat Keasaman Di PT. Adaro
Indonesia Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran ?

2. Bagaimana perbandingan jumlah air asam tambang dengan jumlah

kapur pada saat proses penetralan air asam tambang dilakukan ?

3. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses penetralan air asam

tambang dalam satu periode penetralan?

4. Berapa pH air yang dialirkan dari kolam pengendapan lumpur ke

sungai ?
1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

Adapun maksud pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalis

Penetralan Air Asam Tambang Dengan Metode Pengapuran Sebagai Upaya

Mengurangi Tingkat Keasaman Di PT. Adaro Indonesia Kabupaten

Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.

1.4.2 Tujuan

1. Mengetahui proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran.

2. Mengetahui perbandingan jumlah air asam tambang dengan jumlah

kapur pada saat proses penetralan air asam tambang dilakukan.

3. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk proses penetralan air asam

tambang dalam satu periode penetralan.

4. Mengetahui pH air yang dialirkan dari kolam pengendapan lumpur ke

sungai.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana penetralan air asam tambang

dengan metode pengapuran sebagai upaya mengurangi tingkat keasaman

di PT. Adaro Indonesia.


2. Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan evaluasi

sehingga menjadi masukan yang positif terhadap kinerja para karyawan

dalam melakukan proses penetralan air asam tambang sebelum

mengalirkan air hasil penambangan dari kolam pengendapan lumpur ke

sungai.

1.6 Batasan Masalah

1. Penelitian berlokasi di PT. Adaro Indonesia.

2. Tidak melakukan analisis keekonomian.

3. Tidak melakukan analisis tentang dampak dari air asam tambang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Asam Tambang

Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine
Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang
tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah
6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil
dari oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses penambangan
dan terkena air.

Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk


merujuk pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan
serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air
ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral
belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama
penambangan. Perlu diketahui air asam tambang sebenarnya tidak
terbentuk akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang
berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan
menyebabkan terbentuknya air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti
pertanian, pembuatan jalan, drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal
yang mengandung mineral belerang akan menghasilkan air asam,
karateristiknya pun sama dengan air asam tambang.

Air asam tambang dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya


senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn), cadmium (Cd),
aluminium (Al), sulfate (SO4), pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang
umum dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai
macam mineral sulfida yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi
membentuk air asam tambang seperti : marcasite (FeS2), pyxrotite (FexSx),
chalcocite (Cu2S), covellite (CuS), molybdenite (MoS2), chalcopyrite
(CuFeS2), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan arsenopyrite (FeA8S).

Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai,


danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai
tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas
air. Air asam tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta
komposisi kimia air permukaan.

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan


oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan
terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air
dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam
besar.

2.2 Proses Terbentuknya Air Asam Tambang

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan


oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan
terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air
dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam
besar. Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-
mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan
oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam
persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses
oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro.
1. 2FeS2 + 7O2 + 2H2O 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+
(Pyrite + oxygen + water ferrous iron + sulfate + acidity)
Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali)
dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman
yang lebih banyak.
2. FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+
(Pyrite + ferric iron + water ferrous iron + sulfate + acidity)

Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini
terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara
alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin
mempercepat perubahan oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air
asam tambang antara lain berasal dari :

1. Air Dari Tambang Terbuka


Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar
oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah
mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang.

2. Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan


Material yang banyak terdapat limbah kegiatan penambangan adalah
batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin
meningkat dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Akibatnya batuan
buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung
dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan
adanya air akan membentuk air asam tambang.

3. Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan


Batuan yang berasal dari batuansulfida dapat menghasilkan air asam
tambang karena adanya kontak langsung dengan udara luar yang selanjutnya
terjadi pelarutan akibat adanya air.
4. Air Dari Unit Pengolahan Limbah Tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi
dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya
cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan
air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya.

5. Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile


Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan
diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada
proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan
ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses
penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana
terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini
berpotensi membentuk air asam tambang.

2.3 Dampak Air Asam Tambang

Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak
negatif dari asam tambang tersebut antara lain yaitu :

1. Bagi masyarakat sekitar


Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak
dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah
dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui
temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan
biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya
mata pencaharian penduduk akan terganggu.

2. Bagi biota perairan


Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan
keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran
benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan.
Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya
pada perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup.

3. Bagi kualitas air permukaan


Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan
menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air
yang mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi
dan mangan.

4. Kualitas air tanah


Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-logam
berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara
mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga
tanaman menjadi layu dan akhirnya akan mati.

