Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

TEBAL DAN KEDALAMAN

MAYANG FEBRIANI ALI


09320180218

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur merupakan studi mengenai distribusi tiga dimensi


batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan
internalnya. Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas
pada studi geomorfologi, metamorfisme dengan geologi rekayasa. Dengan
mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan
mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian
deformasinya.
Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.
Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti
sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri,
serta lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah
patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan
naik (trustfault).
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya,
geologi struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur
bumi serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mahasiswa tidak hanya
membayangkan bagaiman proses terbentuknya patahan dan lipatan di
permukaan bumi, adanya singkapan dan karakteristik suatu batuan, serta proses
terjadinya di alam bebas.
Manfaat mempelajari ketebalan dam kedalaman Mengetahui cara
menghitung dan mengolah data-data saat di lapangan seperti kedudukan, slope,
dip serta ketebalan semu dari suatu singkapan, dapat juga menghitung volume
dari lapisan batuan dan menjadi dasar utama pembelajaran melalui praktikum
laboratorium geologi struktur. (Mayang Febriani Ali, 2020).

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakan praktikum ini untuk memenuhi mata kuliah
Geologi Struktur yang berjumlah tiga sks di Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia, serta untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
1.2.2 Tujuan
1. Dapat memahami define dari ketebalan dan kedalaman.
2 Dapat memahami prinsip pengukuran ketebalan baik secara
langsung dan tidak langsung, serta pengukuran kedalaman baik
secara langsung dan tidak langsung.
3. Dapat memahami pengukuran ketebalan dan kedalaman secara
grafis maupun sistematis.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Mistar 30 cm;
2. Busur 360o;
3. Kalkulator Ilmiah;
4. Alat Tulis Menulis;
1.3.2 Bahan
1. Kertas Grafik A4;
2. Problem Set.

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketebalan

Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan
horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang
tersingkap pada topografi datar. Sedangkan pada topografi miring dapat
digunakan alat Jacob’s staff yaitu tongkat yang dilengkapi dengan handlevel,
knilometer atau kompas pada bagian atasnya.

Gambar 2.1 Pengukuran ketebalan dengan menggunakan tongkat Jacob


(Compton, 1985).
Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau ketebalan alat yang
dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, tetapi sebaiknya
diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung
yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada permukaan

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu w dengan
menggunakan kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya T = w sin δ.

Gambar 2.2 Pengukuran ketebalan perlapisan miring pada daerah datar.


` Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (I) maka
lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dulu w = I sin β, dimana β adalah sudut
antara jurus dengan arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = I sin
β sin δ panjang.Dengan cara yang sama dapat dipakai apabila pengukuran lebar
singkapan dilakukan permukaan miring. Dalam hal ini ketebelan merupakan
fungsi dari sudut miring (δ) dan sudut lereng (σ). Pendekatan lain untuk
mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mengukur jarak antara titik, yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan
tegak lurus jurus. Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur.
Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi.Untuk mengukur
ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus digunaka
persamaan trigonometri berikut:

T = I [ sin δ cos σ sin β = sin σ cos δ ]

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Dimana:
δ = Kemiringan lereng terukur.
d = Sudut kemiringan lapisan.
σ = Sudut lereng terukur.
β = Sudut antara jurus dan arah pengukuran.
Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan mengatur jarak antar titik, yang merupakan batas lapisan
sepanjang lintasan tegak lurus jurus, pengukuran ini dilakukan apabila bentuk
lereng tidak teratur. Bias juga menghitung ketebalan dari peta geologi.
Beberapa kemungkinan lereng dan perhitungannya yakni:

Untuk mengukur ketebalan pada lereng apabila pengukuran tidak tegak


lurus jurus, digunakan persamaan trigonometri:

Dimana:
σ = kemiringan lereng terukur
Perhitungan dengan cara lain dapat juga dilakukan dengan mencari
lebih dahulu kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Untuk mencari
kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan (ɸ), dapat dilakukan dengan
menggunakan table koreksi atau aligment nomograph yaitu dengan

