Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri atau perusahaan batubara di Indonesia dewasa ini semakin

berkembang. Banyak nya kebutuhan energi di Indonesia membuat semakin

banyak pula berdiri perusahaan yang mengeksploitasi batubara, tak terkecuali

PT. Prolindo Cipta Nusantara. PT. Prolindo Cipta Nusantara bergerak di

bidang industri pertambangan batubara yang selalu meningkatkan kinerja

perusahaan dari segi produksi, kualitas, penjualan dan juga pengelolaan

lingkungan.

Pada umumnya tambang batubara dilakukan pada tambang terbuka

(open mining). Penambangan terbuka ini cenderung akan berdampak

terhadap kondisi lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat terjadi yaitu

berubahnya bentang alam, sifat fisik, fisika, kimia dan bilogis tanah yang

selanjutnya dapat berpotensi mengubah (penurunan kualitas) air dilingkungan

tambang.

Salah satu masalah lingkungan berupa penurunan kualitas air pada area

pertambangan adalah air asam tambang. Air tersebut terbentuk sebagai hasil

oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang

bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007).

Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan hanya berasal dari
dibukanya suatu potensi keasaman batuan, tetapi juga dihasilkan dari hasil

pencucian batubara sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air

dan juga tanah.

Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu

dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan

penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat

mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain

itu, apabila air asam tambang dialirkan ke sungai atau perairan sekitar, maka

akan berdampak buruk terhadap masyarakat yang tinggal disekitar wilayah

sungai atau perairan. Bukan hanya terhadap manusia, air asam tambang juga

memberikan dampak terganggu nya biota yang hidup di air maupun di darat

sehingga berpotensi merusak ekosistem.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil

judul tugas akhir “Analisis Penetralan Air Asam Tambang pada Settling Pond

2 dengan Metode Pengapuran di PT. Prolindo Cipta Nusantara Kabupaten

Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat air asam tambang pada settling pond 2 ?

2. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran pada settling pond 2 ?


1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Adapun maksud pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah untuk

menganalis Penetralan Air Asam Tambang pada Settling Pond 2 dengan

Metode Pengapuran di PT. Prolindo Cipta Nusantara Kabupaten Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

1.3.2 Tujuan

1. Mengetahui tingkat air asam tambang pada settling pond 2.

2. Menganalisis proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran pada settling pond 2.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana penetralan air asam tambang pada

settling pond 2 dengan metode pengapuran di PT. Prolindo Cipta

Nusantara.

2. Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan evaluasi

sehingga menjadi masukan yang positif terhadap kinerja para karyawan

dalam melakukan proses penetralan air asam tambang sebelum

mengalirkan air hasil penambangan dari settling pond ke lingkungan.


1.5 Batasan Masalah

1. Penelitian berlokasi di PT. Prolindo Cipta Nusantara.

2. Tidak melakukan analisis keekonomian.

3. Tidak melakukan analisis tentang dampak dari air asam tambang.

4. Tidak melakukan analisis di sump dan void.

5. Tidak melakukan analisis PAF dan NAF.


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Ahmad Faisal dan Syarifudin (2012) tentang Dosis Optimum Larutan

Kapur Untuk Netralisasi pH Air Limbah Penambangan Batubara, menguji

dengan pretest-postest with control group design, mengukur pH sebelum

perlakuan dan mengukur pH sesudah perlakuan dapat dinyatakan bahwa

semakin banyak dosis larutan kapur (Ca(OH)2 2%) yang ditambahkan ke

dalam air limbah, maka pH air limbah tersebut akan semakin meningkat.

Selian itu, juga diketahui dosis optimum larutan kapur (Ca(OH)2 2%) untuk

menjadikan pH air limbah memenuhi persyaratan (6-9), yaitu dengan

menggunakan persamaan linier yang didapat y = 4,906 + 0,649x.

