Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PROSES PENAMBANGAN DAN

PENGOLAHAN ASPAL DI PT KARYA MEGAH BUTON


KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON
SULAWESI TENGGARA

PROPOSAL PENELITIAN

FATMA S LIANI
09320180114

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

FATMA S LIANI
09320180114

ANALISIS PROSES PENAMBANGAN DAN


PENGOLAHAN ASPAL DI PT KARYA MEGAH BUTON
KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON
SULAWESI TENGGARA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S-1)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian sebelum melakukan
penelitian yang berjudul Analisis Proses Penambangan Dan Pengolahan Aspal Di
Pt Karya Megah Buton Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton Sulawesi
Tenggara. Salam dan salawat penulis panjatkan kepada nabi muhammad saw
beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya yang selalu istiqomah di jalan- Nya.
1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. Selaku Program Studi
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim
Indonesia.
2. Bapak Ir. Hasbi Bakri., S.T., M.T., IPP. Selaku pembimbing akademik .
3. Bapak Ir. Abdul Salam Munir, S.T., M.T. selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan sampai terselesainya tugas akhir.
4. Bapak Ir. Arif Nurwaskito.,S.T., MSi.,IPP. selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan sampai terselesainya tugas akhir.
5. Seluruh Dosen, Staf Karyawan dan Karyawati Universitas Muslim Indonesia.
6. Seluruh Kerabat, sahabat, dan teman yang selalu menyemangati dan membantu
dalam kegiatan kerja proposal penulis.

Penyusunan proposal ini, penulis menyadari masih banyak yang perlu


dievaluasi dalam proposal ini, maka masukan dan kritikan sangat diharapkan untuk
memperbaiki dan menjadi bahan evaluasi penulis.

wassalamu a’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 16 Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah........................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
1.6 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
2.1 Profil Perusahaan ...................................................................................... 5
2.2 Pengertian Aspal ...................................................................................... 6
2.3 Aspal Buton .............................................................................................. 8
2.4 Kegunaan Aspal ........................................................................................ 9
2.5 Penambangan Aspal ................................................................................. 10
2.6 Proses Pengolahan Aspal ........................................................................ 11
BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN........................... 19
3.1 Tahap Pendahuluan................................................................................... 19
3.2 Tahap Pengambilan Data........................................................................... 19
3.3 Tahap Pengolahan Data............................................................................. 20
3.4 Teknik Pengolahan Data............................................................................ 20
3.5 Tahap Penyajian Data................................................................................ 21
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU............................ 23
4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian......................................................... 23
4.2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian......................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian...................................................................... 4


Gambar 3.1 Bagan Alir dan Metodologi Penelitian............................................. 22

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian................................................... 23


Tabel 4. 2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian................................................... 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. (Pemerintah Republik
Indonesia, 2020)
Indonesia memiliki sumber aspal alam yang cukup berlimpah, sebagai
Negara penghasil aspal alam terbesar di dunia, yang terkenal dengan nama aspal
Buton (asbuton), namun belum di manfaatkan sepenuhnya. Pulau Buton di Sulawesi
dikenal banyak mengandung aspal alam sejak zaman Belanda yang dikenal dengan
Butas (Buton Asphalt). Cadangan asbuton yang sekitar 600 juta ton (Nuryanto and
Sutrisno, 2009). Aspal adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat
hingga hitam yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen.
Terdapat dua jenis aspal yaitu aspal alam dan aspal berupa residu yang diperoleh dari
hasil penyulingan minyak bumi mentah (Hadiwisastra, 2009).
PT. Karya Megah Buton merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan dan pengolahan aspal Buton. Dalam PT. Karya Megah Buton
memiliki potensi cadangan 320 juta ton, jenis produk aspal Buton olahan Aspal
Buton Lawele Granular (ALG), serta memiliki sifat bitumen yang kuat, kokoh dan
keras (asphaltene tinggi), tahan terhadap perubahan bentuk (deformasi), dan awet
sehingga umur pelayanan lebih lama.
Keberadaan aspal alam di daerah Buton cukup menarik untuk diamati
mengingat pengolahan aspal belum dimanfaatkan dengan baik, dan aspal alam ini
hanya terdapat di pulau Sulawesi dan tidak terdapat di bagian lain dari wilayah
Indonesia, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Analisis Proses Pengolahan dan Penambangan Aspal di PT. Karya Megah Buton
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana proses penambangan aspal di PT. Karya Megah Buton?
2. Alat-alat apa saja yang digunakan dalam penambangan aspal di PT. Karya
Megah Buton?
3. Bagaimana proses pengolahan aspal di PT. Karya Megah Buton?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penelitian ini yaitu melakukan segala kegiatan proses
penambangan dan pengolaham aspal di PT. Karya Megah Buton
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Proses penambangan di PT. Karya Megah Buton
2. Mengetahui dan memperbaiki alat-alat yang digunakan dalam penambangan
aspal di PT. Karya Megah Buton
3. Mengetahui proses pengolahan aspal di PT. Karya Megah Buton

