Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan teori pembentukan batubara !

2. Jelaskan faktor yang berpengaruh paa terbentuknya batubara!

3. Apa perbedaan hard coal dan brown coal?

4. Jelaskan batubara menurut sifatnya!

5. Apa yang dimaksud analisa proximat dan analisa ultimat?

6. Apa saja sifat2 batubara yang dilihat pada analisa proximat dan analisa ultimat?

7. Jelaskan terjadinya pengotor!

8. Apa saja kualitas batubara yang diperhatikan?

9. Bagaimana penanganan terhadap swabakar?

10. Jelaskan mengapa batubara disebut sebagai induk hidrokarbon!

Jawaban :

1. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:


Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah
mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi
gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang berperan
dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat
menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk
gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya
antrasit.

Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.
Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan mengalami
pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-
endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan
mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk
karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan
adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik dan kemudian
akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high
grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat
menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara
yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami proses
geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi
manusia.

2. Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas
dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :

Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari
flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara
menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik
secara fisika maupun kimia.
Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar
yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara
dengan kandungan karbon yang tinggi.
Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
b. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
c. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang
dihasilkan.
Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar
menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan
batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
b. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material
dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh
proses geotektonik.
c. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat
mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.

3. Batubara Energi Rendah (Brown Coal): Merupakan jenis batubara yang paling rendah
peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi ( 10-70 % ), terdiri atas batubara
energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik yang memperlihatkan struktur kayu.
Nilai kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).

Batubara Energi Tinggi (Hard Coal): Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari
brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air relatif rendah, umumnya
struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap
kerusakan fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry–ASTM).

4.

5. Analisis Proximate
Analisis proximate seperti yang didefinisikan oleh ASTM merupakan analisis yang digunakan untuk
memperkirakan kinerja bahan bakar pada saat pemanasan dan pembakaran antara lain kadar air, zat
terbang (volatile matter), kadar kalori dan abu. Analisa proximate ini berguna untuk menentukan rank
batubara, rasio pembakaran (fuel ratio) dan dapat digunakan untuk mengkonversi basis analisa untuk
parameter uji.

Analisis ultimate dijalankan dengan analisis kimia untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H2),
oksigen (O2), nitrogen (N2), dan belerang (S). Keberadaan dan sifat dari unsur-unsur tersebut
sebanding dengan peringkat batu bara, semakin tinggi Rank batu bara semakin tinggi kandungan
karbonnya, sementara kandungan hydrogen dan oksigennya akan semakin berkurang.

6. Analisa Proksimate, terdiri dari :


1. Lengas (moisture) yang berupa lengas bebas (free moisture), lengas bawaan (inherent moisture), Lengas
total (total moisture)
2. Kadar Abu (ash)

3. Carbon (Fixed carbon)

4. Zat terbang (volatile matter)

b. Analisa Ultimate, terdiri dari analisa unsur C, H, O, N, S, P dan Cl


Akan tetapi kadangkala hasil analisis diinginkan dengan basis yang lain. Basis (dasar)
pelaporan yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut:

 As Received (ar)
 Air Dried (ad)
 Dry (d)
 Dry, Ash free (daf)
 Dry, Mineral Matter Free (dmmf)

7. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di alam saat pembentukan
batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari
operasi penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous impurities.

8. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon
padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

9. Ada beberapa tindakan pencegahan dan penanggulangan yang bisa dilakukan,


yaitu :
1. Tindakan Preventive adalah tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya self combustion/terbakar dengan sendirinya. Tindakan tersebut adalah :
a. Batubara tersebut kami bentuk seperti kerucut, Hal tersebut dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya longsor. Karena apabila kami bentuk setengah kerucut yang
berarti ada bagian yang rata diatas tumpukan batubara maka apabila terjadi hujan
dapat membuat genangan air dan akhirnya batubara akan terkikis dan menjadi
longsor karena aliran air hujan.
b. Bagian tepi kami padatkan menggunakan bucket excavator,Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi ruang kosong yang timbul dalam tumpukan batubara
karena celah antar batubara. Dengan memadatkan berarti batubara akan memiliki
lebih sedikit ruang kosong yang berisi udara/oksigen/O2 dimana terjadinya kebakaran
salah satu faktornya adalah Oksigen (O2). Apabila tidak memiliki ruang kosong maka
hawa panas yang keluar dari batubara akan relative stabil dan tertahan didalam
dengan tidak menimbulkan kebakaran.
c. Menggunakan cairan kimia, Cairan yang kami maksud adalah produk untuk coal
treatment yang memiliki fungsi berbeda – beda :
1) Outodust/Vinasol adalah Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 21
hari
2) Focustcoat adalah Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 60 hari
3) Hydrosol adalah Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 75 hari
4) Suppressol adalah Produk ini adalah untuk dust control atau mencegah debu/ash yang
muncul dari batubara
Pada perusahaan kami, cairan kimia yang kami gunakan adalah Hydrosol. Cairan
tersebut kami campurkan dengan air dengan perbandingan 1:40 dimana 1 (satu) liter
Hydrosol kami campurkan dengan 40 (empat puluh) liter air. Luasan penggunaan
Hydrosol adalah 1:10, dimana 1 (satu) liter Hydrosol untuk 10 (sepuluh) ton batubara.
Kemudian campuran tersebut kami tempatkan dalam drum dan kami semprotkan ke
batubara dengan menggunakan alkon dengan ujung pipa output (setelah disambung
dengan slang/hose karet) kami persempit sehingga akan menghasilkan output seperti
hujan. Proses penyemprotan itu kami lakukan ke seluruh permukaan batubara
sebanyak 2 lapis/layer dan kami lakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
d. Pemeriksaan temperature rutin, Pemeriksaan tersebut kami lakukan untuk mengukur
suhu panas permukaan batubara. Apabila kita menemukan titi permukaan yang terasa
panas maka kami akan buatkan lobang dengan menggunakan pipa besi sedalam ± 1
meter untuk mengeluarkan hawa panas batubara. Lobang tersebut kami biarkan
selama ± 1 jam dan akan kami tutup dan padatkan kembali.Proses pembuatan lobang
ini kami lakukan pada sore hari disaat matahari sudah tidak menyengat atau pada malam hari
apabila samapi pada sore hari matahari masih bersinar.
e. Volcano Trap, Istilah ini kami pakai untuk membuang asap yang muncul dari dalam
tumpukan batubara. Tidak semua asap yang keluar dari tumpukan batubara adalah
karena telah terjadi self combustion tetapi lebih karena suhu di dalam tumpukan
batubara yang panas tetapi lapisan luar tumpukan batubara dingin karena terjadinya
hujan, atau karena embun. Asap yang keluar dapat kita cium dari banunya untuk
mengindikasi apakah terjadi karena terbakar ataukan karena hawa panas. Apabila
asap yang keluar berbau belerang dan menyengat serta berwarna putih pekat maka
berarti telah terjadi batubara yang terbakar, tetapi apabila asap yang muncul tidak
berbau menyengat dan berwarna putih transparan maka hanya terjadi karena hawa
panas. Apabila asap karena hawa panas maka yang kami lakukan hampir sama dengan point
4. Hanya saja kami buatkan lubang di sumber asap keluar sedalam sekitar 50 cm untuk
mengeluarkan hawa panas tersebut dan kami biarkan selama sekitar 1 jam kemudaian kami
tutup dan padatkan kembali. Apabila asap karena terjadi kebakaran, pada point B akan kita
bahas lebih detail.
f. Pembuatan Parit, Dilakukan pada sekitar tumpukan batubara dengan kedalaman ± 1 meter
dan kita alirkan pada saluran pembuangan yang menuju settling pond. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan batubara yang terjadi karena
hujan akan mengalir ke parit dari batubara ataupun melewat celah-celah tanah. Hal tersebut
juga dimaksudkan untuk mengurangi kadar TM (Total Moisture).
2. Tindakan Burnout adalah tindakah yang diambil untuk memadamkan batubara yang sudah
terbakar karena self combustion.
Untuk tindakan pemadaman dapat dilakukan dalam beberapa tahap agar tidak
meluas, yaitu:
a. Pembuatan lobang, hal ini dilakukan apabila kebakaran masih berupa asap sehingga
kita akan membuat lobang untuk mencari sumber api. Perlu diingat bahwa dalam
pembuatan lobang apabila ditemukan batubara yang berwarna kuning atau sudah
menjadi debu berwarna emas atau kuning tua maka itu harus dibuang jauh dari
tumpukan batubara karena dapat mengkontaminasi batubara lainnya menjadi ikut
terbakar.
b. Pembuangan debu, hal ini dilakukan apabila kebakaran sudah terjadi sampai ke
permukaan. Pembuangan debu dari sisa batubara yang terbakar harus dilakukan
pelan-pelan agar tidak terbang dibawa angin dan akan mengkontaminasi batubara
lainnya sehingga akan memunculkan potensi terbakar. Pembuang debu sampai
dengan ditemukannya batubara yang sudah menjadi bara api
c. Pengambilan bara api, setiap terjadinya kebaran pasti ada sumbernya yang berupa
bara api. Langkan awal adalah kita memadamkan adalah dengan mengambil dan
membuang sumber kebakaran yaitu batubara yang sudah berubah menjadi bara api
tersebut kita buang dengan menggunakan skop.
d. Penggunaan Detergent penggunaan detergent ini boleh apa saja yang penting dia
berupa serbuk dan berbusa. Detergent tersebut disebarkan dalam lubang yang sudah
kita buat kemudian kita semprot dengan air agar berbusa. Busa inilah yang akan
mendinginkan hawa panas (hampir sama fungsinya dengan foam pada APAR).

Anda mungkin juga menyukai