Nusa Idaman Said (2014) tentang Teknologi Pengolahan Air Asam

Tambang Batubara “Alternatif Pengolahan Teknologi”, didapatkan hasil

penelitian bahwa faktor kunci dalam pemilihan dan desain sistem pengolahan

air asam tambang baik pengolahan aktif maupun pengolahan pasif adalah sifat

kimia air termasuk pH, konsentrasi logam, konsentrasi sulfat dan kondisi

redoks dan laju air, serta tujuan pengolahan air asam tambang. Faktor penting

lainnya adalah modal dan biaya operasi, ketersediaan material atau bahan

kimia yang cocok untuk pengolahan serta isu-isu pengelolaan lumpur. Untuk

melakukan pemilihan sistem pengolahan aktif beberapa hal yang harus


diperhatikan antara lain adalah debit aliran air baku, pH, total padatan

tersuspensi (TSS), keasamaan atau alkalinitas dalam mg/l sebagai CaCO 3,

konsentrasi Fe dan Mn, badan air penerima dan penggunaannya, ketersediaan

listrik, jarak antara penambahan bahan kimia dan tempat air masuk ke kolam

pengendap, volume serta bentuk kolam pengendap. Setelah mengevaluasi

variabel-variabel tersebut selama periode waktu tertentu, operator dapat

mempertimbangkan secara ekonomi terhadap bahan kimia berbeda dan

alternatif sistem pengolahan aktif.

Ayu Herlina, Harminuke Eko Handayani dan Hartini Iskandar (2014)

tentang Pengaruh Fly Ash dan Kapur Tohor Pada Netralisasi Air Asam

Tambang Terhadap Kualitas Air Asam Tambang (pH, Fe & Mn) di IUP

Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk, melakukan penelitian

dengan metode penanganan aktif yaitu dengan penambahan reagen kimia

dengan pencampuran larutan fly ash dan kapur tohor didapatkan hasil

penelitian perubahan pH pada air asam tambang dengan media penetral kapur

tohor cukup signifikan, dimana yang semula memiliki pH 4,25 naik menjadi

rata-rata pH 8. Kenaikan pH yang cukup signifikan terjadi hingga waktu

kontak selama 75 menit. Waktu kontak diatas 80 menit terlihat tidak

menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kenaikan pH.


2.2 Air Asam Tambang

Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine

Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang

tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah

6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil

dari oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses penambangan dan

terkena air.

Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk

pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan serta

sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air ini

terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang)

yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu

diketahui air asam tambang sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan

penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan

terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan menyebabkan terbentuknya

air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan,

drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral

belerang akan menghasilkan air asam, karateristiknya pun sama dengan air

asam tambang.

Air asam tambang dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya

senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn), cadmium (Cd),

aluminium (Al), sulfate (SO4), pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang umum

dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam


mineral sulfida yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi

membentuk air asam tambang seperti : marcasite (FeS2), pyxrotite (FexSx),

chalcocite (Cu2S), covellite (CuS), molybdenite (MoS2), chalcopyrite

(CuFeS2), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan arsenopyrite (FeA8S).

Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai,

danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut.

Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam

tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah,

perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air

permukaan.

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan

oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan

terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air

dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.

2.3 Proses Terbentuknya Air Asam Tambang

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan

oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan

terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air

dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.

Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral

sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan oksigen
(O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam

persamaan reaksi sebagai berikut :

Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses

oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro.

1. 2FeS2 + 7O2 + 2H2O 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+

(Pyrite + oxygen + water ferrous iron + sulfate + acidity)

Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali)

dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman

yang lebih banyak.

2. FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+

(Pyrite + ferric iron + water ferrous iron + sulfate + acidity)

Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu

tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini

terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara

alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat

perubahan oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang

antara lain berasal dari :

1. Air Dari Tambang Terbuka

Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan

penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar

oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah

mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang.


2. Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan

Material yang banyak terdapat limbah kegiatan penambangan adalah

batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin

meningkat dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Akibatnya batuan

buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung

dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan adanya

air akan membentuk air asam tambang.

3. Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan

Batuan yang berasal dari batuansulfida dapat menghasilkan air asam

tambang karena adanya kontak langsung dengan udara luar yang selanjutnya

terjadi pelarutan akibat adanya air.

4. Air Dari Unit Pengolahan Limbah Tailing

Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi

dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya

cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air

yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya.

5. Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile

Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan

diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada

proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan

ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses

penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana


terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini

berpotensi membentuk air asam tambang.

2.3 Dampak Air Asam Tambang

Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif

dari asam tambang tersebut antara lain yaitu :

1. Bagi masyarakat sekitar

Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak

dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah

dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui

temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota

perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata

pencaharian penduduk akan terganggu.

2. Bagi biota perairan

Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan

keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran

benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan.

Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya pada

perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup.
3. Bagi kualitas air permukaan

Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan

menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami

perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.

4. Kualitas air tanah

Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk

pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-logam

berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara

mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat menyebabkan keracunan

pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman

menjadi layu dan akhirnya akan mati.

2.4 Penanganan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu

dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini

ada beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam

tambang.

