6. Apa saja sifat2 batubara yang dilihat pada analisa proximat dan analisa ultimat?
Jawaban :
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.
Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan mengalami
pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-
endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan
mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk
karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan
adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik dan kemudian
akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high
grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat
menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara
yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami proses
geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi
manusia.
2. Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas
dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari
flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara
menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik
secara fisika maupun kimia.
Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar
yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara
dengan kandungan karbon yang tinggi.
Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
b. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
c. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang
dihasilkan.
Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar
menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan
batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
b. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material
dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh
proses geotektonik.
c. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat
mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Batubara Energi Rendah (Brown Coal): Merupakan jenis batubara yang paling rendah
peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi ( 10-70 % ), terdiri atas batubara
energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik yang memperlihatkan struktur kayu.
Nilai kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).
Batubara Energi Tinggi (Hard Coal): Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari
brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air relatif rendah, umumnya
struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap
kerusakan fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).
4.
5. Analisis Proximate
Analisis proximate seperti yang didefinisikan oleh ASTM merupakan analisis yang digunakan untuk
memperkirakan kinerja bahan bakar pada saat pemanasan dan pembakaran antara lain kadar air, zat
terbang (volatile matter), kadar kalori dan abu. Analisa proximate ini berguna untuk menentukan rank
batubara, rasio pembakaran (fuel ratio) dan dapat digunakan untuk mengkonversi basis analisa untuk
parameter uji.
Analisis ultimate dijalankan dengan analisis kimia untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H2),
oksigen (O2), nitrogen (N2), dan belerang (S). Keberadaan dan sifat dari unsur-unsur tersebut
sebanding dengan peringkat batu bara, semakin tinggi Rank batu bara semakin tinggi kandungan
karbonnya, sementara kandungan hydrogen dan oksigennya akan semakin berkurang.
As Received (ar)
Air Dried (ad)
Dry (d)
Dry, Ash free (daf)
Dry, Mineral Matter Free (dmmf)
7. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di alam saat pembentukan
batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari
operasi penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous impurities.
8. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon
padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.