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi oleh pengolahan aspal dan
penambangan aspal di lokasi pertambangan di PT. Karya Megah Buton.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaaat dari penelitian ini pengolahan dan penambangan yang dihasilkan


dapat dimanfaatkan dengan baik khususnya dalam penggunaan jalan yang ada
disekitar, minimal di daerah Buton Sulawesi Tenggara.

1.6 Lokasi Penelitian

Pada minggu keempat bulan juli akan langsung pergi ke lokasi untuk
mengambil data sesuai dengan yang dibutuhkan kurang lebih 1 bulan. Lokasi
kegiatan penambangan PT Karya Megah Buton pada wilayah IUP (Izin Usaha
Pertambangan) yang terletak di Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten

2
Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis berada di 1220 58’ 25,68” BT
- 1230 01’ 40,44” BT dan 050 10’ 00,12” LS - 050 13’ 14,00” LS.

3
Gambar 1. 1 Peta lokasi penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil perusahaan

PT. Karya Megah Buton merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan dan pengolahan aspal Buton. Perusahaan ini berdiri pada
tanggal 5 Juni 2008. Dasar hukum dari berdirinya perusahaan ini termuat dalam
Akte Pendiriannya sebagai Perseroan Terbatas yang disahkan oleh Notaris Buntario
Tigri, SH., tertanggal 05 Juni 2008 nomor 33 dan SK Kehakiman no.AHU-
38900.A.H.01.02 Tahun 2008 tertanggal 07 Juli 2008. Wilayah kegiatan PT. Karya
Megah Buton berada di sebelah utara Pasarwajo yang merupakan Ibu kota
Kabupaten Buton dengan jarak lebih kurang 90 km ke arah utara. Secara
administratif, lokasi kuasa pertambangan eksploitasi PT. Karya Megah Buton berada
di daerah Lawele Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Secara geografis berada di 1220 58’ 25,68” BT - 1230 01’
40,44” BT dan 050 10’ 00,12” LS - 050 13’ 14,00” LS.

Gambar 2.1 Peta Lokasi IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT. Karya Megah Buton

Direktur Utama dari PT. Karya Megah Buton saat ini adalah Robin Setyono,
dengan site manager Daniel Joseph, serta Kepala Teknik Tambang yaitu Herman AS,

5
S.T. PT. Karya Megah Buton memiliki tiga lokasi yang terdiri dari dua lokasi
penambangan dan satu lokasi pengolahan aspal (plant). Lokasi penambangan
pertama (ST. 1) berada di Desa Lawele, lokasi penambangan kedua (ST. 2) berada di
Desa Nambo, dan lokasi plant berada di Desa Suandala. Ketiga lokasi tersebut masih
berada di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.

PT. Karya Megah Buton berstatus sebagai perusahaan swasta nasional.


Perusahaan ini memiliki kantor pusat yang alamatnya di Jl. Makaliwe Raya No. 16 A
Grogol, Jakarta Barat. Proses penambangan dari PT. Karya Megah Buton
menghasilkan produk aspal mentah, sedangkan proses pengolahannya menghasilkan
produk LGA (Lawele Granular Asphalt).

