Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TUGAS AKHIR

EVALUASI PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI STOCKPILE


PT. BUKIT ASAM(PERSERO) Tbk. UNIT DERMAGA KERTAPATI

Proposal Tugas Akhir


Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
Tugas Akhir Semester VI

Oleh :

Tegar Hilmawan NPM 1504028

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2017
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
Pelaksana / Penyusun

1. Nama : Tegar Hilmawan


NPM : 1504028
Program Studi : Teknik Pertambangan Batubara
Perguruan Tinggi : Politeknik Akamigas Palembang
2. Tempat Pelaksanaan :Unit Dermaga Kertapati PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk.
3. Waktu Pelaksanaan : 12 Februari – 12April 2018

Palembang, Februari 2018


Dosen Pembimbing Hormat Saya

Ir.H.Marwan Sastradinata, M.M. Tegar Hilmawan


NPM 1504028

Menyetujui,
Plt Wakil Direktur Bidang Akademik Ka. Program Studi

M.Ikbal Aziz, S.E,M.SI Lina Rianti, S.T., M.T.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan perusahaan milik negara yang
bergerak dibidang pertambangan batubara. Umumnya batubara yang ditambang
digunakan sebagai bahan bakarPembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
pabrik semen. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk memiliki beberapa sarana
penunjang dalam kegiatan pengangkutan produk batubara yang akan dikirim ke
kosumen, salah satunya adalah Unit Dermaga Kertapati. Unit Dermaga
Kertapatiberfungsi sebagai stockpile batubara dan sebagai tempat kegiatan
pemuatan batubara ke Tongkang.
Selama batubara di stockpile, limbah berupa air asam tambang (AAT) akan
terbentuk, terlebih apabila batubara yang ditimbun adalah batubara dengan
kandungan air asam yang tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas batubara itu
sendiri. Penanganan air asam yang tambang yang terbentuk harus dilaukan,
meliputi pembuatan sistem drainase yang memadai dan sistem pengolahan air
asam tambang. Air asam tambang dari stockpile dialirkan melalui saluran –
saluran drainase menuju ke kolam pengendap lumpur, kemudian proses
pengolahan air asam tambang dilakukan dngan metode aktif, yaitu dengan
penambahan senyawa kapur.
Kurangnya perawatan pada sistem drainase dan sistem pengolahan air asam
tambang selama musim kemarau akan menyebabkan kurang optimalnya
penanganan air asam tambang pada musim hujan. Bebarapa indikasi kurangnya
perawatan sistem drainase selama musim kemarau diantaranya tersumbatnya
saluran – saluran drainase dan kurangnya perawatan stockpile basement dan
kolam treatment.
Oleh karena itu, kajian teknis penanganan air asam tambang di stockpile perlu
dilakukan unutk menjamin sistem drainase dan pengolahan air asam tambang di
stockpile pada musim hujan dapat bekerja dengan optimal. Hal ini ditujukan agar
perusahaan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat dampak negatif air asam
tambang serta tidak hilangnya kepercayaan masyarakat sekitar karena dampak
yang ditimbulkan akibat dampak negatif dari air asam tambang terhadap
lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, Saya mengajukan permohonan untuk
melakukan Tugas Akhir di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagaimana perawatan saluran drainase agar mampu mengalirkan AAT
menuju kolam pengendap lumpur.
2. Bagaimana dimensi kolam pengendap lumpur untuk dilakukan pengolahan
AAT agar dapat menampung AAT di kolam pengendap lumpur.
3. Bagaimana melakukan pengolahan AAT agar tercapai baku mutu yang aman
bagi lingkungan.

