MAKASSAR
2020
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TEBAL DAN KEDALAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakan praktikum ini untuk memenuhi mata kuliah
Geologi Struktur yang berjumlah tiga sks di Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia, serta untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
1.2.2 Tujuan
1. Dapat memahami define dari ketebalan dan kedalaman.
2 Dapat memahami prinsip pengukuran ketebalan baik secara
langsung dan tidak langsung, serta pengukuran kedalaman baik
secara langsung dan tidak langsung.
3. Dapat memahami pengukuran ketebalan dan kedalaman secara
grafis maupun sistematis.
1.3.1 Alat
1. Mistar 30 cm;
2. Busur 360o;
3. Kalkulator Ilmiah;
4. Alat Tulis Menulis;
1.3.2 Bahan
1. Kertas Grafik A4;
2. Problem Set.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketebalan
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan
horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang
tersingkap pada topografi datar. Sedangkan pada topografi miring dapat
digunakan alat Jacob’s staff yaitu tongkat yang dilengkapi dengan handlevel,
knilometer atau kompas pada bagian atasnya.
horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu w dengan
menggunakan kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya T = w sin δ.
Dimana:
δ = Kemiringan lereng terukur.
d = Sudut kemiringan lapisan.
σ = Sudut lereng terukur.
β = Sudut antara jurus dan arah pengukuran.
Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan mengatur jarak antar titik, yang merupakan batas lapisan
sepanjang lintasan tegak lurus jurus, pengukuran ini dilakukan apabila bentuk
lereng tidak teratur. Bias juga menghitung ketebalan dari peta geologi.
Beberapa kemungkinan lereng dan perhitungannya yakni:
Dimana:
σ = kemiringan lereng terukur
Perhitungan dengan cara lain dapat juga dilakukan dengan mencari
lebih dahulu kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Untuk mencari
kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan (ɸ), dapat dilakukan dengan
menggunakan table koreksi atau aligment nomograph yaitu dengan
Dimana:
β = sudut antara jurus dengan arak pengukuran
σ = sudut lereng terukur
Dari perhitungan diatas dapat diperoleh lebar singkapan yang tegak
lurus jurus (w), dengan mengguanakan persamaan:
Dimana:
t = W sin δ
W = lebar singkapan
1 = panjang pengukuran
δ = besar kemiringan lapisan
Beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng dan perhitungan
ketebalannya adalah:
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan
horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang
tersingkap pada topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit
atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara
langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung.
Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring,
tersingkap pada permukaan horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak
lurus jurus, yaitu w dengan menggunakan kemiringan lapisan (δ) maka
ketebalannya T = w sin δ
Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (I) maka
lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dulu w = I sin β, dimana β adalah sudut
antara jurus dengan arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = I sin
β sin δ panjang. Dengan cara yang sama dapat dipakai apabila pengukuran
lebar singkapan dilakukan permukaan miring. Dalam hal ini ketebelan
merupakan fungsi dari sudut. miring (δ) dan sudut lereng (σ). Pendekatan lain
untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mengukur jarak antara titik, yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan
tegak lurus jurus. Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur.
Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi.Untuk mengukur
ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus digunaka
persamaan trigonometri berikut:
Dimana:
δ = Kemiringan lereng terukur
d = Sudut kemiringan lapisan
σ = Sudut lereng terukur
β = Sudut antara jurus dan arah pengukuran
Dimana:
M = jarak tegak lurus dari singkapan ketitik tertentu
δ = ketinggian lapisan
Apabila tidak tegak lurus jurus, maka kemiringan lapisan yang
dipakai adalah kemiringan semu.
memberikan sudut pandang yang sama, besar format yang lebih kecil akan
memberikan kedalaman ruang yang lebih besar.
Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda pada
bukaan, panjang fokus lensa dan jarak fokus (focal distance), jarak antara
subyek dengan bidang fokal) yang sama, besar format yang lebih kecil akan
menghasilkan kedalaman ruang yang lebih dangkal.