2.2 Pengertian Aspal

Aspal adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat hingga hitam
yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Terdapat dua jenis
aspal yaitu aspal alam dan aspal berupa residu yang diperoleh dari hasil penyulingan
minyak bumi mentah (Hadiwisastra, 2009).
Penggunaan aspal alam di Buton tersebut pada beberapa waktu lalu terutama
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan jalan, sedangkan sekarang dengan
penggunaan teknologi terbaru aspal alam tidak hanya digunakan untuk kontruksi
jalan tetapi telah dicoba di ekstraksi dengan teknologi pemisahan tertentu yang
menghasilkan energi bahan bakar (Hadiwisastra, 2009).
2.2.1 Jenis Jenis Aspal
Aspal minyak (disebut juga aspal semen, aspal keras, bitumen, atau aspal
baku) adalah kumpulan bahan-bahan tersisa dari proses destilasi minyak bumi, sisa
produk kilang minyak, Selain aspal minyak ada juga aspal alam, contohnya
“Trinidad Lake Asphalt”, dan juga di pulau Buton ada aspal alam Kabungka dan
aspal alam Lawele, demikian juga dibeberapa tempat di Indonesia maupun di
Kanada. Kita juga mengenal aspal olahan seperti Aspal Semen, Aspal Emulsi, Aspal
Cair, Aspal Modifikasi dan sebagainya (binamarga, 2010).
1. Aspal minyak
Aspal minyak (aspal semen/aspal keras, bitumen, aspal baku) adalah kumpulan
bahan-bahan dari proses destilasi minyak bumi (atmospheric, vacuum,
debottlenecking dan sebagainya ) di pabrik kilang minyak, bahan sisa yang dianggap

6
sudah tidak bisa lagi di proses secara ekonomis ( dengan kemajuan teknologi dan
kondisi mesin yang ada ) untuk dapat menghasilkan produk-produk yang dapat dijual
seperti misalnya sejenis bahan bakar dan lainnya. Bahan tersebut kita kenal dalam
tiga kelas Penetrasi yaitu Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100. Semakin rendah
angka penetrasi maka akan semakin keras wujud aspal, semakin tinggi angka
penetrasi, maka aspal akan mudah menjadi encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam
sulit untuk mencapai kestabilan campuran aspal terutama pada iklim panas seperti di
Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.
Pengerjaan aspal umumnya memerlukan pemanasan pada suhu sekitar 110-
170°C, supaya aspal menjadi encer sehingga mudah untuk di pompa/dipindahkan,
dicampur dengan agregat ataupun dipadatkan. Banyak minyak aromatik yang keluar
jika pemanasan dilakukan berkali-kali dalam waktu lama, sehingga menyebabkan
aspal mengeras (angka penetrasi turun).
2. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk emulsi,
sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Aspal emulsi dibuat dengan
tujuan untuk mencapai viskositas rendah, tanpa harus dipanaskan, sehingga
memudahkan penggunaannya. Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal
sebagai berikut :
a. Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang belum
punya AMP (asphalt mixing plant) tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan
aspal beton), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya wilayah
pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar. Untuk membuat beton
aspal sebisa mungkin menggunakan aspal dengan penetrsi tinggi (aspal lunak)
karena proses pencampuran dan pengangkutan memerlukan waktu lama, yang
menyebabkan menguapnya minyak-minyak alami dan mengakibatkan aspal
kering dan kehilangan daya lengketnya.
b. Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan “tambal siap
pakai”.
3. Aspal Modifikasi atau Polymer Modified Asphalt (PMA)
Aspal modifikasi adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah (additive)
agar meningkat kinerjanya, yaitu aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet). Di

7
Indonesia, kesadaran untuk menggunakan aspal modifikasi karena diperlukan hal-hal
sebagai berikut :
a. aspal yang lebih tahan panas (menaikkan titik lembek), digunakan aditif
berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahan asphalten seperti
asbuton, gilsonite, Trinidad asphalt, atau aditif khusus dengan sifat beragam
(jenis jenis polimer tertentu). Aspal polimer biasanya merupakan produk hilir
dari pabrik kilang minyak.
b. aspal yang lebih lengket (menaikkan adhesi) agar agregat tidak mudah terburai,
digunakan aditif yang bersifat lengket dan lentur yaitu aditif yang berbasis karet.
c. aspal yang lebih tahan ultra violet agar tidak mudah menua (ageing).
4. Aspal Buton (asbuton)
Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan
yang mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920, dengan
cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasi tambang di Buton,
yaitu di Kabungka dan Lawele. Perbedaan aspal Kabungka dan aspal Lawele adalah
sebagai berikut :
a. Aspal Buton Kabungka, batuan induknya adalah batu kapur, dan aspalnya
meresap kedalam pori-pori batuan sebesar 12-20%, karena itu penambangannya
menggunakan bahan peledak. Batuan dipecah menjadi kecil-kecil dengan mesin
pemecah batu (stone crusher). Aspal alam Kabungka yang dalam bentuk
curah dikirim dengan tongkang dan dump truck ke proyek yang akan
memanfaatkannya. Selanjutnya proses pengaktifan aspal adalah dengan
mencampur aspal curah tersebut dengan modifier (minyak pelarut khusus)
dengan tujuan menjemput aspal alam Kabungka dari cangkangnya melalui
pemeraman selama 2–5 hari. Hasil dari pemeraman tersebut adalah maka
terjadilah mastik yang siap dicampur dengan agregat.
b. menjadi campuran aspal yang siap gelar.
c. Aspal Buton Lawele, batuan induknya adalah batuan Silika, dimana aspalnya
tidak meresap tetapi menempel di batuan sebanyak 20 - 35%, sehingga lebih
mudah diaktifkan (tidak perlu pemeraman seperti pada proses pengaktifan aspal
di aspal Kabungka). Kesulitan penanganan aspal Buton Lawele justru terletak
pada kelengketannya yang terlalu tinggi (bergumpal-gumpal) sehingga susah
untuk ditakar menurut jumlah yang dibutuhkan.