2.4 Pencegahan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini
ada beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam
tambang.

1. Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang
PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF
(Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun.
Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam
tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-
rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.
2. Manajemen Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk :

 Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan


degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
 Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur,
nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi.

Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak


antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan
oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan
batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu
faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk
melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF (Potentially Acid
Forming) di bawah permukaan air di mana penetrasi oksigen tehadap
lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover system, atau
dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat infiltrasi air .
Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending) beberapa tipe batuan
PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga menghasilkan suatu
timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang
memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini
pembentukan AAT dapat dihindari.

Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi


keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan nilai-
nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau kondisi
yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan Energi
No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan
perusakan serta pencemaran lingkungan pada usaha pertambangan.

Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan


menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment.
1. Active Treatment Technologies
Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan
pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan
menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari :
Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam,
presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang
paling umum digunakan pada perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini
karena bahan tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan,
teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta
dikelola dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi
penerapan skala besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang
sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air.

2. Passive treatment technologies


Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,
operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya
digunakan adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni
purun tikus.

2.5 Syarat Baku Mutu Air

Untuk menjaga agar air berada dalam kondisi yang sesuai dengan

peruntukannya maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu air untuk

kegiatan penambangan batubara dapat dilihat pada Tabel 2.1.


Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara

Parameter Satuan Kadar Maksimum


PH 6–9
Residu Tersuspensi Mg/l 400
Besi (Fe) Total Mg/l 7
Mangan (Mn) Total Mg/l 4

Berikut ini akan diuraikan beberapa elemen penting dari baku mutu air

serta dampaknya terhadap lingkungan.

1. Tingkat keasaman (pH)

Nilai pH adalah nilai yang menyatakan tingkat keasaman suatu air

baik itu air permukaan, air tanah dan air dari sisa penambangan. Nilai pH air

yang normal berada antara 6–9. pH air terpolusi berbeda-beda tergantung

dari jenis buangannya. Buangan yang banyak mengandung asam-asam

organic biasanya akan meningkatkan keasaman air. Air buangan industri-

industri bahan organic pada umumnya mengandung asam mineral dalam

jumlah yang tinggi, sehingga keasaman juga tinggi atau pH nya rendah.

Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali (pH naik)

maupun kearah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan

dan hewan air lainnya. Air buangan yang mempunyai pH rendah juga

bersifat sangat korosif terhadap baja dan besi, bangunan semen atau beton

mudah rusak pada kondisi asam dan dapat terjadi penyumbatan aquifer atau

sumur akibat pengendapan besi (besi oksida).


2. Temperatur

Temperatur adalah suhu rata-rata pada daerah keadaan sekitar

penambangan. Dalam berbagai proses industri air sering digunakan sebagai

medium pendingin. Setelah digunakan air tersebut akan menerima panas

dari bahan yang didinginkan lalu dibuang ke tempat asalnya. Air buangan

ini jelas akan mempunyai temperatur yang lebih tinggi dari air bersih.

Kenaikan temperatur ini akan berakibat sebagai berikut:

a. Menurunnya oksigen terlarut

b. Meningkatnya kecepatan reaksi kimia

c. Terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya

d. Jika batas temperatur yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air

lainnya akan mati.

3. Warna, Bau dan Rasa

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi. Warna air yang

tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat

dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan

oleh bahan-bahan terlarut. Warna semu (apparent color), yaitu selain

adanya bahan-bahan terlarut juga adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk

diantaranya yang bersifat koloid.

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik

yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite
disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan

mikro organisme anaerobic.

Rasa tidak terdapat pada air yang normal. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang

menyimpang tersebut dihubungkan dengan bau, karena pengujian terhadap

rasa air jarang dilakukan. Bau yang tidak normal pada air juga dianggap

mempunyai rasa yang tidak normal.

4. Kesadahan Air

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat pada

air. Kesadahan air disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) didalam air. Air yang mempunyai tingkat kesadahan pada alat-alat

yang terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa. Keadaan ini

akan meningkatkan konsumsi sabun yang terlalu tinggi. Sangat merugikan

karena dapat menimbulkan korosi atau karatan dan juga menimbulkan

kerak-kerak pada wadah-wadah pengolahan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Secara Umum

Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini yaitu

metode pengamatan aktual lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan

data-data yang dibutuhkan. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4

tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan

data, dan tahap penyusunan laporan akhir. Adapun pekerjaan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan

tugas akhir. Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah gambaran

umum daerah penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mencari

bahan-bahan pustaka yang menunjang kegiatan penelitian, yang

diperoleh dari :

a. Instansi terkait

b. Perpustakaan

c. Informasi penunjang lainnya

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data

dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran.