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

menggunakan kemiringan lereng tegak lurus jurus sebagai kemiringan


sebenarnya. Dengan menggunakan rumus persamaan:

Dimana:
β = sudut antara jurus dengan arak pengukuran
σ = sudut lereng terukur
Dari perhitungan diatas dapat diperoleh lebar singkapan yang tegak
lurus jurus (w), dengan mengguanakan persamaan:

Dengan menggunakan salah satu persamaan diatas untuk dapat


menentukan ketebalan. Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus
jurus (1), maka lebar sebenarnya harus dikoreksi terlebih dahulu, w = 1 sin β,
dimana β adalah sudut Antara jurus dengan arahh pengukuran. Ketebalan yang
didapatkan adalah:

Dimana:
t = W sin δ
W = lebar singkapan
1 = panjang pengukuran
δ = besar kemiringan lapisan
Beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng dan perhitungan
ketebalannya adalah:

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Gambar 2.3 Posisi lapisan terhadap lereng

2.2 Thick Savvy (Definisi Tebal)

Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan
horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang
tersingkap pada topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit
atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara
langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung.
Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring,
tersingkap pada permukaan horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak
lurus jurus, yaitu w dengan menggunakan kemiringan lapisan (δ) maka
ketebalannya T = w sin δ
Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (I) maka
lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dulu w = I sin β, dimana β adalah sudut
antara jurus dengan arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = I sin

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

β sin δ panjang. Dengan cara yang sama dapat dipakai apabila pengukuran
lebar singkapan dilakukan permukaan miring. Dalam hal ini ketebelan
merupakan fungsi dari sudut. miring (δ) dan sudut lereng (σ). Pendekatan lain
untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mengukur jarak antara titik, yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan
tegak lurus jurus. Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur.
Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi.Untuk mengukur
ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus digunaka
persamaan trigonometri berikut:

Dimana:
δ = Kemiringan lereng terukur
d = Sudut kemiringan lapisan
σ = Sudut lereng terukur
β = Sudut antara jurus dan arah pengukuran

2.3 Depth Savvy (Definisi Kedalaman)

Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya


permukaan bumi) kearah bawah terhadap suatu titik, gambar atau bidang.
Menghitung ketebalan lapisan ada beberapa cara, diantaranya:
a. Menghitung secara matematis
b. Dengan Aligment diagram
c. Secara grafis
Dengan cara perhitungan matematis, yang perlu diperhatikan adalah
kemiringan lereng, kemiringan lapisan dan jarak jurus dari singkapan ke titik
tertentu. Pada permukaan horisontal, kedalaman lapisan (d) dapat dihitung
dengan rumus:

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Dimana:
M = jarak tegak lurus dari singkapan ketitik tertentu
δ = ketinggian lapisan
Apabila tidak tegak lurus jurus, maka kemiringan lapisan yang
dipakai adalah kemiringan semu.

Untuk menghitung kedalaman bias juga dipergunakan Aligment


nomograph atau dengan kurva yang penggunaannya yakni:

Gambar 2.4 Deskripsi kedalaman


2.3.1 Spatial Depth (Kedalaman Ruang)
Pada kondisi tertentu, seluruh komponen dalam foto diharapkan untuk
nampak tajam, karenanya kedalaman ruang akan dibuat besar. Pada kondisi
yang lain, kedalaman ruang yang lebih kecil menjadi efektif untuk penekanan

