Anda di halaman 1dari 25

I.

JUDUL
ANALISIS MAINTENANCE KOMPARTEMEN SETTLING POND
CENDANA PT. HASNUR RIUNG SINERGI SITE PT. BHUMI RANTAU
ENERGI , KABUPATEN TAPIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu sumberdaya energi yang dapat dimanfaatkan saat ini adalah
batubara. Batubara merupakan sumberdaya alam dengan jumlah cadangan yang
memadai serta cukup potensial di Indonesia. Batubara merupakan salah satu
sumber energi alternatif yang saat ini berkembang dalam pasaran dunia sebagai
sumber energi yang berlimpah serta ekonomis. Adanya kegiatan pertambangan
akan memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara dan daerah disekitar
industri pertambangan.

Secara umum dampak positif yang akan dihasilkan pada kegiatan


pertambangan yaitu dapat meningkatan pendapatan asli daerah (PAD),
pertumbuhan ekonomi, kualitas sumberdaya, serta mengurangi angka
pengangguran terutama masyarakat di daerah sekitar industri pertambangan.
Selain itu, dampak negatif dari kegiatan pertambangan dapat merubah bentangan
alam, dan menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang signifikan,
baik itu hutan, tanah, udara, serta pencemaran air sehingga terganggunya biota.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses penambangan
adalah masalah penanganan air, atau lebih umum disebut dengan istilah
penyaliran tambang. Metode penambangan yang terpapar langsung dengan udara
luar adalah metode tambang terbuka. Dimana sangat dipengaruhi oleh iklim
seperti cuaca hujan, cuaca panas, dan lain-lain akan mempengaruhi kondisi tempat
kerja alatdan kondisi pekerja, yang selanjutnya dapat mempengaruhi produktivitas
penambangan.

Permasalahan yang sering terjadi dalam penyaliran tambang yaitu setting


pond yang tidak bisa menampung air yang masuk dari sump. Air yang berasal dari
air limpasan di pit maupun di sekitar pit jumlahnya melebihi kapasitas settling
1
pond, maka dari itu untuk megefektifkan kerja settling pond perlu dilakukan
maintenance. Agar kualitas air yang dialirkan ke masyarakat memenuhi baku
mutu yang sesuai maka proses maintenance harus dilakukan secara berkala.

III. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa debit air yang masuk ke dalam kompartemen settling pond ?
2. Berapa jumlah padatan yang masuk pada setiap kompartemen setting
pond ?
3. Berapa lama harus dilakukan maintenance pada setiap kompartemen
settling pond ?

IV. BATASAN MASALAH


Berdasarkan rumusan masalah masalah maka batasan masalah sebagai
berikut :
1. Proses penawasan dan pengapuran pada settling pond cendana guna
menjernihkan air.
2. Power of hydrogen (pH) air settling pond cendana PT. Hasnur Riung
Sinergi.
3. Air Asam Tambang yang dihasilkan pada settling pond cendana PT.
Hasnur Riung Sinergi.

V. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar batasan masalah maka tujuan masalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui banyaknya debit air yang masuk ke kompartemen


settling pond.

2. Untuk mengetahui jumlah padatan yang masuk pada setiap kompartemen


settling pond.

3. Menentukan waktu dilakukannya maintenance settlingpond masing-


masing kompartemen.

