Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG PADA SETTLING

POND 2 DENGAN METODE PENGAPURAN


DI PT. PROLINDO CIPTA NUSANTARA KABUPATEN TANAH BUMBU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

TIARA NAULI MUSTIKA EDDRA NASUTION

DBD 115 012

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat

dan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik. Judul

penelitian yang penulis ajukan kepada PT. Prolindo Cipta Nusantara adalah

Analisis Penetralan Air Asam Tambang pada Settling Pond dengan Metode

Pengapuran.

Proposal ini dibuat penulis dengan topik dan waktu yang telah ditentukan,

jika terdapat saran topik maupun waktu yang tidak sesuai dengan ketentuan

perusahaan maka penulis menerima saran dan ketentuan yang ditetapkan oleh

perusahaan.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan hal positif bagi

perusahaan tempat dilaksanakannya penelitian dan juga bagi penulis selaku

pelaksana penelitian.

Palangka Raya, Maret 2019

Tiara Nauli M. E. Nasution


DBD 115 012
Data Diri

Nama : Tiara Nauli Mustika Eddra Nasution

NIM : DBD 115 012

Semester :7

Tempat, Tgl Lahir : Palangka Raya, 25 Juni 1997

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Alamat Asal : Jl. Ir. Soewarno Nomor 25, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Alamat Domisili : Jl. Ir. Soewarno Nomor 25, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

HP : 0895705970758 / 089657551412

Email : tiara.naulimustika@yahoo.co.id
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

“Analisis Penetralan Air Asam Tambang dengan Metode Pengapuran

pada Settling Pond 2 di PT. Prolindo Cipta Nusantara Kabupaten Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.2 Latar Belakang Permasalahan

Industri atau perusahaan batubara di Indonesia dewasa ini semakin


berkembang. Banyak nya kebutuhan energi di Indonesia membuat semakin
banyak pula berdiri perusahaan yang mengeksploitasi batubara, tak terkecuali
PT. Prolindo Cipta Nusantara. PT. Prolindo Cipta Nusantara bergerak di
bidang industri pertambangan batubara yang selalu meningkatkan kinerja
perusahaan dari segi produksi, kualitas, penjualan dan juga pengelolaan
lingkungan.

Pada umumnya tambang batubara dilakukan pada tambang terbuka


(open mining). Penambangan terbuka ini cenderung akan berdampak
terhadap kondisi lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat terjadi yaitu
berubahnya bentang alam, sifat fisik, fisika, kimia dan bilogis tanah yang
selanjutnya dapat berpotensi mengubah (penurunan kualitas) air dilingkungan
tambang.

Salah satu masalah lingkungan berupa penurunan kualitas air pada area
pertambangan adalah air asam tambang. Air tersebut terbentuk sebagai hasil
oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang
bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007).
Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan hanya berasal dari
dibukanya suatu potensi keasaman batuan, tetapi juga dihasilkan dari hasil
pencucian batubara sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air
dan juga tanah.

Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu


dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan
penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain
itu, apabila air asam tambang dialirkan ke sungai atau perairan sekitar, maka
akan berdampak buruk terhadap masyarakat yang tinggal disekitar wilayah
sungai atau perairan. Bukan hanya terhadap manusia, air asam tambang juga
memberikan dampak terganggu nya biota yang hidup di air maupun di darat
sehingga berpotensi merusak ekosistem.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil


judul tugas akhir “Analisis Penetralan Air Asam Tambang pada Settling Pond
2 dengan Metode Pengapuran di PT. Prolindo Cipta Nusantara Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat air asam tambang pada settling pond 2 ?

2. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran pada settling pond 2 ?


1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

Adapun maksud pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah untuk

menganalis Penetralan Air Asam Tambang pada Settling Pond 2 dengan

Metode Pengapuran di PT. Prolindo Cipta Nusantara Kabupaten Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

1.4.2 Tujuan

1. Mengetahui tingkat air asam tambang pada settling pond 2.

2. Mengetahui proses penetralan air asam tambang dengan metode

pengapuran pada settling pond 2.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana penetralan air asam tambang pada

settling pond 2 dengan metode pengapuran di PT. Prolindo Cipta

Nusantara.

2. Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan evaluasi

sehingga menjadi masukan yang positif terhadap kinerja para karyawan

dalam melakukan proses penetralan air asam tambang sebelum

mengalirkan air hasil penambangan dari kolam pengendapan lumpur ke

sungai.
1.6 Batasan Masalah

1. Penelitian berlokasi di PT. Prolindo Cipta Nusantara.

2. Tidak melakukan analisis keekonomian.

3. Tidak melakukan analisis tentang dampak dari air asam tambang.

4. Tidak melakukan analisis di sump dan void.

5. Tidak melakukan analisis PAF dan NAF.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Asam Tambang

Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine
Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang
tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah
6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil
dari oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses penambangan dan
terkena air.

Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan serta
sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air ini
terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang)
yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu
diketahui air asam tambang sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan
penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan
terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan menyebabkan terbentuknya
air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan,
drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral
belerang akan menghasilkan air asam, karateristiknya pun sama dengan air
asam tambang.

Air asam tambang dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya


senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn), cadmium (Cd),
aluminium (Al), sulfate (SO4), pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang umum
dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam
mineral sulfida yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi
membentuk air asam tambang seperti : marcasite (FeS2), pyxrotite (FexSx),
chalcocite (Cu2S), covellite (CuS), molybdenite (MoS2), chalcopyrite
(CuFeS2), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan arsenopyrite (FeA8S).

Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai,


danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut.
Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam
tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah,
perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air
permukaan.

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan


oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan
terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air
dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.

2.2 Proses Terbentuknya Air Asam Tambang

Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan


oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan
terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air
dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.
Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral
sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan oksigen
(O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam
persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses
oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro.
1. 2FeS2 + 7O2 + 2H2O 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+
(Pyrite + oxygen + water ferrous iron + sulfate + acidity)
Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali)
dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman
yang lebih banyak.
2. FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+
(Pyrite + ferric iron + water ferrous iron + sulfate + acidity)

Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini
terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara
alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat
perubahan oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang
antara lain berasal dari :

1. Air Dari Tambang Terbuka


Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar
oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah
mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang.

2. Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan


Material yang banyak terdapat limbah kegiatan penambangan adalah
batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin
meningkat dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Akibatnya batuan
buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung
dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan adanya
air akan membentuk air asam tambang.

3. Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan


Batuan yang berasal dari batuansulfida dapat menghasilkan air asam
tambang karena adanya kontak langsung dengan udara luar yang selanjutnya
terjadi pelarutan akibat adanya air.
4. Air Dari Unit Pengolahan Limbah Tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi
dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya
cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air
yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya.

5. Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile


Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan
diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada
proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan
ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses
penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana
terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini
berpotensi membentuk air asam tambang.

2.3 Dampak Air Asam Tambang

Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif
dari asam tambang tersebut antara lain yaitu :

1. Bagi masyarakat sekitar


Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak
dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah
dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui
temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota
perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata
pencaharian penduduk akan terganggu.

2. Bagi biota perairan


Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan
keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran
benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan.
Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya pada
perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup.

3. Bagi kualitas air permukaan


Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan
menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami
perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.

4. Kualitas air tanah


Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-logam
berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara
mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman
menjadi layu dan akhirnya akan mati.

2.4 Pencegahan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini
ada beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam
tambang.

1. Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang
PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF
(Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun.
Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam
tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-
rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.
2. Manajemen Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk :

 Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan


degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
 Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur,
nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi.

Pencegahan pembentukan air asam tambang dilakukan dengan


mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit
dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan
menempatkan batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana
salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua
cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF
(Potentially Acid Forming) di bawah permukaan air di mana penetrasi
oksigen tehadap lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover
system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat
infiltrasi air . Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending) beberapa
tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga
menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran
dengan kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan
metode ini pembentukan AAT dapat dihindari.

Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi keluar


dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai
parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau kondisi yang
disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan Energi No.
1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan
serta pencemaran lingkungan pada usaha pertambangan.

Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan


menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment.
1. Active Treatment Technologies
Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan
pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan
menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari :
Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam,
presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang
paling umum digunakan pada perlakuan air asam tambang skala besar adalah
kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan,
teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta dikelola
dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala
besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan
kesungai tujuannya untuk menjernihkan air.

2. Passive treatment technologies


Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,
operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya
digunakan adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni
purun tikus.

2.5 Syarat Baku Mutu Air

Untuk menjaga agar air berada dalam kondisi yang sesuai dengan

peruntukannya maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu air untuk

kegiatan penambangan batubara dapat dilihat pada Tabel 2.1.


Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara

Parameter Satuan Kadar Maksimum


PH 6–9
Residu Tersuspensi Mg/l 400
Besi (Fe) Total Mg/l 7
Mangan (Mn) Total Mg/l 4

Berikut ini akan diuraikan beberapa elemen penting dari baku mutu air

serta dampaknya terhadap lingkungan.

1. Tingkat keasaman (pH)

Nilai pH adalah nilai yang menyatakan tingkat keasaman suatu air baik

itu air permukaan, air tanah dan air dari sisa penambangan. Nilai pH air yang

normal berada antara 6–9. pH air terpolusi berbeda-beda tergantung dari jenis

buangannya. Buangan yang banyak mengandung asam-asam organic

biasanya akan meningkatkan keasaman air. Air buangan industri-industri

bahan organic pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah yang

tinggi, sehingga keasaman juga tinggi atau pH nya rendah.

Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali (pH naik)

maupun kearah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan

dan hewan air lainnya. Air buangan yang mempunyai pH rendah juga bersifat

sangat korosif terhadap baja dan besi, bangunan semen atau beton mudah

rusak pada kondisi asam dan dapat terjadi penyumbatan aquifer atau sumur

akibat pengendapan besi (besi oksida).


2. Temperatur

Temperatur adalah suhu rata-rata pada daerah keadaan sekitar

penambangan. Dalam berbagai proses industri air sering digunakan sebagai

medium pendingin. Setelah digunakan air tersebut akan menerima panas dari

bahan yang didinginkan lalu dibuang ke tempat asalnya. Air buangan ini jelas

akan mempunyai temperatur yang lebih tinggi dari air bersih.

Kenaikan temperatur ini akan berakibat sebagai berikut:

a. Menurunnya oksigen terlarut

b. Meningkatnya kecepatan reaksi kimia

c. Terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya

d. Jika batas temperatur yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air

lainnya akan mati.

3. Warna, Bau dan Rasa

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi. Warna air yang tidak

normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas

dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan

terlarut. Warna semu (apparent color), yaitu selain adanya bahan-bahan

terlarut juga adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang

bersifat koloid.

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik

yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite
disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan

mikro organisme anaerobic.

Rasa tidak terdapat pada air yang normal. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang

menyimpang tersebut dihubungkan dengan bau, karena pengujian terhadap

rasa air jarang dilakukan. Bau yang tidak normal pada air juga dianggap

mempunyai rasa yang tidak normal.

4. Kesadahan Air

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat pada

air. Kesadahan air disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) didalam air. Air yang mempunyai tingkat kesadahan pada alat-alat yang

terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa. Keadaan ini akan

meningkatkan konsumsi sabun yang terlalu tinggi. Sangat merugikan karena

dapat menimbulkan korosi atau karatan dan juga menimbulkan kerak-kerak

pada wadah-wadah pengolahan.

2.6 Total Dissolved Solid (TDS)

Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu semua
mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk
semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum,
konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan
anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau
perbandingan rasio berat ion terhadap air.
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang
tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS
adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan
surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri
pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat
organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara
estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan
beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih
zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan
bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada
bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).

2.7 Total Suspended Solid (TSS)


Total Suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan
jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusiuntuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara
hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan
berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan
memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan
memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000
mg/L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS
yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut
total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur
sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau
kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi.

2.8 Kapur Tohor

Kapur tohor atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida

(CaCO3), adalah batu kapur yang diolah dengan cara dibakar dengan sistem

manual, dengan suhu lebih dari 900˚C. Kapur ini bisa dimanfaatkan untuk

mengatasi segala hal yang sifatnya sebagai penetralisir limbah dari

perusahaan, baik perusahaan besar, menengah maupun limbah keluarga.

Kapur tohor umum digunakan sebagai bahan penetralisir air asam tambang

dikarenakan harga nya yang murah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Secara Umum

Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini yaitu

metode pengamatan aktual lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan data-

data yang dibutuhkan. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4 tahapan

yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan

tahap penyusunan laporan akhir. Adapun pekerjaan penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran

utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah

penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan

pustaka yang menunjang kegiatan penelitian, yang diperoleh dari :

a. Instansi terkait

b. Perpustakaan

c. Informasi penunjang lainnya

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data

dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran.