3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan

menggabungkan data-data yang diperoleh baik data primer

maupun data sekunder, dengan mengacu kepada teori yang

diperoleh melalui literatur, kemudian dianalisis sehingga diperoleh

hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Akuisisi data

Akuisisi data yaitu data yang diperoleh dari lapangan baik data

primer maupun data sekunder kemudian dikumpulkan dan

dikelompokkan, dimana hal ini dilakukan untuk memudahkan

analisis sehingga kerja menjadi lebih efisien.

5. Kesimpulan

Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan

tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil

penelitian skripsi.

3.2 Metode Pengambilan Data

Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literatur-

literatur dan media internet tentang air asam tambang.

2. Observasi lapangan, yaitu pengamatan di lapangan kondisi air

asam tambang yang menjadi objek penelitian.


3. Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang

ahli dibidangnya. Adapun Data – data yang dikumpulkan terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Data Primer

Meliputi :

 Alur proses penetralan air asam tambang.

 Data jumlah kapur yang digunakan.

 Jadwal/periode penetralan.

 Data pH air setelah penetralan.

 Data curah hujan.

b. Data Sekunder

Meliputi :

Gambaran umum daerah penyelidikan:

 Peta Lokasi perusahaan

 Data Topografi

 Data Litologi

 Peta wilayah IUP

 Struktur Organisasi

 Kondisi geologi setempat

 Data curah hujan

 Sistem penambangan yang digunakan

 Data penunjang lainnya


3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

1. Buku catatan

2. Alat tulis

3. Kamera

4. Alat Pelindung Diri (APD)

5. Laptop dan perlengkapan pendukung lainnya

3.4 Langkah Kerja

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang dilakukan adalah mempelajari

buku-buku literatur, laporan-laporan hasil kerja praktek dan tugas

akhir yang telah ada sebelumnya, serta buku petunjuk yang tersedia

dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Tahap Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini

mencakup data hasil pengamatan lapangan di PT. Adaro Indonesia.

3. Tahap Penyusunan Laporan Data yang diperoleh kemudian diolah

untuk selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai dengan rumusan

masalah pada laporan.


3.5 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah selama 2 bulan yaitu pada bulan

Februari sampai dengan bulan Maret di PT. Adaro Indoneisa, dengan

rincian kegiatan sebagai berikut:

FEBRUARI – MARET
NO. KEGIATAN MINGGU KE -
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Orientasi Lapangan
2. Pengambilan dan
Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Pembuatan Laporan Tugas
Akhir
5. Presentasi Laporan
3.6 Bagan Alir

MULAI

Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode pengapuran ?

2. Bagaimana perbandingan jumlah air asam tambang dengan jumlah kapur pada saat proses penetralan

air asam tambang dilakukan ?

3. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses penetralan air asam tambang dalam satu periode

penetralan ?

4. Berapa pH air yang dialirkan dari kolam pengendapan lumpur ke sungai ?

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

 Alur proses penetralan air asam  Peta Lokasi perusahaan


tambang  Data Topografi
 Data jumlah kapur yang  Data Litologi
digunakan  Kondisi geologi setempat
 Jadwal/periode penetralan  Data curah hujan
 Data pH air setelah penetralan.  Data penunjang lainnya
 Curah hujan

Pengolahan dan Analisis Data


 Proses penetralan
 Perbandingan jumlah kapur dengan air asam
tambang
 Perhitungan waktu penetralan dalam satu periode
 Penurunan tingkat keasaman yang berhasil dicapai
setelah penetralan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
DAFTAR PUSTAKA

Arliani, Nurul. 2012. Aktivitas Pengolaan Air Asam Tambang PT. Bhumi Rantau
Energi. Rantau

Gautama, R. S. 2004. Pengantar Air Asam Tambang. ITB. Bandung


Hidayat, L. (2017). PENGELOLAAN LINGKUNGAN AREAL TAMBANG
BATUBARA (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining
Drainage) di PT. Adaro Indonesia Kabupaten Tabalong Kalimantan
Selatan). Jurnal ADHUM, Volume VII No.11, 44 – 52.

Satria, Beny. 2014. Analisis Proses Penetralan Air Asam Tambang (AAT)
Dengan Menggunakan Metode Pengapuran Untuk Mengurangi Tingkat
Keasaman Pada PT. Dizamatra Powerindo, Lahat. [online],
(http://academia.edu/, diakses tanggal 3 Desember 2018)

Anda mungkin juga menyukai