2
VI. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif yang meliputi tahap tahap sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Dalam metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari
buku-buku yang mendukung (jurnal atau majalah ilmiah) Juga
mempelajari dari sumber data yang lainnya seperti dari internet/komputer.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek yang
akan di teliti dalam waktu singkat dengan bertujuan untuk mendapat
gambaran mengenai objek penelitian (Gorys Keraf, 2001:162). Dalam
tahap ini penulis mengumpulkan data dengan melihat/meninjau langsung
ke lokasi penelitian terhadap proses yang sedang berlangsung demi
mendapat gambaran yang jelas mengenai obyek yang sebenarnya.
Penelitian di lapangan di lakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
a. Observasi lapangan dengan meninjau proses penyaliran dan
penanganan air tambang.
b. Mengumpulkan data-data di lapangan berupa dimensi sump, dimensi
settling pound, dan dokumentasi lapangan.
c. Menyimpulkan dan menganalisis hasil yang di diperoleh selama
kegiatan berlangsung.
3. Pengumpulan Data
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Alat Ukur Kekeruhan Air TSS (Total Suspened Solid) partech.
2. Alat Ukur Curah Hujan Ombrometer.
Data-data yang dikumpulkan penulis berupa :
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan
pengamatan secara langsung di lapangan berupa ukuran dimensi
settling pound, dan dokumentasi lapangan, dimensi kolam
3
pengendapan dan jadwal perawatan kolam pengendapan, panjang
pipa, diameter pipa, jenis pompa, jumlah pompa yang ada
dilapangang, debit outlet pipa HDPE (High Density Polyethylene),
debit air masuk setiap kompartemen, data TSS.
b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan
referensi dari perusahaan seperti peta topografi sebagai acuan untuk
menghitung daerah tangkapan hujan (catchment area), peta lokasi
kesampaian dareah, keadaan geologi umum daerah penelitian, data
curah hujan harian di gunakan untuk mendapatkan nilai curah hujan
rencana, spesifikasi dari pada pompa.
4. Pengolahan Data
Data–data yang diperoleh dikelompokkan, diolah dan dianalisa
menggunakan rumus matematis, kemudian disajikan dalam bentuk tabel,
gambar dan perhitungan penyelesaian.
5. Analisa Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur-
literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut, ialah sebagai berikut:
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel
dan intensitas hujan dengan persamaan Mononobe. Dengan
memanfaatkan sampel data curah hujan harian maksimum.
b. Menghitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit
limpasan ditambah dengan total air hujan yang masuk ke area
penambangan. Mengetahui berapa jumlah debit air yang dapat
dipompa berdasarkan spesifikasi pompa yang ada. Jumlah pompa dan
debit pompa.
c. Menghitung dimensi sump berdasarkan volume air yang masuk per
hari.
d. Merencanakan dimensi dan perawatan settling pound
e. Kecepatan sedimentasi menggunakan hukum stoke.

4
6. Kesimpulan
Menyimpulkan dan menganalisis semua hasil data yang diperoleh baik
dari lapangan dan literatur sehingga di peroleh efektifitas maintenance tiap
kompartemen di settling pond, sehingga dapat dijadikan acuan bagi
perusahaan.

5
Analisis Maintenance Kompartemen Settling Pond Cendana PT. Hasnur Riung Sinergi,
Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.

Perumusan Masalah

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Peta Topografi
1. Dimensi kolam pengendapan
2. Peta lokasi kesampaian daerah
2. Dimensi sumuran
3. Data geologi dan litologi
3. Panjang dan jenis pipa yang digunakan
4. Morfologi dan vegetasi
4. Debit air yang masuk setiap kompartemen
5. Data curah hujan pada daerah
5. Data TSS
penambangan
6. Dokumentasi
6. Spesifikasi dari jenis pompa
7. Daerah Tangkapam Hujan

Pengolahan data
Meliputi :
1. Menghitung data curah hujan
2. Menghitung intensitas curah hujan
3. Menghitung periode ulang hujan
(PUH)
4. Menghitung debit air limpasan dan air
hujan
5. Menghitung sumuran
6. Menghitung kebutuhan Pompa
7. Menghitung kapasitas kompartemen
settling pond
8. Menghitung laju pengendapan pada
kompartemen settling pond
9. Menghitung lama maintenance
kompartemen settling pond.

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian

6
VII. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya bagi
pihak perusahaan, penulis dan pembaca. Adapun manfaat penelitian ini
diantaranya:
1. Sebagai dasar dalam menentukan laju pengendapan partikel serta waktu
efektivitas dilakukan maintenance kompartemen settling pond agar
kinerja settling pond maksimal dan dengan resiko rendah.
2. Sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk mengetahui efektifitas
terhadap metode penyaliran tambang yang saat ini diterapkan oleh PT.
Hasnur Riung Sinergi.

VIII. DASAR TEORI


8.1 Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya
peredaran, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya,
termasuk hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International Glossary
of Hidrology, 1974) [ErsinSeyhan, 1990]. Karena perkembangan yang ada
maka ilmu hidrologi telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari siklus
ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah
ilmu untuk mempelajari presipitasi (precipitation), evaporasi dan transpirasi
(evaporation), aliran permukaan (surface stream flow), dan air tanah (ground
water).