1.3Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi perawatan saluran drainase agar mampu mengalirkan AAT
menuju kolam pengendap lumpur.
2. Mengkaji dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan agar dapat
menampung AAT di kolam pengendap lumpur.
3. Menganalisis pengolahan AAT yang dilakukan agar tercapai baku mutu yang
aman bagi lingkungan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan sistem drainase yang efektif agar mampu mengalirkan AAT
menuju kolam pengendap lumpur.
2. Mendapatkan dimensi kolam pengendap lumpur yang efektif agar dapat
menampung AAT di kolam pengendap lumpur.
3. Dapat melakukan pengolahan AAT yang baik agar tercapai baku mutu yang
aman bagi lingkungan .
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Dasar Hukum Pengelolaan Lingkungan


Dasar hukum pengelolaan linhgkungan di Indonesia adalah Undang-
Undang No. 23 tahun 1997. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk sebagai salah satu
perusahaan pertambangan dimana dalam kegiatannya tidak terlepas dari dampak-
dampak yang ditimbulkannya dan menjadikan undang-undang no. 23 tahun 1997
sebagai dasar hukum pengelolaan lingkungan.
Selain itu juga digunakan Baku Mutu Ambien Air Golongan B yang
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan KEK-
02/MENKHLH/1988 untuk mengetahui air yang dialirkan ke sungai telah
memenuhi standar atau tidak.

2.2 Batubara
Batubara diartikan sebagai batuan sedimen yang berasal dari material
organic (organic clastic sedimentary rock), dapat dibakar dan memiliki
kandungan utama berupa C, H, O (Sukandarrumidi, 2004). Batubara adalah bahan
bakar padat yang mengandung abu. Oleh sebab itu, dalam pemanfaatanya
diperlukan biaya yang cukup tinggi dalam proses penangananya (coal handling).
Dalam pemanfaatanya batubara memerlukan penanganan yang baik untuk
menghindari beberapa masalah, antara lain :
a. Batubara dapat terbakar dengan sendirinya (spontaneous combustion).
b. Batubara dapat menimbulkan ledakan, umumnya pada tambang bawah tanah
(underground mining).
c. Batubara dapat menyebabkan pencermaran lingkungan, salah satunya adalah
air asam yang disebabkan oleh kandungan sulfur pada batubara.
Sulfur adalah salah satu komponen dalam batubara, yang terdapat sebagai
sulfur organik maupun anorganik. Umumnya komponen sulfur dalam batubara
terdapat sebagai syngenetik yang erat hubunganya dengan proses fisika dan kimia
selama proses penggambutan dan dapat juga sebagai sulfur epigenetik yang dapat
diamati sebagai pirit pengisi cleat pada batubara, juga sebagai epigenetik yang
dapat diamati sebagai pirit pengisi cleat pada batubara akibat proses presipitasi
kimia pada akhir proses pembatubaraan (Elliott, 1981).

2.3 Air Asam Tambang pada stockpile batubara


Di lokasi tambang batubara, pemantauan dilakukan terhadap lokasi-lokasi
yang memiliki kemungkinan menghasilkan limbah berupa air asam tambang,
dalam hal ini adalah lapisan (seam) batubara, lapisan antara batubara, dan media
yang membawa pencemaran itu sendiri, yaitu air yang berasal dari mine sump,
tumpukan tanah penutup dan stockpile batubara (Hidir, 2006).
Aliran cairan dari tumpukan batubara yang terkena hujan berisiko
mencemari lingkungan. Air asam tambang (acid mine drainage) dapat
ditimbulkan oleh tumpukan (stockpile) batubara, terutama apabila kandungan
belerangnya tinggi. Oksidasi udara terhadap belerang mengahasilkan oksida
belerang yang kemudian terlarut oleh air hujan membentuk air asam tambang
(Rudy, 2012).
Apabila larutan air asam masuk sampai kedalam lapisan air tanah maka
keasaman air tanah akan meningkat. Air tanah yang asam dapat menggangu
kesehatan apabila digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Untuk mengatasi
dampak tersebut, air lindihan dari air hujan disalurkan ke penampungan dan
dikontrol keasamanya kemudian dinetralkan sebelum dibuang. Disamping itu,
analisis terhadap logam-logam berat sebaiknya juga dilakukan (Elliot, 1981).
Ada tiga (3) jenis sulfida air maupun air limbah yaitu (Gautama, 2007) :
a. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida – sulfida logam
tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan dengan asam.
b. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam
contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
c. H2S yang tidak terionasasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi H2S
terlarut, pH contoh air asam dan konstanta ionisasi H2S.
Menurut Gautama (2007) faktor yang dapat menentukan terjadinya
pembentukan air asam tambang sebagai berikut :
- Ph
- Temperatur
- Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan <100%
- Kandungan O pada fase air.
- Luas permukaan mineral sulfida yang tepajan.
- Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam
- Peranan bakteri
Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang sebagai
berikut (Gautama, 2007) :
- Kondisi limbah
- Permeabilitas limbah
- Keberadaan lubang air
- Tekanan lubang air
- Mekanis perpindahanya