8
2.2.2 Genesa Aspal Alam

Aspal alam merupakan aspal yang terbentuk secara alami oleh proses geologi
yang terdapat di bumi yaitu terbentuk secara perlahan-lahan dari cebakan minyak
bumi yang mengandung aspal dan aspal tersebut akan terendapkan karna memiliki
densitas yang lebih berat. Aspal alam terbentuk akibat adanya pengaruh aktifitas
tektonik terhadap minyak bumi yang semula terkandung di dalam batuan induk
kemudian bermigrasi dan mengisi pori-pori batuan sekitarnya, seperti batugamping
dan batupasir. Proses migrasi yang berjalan lambat mengakibatkan fraksi bersatu
dengan batuan sehingga membentuk aspal alam dan muncul ke permukaan bumi.
Batuan induk pada aspal alam di Pulau Buton Desa Lawele ini yaitu batugamping.
Aspal alam mempunyai rumus kimia C28H58 (Zanno, Setyowati and Koesnaryo,
2017).

2.3 Aspal Buton


Aspal batu beton (asbuton) yang terdapat di pulau Buton, memiliki sifat yang
berbeda-beda tergantung di daerah mana asbuton tersebut diperoleh. Sampai saat ini
dikenal ada dua daerah penambangan asbuton yang banyak di manfaatkan hasilnya,
yaitu di daerah Kabungka dan Lawele. Sifat dari kedua asbuton tersebut berbeda,
khususnya kandungan bitumennya. Kandungan bitumen atau aspal dari daerah
Lawele sekitar 25-35% dan banyak mengandung silikat, sedangkan di daerah
Kabungka sekitar 12-20% dan banyak mengandung karbonat (Nuryanto and
Sutrisno, 2009).
Penggunaan aspal pada pembangunan jalan, salah satu sifat aspal yang dapat
di manfaatkan adalah daya rekat aspal, sehingga dapat untuk merekatkan isian
struktur jalan seperti batuan dan pasir sedemikian rupa, menjadi campuran yang
padat dan kuat untuk menerima beban kendaraan yang melewatinya, dan tidak
mudah rusak. (Nuryanto and Sutrisno, 2009)

2.3.1 Kondisi Material Aspal Alam

Kondisi Material Aspal Alam


Dari data laboratorium perusahaan, aspal alam yang terdapat pada
desa Lawele Pulau Buton memiliki kondisi sebagai berikut :
a. Kadar aspal 25-30%

9
b. Ukuran boulder terbesar dari penambangan 650 mm
c. Kadar air 20-30%
d. Kekerasan 1,6 skala mohs
e. Kuat tekan 150 – 360 kg/cm2
f. Bobot isi rata-rata 2,047 gr/cm3
Sedangkan permintaan pasar untuk aspal alam adalah sebagai berikut:
a. Kadar aspal 25% (SNI 03-3640-1994)
b. Ukuran produk -20 mm (SNI 03-1969-1991)
c. Kadar air maksimal 5% (SNI 06-2490-1991)
Aspal alam pada Desa Lawele Pulau Buton ini memiliki sifat yang
lunak dan lengket sehingga harus sering dilakukan pembersihan pada alat
pengolahannya. (Zanno, Setyowati and Koesnaryo, 2017)

Gambar 2.2 Aspal yang berasosiasi dengan lapisan batupasir kasar

10
Gambar 2.2. Aspal yang berasosiasi dengan lapisan batugamping kalkarenit

2.4 Kegunaan Aspal


Aspal buton dapat digunakan antara lain untuk :
a. Perkerasan / lapisan permukaan sebagai pengganti aspal minyak.
b. Asbuton Tile ( Tegel Asbuton )
c. Block Asbuton antara lain untuk trotoar.
d. Mengekstraksi bitumen dari asbuton.
e. Melapis bendung / embung agar kedap air.
Aspal cocok untuk kontruksi berat karena aspal hasil ekstraksi dari asbuton
tidak mengandung parafin dan sedikit kadar sulfur sehingga kualitasnya lebih
tinggi. Aspal buton dapat digunakan sebagai lapis permukaan jalan, fondasi atas
jalan (Asphalt Treated Base ) dan fondasi bawah jalan ( asphalt treated sub base )
yang dapat dilakukan dengan cara campuran panas ( hot mix ) atau campuran dingin
( cold mix ) (Widhiyatna, Hutamadi and Sutrisno, 1970).
1. Campuran dingin ( cold mix )
Lapisan asbuton campuran dingin telah digunakan di seluruh Indonesia sebagai
lapis asbuton aggregat dan lapis tipis asbuton pasir.

11
2. Campuran panas ( hot mix )
Buton Granular Asphalt (BGA) yaitu produk aspal alam yang siap pakai
dengan mutu yang terjaga serta telah diproses sedemikian rupa sehingga
bitumennya keluar ke permukaan butiran. BGA tersedia dalam kemasan karung
plastik 40 kg.
BGA mempunyai kelebihan, yaitu ketahanan yang lebih baik terhadap
deformasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan BGA di dalam campuran
beraspal akan memperbaiki mutu aspal minyak sehingga perkerasan akan
menjadi lebih tahan terhadap deformasi akibat beban lalu lintas.
BGA dapat digunakan untuk campuran panas (Hotmix) maupun campuran
dingin (coldmix). Perencanaan campuran BGA sama dengan perencanaan
campuran hotmix atau coldmix yang standar dan dikenal luas oleh material
engineer. Untuk campuran panas, bahan BGA dimasukkan ke dalam Mixer
Asphalt Mixing Plant (AMP) melalui elevator filler. Metode pelaksanaan sama
dengan hotmix dan menghasilkan mutu campuran yang lebih baik. Untuk
campuran dingin BGA dicampur deengan agregat bersama cutback’ (MC 800)
atau aspal emulsi dengan menggunakan pan mixer (Widhiyatna, Hutamadi and
Sutrisno, 1970)

2.5 Penambangan Aspal Alam


Metode penambangan dilakukan sejak tahun 1926 dilakukan secara terbuka
(open pit mining), saat ini penambangan di fokuskan pada lapangan Lawele dan
Kabungka yang penambangan dimuat dengan loader ke dump truck, selanjutnya
diangkat ke stock file/pelabuhan (Subarnas, S, dkk, 2001).

Sistem tambang terbuka adalah suatu sistem penambangan dimana seluruh


aktivitas kerjanya berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.
Berdasarkan material yang ditambang, menurut (Teti Hasriana, 2018) tambang
terbuka dapat dibagi menjadi:

1. Open Mine
Open mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel, endapan bijih
besi, endapan bijih tembaga dan sebagainya.

12
2. Quarry
Quarry adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, seperti batu
marmer, batu granit, batuan desit, batu gamping dan lain- lain.
3. Strip Mine
Strip mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
endapan-endapan yang letaknya mendatar atau sedikit miring. Yang harus
diperhitungkan dalam penambangan cara ini adalah nisbah penguapan (stripping
ratio) dari endapan yang akan ditambang, yaitu perbandingan banyaknya volume
tanah penutup (m3) yang harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton endapan.
4. Alluvial Mine
Alluvial mine adalah tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, emas dan lain
lain.
Penambangan aspal alam di Lawele menggunakan sistem tambang terbuka
quarry. Sebelum proses penambangan aspal alam dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lahan atau land clearing menggunakan bulldozer yang bertujuan untuk
mengupas lapisan tanah penutup yang ada di atas lapisan aspal alam.
Setelah tanah penutup dikupas kemudian dilakukan proses pembongkaran.
Aspal alam merupakan material yang lunak sehingga tidak memerlukan peledakan
dalam pembongkarannya. Proses pembongkaran aspal alam menggunakan backhoe.
Kemudian material aspal alam yang telah dibongkar dimuat kedalam
dumptruck. Pemuatan aspal alam ke dalam truk menggunakan backhoe. Dumptruck
tersebut kemudian menumpahkan aspal alam ke stockyard yang letaknya berdekatan
dengan lereng yang ditambang. Material aspal alam di timbun di stockyard hingga
dilakukan pengiriman (Zanno, Setyowati and Koesnaryo, 2017).
Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap, dengan perhitungan bahwa
lahan yang dibuka tidak terlalu luas agar dapat mencegah erosi. Tanah pucuk yang
mempunyai kandungan unsur hara (humus) yang sangat dibutuhkan tanaman dikupas
terlebih dahulu dengan bulldozer sesuai dengan ketebalannya sehingga tidak
tercampur dengan material lain, kemudian ditimbun di lokasi tersendiri yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk penimbunan kembali lahan bekas tambang. Lapisan
tanah penutup relative tipis pada kisaran 1,7 m – 8,7 m.