8.2 Siklus Hidrologi


Siklus atau daur merupakan suatu perputaran atau lingkaran. Siklus
hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali
pada bentuk awal. Hal ini menunjukan bahwa volume air di permukaan bumi
sifatnya tetap. Meskipun tetap dengan perubahan iklim dan cuaca, letak
mengakibatkan volume dalam bentuk tertentu berubah, tetapi secara
keseluruhan air tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan
cukup lama. Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani

7
siklusnya, karena sangat tergantung pada kondisi geografis, pemanfaatan oleh
manusia dan sejumlah faktor lain.

Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi relatif tetap dari masa ke
masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkain peristiwa yang
berlangsung terus-menerus, yang kita tidak tau kapan dan dari mana
berawalnya dan kapan pula berakir. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan
siklus hidrologi (hydrologic cycle).

Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari.


Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator, letak
radiasi matahari lebih kuat. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut
mengalamikondensasi dan membentuk butiran-butiran air yang akan jatuh
kembali sebagai presipitasi berupa hujan dan atau saju. Presipitasi ada yang
jatuh di samudera, di darat, dan sebgaian langsung menguap kembali sebelum
mecapai ke permukaan bumi.

Presipitasi yang jatuh dipermukaan bumi menyebar ke bebagai arah


dengan berbagai cara. Sebagaian akan tertahan sementara di permukaan bumi
sebagai es atau salju, atau genangan air, yang dikenal dengan simpanan
depresi. Sebagaian air hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau
sungai. Hal inni disebut aliran atau limpasan permukaan. Jika permukaan tanah
porous, maka sebagaian air akan meresap ke dalam tanah melalui peristiwa
yang disebut infiltrasi. Sebagaian lagi akan kembali ke atmosfer melalui
penguapan dan transpirasi oleh tanaman (evaprotranspirasi).

Dibawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara. Daerah
ini dikenal sebagai zona kapiler (vadoze zone), atau zona aerasi. Air yang
tersimpan di zona ini disebut dengan kelengasan tanah (soil moisture), atau air
kapiler. Pada kondisi tertentu air dapat mengalir secara lateral pada zona
kapiler, proses ini disebut interflow. Uap air dalam zona kapiler dapat juga
kembali ke permukaan tanah, kemudian menguap.

8
Kelebihan kelengasan tanah akan ditarik masuk oleh gravitasi dan
proses ini disebut drainase gravitasi. Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah
atau batuan akan jenuh air. Batas atas zona jenuh air disebut muka air tanah
(water table). Air yang tersimpan dalam zona jenuh air disebut air tanah. Air
tanah ini bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan aau lapisan tsnsh
sampai akhirnya keluar ke permukaan sebagai sumber air (spring) tau sebagai
rembesan danau, waduk, sungai, atau laut.

Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran
permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai (base flow),
sementara total aliran disebut debit (runoff). Air yang tersimpan di waduk,
danau, dan sungai disebut air permukaan (surface water).

(sumber : moondoggieus.com, 2019)

Gambar 8.1 Siklus Hidrologi

8.3 Sistem Penyaliran Tambang


Pengertian dari sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang
dilakukan untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah
masuk ke permukaan kerja (daerah penambangan). Upaya ini dimaksudkan
untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air
dalam jumlah yang berlebihan terutama pada musim hujan. Selain itu sistem

