Proposal Penelitian Fix Fatma S Liani
Proposal Penelitian Fix Fatma S Liani
PROPOSAL PENELITIAN
FATMA S LIANI
09320180114
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN
FATMA S LIANI
09320180114
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah........................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
1.6 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
2.1 Profil Perusahaan ...................................................................................... 5
2.2 Pengertian Aspal ...................................................................................... 6
2.3 Aspal Buton .............................................................................................. 8
2.4 Kegunaan Aspal ........................................................................................ 9
2.5 Penambangan Aspal ................................................................................. 10
2.6 Proses Pengolahan Aspal ........................................................................ 11
BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN........................... 19
3.1 Tahap Pendahuluan................................................................................... 19
3.2 Tahap Pengambilan Data........................................................................... 19
3.3 Tahap Pengolahan Data............................................................................. 20
3.4 Teknik Pengolahan Data............................................................................ 20
3.5 Tahap Penyajian Data................................................................................ 21
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU............................ 23
4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian......................................................... 23
4.2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian......................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penelitian ini yaitu melakukan segala kegiatan proses
penambangan dan pengolaham aspal di PT. Karya Megah Buton
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Proses penambangan di PT. Karya Megah Buton
2. Mengetahui dan memperbaiki alat-alat yang digunakan dalam penambangan
aspal di PT. Karya Megah Buton
3. Mengetahui proses pengolahan aspal di PT. Karya Megah Buton
Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi oleh pengolahan aspal dan
penambangan aspal di lokasi pertambangan di PT. Karya Megah Buton.
Pada minggu keempat bulan juli akan langsung pergi ke lokasi untuk
mengambil data sesuai dengan yang dibutuhkan kurang lebih 1 bulan. Lokasi
kegiatan penambangan PT Karya Megah Buton pada wilayah IUP (Izin Usaha
Pertambangan) yang terletak di Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten
2
Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis berada di 1220 58’ 25,68” BT
- 1230 01’ 40,44” BT dan 050 10’ 00,12” LS - 050 13’ 14,00” LS.
3
Gambar 1. 1 Peta lokasi penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT. Karya Megah Buton merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan dan pengolahan aspal Buton. Perusahaan ini berdiri pada
tanggal 5 Juni 2008. Dasar hukum dari berdirinya perusahaan ini termuat dalam
Akte Pendiriannya sebagai Perseroan Terbatas yang disahkan oleh Notaris Buntario
Tigri, SH., tertanggal 05 Juni 2008 nomor 33 dan SK Kehakiman no.AHU-
38900.A.H.01.02 Tahun 2008 tertanggal 07 Juli 2008. Wilayah kegiatan PT. Karya
Megah Buton berada di sebelah utara Pasarwajo yang merupakan Ibu kota
Kabupaten Buton dengan jarak lebih kurang 90 km ke arah utara. Secara
administratif, lokasi kuasa pertambangan eksploitasi PT. Karya Megah Buton berada
di daerah Lawele Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Secara geografis berada di 1220 58’ 25,68” BT - 1230 01’
40,44” BT dan 050 10’ 00,12” LS - 050 13’ 14,00” LS.
Gambar 2.1 Peta Lokasi IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT. Karya Megah Buton
Direktur Utama dari PT. Karya Megah Buton saat ini adalah Robin Setyono,
dengan site manager Daniel Joseph, serta Kepala Teknik Tambang yaitu Herman AS,
5
S.T. PT. Karya Megah Buton memiliki tiga lokasi yang terdiri dari dua lokasi
penambangan dan satu lokasi pengolahan aspal (plant). Lokasi penambangan
pertama (ST. 1) berada di Desa Lawele, lokasi penambangan kedua (ST. 2) berada di
Desa Nambo, dan lokasi plant berada di Desa Suandala. Ketiga lokasi tersebut masih
berada di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Aspal adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat hingga hitam
yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Terdapat dua jenis
aspal yaitu aspal alam dan aspal berupa residu yang diperoleh dari hasil penyulingan
minyak bumi mentah (Hadiwisastra, 2009).
Penggunaan aspal alam di Buton tersebut pada beberapa waktu lalu terutama
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan jalan, sedangkan sekarang dengan
penggunaan teknologi terbaru aspal alam tidak hanya digunakan untuk kontruksi
jalan tetapi telah dicoba di ekstraksi dengan teknologi pemisahan tertentu yang
menghasilkan energi bahan bakar (Hadiwisastra, 2009).