13
Pengupasan tanah penutup dilakukan menggunakan bulldozer yang
selanjutnya ditimbun di tempat penimbunan yang telah disiapkan atau langsung
ditimbun di daerah bekas tambang (back filling). Reklamasi pada bekas tambang
dilakukan dengan menimbun kembali dan penanaman kembali pada bekas timbunan
dengan tanaman keras yang mudah tumbuh dan tahan terhadap kekeringan.
Untuk mengatasi longsor yang terjadi pada daerah yang dikupas maupun
bekas timbunan, dibuat jenjang sesuai dengan kondisi batuannya. Ketebalan lapisan
aspal yang sudah ditambang antara 1,0 m – 10 m, menurut hasil pemboran ketebalan
lapisan aspal di semua lapangan bervariasi 2,5 m sampai dengan 11 m. Stripping
ratio pada kisaran 0.39 : 1. Rata-rata Stripping Ratio penambangan yaitu 0,48 : 1.
Hal menunjukkan bahwa penambangan aspal relative mudah.

2.6 Proses Pengolahan Aspal


2.6.1 Ekstraksi Aspal Buton
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila
padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada
padatan yang larut karena efektivitasnya.
Metode penyiapan padatan pada proses leaching sangat bergantung pada
komposisi zat terlarut yang ada, distribusi dalam padatan, sifat padatan, dan
ukuran partikel padatan tersebut. Jika solute dikelilingi oleh zat tidak terlarut,
pelarut harus berdifusi ke dalam padatan untuk melakukan kontak dan melarutkan
solute kemudian berdifusi keluar. Pada kasus ini, penghancuran dan penggilingan
padatan dilakukan untuk meningkatkan laju leaching karena pelarut lebih mudah
berdifusi. Jika solute dalam padatan sangat merata pada seluruh padatan, proses
ekstraksi akan membentuk suatu saluran-saluran transportasi yang menjadi jalan
masuk dari pelarut. Oleh karena itu, batuan aspal Buton dapat diperlakukan sama
dimana batuan aspal dapat dihancurkan sesuai ukuran tertentu sebelum proses
ekstraksi dilakukan.
Zat terlarut (solute) yang terperangkap dalam padatan tentu harus
diupayakan untuk terjadi mobilisasi dari rongga padatan menuju permukaan

14
padatan. Hal ini tentu sama dengan upaya mengeluarkan aspal yang terperangkap
pada batuan aspal Buton. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mobilisasi aspal
adalah proses pemanasan batuan aspal Buton hingga suhu 120°C (Hardjosukanto,
2004). Mobilisasi aspal itu terjadi akibat berkurangnya viskositas bitumen karena
kenaikan suhu. Aspal yang berviskositas rendah akan berpindah menuju
permukaan melalui rongga-rongga (pori-pori) batuan.
Ekstraksi aspal alam untuk mendapatkan aspal telah dilakukan melalui
berbagai macam pelarut organik, seperti heksana, kerosin, TCA, TCE
(trichloroethylene), senyawa propil bromida, dan limonene. Keseluruhan pelarut
tersebut memerlukan waktu ektraksi yang berbeda-beda dan menghasilkan aspal
dengan jumlah yang berbeda-beda. Aspal yang diperoleh dari proses ekstraksi
konvensional ini tidak mampu mencapai 100%. Selain itu, harga pelarut yang
mahal dan proses pemisahan antara aspal dan pelarut membutuhkan energi yang
sangat besar. Oleh karena itu, proses ekstraksi ini belum tepat jika dijadikan
dalam skala industri.

2.6.2 Proses Pengolahan Asbuton Dengan Pencampuran Secara Panas


Campuran beraspal panas dengan asbuton adalah campuran antara agregat
dengan bahan pengikat jenis bitumen asbuton murni atau asbuton modifikasi atau
aspal keras pen 60 yang campurannya menggunakan asbuton butir yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperature tertentu. Untuk
mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan bahan pengikat yang mencukupi
dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua–duanya dipanaskan pada
temperatur tertentu. Bitumen/Aspal yang digunakan untuk Campuran Beraspal Panas
dengan Asbuton harus salah satu dari jenis Aspal Buton Murni, Aspal dimodifikasi
dengan Asbuton atau Aspal keras Pen 60 apabila menggunakan Asbuton Butir.
Ketiga jenis bitumen tersebut harus memenuhi persyaratan seperti dalam Buku
Spesifikasi Khusus Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton Butir (Bina Marga,
2007) dan campuran yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan. Apabila Campuran
Beraspal Panas dengan Asbuton Butir, maka proporsi penggunaannya harus sudah
mempertimbangkan gradasi agregat campuran dan batas maksimum penggunaan dari
masing-masing tipe yaitu 2 % sampai 5 % untuk Asbuton Butir Tipe 5/20 penetrasi 5
sampai 10, 1 % sampai 3 % untuk Asbuton butir Tipe 5/20 penetrasi 1 sampai 4,

15
maksimum 7 % untuk asbuton Butir 15/20 dan maksimum 8,5 % untuk Asbuton
Butir Tipe 15/25. Proporsi penggunaan Asbuton Butir tersebut adalah terhadap berat
total campuran beraspal panas dengan Asbuton. (Setiawan and Rahman, 2012)

16
BAB III
TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Metode pengambilan data pada rencana penelitian ini dimulai dari tahap
pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, tahap penyusunan
laporan penelitian, tahap seminar dan evaluasi.

3.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini persiapan awal yang dilakukan berupa kelengkapan


administrasi dan studi pustaka yang dilakukan di Program Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.

3.1.1 Tahapan Administrasi


Pada tahap ini meliputi pengurusan surat rekomendasi dari Program Studi dan
fakultas hingga kepada pihak perusahaan.
3.2.1 Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kegiatan, dimana untuk
memperlancar penyelesaian di dalam penulisan laporan penelitian ini, diantarnya
dengan mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan
proposal penelitian dan mengutip hal-hal penting yang diperlukan dalam penulisan.
3.3.1 Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal dilakukan setelah melakukan penelitian dan
mempelajari literatur yang kemudian dituangkan dalam bentuk proposal yang sesuai
dengan metode penulisan yang berlaku di Program Studi Teknik Pertambangan,
Universitas Muslim Indonesia.

3.2 Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data merupakan tahap pelaksanaan penelitian, dimana


segala data yang dibutuhkan yang menunjang kegiatan penyusunan laporan nantinya.
Pengambilan data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung di PT Karya Megah
Buton.

17
3.2.1 Jenis Data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dan
bersumber langsung dari objek penelitian di lapangan, yaitu data yang
berkaitan dengan pengolahan dan penambangan pada PT. Karya Megah Buton.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang di dapat dari bahan bacaan seperti buku
referensi, jurnal, serta dokumentasi perusahaan dan informasi lain yang
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder juga diantaranya SOP
perusahaan, data komposisi kimia dan lain-lain.
3.2.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian ini diperoleh
langsung dari perusahaan.
3.2.3 Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan data yaitu dengan pengambilan data dengan cara
melihat langsung di lapangan. Pengamatan ini dilakukan dengan mencatat,
mengambil foto dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian serta melakukan
wawancara terhadap pimpinan atau yang bertanggung jawab terhadap perusahaan
PT. Karya Megah Buton.

3.3 Tahap Pengolahan Data dan Analisis data

3.3.1 Teknik Pengolahan Data


Data-data yang telah diambil kemudian dilakukan proses pengolahan data
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian pengolahan data

3.3.2 Metode Analisis Data

Analiis data hasil pengolahan dan penambangan serta peralatan yang


digunakan kemudian di analisis datanya.

18
3.4 Tahap Penyajian Data

3.4.1 Tahap Penulisan Skripsi


Seluruh hasil penelitian baik dalam bentuk hasil pengambilan data maupun
pengolahan data serta hasil interpretasi data yang dilakukan, setelah dievaluasi
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah berupa laporan Skripsi yang
disusun sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku pada program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

3.4.1 Seminar
Tahap seminar dilakukan dengan tiga tahapan yaitu seminar proposal, seminar
hasil dan seminar sidang sarjana. Kegiatan ini dalam bentuk presentasi di hadapan
dosen pembimbing dan dosen penguji Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

19
Tahapan Metodologi Penelitian

Tahap Pendahuluan
1. Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Penyusunan Program Penelitian