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

subyek fotografi pada latar depan (foreground) atau latar belakang


(background).
Pada sinematografi, kedalaman ruang yang besar sering disebut deep
focus dan kedalaman kedalaman ruang yang kecil disebut shallow focus.
Perubahan kedalaman ruang dipengaruhi oleh tiga faktor:
Jarak fokus (focus distance) dari kamera, lebar ruang tajam berbanding
lurus dengan kuadrat jarak obyek. Jika kita mengubah jarak antara kamera
dengan objek sebesar 3x (lebih jauh - dengan menggeser kamera mundur dari
posisi semula) maka lebar ruang tajam akan menjadi 9x lebar semula. Dengan
kriterialingkaran gamang (circle of confusion).
Saat fokus ditetapkan pada jarak hiperfokal (hyperfocal distance),
kedalaman ruang akan berkisar antara setengah dari jarak hiperfokal hingga tak
berhingga, dan merupakan kedalaman ruang terbesar untuk sebuah nilai bukan.
Bukaan (f-number) dari rana, lebar ruang tajam berbanding lurus
dengan rana. Contoh: jika rana dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar
ruang tajam akan menjadi 2x lebar semula. Panjang Fokus (focal length) dari
lensa yang digunakan, lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat
panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar
semula jika kita mengubah lensa dari 100 mm ke 50 mm (panjang fokus lensa
setengah dari semula). Besar format (format size) bidang fokal, dengan subyek
pada jarak moderat, kedalaman ruang ditentukan oleh pembesaran
(magnification ratio) subyek dan bukaan rana (f-number). Pada bukaan
tertentu, penambahan pembesaran, baik dengan bergerak mendekati subyek
maupun dengan penggunaan lensa dengan panjang fokus yang lebih besar,
akan menurunkan kedalaman ruang; sebaliknya menurunkan pembesaran akan
membesarkan kedalaman ruang. Pada pembesaran tertentu, menaikkan nilai
bukaan (mengecilkan diameter rana) akan membesarkan kedalaman ruang;
menurunkan nilai bukaan akan membesarkan kedalaman ruang. Ketika sebuah
foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda pada bukaan danlensa yang

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

memberikan sudut pandang yang sama, besar format yang lebih kecil akan
memberikan kedalaman ruang yang lebih besar.
Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda pada
bukaan, panjang fokus lensa dan jarak fokus (focal distance), jarak antara
subyek dengan bidang fokal) yang sama, besar format yang lebih kecil akan
menghasilkan kedalaman ruang yang lebih dangkal.
2.3.2 Focus Depth (Kedalaman fokus)
Kedalaman fokus (bahasa Inggris: depth of focus) adalah suatu istilah
optika yang mengukur toleransi ketajaman (bahasa inggris: sharpness) subyek
fotografi terhadap pergeseran bidang fokal (bahasa Inggris: focal plane) yang
berkaitan dengan lensa. Kedalaman fokus terkadang disebut juga lens-to-film
tolerance. Walaupun frasa kedalaman fokus dahulu, dan sampai sekarang
masih digunakan untuk menjelaskan kedalaman ruang, pada era modern
kedalaman fokus digunakan sebagai ukuran pergeseran (bahasa Inggris:
displacement) bidang fokal dengan mempertahankan ketajaman fokus subyek
pada bidang fokusnya. Pada kamera format kecil, kecilnya jarak antara
lingkaran gamang (bahasa Inggris: circle of confusion) berakibat pada kecilnya
kedalaman fokus. Pada kamera sinematografi, montase lensa yang berbeda
mempunyai ukuran flange focal depth untuk kalibrasi lensa.

2.4 Dimensi Kedalaman

Pada kondisi tertentu, seluruh komponen dalam foto diharapkan untuk


nampak tajam, karenanya kedalaman ruang akan dibuat besar. Pada kondisi
yang lain, kedalaman ruang yang lebih kecil menjadi efektif untuk penekanan
subyekfotografi pada latar depan (foreground) atau latar belakang
(background). Pada sinematografi, kedalaman ruang yang besar sering disebut
deep focus dan kedalaman ruang yang kecil disebut shallow focus. Perubahan
kedalaman ruang dipengaruhi oleh tiga faktor Jarak fokus (focus distance) dari
kamera, lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak obyek. Jika
kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh -
DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam
akan menjadi 9x lebar semula. Dengan kriterialingkaran gamang (circle of
confusion). Saat fokus ditetapkan pada jarak hiperfokal (hyperfocal distance),
kedalaman ruang akan berkisar antara setengah dari jarak hiperfokal hingga tak
berhingga, dan merupakan kedalaman ruang terbesar untuk sebuah nilai
bukaan.
Bukaan (f-number) dari rana, lebar ruang tajam berbanding lurus
dengan rana. Contoh: jika rana dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar
ruang tajam akan menjadi dua kali lebar semula.
1. Panjang Fokus (focal length) dari lensa yang digunakan, lebar ruang
tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata
lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita
mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa
setengah dari semula).
2. Besar format (format size) bidang fokal, dengan subyek pada jarak
moderat, kedalaman ruang ditentukan oleh pembesaran
(magnification ratio) subyek dan bukaan rana (f-number). Pada
bukaan tertentu, penambahan pembesaran, baik dengan bergerak
mendekati subyek maupun dengan penggunaan lensa dengan
panjang fokus yang lebih besar, akan menurunkan kedalaman ruang;
sebaliknya menurunkan pembesaran akan membesarkan kedalaman
ruang. Pada pembesaran tertentu, menaikkan nilai bukaan
(mengecilkan diameter rana) akan membesarkan kedalaman ruang;
menurunkan nilai bukaan akan membesarkan kedalaman ruang.
3. Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda
pada bukaan danlensa yang memberikan sudut pandang yang sama,
besar format yang lebih kecil akan memberikan kedalaman ruang
yang lebih besar.

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

4. Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda
pada bukaan, panjang fokus lensa dan jarak fokus (focal distance),
jarak antara subyek dengan bidang fokal) yang sama, besar format
yang lebih kecil akan menghasilkan kedalaman ruang yang lebih
dangkal.

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1. Menentukan ketebalan dan kedalaman yang searah dengan


perlapisan batuan

Pertama-tama buat garis bantu pada grafik kemudian buat slope dengan
menggunakan busur dalam penentuan sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip
sesuai dengan kedudukan yang telah diketahui. Kemudian mengubah tebal
semu ke dalam skala yang telah ditentukan lalu mengukur ketebalan semu
sesuai yang telah didapat. Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai
dengan tebal semu yang telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan
kedudukan dari endapan. Tarik garis tegak lurus terhadap dip ke titik
perpotongan garis bantu. Mencari ketebalan semu sebenarnya dengan rumus
trigonometri. Begitupun mencari kedalaman Pertama-tama buat garis bantu
pada grafik kemudian buat slope dengan menggunakan busur dalam penentuan
sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip sesuai dengan kedudukan yang telah
diketahui. Kemudian mengubah tebal semu ke dalam skala yang telah
dtentukan lalu mengukur ketebalan semu sesuai yang telah didapat.
Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai dengan tebal semu yang
telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan kedudukan dari endapan
dan menghitung jarak lapangan dengan mengubahnya kedalam skala yang
telah ditentukan. Selanjutnya menrik garis lurus vertikal sampai mngenai
lapisan endapan. Lalu menghutung panjang dari garis vertikal dengan
menggunakan rumus trigonometri.

3.2. Menentukan ketebalan dan kedalaman yang tidak searah


dengan perlapisan batuan

Pertama-tama buat garis bantu pada grafik kemudian buat slope dengan
menggunakan busur dalam penentuan sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

sesuai dengan kedudukan yang telah diketahui. Kemudian mengubah tebal


semu ke dalam skala yang telah ditentukan lalu mengukur ketebalan semu
sesuai yang telah didapat. Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai
dengan tebal semu yang telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan
kedudukan dari endapan. Tarik garis tegak lurus terhadap dip ke titik
perpotongan garis bantu. Mencari ketebalan semu sebenarnya dengan rumus
trigonometri. Begitupun mencari kedalaman Pertama-tama buat garis bantu
pada grafik kemudian buat slope dengan menggunakan busur dalam penentuan
sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip sesuai dengan kedudukan yang telah
diketahui. Kemudian mengubah tebal semu ke dalam skala yang telah
dtentukan lalu mengukur ketebalan semu sesuai yang telah didapat.
Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai dengan tebal semu yang
telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan kedudukan dari endapan
dan menghitung jarak lapangan dengan mengubahnya kedalam skala yang
telah ditentukan. Selanjutnya menrik garis lurus vertikal sampai mngenai
lapisan endapan. Lalu menghutung panjang dari garis vertikal dengan
menggunakan rumus trigonometri bedanya adalah arahnya.