1. Penempatan Selektif

Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang

PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF

(Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun.

Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam


tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-

rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.

2. Manajemen Tanah

Manajemen tanah ini bertujuan untuk :

 Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan

degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi.

 Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur,

nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi.

Pencegahan pembentukan air asam tambang dilakukan dengan

mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit

dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan

menempatkan batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana

salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua

cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF

(Potentially Acid Forming) di bawah permukaan air di mana penetrasi

oksigen tehadap lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover

system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat

infiltrasi air . Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending) beberapa

tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga

menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran

dengan kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan

metode ini pembentukan air asam tambang dapat dihindari.


Secara umum penanganan air asam tambang yang telah terbentuk

berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan

nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau

kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan

Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan

penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan pada usaha

pertambangan.

Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment.

1. Active Treatment Technologies

Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan

pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan

menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari :

Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam,

presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang

paling umum digunakan pada perlakuan air asam tambang skala besar adalah

kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan,

teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta dikelola

dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala

besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan

kesungai tujuannya untuk menjernihkan air.


2. Passive treatment technologies

Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,

operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya

digunakan adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni

purun tikus.

2.5 Syarat Baku Mutu Air

Untuk menjaga agar air berada dalam kondisi yang sesuai dengan

peruntukannya maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu air untuk

kegiatan penambangan batubara dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara

Parameter Satuan Kadar Maksimum


PH 6–9
Residu Tersuspensi Mg/l 400
Besi (Fe) Total Mg/l 7
Mangan (Mn) Total Mg/l 4
Berikut ini akan diuraikan beberapa elemen penting dari baku mutu air

serta dampaknya terhadap lingkungan.

1. Tingkat keasaman (pH)

Nilai pH adalah nilai yang menyatakan tingkat keasaman suatu air baik

itu air permukaan, air tanah dan air dari sisa penambangan. Nilai pH air yang

normal berada antara 6–9. pH air terpolusi berbeda-beda tergantung dari jenis

buangannya. Buangan yang banyak mengandung asam-asam organic

biasanya akan meningkatkan keasaman air. Air buangan industri-industri

bahan organic pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah yang

tinggi, sehingga keasaman juga tinggi atau pH nya rendah.

Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali (pH naik)

maupun kearah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan

dan hewan air lainnya. Air buangan yang mempunyai pH rendah juga bersifat

sangat korosif terhadap baja dan besi, bangunan semen atau beton mudah

rusak pada kondisi asam dan dapat terjadi penyumbatan aquifer atau sumur

akibat pengendapan besi (besi oksida).

2. Temperatur

Temperatur adalah suhu rata-rata pada daerah keadaan sekitar

penambangan. Dalam berbagai proses industri air sering digunakan sebagai

medium pendingin. Setelah digunakan air tersebut akan menerima panas dari

bahan yang didinginkan lalu dibuang ke tempat asalnya. Air buangan ini jelas

akan mempunyai temperatur yang lebih tinggi dari air bersih.

Kenaikan temperatur ini akan berakibat sebagai berikut:


a. Menurunnya oksigen terlarut

b. Meningkatnya kecepatan reaksi kimia

c. Terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya

d. Jika batas temperatur yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air

lainnya akan mati.

3. Warna, Bau dan Rasa

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi. Warna air yang tidak

normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas

dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan

terlarut. Warna semu (apparent color), yaitu selain adanya bahan-bahan

terlarut juga adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang

bersifat koloid.

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik

yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite

disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan

mikro organisme anaerobic.

Rasa tidak terdapat pada air yang normal. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang

menyimpang tersebut dihubungkan dengan bau, karena pengujian terhadap

rasa air jarang dilakukan. Bau yang tidak normal pada air juga dianggap

mempunyai rasa yang tidak normal.

4. Kesadahan Air
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat pada

air. Kesadahan air disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) didalam air. Air yang mempunyai tingkat kesadahan pada alat-alat yang

terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa. Keadaan ini akan

meningkatkan konsumsi sabun yang terlalu tinggi. Sangat merugikan karena

dapat menimbulkan korosi atau karatan dan juga menimbulkan kerak-kerak

pada wadah-wadah pengolahan.

2.6 Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah

residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel

maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk

TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan

jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS

memberikan kontribusiuntuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi

penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai

kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah

kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara

hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.

Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan

berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.

Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan

memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang


mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan

memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000

mg/L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS

yang sama.

Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut

total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur

sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk

menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau

kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi.