9
penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan
alat sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah penambangan
mempunyai umur yang lama atau dapat lebih awet. Air yang berada pada
lokasi tambang berasal dari :
a. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat dan mengalir di atas
permukaan tanah. Jenis air ini meliputi :
- Air limpasan
- Air buangan (limbah)
- Lapisan akuifer (aquifer) yang telah terpotong akibat penggalian
b. Air bawah permukaan
Air bawah permukaan adalah air yang terdapat dan mengalir di bawah
permukaan tanah. Jenis air ini meliputi :
- Air tanah
- Air rembesan
8.4 Cara Penanganan Air pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Mine Dewatering dan Mine Drainage.
8.4.1 Mine Dewatering
Adalah upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari
hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah :
1. Open Sump Drainage
Sistem ini diterapkan untuk membuang air dari lokasi kerja
penambangan. Air dikumpulkan pada suatu sumur (sump), kemudian
dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman
penggalian dan volume air yang terakumulasi. Bisa satu unit, dua unit, atau
beberapa unit. Kapasitas pompa disesuaikan dengan debit air yang masuk ke
dalam lokasi penambangan, tetapi apabila kondisinya demikian, pompa harus
dihidupkan secara terus menerus. Apabila kapasitas pompa yang digunakan
lebih besar dari debit air yang masuk, maka penggunaan pompa bisa secara
10
periodik sehingga pompa tidak mengalami kelelahan.
2. Cara Paritan
Merupakan cara paling mudah yaitu dengan membuat paritan pada sisi
jalan tambang guna menampung air limpasan (run off), kemudian
mengalirkannya ke sump, sehingga kegiatan penambangan tidak terganggu.
Ada bermacam-macam bentuk saluran penyaliran diantaranya bentuk
trapesium, bentuk segiempat dan bentuk segitiga.
Adapun bentuk yang paling umum dipakai untuk saluran berlapisi dinding
tanah adalah bentuk trapesium, sebab stabilitas kemiringan dindingnya dapat
disesuaikan. Bentuk segiempat dan segitiga merupakan bentuk khusus selain
trapesium. Karena bentuk segiempat mempunyai sisi tegak, biasanya dipakai
untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang stabil, seperti pasangan batu
kali, padas, logam atau kayu. Penampang segitiga hanya dipakai untuk
saluran kecil, selokan, dan di laboratorium.

8.4.2 Mine Drainage


Adalah suatu upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan
air yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran
mine drainage adalah :
1. Siemen Method
Pada metode ini, jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
dengan diameter 20-30 cm, ke dalam lubang bor dimasukkan pipa berukuran
20 cm. Ujung bawah pipa tersebut dibuat lubang-lubang (perporasi) dan
bagian ujung pipa tadi masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air yang ada
pada bagian bawah pipa dapat dipompa ke atas secara seri, kemudian
dibuang.
2. Small Pipe System With Vacuum Pump Drainage
Metode ini diterapkan untuk lapisan batuan yang mempunyai jumlah
air sedikit, dengan membuat lubang bor berdiameter 15 cm. Pada lubang bor
dimasukkan pipa dengan diameter 5 – 6,35 cm. Pada ujung pipa dibuat
11
lubang-lubang (perporasi). Antara pipa dengan dinding lubang bor diberi
kerikil-kerikil kasar yang fungsinya sebagai penyaring kotoran, yang
diameternya lebih besar dari diameter lubang-lubang. Di bagian atas antara
pipa dan lubang bor disumbat, sehingga saat ada isapan pompa rongga antara
pipa dan lubang bor vacuum udara, dan air dapat terhisap ke dalam lubang
bor.
3. Deep Well Pump Method Drainage
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang yang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor dengan
diameter 15 cm, pompa dimasukkan ke dalam lubang bor (submersible
pump), yang digerakkan dengan listrik. Jenis pompa ada yang otomatis
bekerja jika pompa tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 - 60 m.

8.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran


Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem penyaliran tambang dan
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

8.5.1 Rencana Penambangan


Sistem penyaliran tambang yang akan diterapkan harus disesuaikan
dengan rencana penambangan yang akan dilakukan di daerah tersebut.
Dengan diketahuinya rencana penambangan dapat diketahui pula rancangan
sistem penyaliran yang cocok sehingga akan mendukung rencana
penambangan yang akan dilakukan.

8.5.2 Periode Ulang Hujan


Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah
hujan tertentu biasanya akan berulang pada periode tertentu yang dikenal
dengan periode ulang hujan. Periode ulang hujan didefinisikan sebagai waktu
dimana curah hujan dengan besaran tertentu akan disamai atau dilampaui
sekali dalam jangka waktu tertentu. Misalnya periode ulang hujan 10 tahun,
maka peristiwa yang bersangkutan (hujan, banjir) akan terjadi rata-rata sekali
12
setiap periode 10 tahun. Terjadinya peristiwa tersebut tidak harus 10 tahun,
melainkan rata-rata sekali setiap periode 10 tahun, misal 10 kali dalam
periode 100 tahun, 25 kali dalam 250 tahun dan seterusnya. Periode ulang ini
memberikan gambaran bahwa semakin besar periode ulang semakin tinggi
curah hujannya. Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan
pada masalah kebijaksanaan yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan.
Pertimbangan dalam penentuan periode ualang hujan tersebut adalah resiko
yang dapat ditimbulkan bila curah hujan melebihi curah hujan rencana.

8.5.3 Curah Hujan


Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m2
jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 Liter. Curah hujan merupakan
salahsatu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran, karena besar kecilnya
curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus
diatasi. Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar curah hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data
curah hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran.
Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya
adalah metode Gumbel, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi
harga ekstrim. Gumbel beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel
hidrologis tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari harga-
harga yang terbesar atau harga maksimal. Perkiraan curah hujan rencana
menurut Gumbel :

XT = X 
S
Y  YN  …………………………………………. (8.1)
Sn
Keterangan:
XT = Perkiraan nilai curah hujan rencana(mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Simpangan baku (standar deviation)

13
Sn = Standar deviasi dari reduksi variate (standar deviation of the
reduced variate), nilainya tergantung dari jumlah data
Y = Nilai reduksi variat dari variable yang diharapkan terjadi
pada periode ulang tertentu
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)
YN = Nilai rata-rata Yn

Simpangan baku dihitung dengan rumus :

S=  xi  x 2

……………………………………………. (8.2)
n  1
Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Nilai variat
X = Nilai rata-rata hitung variat
n = Jumlah data
Nilai reduksi variat dihitung dengan menggunakan rumus :
  T 1
Y =  ln   ln    ………………………………………… (8.3)
  T 
Keterangan :
Y = Nilai reduksi variat dari variable yang diharapkan terjadi
pada periode ulang tertentu
T = Periode ulang

Koreksi rata-rata (Reduced mean) dihitung dengan menggunakan rumus :


  n 1  m 
Yn =  ln   ln    …………………………………. (8.4)
  n 1 
Keterangan :
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)
n = Jumlah data
m = Urutan data (1,2,3,…)

14
Nilai rata-rata reduced mean (YN) dapat ditentukan dengan rumus:

YN =
 Yn ……………………………...........…………………………... (8.5)
n
Keterangan :
YN = Nilai rata-rata Yn
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)
n = Jumlah data
Nilai koreksi simpangan (reduced standard deviation ) ditentukan dengan rumus :

 Yn  YN 
2
Sn = …………………………………………...........…… (8.6)
n 1

Keterangan :
Sn = Standar deviasi dari reduksi variate (standar deviation of the
reduced variate), nilainya tergantung dari jumlah data.
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)
YN = Nilai rata-rata Yn
N = Jumlah data

8.5.4 Resiko hidrologi


Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan
mm/hari, yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran.
Selain itu juga harus diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi,
resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang
sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit
yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
PR = 1-(1-1/TR) TL…………………………………………………. (8.7)
Keterangan :
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur tambang

15
8.5.5 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah hujan
biasanya dinotasikan dengan huruf “ I ”. Jika data yang tersedia di daerah
penelitian hanya terdapat data curah hujan harian, intensitas curah hujan dapat
ditentukan berdasarkan rumus Mononobe :
2/3
R  24 
I  24   ……………………..................…………………………… (8.8)
24  t 
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum
T = Lama waktu hujan atau waktu konsentrasi (jam)

8.5.6 Intensitas Durasi Frekuensi (IDF)


Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat
hujan yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I),
lama waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan (A) (Soemarto 1987). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat
dianalisis berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah
tangkapan (Catchment Area)yang kecil sampai yang besar.
Analisis hubungan dua parameter hujan yang penting berupa intensitas dan
durasi dapat dihubungkan secara statistik dengan suatu frekuensi kejadiannya.
Penyajian secara grafik hubungan ini adalah berupa kurva Intensity-Duration-
Frequency (IDF) (Loebis 1992). Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah
hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi
(Joesron Loebis 1992). Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan
satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam
perhitungan debit banjir rencana berdasar metode Rasional. Durasi adalah
lamanya suatu kejadian hujan (Sudjarwadi 1987). Intensitas hujan yang tinggi
pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
sangat luas (Sudjarwadi 1987). Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali
16
dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi,
tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari
langit.
Analisis intensitas-durasi-frekuensi (IDF) dilakukan untuk memperkirakan
debit aliran puncak berdasarkan data hujan titik (satu stasiun pencatat hujan). Data
yang digunakan adalah data hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi dalam
waktu singkat, seperti hujan 5, 10, 15, …., 120 menit atau lebih. Apabila yang
diperoleh data curah hujan harian, kita dapat mengguanakan metode Mononobe.
Analisis ini bertujuan menganalis curah hujan di kawasan rawan banjir
disuatu tempat untuk membuat kurva intensitas durasi frekuensi. Hasil penelitian
berupa kurva IDFdapat dimanfaatkan untuk menghitung debit banjir rencana yang
digunakan dalam perencanaan bangunan pengendali banjir.

8.5.7 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Daerah tangkapan hujan (Catchment Area) adalah luasnya permukaan,
yang apabila terjadi hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang
lebih rendah menuju ke titik pengaliran.
Air yang jatuh ke permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian
ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi,
kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Semua air yang mengalir dipermukaan belum tentu menjadi sumber air
dari suatu sistem penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, kerapatan
vegetasi serta keadaan geologi.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat
mengakibatkan air limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah
penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan
berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti.
Setelah daerah tangkapan hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada peta
kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari titik-titik yang tertinggi disekeliling
17
tambang membentuk poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah
mengalirnya air, maka luas dihitung dengan menggunakan software autocad land
desktop sehingga didapatkan luas catchment area dalam satuan m2.

8.5.8 Debit Air Limpasan


Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju ke tempat yang lebih rendah. Aliran itu terjadi karena
curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan,
bentuk dan kekompakan permukaan tanah.
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
- Curah hujan, yaitu intensitas curah hujan dan frekuensi hujan.
- Tanah, yaitu jenis dan bentuk toprografi.
- Tutupan, yaitu kepadatan, jenis dan macam vegetasi.
- Luas daerah aliran.
Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Q = 0,278. C . I .A …………………………………….....……………. (8.9)
Keterangan :
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 1)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
tiap-tiap daerah tangkapan hujan.

18
Tabel 8.1 .Nilai Koefisien Limpasan
No Macam Permukaan Koefisien limpasan (C)
1 Lapisan Batubara 1,00
2 Jalan Angkut 0,90
3 Dasar Pit dan Jenjang 0,75
4 Lapisan Tanah Penutup 0,65
6 Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Ditanami 0,55
7 Hutan 0,50
(Sumber : Gautama, 1999)

8.6 Debit Air Hujan yang Masuk ke Dalam Lokasi Penambangan


Untuk dapat mengetahui besarnya air tambang, maka perlu diketahui
jumlah air hujan yang langsung jatuh atau masuk ke dalam bukaan tambang.
Besarnya air hujan yang langsung masuk kedalam bukaan tambang dihitung
dengan rumus :
Q = Curah Hujan Rencana x A ..............................................................(8.10)
Keterangan :
Q = Debit Air (m3/jam)
A = Luas Bukaan Tambang (km2 )

8.7 Air Tanah


Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zona
jenuh (saturation zone) dimana tekanan hidrostatisnya sama atau lebih besar dari
tekanan atmosfer. Sebagaian air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk
kedalam tanah, air tanah tersebut disebut air meteorik.

8.8 Air Tambang


Air tambang adalah jumlah air limpasan yang masuk bukaan tambang
ditambah dengan jumlah air hujan yang langsung masuk ke dalam bukaan
tambang dan air tanah. Untuk mengatahui besarnya air tambang yang masuk
bukaan tambang maka perlu diketahui debit air limpasan, debit air hujan yang
langsung masuk bukaan tambang.

19
Jadi besarnya air yang masuk bukaan tambang sebagai air tambang
adalah :
Qtotal = Qlimpasan + Qair hujan + Qair tanah ................................................................................ ..(8.11)