2.2.1 Jenis Jenis Aspal
Aspal minyak (disebut juga aspal semen, aspal keras, bitumen, atau aspal
baku) adalah kumpulan bahan-bahan tersisa dari proses destilasi minyak bumi, sisa
produk kilang minyak, Selain aspal minyak ada juga aspal alam, contohnya
“Trinidad Lake Asphalt”, dan juga di pulau Buton ada aspal alam Kabungka dan
aspal alam Lawele, demikian juga dibeberapa tempat di Indonesia maupun di
Kanada. Kita juga mengenal aspal olahan seperti Aspal Semen, Aspal Emulsi, Aspal
Cair, Aspal Modifikasi dan sebagainya (binamarga, 2010).
1. Aspal minyak
Aspal minyak (aspal semen/aspal keras, bitumen, aspal baku) adalah kumpulan
bahan-bahan dari proses destilasi minyak bumi (atmospheric, vacuum,
debottlenecking dan sebagainya ) di pabrik kilang minyak, bahan sisa yang dianggap
6
sudah tidak bisa lagi di proses secara ekonomis ( dengan kemajuan teknologi dan
kondisi mesin yang ada ) untuk dapat menghasilkan produk-produk yang dapat dijual
seperti misalnya sejenis bahan bakar dan lainnya. Bahan tersebut kita kenal dalam
tiga kelas Penetrasi yaitu Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100. Semakin rendah
angka penetrasi maka akan semakin keras wujud aspal, semakin tinggi angka
penetrasi, maka aspal akan mudah menjadi encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam
sulit untuk mencapai kestabilan campuran aspal terutama pada iklim panas seperti di
Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.
Pengerjaan aspal umumnya memerlukan pemanasan pada suhu sekitar 110-
170°C, supaya aspal menjadi encer sehingga mudah untuk di pompa/dipindahkan,
dicampur dengan agregat ataupun dipadatkan. Banyak minyak aromatik yang keluar
jika pemanasan dilakukan berkali-kali dalam waktu lama, sehingga menyebabkan
aspal mengeras (angka penetrasi turun).
2. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk emulsi,
sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Aspal emulsi dibuat dengan
tujuan untuk mencapai viskositas rendah, tanpa harus dipanaskan, sehingga
memudahkan penggunaannya. Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal
sebagai berikut :
a. Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang belum
punya AMP (asphalt mixing plant) tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan
aspal beton), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya wilayah
pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar. Untuk membuat beton
aspal sebisa mungkin menggunakan aspal dengan penetrsi tinggi (aspal lunak)
karena proses pencampuran dan pengangkutan memerlukan waktu lama, yang
menyebabkan menguapnya minyak-minyak alami dan mengakibatkan aspal
kering dan kehilangan daya lengketnya.
b. Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan “tambal siap
pakai”.
3. Aspal Modifikasi atau Polymer Modified Asphalt (PMA)
Aspal modifikasi adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah (additive)
agar meningkat kinerjanya, yaitu aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet). Di
7
Indonesia, kesadaran untuk menggunakan aspal modifikasi karena diperlukan hal-hal
sebagai berikut :
a. aspal yang lebih tahan panas (menaikkan titik lembek), digunakan aditif
berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahan asphalten seperti
asbuton, gilsonite, Trinidad asphalt, atau aditif khusus dengan sifat beragam
(jenis jenis polimer tertentu). Aspal polimer biasanya merupakan produk hilir
dari pabrik kilang minyak.
b. aspal yang lebih lengket (menaikkan adhesi) agar agregat tidak mudah terburai,
digunakan aditif yang bersifat lengket dan lentur yaitu aditif yang berbasis karet.
c. aspal yang lebih tahan ultra violet agar tidak mudah menua (ageing).
4. Aspal Buton (asbuton)
Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan
yang mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920, dengan
cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasi tambang di Buton,
yaitu di Kabungka dan Lawele. Perbedaan aspal Kabungka dan aspal Lawele adalah
sebagai berikut :
a. Aspal Buton Kabungka, batuan induknya adalah batu kapur, dan aspalnya
meresap kedalam pori-pori batuan sebesar 12-20%, karena itu penambangannya
menggunakan bahan peledak. Batuan dipecah menjadi kecil-kecil dengan mesin
pemecah batu (stone crusher). Aspal alam Kabungka yang dalam bentuk
curah dikirim dengan tongkang dan dump truck ke proyek yang akan
memanfaatkannya. Selanjutnya proses pengaktifan aspal adalah dengan
mencampur aspal curah tersebut dengan modifier (minyak pelarut khusus)
dengan tujuan menjemput aspal alam Kabungka dari cangkangnya melalui
pemeraman selama 2–5 hari. Hasil dari pemeraman tersebut adalah maka
terjadilah mastik yang siap dicampur dengan agregat.
b. menjadi campuran aspal yang siap gelar.
c. Aspal Buton Lawele, batuan induknya adalah batuan Silika, dimana aspalnya
tidak meresap tetapi menempel di batuan sebanyak 20 - 35%, sehingga lebih
mudah diaktifkan (tidak perlu pemeraman seperti pada proses pengaktifan aspal
di aspal Kabungka). Kesulitan penanganan aspal Buton Lawele justru terletak
pada kelengketannya yang terlalu tinggi (bergumpal-gumpal) sehingga susah
untuk ditakar menurut jumlah yang dibutuhkan.
8
2.2.2 Genesa Aspal Alam
Aspal alam merupakan aspal yang terbentuk secara alami oleh proses geologi
yang terdapat di bumi yaitu terbentuk secara perlahan-lahan dari cebakan minyak
bumi yang mengandung aspal dan aspal tersebut akan terendapkan karna memiliki
densitas yang lebih berat. Aspal alam terbentuk akibat adanya pengaruh aktifitas
tektonik terhadap minyak bumi yang semula terkandung di dalam batuan induk
kemudian bermigrasi dan mengisi pori-pori batuan sekitarnya, seperti batugamping
dan batupasir. Proses migrasi yang berjalan lambat mengakibatkan fraksi bersatu
dengan batuan sehingga membentuk aspal alam dan muncul ke permukaan bumi.
Batuan induk pada aspal alam di Pulau Buton Desa Lawele ini yaitu batugamping.
Aspal alam mempunyai rumus kimia C28H58 (Zanno, Setyowati and Koesnaryo,
2017).
9
b. Ukuran boulder terbesar dari penambangan 650 mm
c. Kadar air 20-30%
d. Kekerasan 1,6 skala mohs
e. Kuat tekan 150 – 360 kg/cm2
f. Bobot isi rata-rata 2,047 gr/cm3
Sedangkan permintaan pasar untuk aspal alam adalah sebagai berikut:
a. Kadar aspal 25% (SNI 03-3640-1994)
b. Ukuran produk -20 mm (SNI 03-1969-1991)
c. Kadar air maksimal 5% (SNI 06-2490-1991)
Aspal alam pada Desa Lawele Pulau Buton ini memiliki sifat yang
lunak dan lengket sehingga harus sering dilakukan pembersihan pada alat
pengolahannya. (Zanno, Setyowati and Koesnaryo, 2017)
10
Gambar 2.2. Aspal yang berasosiasi dengan lapisan batugamping kalkarenit
11
2. Campuran panas ( hot mix )
Buton Granular Asphalt (BGA) yaitu produk aspal alam yang siap pakai
dengan mutu yang terjaga serta telah diproses sedemikian rupa sehingga
bitumennya keluar ke permukaan butiran. BGA tersedia dalam kemasan karung
plastik 40 kg.
BGA mempunyai kelebihan, yaitu ketahanan yang lebih baik terhadap
deformasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan BGA di dalam campuran
beraspal akan memperbaiki mutu aspal minyak sehingga perkerasan akan
menjadi lebih tahan terhadap deformasi akibat beban lalu lintas.
BGA dapat digunakan untuk campuran panas (Hotmix) maupun campuran
dingin (coldmix). Perencanaan campuran BGA sama dengan perencanaan
campuran hotmix atau coldmix yang standar dan dikenal luas oleh material
engineer. Untuk campuran panas, bahan BGA dimasukkan ke dalam Mixer
Asphalt Mixing Plant (AMP) melalui elevator filler. Metode pelaksanaan sama
dengan hotmix dan menghasilkan mutu campuran yang lebih baik. Untuk
campuran dingin BGA dicampur deengan agregat bersama cutback’ (MC 800)
atau aspal emulsi dengan menggunakan pan mixer (Widhiyatna, Hutamadi and
Sutrisno, 1970)
1. Open Mine
Open mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel, endapan bijih
besi, endapan bijih tembaga dan sebagainya.