2.7 Kapur Tohor (CaCO3)

Kapur tohor atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida

(CaCO3), adalah batu kapur yang diolah dengan cara dibakar dengan sistem

manual, dengan suhu lebih dari 900˚C. Kapur ini bisa dimanfaatkan untuk

mengatasi segala hal yang sifatnya sebagai penetralisir limbah dari

perusahaan, baik perusahaan besar, menengah maupun limbah keluarga.

Kapur tohor umum digunakan sebagai bahan penetralisir air asam tambang

dikarenakan harga nya yang murah.

2.8 Settling Pond

Settling pond adalah tempat menampung air tambang sekaligus untuk

mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi

penambangan. Settling pond dibuat pada daerah terendah dari suatu daerah
penambangan, sehingga air akan masuk ke settling pond secara alami dan

selanjutnya dialirkan ke lingkungan melalui saluran V-Notch.

Settling pond akan berfungsi dengan baik apabila rancangan settling

pond yang dibuat sesuai dengan debit air limpasan yang akan ditampung.

Rancangan settling pond dari segi geometri harus mampu menampung debit

air dari lokasi penambangan. Sedangkan dari segi operasional dapat

menjamin partikel-partikel padatan mempunyai waktu yang cukup untuk

mengendap secara bertahap serta mudah dibersihkan dari segi lumpur yang

mengendap.

Keberadaan settling pond diharapkan pada saat air yang keluar dari

daerah penambangan sudah bersih dari partikel-partikel padatan sehingga

tidak menimbulkan kekeruhan pada saat dibuang ke lingkungan (sungai).

Selain itu, air dari settling pond yang bersih dari partikel-partikel padatan

tidak akan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan partikel-

partikel padatan yang terbawa bersama air dari settling pond.

Bentuk settling pond biasanya digambarkan secara sederhana yaitu

berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Sebenarnya bentuk tersebut

dapat bermacam-macam, namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4

zona penting, yaitu kolam endapan lumpur, kolam reaksi dan pencampuran,

kolam stabilisasi I dan kolam stabilisasi II.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif PT. Prolindo Cipta Nusantara berada

pada Desa Sebamban Baru Kecamatan Sei Loban Kabupaten Tanah

Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi IUP PT. Prolindo

Cipta Nusantara secara geografis tergambar pada peta provinsi

Kalimantan Selatan dan titik-titik koordinat batas IUP dapat dilihat

pada tabel 3.1, dengan luas IUP 350 hektar.

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten

dalam wilayah ministrasi Provinsi Kalimantan Selatan yang

memiliki potensi perikanan laut dan wilayah pesisir. Kabupaten ini

merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotabaru. Secara

geografis terletak diantara 2º52'-115º15' Lintang selatan dan

115º15'-116º04' Bujur Timur. Menurut letak geografis, Kabupaten

Tanah Bumbu berbatasan dengan: Sebelah Utara Kecamatan

Kelumpang Hulu Kabupaten Kotabaru, Sebelah Selatan Laut Jawa,

Sebelah Barat Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut dan


Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar dan Sebelah Timur

Kecamatan Pulau Laut Barat, Kabupaten Kotabaru.

Kecamatan Sungai Loban yang terletak diantara bujur timur

115º40'41”-5º50'53” dan lintang selatan 003º31'32”-003º41'12”,

secara geografis Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Kusan Hulu dan Kecamatan Kuranji; belah Selatan berbatasan

dengan Laut Jawa; Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Kusan Hilir; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angsana.

Desa Sebamban Baru merupakan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Sungai Loban, Batas-batas wilayah Desa Sebamban

Baru secara administratif meliputi : Sebelah Utara berbatasan

dengan Kecamatan Kusan Hulu, Sebelah Selatan berbatasan dengan

Laut Jawa,Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Trimartani, Desa

Indra loka Jaya dan Desa Sebamban Lama sedangkan Sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Angsana.