2.3.2 Focus Depth (Kedalaman fokus)
Kedalaman fokus (bahasa Inggris: depth of focus) adalah suatu istilah
optika yang mengukur toleransi ketajaman (bahasa inggris: sharpness) subyek
fotografi terhadap pergeseran bidang fokal (bahasa Inggris: focal plane) yang
berkaitan dengan lensa. Kedalaman fokus terkadang disebut juga lens-to-film
tolerance. Walaupun frasa kedalaman fokus dahulu, dan sampai sekarang
masih digunakan untuk menjelaskan kedalaman ruang, pada era modern
kedalaman fokus digunakan sebagai ukuran pergeseran (bahasa Inggris:
displacement) bidang fokal dengan mempertahankan ketajaman fokus subyek
pada bidang fokusnya. Pada kamera format kecil, kecilnya jarak antara
lingkaran gamang (bahasa Inggris: circle of confusion) berakibat pada kecilnya
kedalaman fokus. Pada kamera sinematografi, montase lensa yang berbeda
mempunyai ukuran flange focal depth untuk kalibrasi lensa.
dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam
akan menjadi 9x lebar semula. Dengan kriterialingkaran gamang (circle of
confusion). Saat fokus ditetapkan pada jarak hiperfokal (hyperfocal distance),
kedalaman ruang akan berkisar antara setengah dari jarak hiperfokal hingga tak
berhingga, dan merupakan kedalaman ruang terbesar untuk sebuah nilai
bukaan.
Bukaan (f-number) dari rana, lebar ruang tajam berbanding lurus
dengan rana. Contoh: jika rana dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar
ruang tajam akan menjadi dua kali lebar semula.
1. Panjang Fokus (focal length) dari lensa yang digunakan, lebar ruang
tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata
lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita
mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa
setengah dari semula).
2. Besar format (format size) bidang fokal, dengan subyek pada jarak
moderat, kedalaman ruang ditentukan oleh pembesaran
(magnification ratio) subyek dan bukaan rana (f-number). Pada
bukaan tertentu, penambahan pembesaran, baik dengan bergerak
mendekati subyek maupun dengan penggunaan lensa dengan
panjang fokus yang lebih besar, akan menurunkan kedalaman ruang;
sebaliknya menurunkan pembesaran akan membesarkan kedalaman
ruang. Pada pembesaran tertentu, menaikkan nilai bukaan
(mengecilkan diameter rana) akan membesarkan kedalaman ruang;
menurunkan nilai bukaan akan membesarkan kedalaman ruang.
3. Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda
pada bukaan danlensa yang memberikan sudut pandang yang sama,
besar format yang lebih kecil akan memberikan kedalaman ruang
yang lebih besar.
4. Ketika sebuah foto dibuat dengan dua besar format yang berbeda
pada bukaan, panjang fokus lensa dan jarak fokus (focal distance),
jarak antara subyek dengan bidang fokal) yang sama, besar format
yang lebih kecil akan menghasilkan kedalaman ruang yang lebih
dangkal.
BAB III
PROSEDUR KERJA
Pertama-tama buat garis bantu pada grafik kemudian buat slope dengan
menggunakan busur dalam penentuan sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip
sesuai dengan kedudukan yang telah diketahui. Kemudian mengubah tebal
semu ke dalam skala yang telah ditentukan lalu mengukur ketebalan semu
sesuai yang telah didapat. Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai
dengan tebal semu yang telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan
kedudukan dari endapan. Tarik garis tegak lurus terhadap dip ke titik
perpotongan garis bantu. Mencari ketebalan semu sebenarnya dengan rumus
trigonometri. Begitupun mencari kedalaman Pertama-tama buat garis bantu
pada grafik kemudian buat slope dengan menggunakan busur dalam penentuan
sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip sesuai dengan kedudukan yang telah
diketahui. Kemudian mengubah tebal semu ke dalam skala yang telah
dtentukan lalu mengukur ketebalan semu sesuai yang telah didapat.
Selanjutnya membuat garis bantu pada slope sesuai dengan tebal semu yang
telah didapat. Kemudian membuat dip sesuai dengan kedudukan dari endapan
dan menghitung jarak lapangan dengan mengubahnya kedalam skala yang
telah ditentukan. Selanjutnya menrik garis lurus vertikal sampai mngenai
lapisan endapan. Lalu menghutung panjang dari garis vertikal dengan
menggunakan rumus trigonometri.
