Disusun oleh :
Mirsan 09320180200
Nur Aenun 09320180210
Mayang febriani ali 09320180218
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah g berjudul [judul makalah] tepat waktu.
Makalah Genesa nikel laterit disusun guna memenuhi tugas Bapak pada bidang studi/mata kuliah
Nikel laterit di Universitas Muslim Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Genesa nikel laterit.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………........................3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….3
1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………….4
1.2.1 Maksud…………………………………………………………………...5
1.2.2 Tujuan…………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..6
2.1 Endapan Nikel laterit………………………………………………………………6
2.2 Genesa endapan pembentukan nikel laterit……………………………………….6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah….7
2.4 Nikel laterit…………………………………………………………………….......7
2.5 Kandungan nikel dalam batuan...........................................................................8
BAB III…………………………………………………………………………………......9
3.1 Cara penambangan nikel laterit………………………………………………......9
3.1.2 Cara penambangan nikel………………………………………………....9
3.1.3 Pengolahan nikel………………………………………………………....9
3.1.4 Penggunaan Nikel……………………………………………………......9
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………………......10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….....11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Nikel merupakan salah satu kebutuhan manusia akan logam. Secara umum nikel dapat
terbentuk secara primer maupun sekunder atau yang sering disebut sebagai nikel laterit. Endapan
nikel yang terdapat di Indonesia hanya dijumpai dalam bentuk nikel laterit. Batuan induk
endapan Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya dari jenis harzburgit (peridotit yang
kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain. Oleh karena adanya proses
pelapukan menyebabkan terjadi proses pengkayaan sekunder yang meningkatkan kadar Ni dalam
batuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan nikel laterit adalah batuan asal,
iklim, reagen- reagen kimia, struktur, topografi serta waktu.
Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya nikel laterit.
Dalam tulisan ini penulis mencoba membahas pengaruh morfologi lokal terhadap ketebalan
pembentukan nikel laterit. Metode yang digunakan dengan membandingkan morfologi lokal
(punggungan, lembah, lereng bukit) dan ketebalan nikel yang dihasilkan dari kegiatan pemboran
sebanyak 34 titik bor.
Dari hasil pengamatan data dapat disimpulkan bahwa pada daerah puncak bukit bukit
ketebalan nikelnya relatif tipis, pada daerah lembah endapan laterit cenderung untuk membentuk
zona limonit, sedang pada daerah lereng bukit zona saprolit yang paling tebal.
4
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana proses
pengambilan sampel yang baik pada endapan bahan galian nikel laterit dan mengetahui cara
menganalisis nikel laterit.
1.2.2 Tujuan
Mengetahui apa itu endapan nikel laterit
Mengetahui pembentukan genesa nikel laterit
Mengetahui faktor-faktor pembentukan bijih nikel laterit
5
BAB II
PEMBAHASAN
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan
ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin
“later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang
digunakan sebagai bahan bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah
India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu
lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh batuan yang
mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan, termasuk di dalamnya
profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak batuan asalnya.
Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat
bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material
dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang terjadi
pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel
laterit atau proses yang diakibatkan oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel
sekunder.
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal
ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium
silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit), dimana
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang
pada umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh
pelapukan lateritik (Boldt ,1967).
6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:
1. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan
ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya –
mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan
piroksin – mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan
lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan
dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses
pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan
membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam
batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
3. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui,
batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi
air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan
masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
7
Bijih nikel utam adalah nikel sulfida . Nikel-nikel yang diekspor dalam bentuk 3 macam yaitu
bijih, nikel kasar, dan ferronikel. Daerah penambangan nikel ada di Koala, Soroako, Maluku
Utara.
8
BAB III
KEGIATAN PENAMBANGAN
9
BAB VI
KESIMPULAN
Nikel merupakan salah satu kebutuhan manusia akan logam. Secara umum nikel dapat
terbentuk secara primer maupun sekunder atau yang sering disebut sebagai nikel laterit. Endapan
nikel yang terdapat di Indonesia hanya dijumpai dalam bentuk nikel laterit. Batuan induk
endapan Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya dari jenis harzburgit (peridotit yang
kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain. Oleh karena adanya proses
pelapukan menyebabkan terjadi proses pengkayaan sekunder yang meningkatkan kadar Ni dalam
batuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan nikel laterit adalah batuan asal,
iklim, reagen- reagen kimia, struktur, topografi serta waktu.
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan
ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin
“later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang
digunakan sebagai bahan bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah
India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu
lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting, menyumbang
terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Ditambang di lebih dari 23 negara dan dilebur atau
dimurnikan di 25 negara. Endapan nikel laterite terbentuk dari hasil pelapukan dari dalam batuan
induk dari jenis ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini
kebanyakan nikel laterite memang terbentuk di daerah ekuator.
10
DAFTAR PUSTAKA
11