3.3. Menentukan ketebalan dan kedalaman dari bentuk 3D

Pertama-membuat bangun tiga dimensi dengan ukuran panjang 10 cm,


lebar 10 cm, dan tinggi 5 cm. Kemudian meletakkan titik sembarang pada lebar
permukaan bangun ruang lalu membuar dip sesuai dengan kedudukan dari
endapan. Selanjutnya membuat kesejajaran dari dip yang telah dibuat.
Kemudian memasukkan nilai tebal semu sesuai dengan skala yang telah
ditentukan. Lalu terik garis tegak lurus terhadap dip ke ujung daru endapan
yang tersingkap kepermukaan sehingga membantuk segitiga siku-siku.
Kemudian mencari tebal sebenarnya dengan sudut dan tebal semu yang telah
diketahui dengan menggunakan rumus trigonometri begitupun dengan
kedalaman Pertama-membuat bangun tiga dimensi dengan ukuran panjang 10
cm, lebar 10 cm, dan tinggi 5 cm. Kemudian meletakkan titik sembarang pada
DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

lebar permukaan bangun ruang lalu membuar dip sesuai dengan kedudukan
dari endapan. Selanjutnya membuat kesejajaran dari dip yang telah dibuat.
Kemudian memasukkan nilai jarak lapangan dan mengukur jarak lapangan dari
endapan yang tersingkap ke permukaan. Menarik garis vertikal kebawah sesuai
dengan jarak lapangan yang sudah diukur hingga menyentu lapisan endapan.
Kemudian mencari kedalaman dengan sudut dan jarak lapangan yang telah
diketahui dengan menggunakan rumus trigonometri.

BAB IV

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Problem Set 1


Pada suatau lereng yang memiliki kemiringan 72˚, terdapat suatu
lapisan batubara yang memiliki kedudukan N 150˚ E/ 32 ˚. Panjang tebal semu
dari lapisan batubara ini adalah 350 meter. Maka hitunglah kedalaman dari
lapisan batuan tersebut jika jarak lapangan dari lapisan batuan yang tersingkap
250 meter dengan kondisi medan lapangan dip searah dengan slope. (Hitung
dengan skala 1:5000)

Gambar 4.1 Problem Set 1

4.1.2 Problem Set 2

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Pada suatu lereng yang memiliki kemiringan 71˚, terdapat suatu lapisan
batubara yang memiliki kedudukan N 170 ˚ E/32˚. Panjang tebal semu dari
lapisan batubara ini adalah 350 meter. Maka hitunglah ketebalan dan
kedalaman dari lapisan batuan tersebut jika jarak lapangan 250 meter dengan
kondisi medan lapangan dip berwanan dengan slope. (Hitung dengan skala
1:5000).

Gambar 4.2 Problem Set 2

4.1.3 Problem Set 3

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Pada topografi datar ditemukan singkapan batubara ditemukan


singkapan batubara dengan memiliki kedudukan N 10 ˚ E/33˚. Dengan tebal
semu tidak searah dengan strike N 66˚ E. Pada permukaan tanah akan
dilakukan pemboran untuk mengetahui kedalaman dari batas lapisan atas
batuan terhadap permukaan tanah. Jarak lapangan (s) dari singkapan yang
terlihat kelubang bor adalah 655 meter dan dan jarak tebal semu adalah 500
meter. Hitunglah ketebalan dan kedalaman dengan skala 1:10.000.

Gambar 4.3 Problem Set 3

4.2 Pembahasan

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

4.2.1 Problem Set 1


Pertama-tama kita tulis terlebih dahulu apa-apa saja yang diketahui dan
apa yang tanyakan. Yang diketahui yaitu kedudukan N 150˚ E/ 32˚, slope 72°,
tebal semunya 350 m dikonversi 350 x 100 bagi 5000 = 7 cm, skala 1: 5000,
jarak 250 m dikonversi 250 x 100 bagi 5000 = 5 cm dan yang ditanyakan
kedalaman. Selanjutnya kita membuat garis bantu sepanjang 2 cm bisa lebih
selanjutnya kita mencari slope sebesar 72° lalu kita hubungkan dari titik tengah
sepanjang 7 cm yang diambil dari tebal semu yang telah dikonversi tadi setelah
itu kita membuat kembali membuat garis bantu seperti yang kita buat tadi
selanjutnya untuk mencari dip sebesar 32° tempelkan arah 0 ke arah W lalu
hitung sebesar 32° selanjutnya kita juga mencari dip 32° pada garis bantu yang
kedua dengan cara yang sama setelah itu kita akan menentukan berapa sudut
yang terbentuk antara tebal semu dan garis 32° tadi dengan cara kita
mengurangi 72 ° dari slope kita kurangi dengan 32° dari dip yaitu 40° setelah
itu kita menetukan ketebalan dengan cara menggunakan rumus t = 7 x sin 40°
= 4,4 cm lalu dikonversi dengan cara 4,5 dikali dengan skala dibagi 100
hasilnya adalah 225 m setelah itu kita menentukan kedalaman dengan cara
berapa sudut yang terbentuk yaitu 40° setelah itu menarik garis 5 cm yang
didapat dari jarak yang telah dikonversi setelah itu kita menarik garis tegak
lurus untuk mengetahui kedalaman kita harus mengetahui D, d1, d2 pertama
kita mencari D terlebih dahulu dengan rumus 5 x sin 72° hasilnya yaitu 4,7 cm
selanjutnya kita mencari d1 rumusnya yaitu D – d2 sebelum itu kita terlebih
dahulu nilai d2 untuk mencarinya dengan menggunakan rumus d2 = X dengan
rumus X = 5 x cos 32° hasilnya adalah 4,2 cm nilai X yang kita dapat kita
masukkan 4,2 x tan 32 = 2,6 cm setelah itu kita mencari d1 dengan
mengurangkan hasil D dengan d2 yaitu sebesar 2,1 cm lalu dikonversi ke m
dengan cara hasil dari d1 dikali skala dibagi 100 hasilnya yaitu 105 m jadi
ketebalan dari lapisan batuan adalah 220 m dan kedalaman dari lapisan batuan
adalah 105 m