Tabel 3.1 Batas Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan
PT. Prolindo Cipta Nusantara
Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
No. 0 ‘ “ 0 ‘ “
1 115 36 54.0 3 36 32.4
2 115 38 7.4 3 36 32.5
3 115 38 7.4 3 37 20.1
4 115 36 44.4 3 37 20.1
5 115 36 44.4 3 36 54.0
6 115 36 54.0 3 36 54.0
Sumber: PT. PCN

Kesampaian daerah dapat dicapai melalui darat dengan

menggunakan kendaraan roda empat yang dapat ditempuh

melalui jalan aspal dengan rute sebagai berikut :

PT. Prolindo Cipta Nusantara terletak kurang lebih 220 km

arah timur dari kota Banjarmasin dan 410 km dari kota Palangka

Raya. Dari kota Palangka Raya ke Banjarmasin melalui jalan

darat dengan lama perjalanan ± 4 jam. Dari kota Banjarmasin

melalui jalan darat beraspal menuju daerah Sebamban Kabupaten

Angsana dengan lama perjalanan ± 6 jam. Kemudian dari

Kabupaten Angsana, perjalanan dilanjutkan menuju Wilayah Izin

Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Prolindo Cipta Nusantara yang

berada didaerah desa Sebamban Baru kecamatan Sei Loban

kabupaten Tanah Bumbu perkebunan kelapa sawit PT. Minamas

dengan waktu tempuh ± 30 menit.


3.1.2 Keadaan Flora dan Fauna

Jenis vegetasi yang ada didaerah PT. Prolindo Cipta Nusantara

hampir seluruhnya merupakan tanaman perkebunan kelapa sawit.

Hal ini dikarenakan wilayah IUP PT. Prolindo Cipta Nusantara

termasuk dalam wilayah perkebunan sawit milik PT. Minamas. Jenis

tanaman lain yaitu berupa alang-alang, pohon karet, pohon akasia

dan lain-lain yang dapat tumbuh dengan subur sesuai dengan

keadaan iklim tropis.

Jenis fauna yang sering dijumpai pada wilayah PT. Prolindo

Cipta Nusantara berupa biawak, babi hutan, monyet, tupai, ular dan

beberapa jenis burung. Sedangkan hewan ternak yang sering

dijumpai seperti sapi, kambing dan unggas yang dipelihara oleh

penduduk setempat sebagai mata pencaharian tambahan.

3.1.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Di wilayah tambang PT. Prolindo Cipta Nusantara termasuk

daerah yang beriklim tropis, terdiri dari 2 musim yaitu musim hujan

pada bulan Oktober – April dan musim kemarau biasanya pada bulan

Mei – September.
Tabel 3.2 Data Curah Hujan

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 257,45 15 639,6 25 245,94 16 351,91 25 322,5 25 393,5 19 249,5 18 262 22 333,5 20 528 21

Februari 631,25 20 631,25 23 170,17 16 266,76 19 211,16 14 377,5 16 322 18 214,5 21 344 18 301 20

Maret 466 19 286,4 23 381,23 22 262,62 19 505,51 29 456,5 21 513,5 18 326,5 18 405,5 19 410 21

April 259,775 18 582,1 25 322,12 20 233,63 21 455,5 21 316,5 20 332 21 294,5 15 203 16 240,7 19

Mei 268,72 18 337,9 15 112,25 7 121,25 19 166,14 22 187,5 10 141 11 168,1 13 171,5 16 107 10

Juni 344,2 15 336,6 19 61,13 15 53,58 9 335,84 25 210,3 12 101,5 7 92,25 13 278,35 14 100 13

Juli 98,5 6 165,75 17 112,45 17 83,36 10 219,12 27 52,5 4 63 6 179,5 15 38 7 32 4

Agustus 105 4 170,75 9 109,78 17 92,95 9 177,69 20 25 2 128,28 10 81,5 11 36,5 10 40,5 4

September 122,5 8 95,1 10 95,77 13 74,27 7 233,95 21 45 3 112,5 11 101,5 9 24,5 4 300,2 20

Oktober 61,5 4 340,9 18 120 18 132,47 11 154,48 17 46,5 4 135 12 159,5 14 2 1 427,2 20

Nopember 158,2 15 466,2 23 330,34 23 207,26 22 346,89 25 233 11 446,5 21 272,5 14 302,1 14 -

Desember 418,5 21 264,05 23 404,4 28 369 18 302,34 26 321 19 370,5 19 668,5 25 334,5 22 -

MAX 631,25 21 639,6 25 404,4 28 369 25 505,51 29 456,5 21 513,5 21 668,5 25 405,5 22 528 21

MIN 3191,595 4 95,1 9 61,13 7 53,58 7 154,48 14 25 2 63 6 81,5 9 2 1 32 4

TOTAL 61,5 163 4316,6 230 2465,83 212 2249,06 189 3431,12 272 2664,8 141 2915,28 172 2820,85 190 2473,45 161 2486,6 152

AVERAGE 265,97 13,58 359,72 19,17 205,49 17,67 187,42 15,75 285,93 22,67 222,07 11,75 242,94 14,33 235,07 15,83 206,12 13,42 248,66 15,20
2018 2019
CH HH CH HH
150 25 170,22 12