12
2. Quarry
Quarry adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, seperti batu
marmer, batu granit, batuan desit, batu gamping dan lain- lain.
3. Strip Mine
Strip mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
endapan-endapan yang letaknya mendatar atau sedikit miring. Yang harus
diperhitungkan dalam penambangan cara ini adalah nisbah penguapan (stripping
ratio) dari endapan yang akan ditambang, yaitu perbandingan banyaknya volume
tanah penutup (m3) yang harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton endapan.
4. Alluvial Mine
Alluvial mine adalah tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, emas dan lain
lain.
Penambangan aspal alam di Lawele menggunakan sistem tambang terbuka
quarry. Sebelum proses penambangan aspal alam dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lahan atau land clearing menggunakan bulldozer yang bertujuan untuk
mengupas lapisan tanah penutup yang ada di atas lapisan aspal alam.
Setelah tanah penutup dikupas kemudian dilakukan proses pembongkaran.
Aspal alam merupakan material yang lunak sehingga tidak memerlukan peledakan
dalam pembongkarannya. Proses pembongkaran aspal alam menggunakan backhoe.
Kemudian material aspal alam yang telah dibongkar dimuat kedalam
dumptruck. Pemuatan aspal alam ke dalam truk menggunakan backhoe. Dumptruck
tersebut kemudian menumpahkan aspal alam ke stockyard yang letaknya berdekatan
dengan lereng yang ditambang. Material aspal alam di timbun di stockyard hingga
dilakukan pengiriman (Zanno, Setyowati and Koesnaryo, 2017).
Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap, dengan perhitungan bahwa
lahan yang dibuka tidak terlalu luas agar dapat mencegah erosi. Tanah pucuk yang
mempunyai kandungan unsur hara (humus) yang sangat dibutuhkan tanaman dikupas
terlebih dahulu dengan bulldozer sesuai dengan ketebalannya sehingga tidak
tercampur dengan material lain, kemudian ditimbun di lokasi tersendiri yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk penimbunan kembali lahan bekas tambang. Lapisan
tanah penutup relative tipis pada kisaran 1,7 m – 8,7 m.
13
Pengupasan tanah penutup dilakukan menggunakan bulldozer yang
selanjutnya ditimbun di tempat penimbunan yang telah disiapkan atau langsung
ditimbun di daerah bekas tambang (back filling). Reklamasi pada bekas tambang
dilakukan dengan menimbun kembali dan penanaman kembali pada bekas timbunan
dengan tanaman keras yang mudah tumbuh dan tahan terhadap kekeringan.
Untuk mengatasi longsor yang terjadi pada daerah yang dikupas maupun
bekas timbunan, dibuat jenjang sesuai dengan kondisi batuannya. Ketebalan lapisan
aspal yang sudah ditambang antara 1,0 m – 10 m, menurut hasil pemboran ketebalan
lapisan aspal di semua lapangan bervariasi 2,5 m sampai dengan 11 m. Stripping
ratio pada kisaran 0.39 : 1. Rata-rata Stripping Ratio penambangan yaitu 0,48 : 1.
Hal menunjukkan bahwa penambangan aspal relative mudah.
14
padatan. Hal ini tentu sama dengan upaya mengeluarkan aspal yang terperangkap
pada batuan aspal Buton. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mobilisasi aspal
adalah proses pemanasan batuan aspal Buton hingga suhu 120°C (Hardjosukanto,
2004). Mobilisasi aspal itu terjadi akibat berkurangnya viskositas bitumen karena
kenaikan suhu. Aspal yang berviskositas rendah akan berpindah menuju
permukaan melalui rongga-rongga (pori-pori) batuan.
Ekstraksi aspal alam untuk mendapatkan aspal telah dilakukan melalui
berbagai macam pelarut organik, seperti heksana, kerosin, TCA, TCE
(trichloroethylene), senyawa propil bromida, dan limonene. Keseluruhan pelarut
tersebut memerlukan waktu ektraksi yang berbeda-beda dan menghasilkan aspal
dengan jumlah yang berbeda-beda. Aspal yang diperoleh dari proses ekstraksi
konvensional ini tidak mampu mencapai 100%. Selain itu, harga pelarut yang
mahal dan proses pemisahan antara aspal dan pelarut membutuhkan energi yang
sangat besar. Oleh karena itu, proses ekstraksi ini belum tepat jika dijadikan
dalam skala industri.