Tahap Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Data Pengolahan. 1. SOP Perusahaan.
2. Data Penambangan. 2. Data Komposisi Kimia.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan Penyusunan Laporan


Laporan disusun dengan mengikut standar
susunan laporan pada Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Muslim
Indonesia

Seminar
Analisis Proses Penambangan Dan Pengolahan Aspal Di
PT Karya Megah Buton Kecamatan Lasalimu Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara

Gambar 3. 1 Bagan alir dan metodologi penelitian

20
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU

4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Pada saat melakukan kegiatan penelitian terdapat kebutuhan yang akan


diperlukan selama kegiatan mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan, adapun
rencana anggaran yang akan dikeluarkan sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Rencana anggaran biaya

No Keterangan Biaya
1 Keperluan persiapan Rp. 300.000.00
2 Transportasi laut Rp. 200.000.00
3 Sewa kost Rp. 500.000.00
4 Konsumsi Rp. 200.000.00
5 Biaya tak terduga Rp. 300.000.00
Total Biaya Rp. 1.500.000

4.2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Rencana dilaksanakan mulai dari tahap persiapan di pekan pertama bulan Juli
2022 sampai dengan seminar tugas akhir di akhir bulan September.
Tabel 4. 2 Rencana jadwal kegiatan penelitian

Juli Agustus September


No. Kegiatan 2022 2022 2022
I II III IV I II III IV I II III IV

1. Persiapan
2. Studi literatur

3. Konsultasi ke dosen
pembimbing
4. Seminar proposal
5. Pengambilan data
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
7. Konsultasi ke dosen
pembimbing
8. Seminar tugas akhir

21
DAFTAR PUSTAKA

(Zanno, Setyowati and Koesnaryo, 2017)binamarga (2010) ‘Diklat Penggunaan


Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan’, pp. 1–84.

Hadiwisastra, S. (2009) ‘Kondisi Aspal Alam dalam Cekungan Buton’, Jurnal RISET
Geologi dan Pertambangan, 19(1), p. 49. doi:
10.14203/risetgeotam2009.v19.22.

Nuryanto, A. and Sutrisno (2009) ‘Aspal Buton (Asbuton) Sebagai Bahan Bakar
Roket Padat’, Jurnal Teknologi Dirgantara, 7(1), pp. 36–45. Available at:
http://kliping.lapan.go.id/index.php/jurnal_tekgan/article/view/179.

Pemerintah Republik Indonesia (2020) ‘Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020


tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pengusahaan Tambang Mineral Batubara’, Pemerintah Republik Indonesia,
(036360), p. article 112. Available at:
https://jdih.esdm.go.id/storage/document/UU No. 3 Thn 2020.pdf.

Rachmat, A. A. et al. (2010) ‘Studi Pengolahan Aspal Dari Agregat Aspal Buton’,
Peran Sains Terapan Dalam Meningkatkan Kapasitas Inovasi Nasional
Menuju Kemandirian Bangsa, (09), pp. 1–4.

Setiawan, A. and Rahman, R. (2012) ‘Studi Penggunaan Asbuton Butir Pada


Campuran Beton Aspal Binder Course (AC-BC)’, Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Transportasi, 1(2), pp. 99–118. Available at:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JRMT/article/view/742.

Teti Hasriana (2018) ‘Menguji Kadar Aspal Buton (Asbuton) Dengan Ekstraksi
Menggunakan Metode Sokhlet Di PT. Wika Bitumen Sulawesi Tenggara’,
7(2), pp. 44–68.

Widhiyatna, D., Hutamadi, R. and Sutrisno, S. (1970) ‘Tinjauan Konservasi Sumber


Daya Aspal Buton’, Buletin Sumber Daya Geologi, 2(3), pp. 44–51. doi:
10.47599/bsdg.v2i3.218.

Zanno, M., Setyowati, I. and Koesnaryo, K. (2017) ‘Kajian Teknis Pengolahan Aspal
Alam Pada Line A di PT. Buton Aspal Nasional Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara’. Available at: http://eprints.upnyk.ac.id/11968/.

(Nuryanto and Sutrisno, 2009)(binamarga, 2010)(Rachmat et al., 2010)(Pemerintah


Republik Indonesia, 2020)(Widhiyatna, Hutamadi and Sutrisno, 1970)
(Hadiwisastra, 2009)

Hasriana,Teti. Menguji Kadar Aspal Buton (Asbuton) dengan Ekstraksi


Menggunakan Metode Sokhlet di PT. Wika Bitum Sulawesi Tenggara. Diss.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018.

22
23

Anda mungkin juga menyukai