154,17 13,5 163,16 13

266,47 6,5 156,01 9

129,34 8,5 160,4 7

162,65 4,5

126,78 5,5

105,94 52

53,43 4

44 11

37,73 0,5

160,21 4,5

117,92 21

266,47 52 170,22 13

44 0,5 156,01 7

1508,64 4,5 649,76 41

125,72 21 162,44 10,25


Sumber : PT. PCN
Curah hujan bulanan maksimum 668,5 mm pada bulan

Desember tahun 2015. Sedangkan curah hujan bulanan minimum

mencapai 1 mm pada bulan Oktober tahun 2016.

3.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Prolindo Cipta Nusantara adalah

sebagai berikut :
OPERATION MANAGER

Daud Kala Bombang

KTT
Yudha Karani

SITE MANAGER

Hasmunandar

ENGINEERING OPERATION PLANT MTC HSE ADMN & FINANCE HUMAN RESOURCE

Jonatan R.A 1. Mislan (Shift A) PT. BPR Yudha Karani Mohamad Khabib Y. Karani
2. Lukas L. (Shift B)
MINE ENG. PERSONALIA
SAFETY HR
1. Timotius T. Joni Talalus
FOREMAN FOREMAN 1. Lian Chandra S. Joni Talalus
2. Laurentius P.
2. Iman Slamet
3. Julius Untai P. (Shift A) (Shift B)
FINANCE TRAINER
1. Agus Salim 1. Misba ENVIRONMENT
SURVEYOR
2. Mardi Santoso Hussurur Kristiono
Hendro Matulani TBR
Elias R. 3. Ari Suandi 2. Agus Wahyudi
3. Asrul Ridwan
3.2 Kondisi Geologi

3.2.1 Kondisi Geologi Regional

3.2.1.1 Morfologi

Keadaan morfologi daerah penelitian pada umumnya

didominasi oleh daerah perbukitan bergelombang sedang dan

dataran. Daerah yang berupa rangkaian beberapa kelompok

perbukitan menempati kurang lebih 25% dari sekitar wilayah

pertambangan dan sisanya 75% merupakan dataran landai. Secara

keseluruhan daerah penambang terletak pada elevasi antara 25 meter

hingga 35 meter, dimana daerah penelitian banyak terdapat sungai-

sungai kecil yang terhubung pada sungai besar yaitu Sei Loban.

3.2.1.2 Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta geologi lembar Banjarmasin 1712

yang dikeluarkan pusat penelitian dan pengembangan Geologi

Bandung berskala 1 : 250.000 wilayah kecamatan Sei Loban

di tempati oleh batuan sedimen kapur, tersier dan kwarter.

Urutan batuan sedimen dari batuan tua hingga batuan muda

pada daerah penyelidikan adalah sebagai berikut :

1. Formasi Tanjung

Formasi Tanjung ini berumur eosin dan terdiri dari batu

pasir kuarsa berbutir halus sampai kasar, dengan tebal


perlapisan 50 – 150 cm, struktur perlapisan cross beding

(silangsiur), sisipan batu lempung berwarna abu-abu,

pada formasi ini dijumpai batubara berwarna hitam

mengkilap. Ciri formasi ini dijumpai adanya

batugamping yang berbentuk melensa dengan warna

abu-abu cerah.

2. Formasi Berai

Formasi ini diendapkan dalam lingkungan neritik dan

ketebalan formasi ini kurang lebih 1000 meter. Formasi

ini diperkirakan berumur oligosen – miosen awal. Pada

formasi ini biasanya ditemukan batugamping berwarna

abu-abu cerah yang kaya akan cangkang-cangkang

kerang, bersisipan dan berwarna abu-abu.

3. Formasi Warukin

Formasi Warukin berumur miosen dan mempunyai

hubungan tidak selaras dengan formasi Dohor. Formasi

Warukin ini di endapkan diatas formasi Berai dengan

batuan penyusunnya seperti konglomerat, persilangan

batulempung dan batulanau yang mengandung batubara.

Satuan batuan tersebut di endapkan pada kondisi laut

kalamiosen tengah dilingkungan paralik.


4. Formasi Dohor

Formasi ini terendapkan dalam lingkungan paralas

dengan ketebalan formasi diperkirakan 250 meter,

umurnya di dugaplio – plistosen, biasanya pada formasi

ini dijumpai batupasir kuarsa kurang padu, konglomerat

dan batulempung lunak dengan sisipan lignit, kaolin dan

limonit.

5. Satuan Batuan Berumur Holosen

Satuan batuan ini tersusun dari kerakal, kerikil, pasir,

lempung dan lumpur hasil sedimentasi dari batuan

induknya yang sudah tertransportasikan (endapan

Alluvial).

3.2.1.3 Fisiografi

Wilayah penyelidikan umum endapan batubara, secara

fisiografi termasuk ke dalam cekungan Asam-asam. Posisi

wilayah tersebut terletak dibagian selatan provinsi Kalimantan

Selatan. Cekungan Asam-asam tersebut ditempati oleh batuan

sedimen Tersier setebal ± 6000 meter. Cekungan ini

mengalami transgresi dari kaleosen sampai dengan

kalamiosen, kemudian cekungan Asam-asam ini juga

mengalami regresi pada kalapliosen. Pada waktu terjadinya

transgresi pada cekungan Asam-asam diendapkan dari batuan


tua ke muda dari formasi Pudak, formasi Manunggul, formasi

Tanjung, formasi Berai dan formasi Warukin. Kemudian pada

saat terjadinya regresi di endapkan formasi Dohor.

Aktifitas tektonik yang bekerja pada cekungan Asam-

asam telah memengaruhi proses pengendapan batuan di

cekungan tersebut. Sebagai akibat dari aktifitas tektonik

tersebut terjadi pengangkatan pengunungan Meratus, yaitu

pada Kalamiosen tengah dan Kalaplistosen. Sebagai produk

pengangkatan tersebut terjadi pensesaran dan perlipatan serta

mengaktifkan struktur sesar yang lebih tua. Orientasi sumbu-

sumbu perlipatan yang terjadi umumnya mempunyai arah timu

laut – barat daya, sedangkan sesar – sesar berarah barat laut –

tenggara dan timur laut – barat daya.

3.2.2 Kondisi Geologi Daerah Penelitian

3.2.2.1 Geologi Lokal

Berdasarkan hasil penyelidikan dilapangan, bahwa

kondisi geologi lokal daerah penyelidikan dapat

dikelompokkan menjadi 2 (dua) satuan batuan. Masing-

masing satuan batuan tersebut adalah :


 Satuan Batupasir

Terdiri dari batupasir berwarna putih kelabu, keras,

serpihan berupa lempengan bercampur lempung, halus kasar

dengan komposisi pasir kuarsa, sedimentasi pelapisan yang

tidak sejajar dengan batupasir berwarna kuning keabu-abuan,

bersifat lunak dengan ukuran butir 1/8 mm – 1 mm,

membundar dengan komposisi graddied badding. Ketebalan

antara 2 – 2,5 meter. Satuan ini terbentuk diatas batuan non

klastik atau dibawah tanah pucuk yang terbentuk karena

endapan erosi sungai hingga di atas 10 meter. Pada daerah

endapan dasar biasanya tidak akan terjadi perubahan

penyebaran. Terkecuali di daerah terbentuknya belokan sungai

yang terdapat disebelah barat laut telah dijumpai adanya

perbedaan struktur dan keadaan morfologi.

 Satuan Batulempung

Batulempung berwarna abu-abu, lunak, abu-abu kehitaman

bercampur karbon bersifat karbonat. Batuan ini banyak

dijumpai dalam bentuk lapisan pengapit batubara. Lanau lunak

sedang, abu-abu cerah, bersifat homogen, tebal masing-

masing bervariasi dengan perlapisan sejajar.


Sumber : PT. Prolindo Cipta Nusantara
Gambar 3.1 Lithologi Batuan Daerah Penelitian

3.2.2.2 Morfologi
Keadaan morfologi daerah penelitian pada umumnya

didominasi oleh daerah perbukitan bergelombang sedang dan

dataran. Secara keselurahan daerah penambang terletak pada

elevasi antara 25 meter hingga 35 meter, dimana daerah


penelitian banyak terdapat sungai – sungai kecil yang

terhubung pada sungai besar yaitu Sungai Loban.

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

1. Buku Catatan

Buku catatan berukuran kecil sehingga fleksibel digunakan saat

dilapangan. Buku catatan berfungsi sebagai wadah untuk mencatat dat-

data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Alat Tulis

Alat tulis berfungsi untuk mencatat data-data yang didapatkan.

3. Kamera Telepon Genggam

Kamera berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan maupun data

lapangan.

4. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan berupa safety helm, safety

shoes dan rompi reflektor. APD berfungsi untuk melindungi diri dari

bahaya kecelakaan kerja.

5. Laptop

Laptop berfungsi untuk mengolah data-data penelitian yang didapat.

6. Penggaris Siku-siku

Penggaris siku-siku berfungsi untuk mengukur debit air yang keluar

melalui V-Notch dari settling pond.


7. Meteran

Meteran berfungsi untuk mengukur dimensi settling pond.

8. Kertas Lakmus

Kertas lakmus berfungsi untuk mengukur pH air asam tambang.

3.4 Langkah Kerja

1. Melakukan analisis pH air asam tambang pada settling pond 2 sebelum

penetralan dengan menggunakan alat ukur pH berupa kertas lakmus

yang dicelupkan langsung ke air asam tambang.

2. Mengukur debit air yang masuk dari sump ke settling pond 2 dengan

cara mengukur debit aktual pompa terlebih dahulu. Alat ukur yang

digunakan untuk mengukur debit aktual pompa adalah penggaris siku-

siku. Data akan didapat dari pengukuran panjang tembakan outlet

pompa dan panjang sisi pendek dari alat ukur yang kemudian akan

dimasukkan ke rumus perhitungan debit aktual pompa.

3. Mengukur volume settling pond 2 menggunakan alat ukur meteran.

Untuk mendapatkan volume settling pond 2 dilakukan pengukuran

panjang, lebar dan kedalaman settling pond 2 yang kemudian data yang

didapat akan dihitung menggunakan rumus volume.

4. Menghitung kebutuhan kapur tohor yang akan digunakan untuk proses

penetralan air asam tambang dengan cara mengetahui dosis kapur yang

digunakan berdasarkan pH awal air asam tambang dan SOP yang

berlaku di PT. Prolindo Cipta Nusantara. Setelah dosis kapur telah


diketahui, maka dilakukan perhitungan kebutuhan kapur per jam

dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 ×𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 ×3600


Kebutuhan Kapur =
1000

5. Menghitung waktu/durasi penetralan air asam tambang dengan

menggunakan alat ukur stopwatch. Perhitungan waktu/durasi

penetralan menggunakan analogi sampel air asam tambang.

6. Mengukur pH oulet setelah dilakukan proses penetralan air asam

tambang menggunakan alat ukur pH berupa kertas lakmus.

7. Mengukur debit air yang keluar melalui outlet setelah proses penetralan

dengan menggunakan parameter V-Notch dan penggaris sepanjang 1

meter. Perhitungan debit air outlet dilakukan dengan cara mengukur

tinggi air pada V-Notch, kemudian tinggi air akan disesuaikan dengan

parameter V-Notch sesuai dengan kemiringan V-Notch yang digunakan

perusahaan.

8. Menganalisis pengaruh hujan terhadap kebutuhan kapur tohor dengan

cara mengetahui data curah hujan dan luasan catchment area. Data

didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus rasional, rumus

Monnonobe dan rumus Gumbel.


3.4 Bagan Alir

MULAI

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat air asam tambang pada settling pond ?

2. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode pengapuran pada settling pond ?

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

 Alur proses penetralan air asam  Peta Lokasi perusahaan


tambang  Data Topografi
 Data jumlah kapur yang digunakan  Data Litologi
 Jadwal/periode penetralan  Kondisi geologi setempat
 Data pH air setelah penetralan.  Data curah hujan
 Curah hujan  Data penunjang lainnya

Pengolahan dan Analisis Data


 Proses penetralan
 Perbandingan jumlah kapur dengan air asam
tambang
 Perhitungan waktu penetralan dalam satu periode
 Penurunan tingkat keasaman yang berhasil
dicapai setelah penetralan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
3.5 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan tugas akhir ini adalah selama 4 bulan yaitu pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, dengan

lokasi penelitian di PT. Prolindo Cipta Nusantara, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tugas Akhir

Bulan
No. Kegiatan Mei 2019 Juni 2019 Juli 2019 Agustus 2019
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan
2 Studi Literatur
3 Observasi Lapangan
4 Pengambilan Data
5 Pengolahan Data
6 Pembuatan Laporan
Presentasi Laporan
7
(Diperusahaan)
Revisi & Konsultasi
=gt8
(Diperusahaan)
9 Konsultasi Laporan
ki,lh (Bab I – Bab III)
10 Seminar Proposal
11 Revisi Proposal
Konsultasi Hasil
12
Tugas Akhir
13 Seminar Hasil
Revisi Seminar
14
Hasil
15 Ujian Akhir

Anda mungkin juga menyukai