2.4 Sistem Drainase Stockpile


Pada prinsipnya, sistem drainase pada stockpile dan sistem drainase pada
tambang memiliki tujuan yang sama, yaitu agar air yang masuk ke lokasi
stockpile/tambang dapat dialirkan menuju kolam pengendapan/kolam pengendap
lumpur. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam sistem drainase adalah sebagai
berikut :
a. Limpasan (Run off)
Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan
asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran (Seyhan, 1990). Debit
limpasan dapat dihitung dengan persamaan rasional berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana :
Q = Debit limpasan (m³/jam)
C = Koefesien limpasan (Tabel 2.1)
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m²)
Koefesien limpasan pada berbagai kondisi dapat dilihat dapat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Koefesien limpasan pada berbagai kondisi
NILAI
NO KEMIRINGAN TATAGUNA LAHAN
(C)

Datar,Sawah dan rawa 0,2


1 Hutan dan kebun 0,3
<3%
Pemukiman dan tanaman 0,4
Hutan dan kebun 0,4
Menengah, Pemukiman dan tanaman 0,5
2
3%-5% Alang - alang dan sediikit tanaman 0,6
Tanah gundul, jalan dan aspal 0,7
Tanah dan kebun 0,6
Curam, Pemukiman dan tanaman 0,7
3 Alang – alang dan sedikit tanaman 0,8
> 15 %
Tanah gundul, jalan aspal, areal penggalian 0,9 - 1
dan penimbunaan tambang
Sumber : Bambang S, 1995
b. BasementStockpile
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam sistem drainase stockpile adalah
perawatan basement stockpile, permukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan
air ke arah sistem drainase yang tersedia, dalam halini bentuk yang ideal
permukaan stockpile adalah sedikit cembung, semua air dari stockpile dialirkan ke
arah sistem treatment limbah (Anne, 1999).
c. Saluran terbuka
Bentuk penampang aluran air biasanya dipilih berdasarkan debit air, tipe
material pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatanya. Didalam
merancang bentuk dan dimensi saluran air perlu dilaukan analisis sehingga
saluran air tersebut dapat memenuhi hal-hal sebagai berikut (Bambang, 1985),
antara lain yaitu :
1. Mempunyai dimensi yang sesuai dengan debit aliran air.
2. Mempunyai ruang jagaan yang cukup untuk mengantisipasi adanya
sedimentasi didalam saluran dan menampung terjadinya debit alira yang diluar
rencana.
3. Mempunyai kemiringan saluran yang aman sehingga kecepatan aliran tidak
menimbulkan gerusan pada saluran.
4. Kemudahan dalam penggalian.
Saluran air dengan penampang segiempat atau segitiga umumnya unutk debit
yang kecil, sedangkan penampang trapesium untuk debit yang besar.
Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dilakukan dengan rumus
manning sebagai berikut (Endriantho et al, 2013).
1
Q = — R½ S²/³A
n
Dimana :
Qp = Debit air (m³/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien
A = Luas penampang basah (m²)
n = Koefesien kekasaran manning yang menunjukan kekasaran dinding
suatu saluran (Tabel 2.2)
Tabel 2.2 Harga Koefesien kekasaran manning (n) (Bambang, 1985)
NO Tipe Elemen n
1 Saluran tanah lurus dan teratur 0,023
2 Saluran tanah gali dengan excavator 0,028
3 Saluran pada batuan lurus dan teratur 0,033
4 Saluran pada batuan tidak lurus dan tidak teratur 0,045

d. Kolam penampung (Sump)