8.9 Sumuran (Sump)


Sumuran (sump) dibuat untuk menampung air sementara sebelum air
dipompakan kekolam pengendapan. Desain bentuk dan geometri sumuran (sump)
dihitung berdasarkan jumlah air yang masuk serta air yang keluar dari sumuran.
Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran merupakan total debit air limpasan
ditambah dengan debit air tanah.
Sumuran (sump) dibuat pada daerah dengan topografi terendah didalam
pit tujuanya adalah agar air mudah untuk mengalir masuk ke dalam sump,selain
dari pada itu lokasi sump sebaiknya jauh dari aktifitas penggalian.
Dimensi sump yang dibuat harus dapat menampung volumeair yang
masuk kedalam pit. Rancangan dimensi sump dihitung dari selisih terbesar
antara volume air yang masuk kedalam bukaan tambang dengan volume
pemompaan. Selisih terbesar antara volume air tambang dan volume
pemompaan digunakan bertujuan untuk mengantisipasi kondisi ketika hujan
terjadi dengan durasi waktu yang cukup lama sehingga volume sump yang dibuat
masih dapat menampung volume air yang masuk ke dalam bukaan tambang.
Volume air pada sump dihitung dari jumlah debit air limpasan dan air
tanah yang masuk ke lokasi penambangan di kali dengan lama waktu konsentasi
air dalam satuan hari atau 24 jam, dapat dihitung sebagai berikut:
Diketahui
1
V = (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎h ) 2 x t ..................................................... . (8.12)

Keterangan :
V = Volume Air
t = Lama waktu konsentrasi air dalam satuan hari

20
8.10 Kolam Pengendapan (Settling Pond)
Kolam pengendapan adalah sutu kolam yang dibuat khusus untuk
menampung air limpasan sebelum dibuang langsung menju daerah pengaliran
umum. Sedangkan kolam pengendapan untuk daerah penambangan, adalah kolam
yang dibuat untuk menampung dan mengendapkan material yang terbawa air
limpasan yang berasal dari daerah penambangan maupun daerah penambangan
maupun daerah sekitar penambangan. Nanatinya air tersebut akan dibuang untuk
menampung dan mengandapkan material yang terbawa air limpasan yang berasal
dari daerah penambangan maupun daerah sekitar penambangan. Nanatinya air
tersebut akan dibuang menuju tempat penampungan air umum seperti sungai,
maupun danau.
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau
material padatan yang bercampur dengan air limpasan yang disebabkan adanya
aktivitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat pengendapan,
kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari
air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu kandungan material,
tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang dapat membahayakan
lingkungan.
Dengan adanya kolam pengendapan diharapkan semua air yang keluar dari
daerah penambangan benar-benar air yang sudah memenuhi ambang batas yang
diijinkan oleh peruahaan, sehingga nantinya dengan adnya penambangan ini, tidak
ada komplain dari masyarakat dan juga mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan.
Untuk merancang suatu kolam pengendapan, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Kecepatan Pengendapan
Pada kolam pengendapan, khususnya pada proses sedimentasi, ada berbagai
macam cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kecepatan
pengendapan, antara lain dengan menggunakan persamaan Hukum Stokes-
Hukum Newton yang berbunyi “jika sebuah partikel turun di fluida karena
gaya gravitasi, maka kecepatan pengendapan akan tercapai apabila jumlah
21
dari gaya friksi (buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi benda”. Pada
sebuah partikel yang mulai tenggelam, kecepatan turunnya partikel
dinyatakan dalam persamaan :
𝑔 𝑥 𝐷² (𝜌𝑝−𝜌𝑎)
V= ..................................................................................(8.13)
18 𝑥 𝜂

Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/jam)
g = Percepatan pengendapan partikel (m/detik²)
ρp = Berat jenis partikel padatan
ρa = Berat jenis air (kg/m³)
η = Kekentalan dinamik air (kg/m.detik)
D = Diameter partikel padatan (m)

a. Diameter Partikel
Diameter partikel dapat ditentukan dengan melakukan pengujian
laboratorium dengan menggunakan percobaan pengukuran distribusi ukuran
butir partikel dengan menggunakan metode pengujian “hydrometer”.

b. Densitas Partikel
Densitas partikel juga dapat dihitung dengan melakukan pengujian
laboratorium. Pengujian ini dilakukan sebelum melakukan pengujian
distribusi ukuran butir material metode “hydrometer”.

c. Viskositas Cairan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakna besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas fluida, makin sulit
suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antar
molekul zat cair, sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat
tumbukan antar molekul gas. Untuk menentukan viskositas cairan kita dapat
menggunakan tabel berikut (Stoke 1845)

22
Tabel 8.2 Viskositas Cairan
Fluida Viskositas N (s/m²)
Air (0° C) 1,7 x 10¯³
Air (20° C) 1,00 x 10¯³
Air (100° C) 0,28 x 10¯³
Darah (37° C) 4,0 x 10¯³
Oli Motor (0° C) 110 x 10¯³
Udara (0° C) 0,017 x 10¯³
(sumber : stoke, 1845)

8.10.1 Bentuk-Bentuk Kolam Pengendapan


Bentuk kolam pengendapan biasanya hanya digambarkan secara
sederhana yaitu berupa kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya
bentuk tersebut dapat bermacam-macam, disesuaikan dengan keperluan dan
keadaan lapangannya walaupun bentuknya dapat bermacam-macam, namun pada
setiap kolam pengendapan akan selalu ada 4 zona penting yang berbentuk karna
proses pengendapan material padatan.
Keempat zona yang ditunjukkan adalah:
a. Zona masukkan (inlet)
Adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam kolam pengendapan
dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan terdistribusi secara
merata. Zona ini panjangnya 0,5 – 1 kali kedalaman kolam (Huisman L.,
1977).
b. Zona pengendapan (settlement zone)
Tempat dimana partikel akan mengendap, material disini akan mengalami
proses pengendapan disepanjang saluran masing-masing check dam.
Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam pengendapan dikurangi
panjang zona ,asuk dan keluaran (Huisman L., 1977).
c. Zona endapan lumpur (sediment)
Tempat dimana partikel padatan dalam cairan mengalami sedimentasi dan
terkumpul pada bagian bawah saluran pengendap.

23
d. Zona keluaran (outlet)
Tempat keluarnya buangan cairan yang relatif bersih, zona ini terletak pada
akhir saluran.

(Sumber : Huisman L., 1977)


Gambar 8.2 Bentuk Kolam Pengendapan

8.10.2 Perhitungan Pengendapan


a. Perhitungan persen solid
Residu terlarut = besarnya TSS x debit ................................. (8.14)

b. Perhitungan Persentase Pengendapan (%P)

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap (Tv) adalah:


Tv = 𝑉 .......................................................................................... (8.15)

Waktu yang diperlukan material untuk keluar darai kolam


pengendapan (th). Partikel-partikel padatan dapat mengendap dengan baik
jika tv < th. Kecepatan air dalam kolam adalah :

𝑄
Vh = ........................................................................................ (8.16)
𝐴

Sehingga th (waktu yang dibutuhkan air dan material tersuspensi keluar


dari kolam pengendapan) dapat dicari dengan rumus :

24
𝑃
Th = ........................................................................................ (8.17)
𝑉ℎ

P = Panjang aliran dalam kolam pengendapan. Dimana panjang


aliran dianggap sama dengan sisi lebar kolam ditambah dengan lebar
sekat. Nilai P untuk setiap kompartmennya berbeda sehingga waktu yang
dibuthkan material untuk keluar dari kolam pengendapan juga berbeda.
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan tv < th.
Dengan membandingkan waktu pengendapan dan waktu keluarnya air dan
material dapat digunakan rumus berikut untuk mengetahui persentase
pengendapan, yaitu :
𝑡ℎ
Pengendapan = 𝑡𝑣+𝑡ℎ 𝑥 100 % ..................................................... (8.18)

b. Waktu pengerukan kolam (T)


Pembuatan settling pond dimaksudkan untuk menampung lumpur yang
berupa partikel dan padatan, lumpur akan dikeruk sehingga kolam dapat
menampung volume lumpur sebelum dikeruk selama interval waktu tertentu.
Pengerukan dilakukan ketika partikel padatan telah memenuhi 4⁄5 dari volume
settling pond.
4
×𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
5
Waktu pengerukan = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑖𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 ......(8.19)

IX RENCANA JADWAL PENELITIAN TA II


Waktu pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir ini direncanakan selama 6
minggu yaitu pada tanggal 18 Maret 2019 sampai dengan 1 Mei 2019. Mahasiswa
akan melakukan pengambilan data primer mulai dari pengamatan langsung di
lapangan, interview kepada pihak terkait serta pengambilan data sekunder yang
berkaitan dengan judul penelitian di perusahaan. Serta pengambilan data sekunder
seperti sejarah dan profil perusahaan, struktur organisasi dan kepegawaian,
kegiatan operasional perusahaan, dan lain-lain. Untuk runtutan kegiatan penelitian
lebih jelasnya akan dijelaskan pada tabel berikut.

25

Anda mungkin juga menyukai