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

4.2.2 Problem Set 2


Pertama-tama kita tulis terlebih dahulu apa-apa saja yang diketahui dan
apa yang tanyakan. Yang diketahui yaitu kedudukan N 170° E / 32°, slope 71°,
tebal semunya 350 m dikonversi 350 x 100 bagi 5000 = 7 cm, skala 1: 5000,
jarak 250 m dikonversi 250 x 100 bagi 5000 = 5 cm dan yang ditanyakan
kedalaman. Selanjutnya kita membuat garis bantu sepanjang 2 cm bisa lebih
selanjutnya kita mencari slope sebesar 71° lalu kita hubungkan dari titik tengah
sepanjang 7 cm yang diambil dari tebal semu yang telah dikonversi tadi setelah
itu kita membuat kembali membuat garis bantu seperti yang kita buat tadi
selanjutnya untuk mencari dip sebesar 32° tempelkan arah 0 ke arah W kearah
S lalu hitung sebesar 32° selanjutnya kita juga mencari dip 32° pada garis
bantu yang kedua dengan cara yang sama setelah itu kita akan menentukan
berapa sudut yang terbentuk antara tebal semu dan garis 32° tadi dengan cara
kita mengurangi 90°- 71° = 19° dari slope kita kurangi dengan 90° - 32° =58°
dari dip yaitu 58°+19°= 77° setelah itu kita menetukan ketebalan dengan cara
menggunakan rumus t = 7 x sin 77° = 6,8 cm lalu dikonversi dengan cara 6,8
dikali dengan skala dibagi 100 hasilnya adalah 340 m setelah itu menarik garis
sepanjang 5 cm lalu kita menarik garis vertikal hingga menyentuh perlapisan
batuan setelah itu kita membuat garis bantu untuk membuat perpotongan
setelah itu kita menentukan kedalaman dengan cara berapa sudut yang
terbentuk yaitu 71° untuk mengetahui kedalaman kita harus mengetahui D, d1,
d2 pertama kita mencari d1 terlebih dahulu dengan rumus 5 x sin 71° = 4,7 cm
setelah itu kita mencari d2 dengan rumus X = 5 x cos 71° = 1,6 cm setelah
didapatkan kita masukkan kerumus yaitu 1,6 x tan 32° = 0,9 cm setelah itu kita
mencari D dengan rumus d1 + d2 yaitu 4,7 + 0,9 = 5,6 cm lalu dikonversi
dengan rumus 5,6 dikali dengan 5000 dibagi 100 dengan hasil 285 m jadi
ketebalannya adalah 340 m dan kedalamannya adalah 280 m.
4.2.3 Problem Set 3

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Pertama-tama kita tulis terlebih dahulu apa-apa saja yang diketahui dan
apa yang tanyakan. Yang diketahui yaitu kedudukan N 10° E / 33°, strike N
66° E, tebal semunya 500 m dikonversi 500 x 100 bagi 10000 = 5 cm, skala 1:
10000, jarak 655 m dikonversi 655 x 100 bagi 10000 = 6, 55 cm dan yang
ditanyakan kedalaman dan ketebalan setelah itu kita membuat balok dengan
lebar 15 cm dan tingginya 5 cm setelah itu dilanjutkan dengan membuat 3
dimesinya dengan mencari 45°, 135°, 45° setelah itu masing-masing ditarik
garis sepanjang 15 cm setelah terbentuk seperti kubus kita menetukan titik
sembarang setelah itu kita mencari dipnya sebesar 33° tempelkan titik 0° Pada
arah E lalu tentukan 33° setelah itu kita menentukan arah tebal semu dengan
strike N 66° E dengan rumus 66 bagi 90 dikali x bagi 45 kita melihat dari
kuadran pada rumus trigonometri dengan hasil 33° selanjutnya menentukan
berapa besar arah tebal semu sebesar 33° setelah itu menarik garis 6,5 cm
setelah itu tarik garis lurus setelah itu mencari dip untuk perlapisan selanjutnya
dengan cara menempelkan titik 0° pada arah E dan cari sebesar 33° setelah itu
untuk mengetahui berapa ketebalan yang didapatkan dari perlapisan batuan ini
tarik garis tegak lurus setelah itu tarik garis tegak lurus untuk segitiga semu
setelah itu untuk megetahui berapa panjang sisi samping pada segitiga untuk
tebal semu dengan menggunakan rumus 5 x cos 33° = 4,2 cm selanjutnya
untuk salah satu sisi yang berada pada 33° untuk mencari ketebalan sama
dengan tebal semu yaitu 4,2 cm setelah itu untuk mengetahui berapa ketebalan
dari lapisan batuan tersebut dengan rumus 4 x sin 33° = 2,1 cm setelah itu
dikonversi ke m dengan cara 2,1 dikali dengan skal dibagi 100 = 210 m setelah
itu mencari kedalaman dari lapisan batuan ini dengan cara menarik garis
sepanjang 5 cm setelah itu tarik garis tegak lurus hingga mencapai batas
perlapisan batuan setelah itu untuk mencari kedalaman batuan dengan rumus 5
x tan 33° = 3,24 cm setelah itu dikonversi ke m dengan cara 3,24 dikali dengan
skala dibagi 100 = 324 m jadi ketebalan lapisan batuan adalah 294 m dan
kedalaman lapisan batuan adalah 324 m.