Kolam penampung merupakan tempat yang dibuat untuk menampung air
sebelum air tersebut dipompakan, selain itu kolam penampung ini juga dapat
berfungsi sebagai tempat mengendapkan material – material yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu perlu perencanaan dimensi kolam yang tepat agar
kolam penampung mampu menampung semua air limpasan yang masuk ke
stockpile. Sedangkan sistem penirisan tambang dapat dibagi 2 ( Syaiful 2012)
yaitu :
1. Sistem penirisan terpusat
Pada sistem ini sump akan ditempatkan pada setiap jenjang atau bench. Sistem
pengaliran dilakukan dari jenjang paling atas menuju jenjang-jenjang yang
berada dibawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main sump untuk
kemudian dipompa keluar tambang.
2. Sistem penirisan tidak memusat
Sistem ini diterapkan untuk daerah tambang yang relatif dangkal dengan
keadaan geografis daerah luar tambang yang memungkinkan untuk
mengalirkan air secara langsung dari sumpkeluar tambang.
e. Pompa
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan
dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan
kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
(penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk
mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran
(Sularso dan Haruo, 1983).
Pemasangan pompa dapat dilakukan dengan cara seri dan paralel. Pemasangan
pompa secara seri dilakukan karena head pompa yang digunakan tidak mencukupi
untuk menaikan air sampai ketinggian tertentu. Pemasagan pompa secara paralel
dilakukan karena debit pompa yang digunakan tidk mencukupi untuk
mengeluarkan air sehingga harus digunakan dua pompa atau lebih dipasang
paralel (Sularso dan Haruo, 1983).
Salah satu jenis pompa pemindah non positif adalah pompa sentrifugal.
Menurut (Sularso dan Haruo, 1983), Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan,
berdasarkan:
1. Kapasitas :
- Kapasitas rendah : < 20 m3 / jam
- Kapasitas menengah : 20 -:- 60 m3 / jam
- Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam
2. Tekanan Discharge :
- Tekanan Rendah :< 5 Kg / cm2
- Tekanan menengah : 5 -:- 50 Kg / cm2
- Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2
3. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :
- Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing
- Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu
casing.
- Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam
satu casing.
- Multi Impellerdan Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.
4. Posisi Poros :
- Poros tegak
- Poros mendatar
5. Jumlah Suction :
- Single Suction
- Double Suction
6. Arah aliran keluar impeller :
- Radial flow
- Axial flow
- Mixed fllow

2.5 Pengolahan Air Asam Tambang


Air asam tambang memiliki tingkat keasaman dan konsentrasi logam
terlarut yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan proses pengolahan limbah unutk
meminimalisasi kandungan ion besi (2,52 x 10-4µm) dan mangan (2,54 x 10-
4µm) serta tingkat keasaman yang tinggi (Citria et al, 2012). Oleh karena itu
diperlukan sistem pengolahan untuk menurunkan tingkat keasaman dan
konsentrasi logam terlarut pada air asam tambang, beberapa sistem tambang,
beberapa sistem pengolahan yang didapat digunakan yaitu :
a. Sistem pengolahan aktif
Sistem pengolahan aktif merupakan metode yang dilakukan melalui
penambahan bahan kimia dalam proses netralisasi AAT. Sistem ini membutuhkan
bantuan manusia dan bantuan instrumen pendukung lainya dalam pengoprasian.
Kelebihan sistem ini yakni memiliki efisiensi pengolahan yang cenderung lebih
tinggi dan lebih mudah dalam mengontrol pengoprasianya. Namun, sistem ini
membutuhkan biaya kontruksi, operasi, dan perawatan yang relatif cukup besar
(Taylor et al, 2005). Sistem pengolahan aktif dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda pemberian kapur padam dengan pembubuhan kering,
pemberian larutan kapur dengan instlasi tanpa elektrik, dan pemberian larutan
kapur dengan pengadukan secara mekanis dengan elektrik.
b. Sistem pengolahan pasif
Sistem pengolahan pasif cenderung mengandalkan kemampuan fisik alam,
geokimia, dan proses biologi dari sistem tersebut tanpa membutuhkan bantuan
manusia dalam pengoprasianya. Sehingga metode pengolahan pasif biasanya
membutuhkan area yang relatif luas dan cenderung lebih cocok unutk melengkapi
sistem pengolahan aktif dan pasca tambang (Taylor et al, 2005). Metode
pengolahan secara pasif dikembangkan dengan menggunakan metoda aerobic
wetland, successive alkalinity producing system (SAPS), dan open limestone
channel (OLC).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


3.1.1 Tempat Kegiatan
Nama Instansi / Perusahaan : PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Alamat Perusahaan : Jln. Stasiun Kereta Api, Ketapati,
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Tugas Akhir PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Dermaga
Kertapati ini di rencanakan berlansung selama 2 bulan dan akan dilaksanakan
mulai pada tanggal 12 februari – 12 April 2018 atau sesuai dengan jadwal
aktivitas perusahaan.

Rencana Jadwal Tugas Akhir


Di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
MINGGU KE
No KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8

Orientasi Lapangan Kegiatan area


saluran dan Kolam pengendap
1. -
lumpur di PT. Bukit Asam (Persero), + - - - - - -
Tbk Unit Dermaga Kertapati

2. Pengambilan Data - + + + + - - -

3. Penulisan Laporan - - - - - + + +

Keterangan :
+ = Tahap pelaksanaan pada saat melakukan tugas akhir
3.2 Metode penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini dilakukan penggabungan antara teori dan
data- data dilapangan. Sehingga dari keduanya didapat dengan cara melakukan
metodologi penelitian tugas akhir, yaitu :
1. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara tinjauan lansung terhadap kondisi di lapangan
di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Dermaga Kertapati.
2. Diskusi
Metode ini melibatkan secara lansung mahasiswa untuk berdiskusi dengan pihak-
pihak yang berhubungan dalam desaign tambang juga rekan sesama mahasiswa
yang sedang melakukan tugas akhir ataupun berdiskusi dengan pihak
berkompeten dibidangnya mengenai kondisi lapangan di PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk Unit Dermaga Kertapati.
3. Pengumpulan Data Hasil Pengamatan
Mencatat serta mengumpulkan semua informasi yang didapat dilapangan pada
saat observasimaupun informasi yang didapatkan dari diskusi.
a. Data primer
1. Dimensi dan letak saluran – saluran drainase
2. Bentuk dan dimensi stockpile basement
3. Dosis pengkapuran untuk pengolahan air asam tambang
4. Data kualitas air sebelum dan sesudah proses pengolahan
5. Data dimensi kolam pengendapan lumpur
b. Data sekunder
1. Data curah hujan
2. Data luas area stockpile
3. Data baku mutu hasil pengolahan yang aman bagi lingkungan
4 Pengolahan data dan pembahasan
Pengolahan data di lakukan berdasarkan hasil data pengamatan untuk
menganalisa tentang pelaksanaan pertambangan yang berwawasan lingkungan.
Kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil pengolahan data tersebut,
apakah kegiatan pertambangan yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang ada serta apakah pertambangan ini telah melakukan
pengolahan lingkungan dengan baik atau belum.
5 Penulisan laporan
Penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun sesuai per bab yang didalamnya
terdapat sub bab yang akan menguraikan permasalahan yang ada dan
pemecahan masalah secara singkat dan jelas.
Masalah:
1. Bagaimana perawatan saluran drainase agar mampu mengalirkan AAT menuju kolam pengendap lumpur.
2. Bagaimana dimensi kolam pengendap lumpur untuk dilakukan pengolahan AATagar dapat menampung
AAT di kolam pengendap lumpur.
3. Bagaimana melakukan pengolahan AAT agar tercapai baku mutu yang aman bagi lingkungan.

Hipotesa
. 1. Melakukan perawatan saluran drainase agar mampu mengalirkan AAT menuju kolam pengendap lumpur.
2. Melakukan kajian terhadap dimensi kolam pengendap lumpur untuk dilakukan pengolahan AATagar
dapat menampung AAT di kolam pengendap lumpur.
3. Melakukan analisa pengolahan AAT agar tercapai baku mutu yang aman bagi lingkungan.

Studipustaka

Observasi

Diskusi

Pengumpulan data hasil pengamatan :


Data primer : Data Sekunder :
1. Dimensi dan letak saluran – saluran drainase
2. Bentuk dan dimensi stockpile basement 1. Data curah hujan

3. Dosis pengkapuran untuk pengolahan air asam tambang 2. Data luas area stockpile

4. Data kualitas air sebelum dan sesudah proses 3. Data baku mutu hasil pengolahan yang
aman bagi lingkungan
pengolahan
5. Data dimensi kolam pengendapan lumpur

Pengolahan data

- Perhitungan debit air limpasan


- Uji laboratorium dosis pengkapuran

Pembahasan

Analisa kualitas air sebelum dan sesudah proses pengolahan


Analisa dosis pengkapuran untuk pengolahan air asam tambang
Analisa baku mutu hasil pengolahan yang aman bagi lingkungan

Pengambilan kesimpulan
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI

Nama : Tegar Hilmawan


Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 11 April 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 167 cm
Berat Badan : 58 kg
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Sipil : Belum Menikah
Status : Mahasiswa Aktif
Agama : Islam
Alamat : Jalan K.H Azhari lorong Melati No 599 kelurahan
tangga takat, kecamatan seberang ulu II,
Palembang
Telepon/HP : 089628237914
Email : tegarhilmawan11@gmail.com

DATA PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
1. Sekolah Dasar Negeri 101 Palembang 2003-2009
2. Sekolah Menengah Pertama Sriguna Palembang 2009- 2012
3. Sekolah Menengah Atas PGRI 2 Palembang 2012 -2015
4. Perguruan Tinggi Politeknik Akamigas Palembang 2015-sekarang
PENGALAMAN ORGANISASI
Wakil Ketua Divisi Olahraga, MATARATU di Politeknik Akamigas Palembang

SEMINAR DAN PELATIHAN


1. PesertaPelatihanTeknologiKeselamatan Tambang Batubara Bawah
Tanah, Politeknik Akamigas Palembang, 2016
2. Peserta Kuliah Umum Gambaran Umum Kegiatan Pertambangan
Batubara, Politeknik Akamigas Palembang, 2016
3. Peserta Kunjungan Lapangan ke PT Bukit Asam, Tanjung enim, 2015
4. Peserta Studi Geologi Lapangan , 2016
5. Peserta ESQ Leadership Training, Politeknik Akamigas Palembang, 2015
6. Peserta Obdik Madabintal,Politeknik Akamigas Palembang, 2015

Palembang, Februari 2018


Hormat Saya,

Tegar Hilmawan
NPM 1404028
BAB IV
PENUTUP

Demikianlah proposal ini kami sampaikan sebagai kerangka acuan dalam


pelaksanaan Tugas Akhir Program Studi Teknik Pertambangan Batubara
Politeknik Akamigas Palembang. Kami menyadari sepenuhnya bahwa bentuk
proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan demikian kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
proposal ini dimasa mendatang.
Kami mengharapkan sekiranya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit
Dermaga Kertapati dapat mempertimbangkan, menyetujui dan menerima rencana
kami. Untuk itu kami siap menunggu konfirmasiPT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Unit Dermaga Kertapati dan kesedian untuk menerima rencana Tugas Akhir yang
kami ajukan. Untuk selanjutnya kami mohon bimbingan dan arahan dari
Bapak/ibu dalam pelaksanaan bimbinganya, atas kerjasama dan kesediaan semua
pihak yang terlibat kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Anne, M Caroenter. 1999. Management of coal stockpile. IEA Coal Reseach


Bambang, S. 1985. “Perencanaan Tambang Terbuka”. PT. Pradnya Paramita :
Jakarta
Gautama RS, 2007. Pengelolaan air asam tambang : aspek penting menuju
pertambangan berwawasan lingkungan. Bandung : 2007
M Endriantho, M Ramli. 2013. Jurnal Geosains : Perencanaan Penyaliran
Tambang Terbuka Batubara.
Sularso, Haruo Tahara. 1983. “Pompa dan Kompresor”. PT Pradnya Paramita :
Jakarta
Taylor, Jeff. Pape, Sophie. Murphy, Nigel. 2005. A Summary of Passive and
Active Treatment for Acid and Metalitiferous Drainag (AMD). Fremantle.
Western Australia.

Anda mungkin juga menyukai