3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan

menggabungkan data-data yang diperoleh baik data primer maupun

data sekunder, dengan mengacu kepada teori yang diperoleh

melalui literatur, kemudian dianalisis sehingga diperoleh hasil yang

sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Akuisisi data

Akuisisi data yaitu data yang diperoleh dari lapangan baik data

primer maupun data sekunder kemudian dikumpulkan dan

dikelompokkan, dimana hal ini dilakukan untuk memudahkan

analisis sehingga kerja menjadi lebih efisien.

5. Kesimpulan

Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis

untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil

penelitian skripsi.

3.2 Metode Pengambilan Data

Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literatur-

literatur dan media internet tentang air asam tambang.

2. Observasi lapangan, yaitu pengamatan di lapangan kondisi air asam

tambang yang menjadi objek penelitian.


3. Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang ahli

dibidangnya. Adapun Data – data yang dikumpulkan terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Data Primer

Meliputi :

 Alur proses penetralan air asam tambang.

 Data jumlah kapur yang digunakan.

 Jadwal/periode penetralan.

 Data pH air setelah penetralan.

 Data curah hujan.

b. Data Sekunder

Meliputi :

Gambaran umum daerah penyelidikan:

 Peta Lokasi perusahaan

 Data Topografi

 Data Litologi

 Peta wilayah IUP

 Struktur Organisasi

 Kondisi geologi setempat

 Data curah hujan

 Data penunjang lainnya


3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

1. Buku catatan

2. Alat tulis

3. Kamera

4. Alat Pelindung Diri (APD)

5. Laptop

6. Kertas Lakmus

7. Meteran

8. Gabus

3.4 Langkah Kerja

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang dilakukan adalah mempelajari

buku-buku literatur, laporan-laporan hasil kerja praktek dan tugas akhir

yang telah ada sebelumnya, serta buku petunjuk yang tersedia dan

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Tahap Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini

mencakup data hasil pengamatan lapangan di PT. Prolindo Cipta

Nusantara.

3. Tahap Penyusunan Laporan Data yang diperoleh kemudian diolah

untuk selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai dengan rumusan

masalah pada laporan.


3.5 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah selama 1 bulan yaitu pada

bulan Mei sampai dengan bulan Juni di PT. Prolindo Cipta Nusantara, dengan

rincian kegiatan sebagai berikut:

MEI – JUNI
NO. KEGIATAN MINGGU KE -
1 2 3 4 1
1. Orientasi Lapangan
2. Pengambilan dan
Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Pembuatan Laporan Tugas
Akhir
5. Presentasi Laporan
3.6 Bagan Alir

MULAI

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat air asam tambang pada settling pond ?

2. Bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan metode pengapuran pada settling pond ?

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

 Alur proses penetralan air asam  Peta Lokasi perusahaan


tambang  Data Topografi
 Data jumlah kapur yang  Data Litologi
digunakan  Kondisi geologi setempat
 Jadwal/periode penetralan  Data curah hujan
 Data pH air setelah penetralan.  Data penunjang lainnya
 Curah hujan

Pengolahan dan Analisis Data


 Proses penetralan
 Perbandingan jumlah kapur dengan air asam
tambang
 Perhitungan waktu penetralan dalam satu periode
 Penurunan tingkat keasaman yang berhasil
dicapai setelah penetralan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
DAFTAR PUSTAKA

Arliani, Nurul. 2012. Aktivitas Pengolaan Air Asam Tambang PT. Bhumi Rantau
Energi. Rantau

Gautama, R. S. 2004. Pengantar Air Asam Tambang. ITB. Bandung


Hidayat, L. (2017). PENGELOLAAN LINGKUNGAN AREAL TAMBANG
BATUBARA (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining
Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan
Selatan). Jurnal ADHUM, Volume VII No.11, 44 – 52.

Rosmilya, Mentari, Lathoiful, Isyaroh, dkk. 2014. Analisis TSS (Total Suspended
Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid). Universitas Diponegoro. Semarang.

Satria, Beny. 2014. Analisis Proses Penetralan Air Asam Tambang (AAT) Dengan
Menggunakan Metode Pengapuran Untuk Mengurangi Tingkat Keasaman
Pada PT. Dizamatra Powerindo, Lahat. [online], (http://academia.edu/,
diakses tanggal 3 Desember 2018)

Anda mungkin juga menyukai