15
maksimum 7 % untuk asbuton Butir 15/20 dan maksimum 8,5 % untuk Asbuton
Butir Tipe 15/25. Proporsi penggunaan Asbuton Butir tersebut adalah terhadap berat
total campuran beraspal panas dengan Asbuton. (Setiawan and Rahman, 2012)
16
BAB III
TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengambilan data pada rencana penelitian ini dimulai dari tahap
pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, tahap penyusunan
laporan penelitian, tahap seminar dan evaluasi.
17
3.2.1 Jenis Data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dan
bersumber langsung dari objek penelitian di lapangan, yaitu data yang
berkaitan dengan pengolahan dan penambangan pada PT. Karya Megah Buton.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang di dapat dari bahan bacaan seperti buku
referensi, jurnal, serta dokumentasi perusahaan dan informasi lain yang
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder juga diantaranya SOP
perusahaan, data komposisi kimia dan lain-lain.
3.2.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian ini diperoleh
langsung dari perusahaan.
3.2.3 Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan data yaitu dengan pengambilan data dengan cara
melihat langsung di lapangan. Pengamatan ini dilakukan dengan mencatat,
mengambil foto dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian serta melakukan
wawancara terhadap pimpinan atau yang bertanggung jawab terhadap perusahaan
PT. Karya Megah Buton.
18
3.4 Tahap Penyajian Data
3.4.1 Seminar
Tahap seminar dilakukan dengan tiga tahapan yaitu seminar proposal, seminar
hasil dan seminar sidang sarjana. Kegiatan ini dalam bentuk presentasi di hadapan
dosen pembimbing dan dosen penguji Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
19
Tahapan Metodologi Penelitian
Tahap Pendahuluan
1. Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Penyusunan Program Penelitian
Seminar
Analisis Proses Penambangan Dan Pengolahan Aspal Di
PT Karya Megah Buton Kecamatan Lasalimu Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara
20
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU
No Keterangan Biaya
1 Keperluan persiapan Rp. 300.000.00
2 Transportasi laut Rp. 200.000.00
3 Sewa kost Rp. 500.000.00
4 Konsumsi Rp. 200.000.00
5 Biaya tak terduga Rp. 300.000.00
Total Biaya Rp. 1.500.000
Rencana dilaksanakan mulai dari tahap persiapan di pekan pertama bulan Juli
2022 sampai dengan seminar tugas akhir di akhir bulan September.
Tabel 4. 2 Rencana jadwal kegiatan penelitian
1. Persiapan
2. Studi literatur
3. Konsultasi ke dosen
pembimbing
4. Seminar proposal
5. Pengambilan data
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
7. Konsultasi ke dosen
pembimbing
8. Seminar tugas akhir
21
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwisastra, S. (2009) ‘Kondisi Aspal Alam dalam Cekungan Buton’, Jurnal RISET
Geologi dan Pertambangan, 19(1), p. 49. doi:
10.14203/risetgeotam2009.v19.22.
Nuryanto, A. and Sutrisno (2009) ‘Aspal Buton (Asbuton) Sebagai Bahan Bakar
Roket Padat’, Jurnal Teknologi Dirgantara, 7(1), pp. 36–45. Available at:
http://kliping.lapan.go.id/index.php/jurnal_tekgan/article/view/179.
Rachmat, A. A. et al. (2010) ‘Studi Pengolahan Aspal Dari Agregat Aspal Buton’,
Peran Sains Terapan Dalam Meningkatkan Kapasitas Inovasi Nasional
Menuju Kemandirian Bangsa, (09), pp. 1–4.
Teti Hasriana (2018) ‘Menguji Kadar Aspal Buton (Asbuton) Dengan Ekstraksi
Menggunakan Metode Sokhlet Di PT. Wika Bitumen Sulawesi Tenggara’,
7(2), pp. 44–68.
Zanno, M., Setyowati, I. and Koesnaryo, K. (2017) ‘Kajian Teknis Pengolahan Aspal
Alam Pada Line A di PT. Buton Aspal Nasional Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara’. Available at: http://eprints.upnyk.ac.id/11968/.
22
23