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

BAB V
PENUTUP

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum dan meyelesaikan laporan kesimpulan


yang diperoleh ialah menghitung ketebalan dan kedalaman dapat dilakukan
dengan cara mengetahui data-data lapangan seperti kedudukan, slope, dip serta
ketebalan semu dari suatu singkapan, dapat juga dihitung volume dari lapisan
batuan tersebut. Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua lapisan batuan
yang sejajar. Ketabalan dapat diukur baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Cara langsung dapat diaplikasikan jika singkapan batuan atau lapisan
horizontal tersingkap pada tebing veritikal dan tebing horizontal sedangkan
pada topografi yang miring, dapat digunakan alat adalah Jacob's Staff, yaitu
suatu tongkat yang dilengkapi dengan handlevel, atau kompas di atasnya.
Sedangkan cara tak langsung yang paling sederhana yaitu lapisan sederhana
yang tersingkap pada permukaan horizontal yang lebarnya tegak lurus dengan
singkapan tersebut. Sedangkan kedalaman adalah jarak vertikal dan ketinggian
tertentu (umumnya permukaan bumi) kearah bawah, terhadap satu titik, garis
atau bidang. Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya
permukaan bumi) kearah bawah terhadap suatu titik, gambar atau bidang.
Menghitung kedalaman lapisan ada beberapa cara, diantaranya menghitung
secara matematis, dengan Aligment diagram dan secara grafis. Dengan cara
perhitungan matematis, yang perlu diperhatikan adalah kemiringan lereng,
kemiringan lapisan dan jarak jurus dari singkapan ke titik tertentu. Untuk
menghitung kedalaman biasa juga dipergunakan Aligment nomograph atau
dengan kurva, Dengan cara perhitungan Aligment nomograph, yang perlu
diperhatikan kemiringan lereng, kemiringan lapisan dan jarak jurus dari
singkapan ke titik tertentu, Kedalaman normal untuk berbagai geometri saluran
juga dapat ditentukan menggunakan metode grafis. Keuntungan metode grafis
dibandingkan dengan metode iterasi (numeric) adalah lebih mudah dan
sederhana, sedangkan kerugiannya adalah hasil hitungan kedalaman normal

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

umumnya tidak lebih teliti dibandingkan dengan metode iterasi (tergantung


pada ketelitian pembaca).

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar bisa lebih jelas mengenai video karena kami susah melihat tulisan
maupun gambar di video yang di bagikan di saat praktikum berlangsung
maupun di youtube karena pencahayaannya sangat terang dan memantul di
kertas.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Agar lebih sabar membimbing kami dan lebih baik lagi dalam
mengajarkan kami dalam mengerjakan problem set dan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN

Tim Dosen dan Asisten, 2020. “Modul Praktikum Geologi Struktur.”


Laboratorium Geologi Dinamik. Jurusan Teknik Pertambangan.
Universitas Musllim Indonesia. Makassar.
Sudarno, Pramumijoyo, Subagyo, Husein, Salahuddin. 2008. Panduan
Praktikum Geologi struktur. Laboratorium Geologi Dinamika. Jurusan
Teknik Geologi. Universitas Gadjah Mada. Bandung.
Salahuddin Dkk, 2008. ”Panduan Praktikum Geologi struktur”. Laboratorium
Geologi Dinamika. Jurusan Teknik Geologi. Universitas Gadjah Mada.
Bandung.
http://kartono.sttnas.ac.id/Geologi%20Struktur/14.%20KEDALAMAM%20D
AN%2 0KETEBALAN.pdf

DEWY KUMALA TEHUAYO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170020 09320180218

Anda mungkin juga menyukai