Pertama-tama buat garis bantu pada grafik kemudian buat slope dengan
menggunakan busur dalam penentuan sudutnya. Selanjutnya membuat buat dip
lebar permukaan bangun ruang lalu membuar dip sesuai dengan kedudukan
dari endapan. Selanjutnya membuat kesejajaran dari dip yang telah dibuat.
Kemudian memasukkan nilai jarak lapangan dan mengukur jarak lapangan dari
endapan yang tersingkap ke permukaan. Menarik garis vertikal kebawah sesuai
dengan jarak lapangan yang sudah diukur hingga menyentu lapisan endapan.
Kemudian mencari kedalaman dengan sudut dan jarak lapangan yang telah
diketahui dengan menggunakan rumus trigonometri.
BAB IV
4.1 Hasil
Pada suatu lereng yang memiliki kemiringan 71˚, terdapat suatu lapisan
batubara yang memiliki kedudukan N 170 ˚ E/32˚. Panjang tebal semu dari
lapisan batubara ini adalah 350 meter. Maka hitunglah ketebalan dan
kedalaman dari lapisan batuan tersebut jika jarak lapangan 250 meter dengan
kondisi medan lapangan dip berwanan dengan slope. (Hitung dengan skala
1:5000).
4.2 Pembahasan
Pertama-tama kita tulis terlebih dahulu apa-apa saja yang diketahui dan
apa yang tanyakan. Yang diketahui yaitu kedudukan N 10° E / 33°, strike N
66° E, tebal semunya 500 m dikonversi 500 x 100 bagi 10000 = 5 cm, skala 1:
10000, jarak 655 m dikonversi 655 x 100 bagi 10000 = 6, 55 cm dan yang
ditanyakan kedalaman dan ketebalan setelah itu kita membuat balok dengan
lebar 15 cm dan tingginya 5 cm setelah itu dilanjutkan dengan membuat 3
dimesinya dengan mencari 45°, 135°, 45° setelah itu masing-masing ditarik
garis sepanjang 15 cm setelah terbentuk seperti kubus kita menetukan titik
sembarang setelah itu kita mencari dipnya sebesar 33° tempelkan titik 0° Pada
arah E lalu tentukan 33° setelah itu kita menentukan arah tebal semu dengan
strike N 66° E dengan rumus 66 bagi 90 dikali x bagi 45 kita melihat dari
kuadran pada rumus trigonometri dengan hasil 33° selanjutnya menentukan
berapa besar arah tebal semu sebesar 33° setelah itu menarik garis 6,5 cm
setelah itu tarik garis lurus setelah itu mencari dip untuk perlapisan selanjutnya
dengan cara menempelkan titik 0° pada arah E dan cari sebesar 33° setelah itu
untuk mengetahui berapa ketebalan yang didapatkan dari perlapisan batuan ini
tarik garis tegak lurus setelah itu tarik garis tegak lurus untuk segitiga semu
setelah itu untuk megetahui berapa panjang sisi samping pada segitiga untuk
tebal semu dengan menggunakan rumus 5 x cos 33° = 4,2 cm selanjutnya
untuk salah satu sisi yang berada pada 33° untuk mencari ketebalan sama
dengan tebal semu yaitu 4,2 cm setelah itu untuk mengetahui berapa ketebalan
dari lapisan batuan tersebut dengan rumus 4 x sin 33° = 2,1 cm setelah itu
dikonversi ke m dengan cara 2,1 dikali dengan skal dibagi 100 = 210 m setelah
itu mencari kedalaman dari lapisan batuan ini dengan cara menarik garis
sepanjang 5 cm setelah itu tarik garis tegak lurus hingga mencapai batas
perlapisan batuan setelah itu untuk mencari kedalaman batuan dengan rumus 5
x tan 33° = 3,24 cm setelah itu dikonversi ke m dengan cara 3,24 dikali dengan
skala dibagi 100 = 324 m jadi ketebalan lapisan batuan adalah 294 m dan
kedalaman lapisan batuan adalah 324 m.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA