Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi
ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
“terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi secara umum, kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam
keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak
kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak
dapat gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf,
meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas
tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fluison). Karena
alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan
padatan. Topik ini kontroversial, silahkan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.
Meskipun istilah “kristal” memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu
material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari “kristal” merujuk pada
benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di
mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk
kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk
menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju,
intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh.
Kristalografi adalah cabang dari ilmu mineralogi yang mempelajari sifat
geometris dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar, struktur dalam dan hubungannya dengan sifat fisik dari suatu mineral. Kristal
adalah suatu bangun polieder atau bidang banyak yang teratur dan dibatasi oleh
bidang-bidang datar dengan jumlah tertentu. Selama proses kristalisasi terbentuk
kristal karena adanya gaya tarik menarik antar satu atom dengan yang lainnya.
(https://www.slideshare.net/dholyncooy/materi-singkat-kristalografi-dan-mineralogi)
FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal.

1.2.1 Tujuan
a. Mengetahui proses penggambaran teknis sumbu kristal
b. Memahami dan mengenal sifat geometris dari kristal terutama
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
dan hubungannya dengan sifat fisik dari suatu mineral.
c. Menggambarkan sumbu sistem kristal beserta bidangnya
d. Mendiskripsikan kandungan unsur simetri dari tiap bentuk kristal dan
mengklasifikasikannya berdasarkan hukum-hukum geometri
e. Menentukan dan menjelaskan simbol-simbol yang ada pada kristal
f. Membuat proyeksi dari masing-masing kelas kristal
g. Mengenal Mineral berdasarkan bentuk kristal idealnya
1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis (ATM)
2. Busur Derajat (360o).
3. Jangka.
4. Penggaris /Mistar (Minimal 30 cm).
5. Pensil Warna
1.3.2 Bahan
1. Problem Set (Minimal 10 Lembar)
2. Kertas Grafik (Minimal 10 Lembar)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kristal dan Mineral

Kristal atau hablur adalah suatau padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya berupa kristal tunggal, yang semua atom-
atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama tetapi,
secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kristal).
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
1. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari
bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari
kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam
satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-
bidang kristal sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang
memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan berbentuk seacara alami. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan kompisisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral
termasuk dalam kompisisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya
FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


tidak termasuk) Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Mineral).
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G.Berry dan B.Mason (1959)
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. G.A Whitten dan J.R.V. Brooks (1972)
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson (1977), Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
4. UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat-sifat
kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineraldan logos.
Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti
mineralogi adalah Ilmu tentang Mineral.

2.2 Proses Pembentukan Kristal

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


1. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada
skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau
lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk
kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang
berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah
hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan.
Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung
api dan membeku karena perubahan temperature.
3. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur
kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya
mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan
dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur
kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali
tekanan dan temperatur.

2.3 Sistem Kristal

Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem
kristal tersebut adalah Isometrik, Tetragonal, Ortorombik, Heksagonal, Trigonal,
Monoklin, dan Triklin.
2.3.1 Sistem Kristal Kubus (isometrik)
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta
memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana, pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat
satu atom pada semua sudut (pojok) kubus. Pada kubus BCC, masing-masing
terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus
FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


(yang ditunjukkan dengan atom warna biru). Pada kubus FCC, selain terdapat
masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal
dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
2.3.2 Sistem Kristal Tetragonal
Pada sistem kristal Tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama
(a = b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal Tetragonal
ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk Tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada Tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus
berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom
warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
2.3.3 Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal Ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : Ortorombik
sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna
merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat
muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal Ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan
memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
2.3.4 Sistem Kristal Monoklin
Sistem kristal Monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : Monoklin sederhana
dan berpusat muka pada dua sisi Monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna
hijau). Sistem kristal Monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠
b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
2.3.5 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
2.3.6 Sistem Kristal Rombohedralatau Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠
c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


2.3.7 Sistem Kristal Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya Heksagonal (heksa = enam),
maka sistem ini memiliki 6 sisi yang sama. Sistem kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
adalah a = b ≠ c. Semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan
terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

2.4 Klasifikasi Kristal Dan Unsur Simetri Kristal

2.4.1 Unsur-Unsur Simetri


Banyaknya unsur-unsur simetri yang terdapat pada kristal dapat untuk
menentukan suatu kristal itu termasuk dalam kelas mana. Unsur-unsur simetri suatu
kristal dapat dibedakan atas 3 (tiga) yaitu bidang simetri, sumbu simetri, dan titik
pusat simetri. (http://sinauedutekno.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kristal-dan-
unsur-simetri.html)
Bidang simetrimerupakan bidang pencerminan atau pengertiannya adalah
bidang yang menembus titik pusat kristal dan membagi dua bagian yang sama,
dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian yang lain. Bidang
simetri dapat dibedakan menjadi bidang simetri pokok (axial) menunjukkan bidang
yang melalui dua sumbu utama pada kristal, dan bidang simetri intermedier yaitu
bidang simetri yang hanya melalui sebuah sumbu utama kristal.
Sumbu simetriadalah sumbu kristal dimana bila kristal diputar 360º pada
sumbu tersebut, pada kedudukan-kedudukan tertentu memberikan bentuk yang sama
seperti sebelum diadakan pemutaran. Sumbu simetri dapat dibedakan atas :
1. Sumbu simetri biasa (gyre), apabila kita putar sebuah kristal melalui sumbu
simetri maka akan terdapat keadaan dimana terdapat gambaran yang sama seperti
sebelum diadakan pemutaran. Sumbu mempunyai nilai bila terdapat gambaran
sama pada pemutaran sebesar sudut tertentu (360º/n). Pada bidang-bidang kristal,
n hanya mempunyai nilai 2, 3, 4, dan 6. Sehingga pada kristal hanya dapat
dilakukan dalam pemutaran sebesar sudut 180º, 120º, 90º, dan 60º.Nama dan
simbol gyre :

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


a. Digyre, berarti sumbu simetri bernilai 2 karena jika kristal diputar dengan
sudut 180º memberikan gambaran seperti keadaan semula.
b. Trigyre, berarti sumbu simetri bernilai 3 karena jika kristal diputar dengan
sudut 120º memberikan gambaran seperti keadaan semula.
c. Tetragyre, berarti sumbu simetri bernilai 4 karena jika kristal diputar dengan
sudut 90º memberikan gambaran seperti keadaan semula.
d. Hexagyre, berarti sumbu simetri bernilai 6 karena jika kristal diputar dengan
sudut 60º memberikan gambaran seperti keadaan semula.
2. Sumbu simetri cermin putar, didapatkan dari suatu pemutaran yang
dikombinasikan dengan sebuah pencerminan melalui bidang cermin yang tegak
lurus terhadap sumbu tersebut. Secara teoritis dapat dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu :
a. Digyroida
b. Trigyroida
c. Tetragyroida
d. Hexagyroida
3. Sumbu simetri inversi putar merupakan kombinasi dari pemutaran melalui
sebuah sumbu dan inversi melalui sebuah titik pada sumbu tersebut yaitu titik
pusat inversi juga disebut titik pusat simetri. Untuk pemberian simbol dinyatakan
dengan memberikan garis di atas nilai sumbu.
Ada 5 macam kemungkinan inversi putar ini, yaitu :
a. 1 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 360º dan sebuah inversi, hasilnya C.
Jadi 1 = C.
b. 2 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 180º dan sebuah inversi, hasilnya
bidang simetri = BS = 2.
c. 3 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 120º dan sebuah inversi, hasilnya
hexagyroida = ∆ + C = 3 =
d. 4 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 90º dan diikuti inversi, hasilnya
tetragyroida = 4 =
e. 6 = diperolehdarikombinasipemutaransebesar 60º dan inversi, hasilnya = ∆
+ BS = 6.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


2.4.2 Klasifikasi Kristal Dan Unsur Simetrinya.
Ada beberapa ahli dalam menentukan kelas kristal, misalnya Schoenflies dan
Herman-Mauguin.
Menurut Schoenflies caranya sederhana yaitu masing-masing kelas diberi
singkatan notasi symbol yang mudah diingat dan dimengerti. Menurutnya ada 32
kelas terdiri dari kelas holo-axial yaitu kelas-kelas yang hanya mempunyai unsur-
unsur simetri berupa sumbu-sumbu simetri saja. Kelas ini terdiri dari kelas siklis
disingkat C, kelas didris atau D, kelas Tetraeder atau T dan kelas Oktaeder atau O.
Sedangkan kelas di luar holo-axial adalah kelas S yaitu kelas yang hanya mempunyai
sebuah unsur simetri saja berupa sumbu bernilai 4.
Menurut Herman-Mauguin dikenal sebagai symbol internasional. Simbolisasi
kelas kristal berupa kelompok angka yang menunjukkan ada tidaknya bidang simetri
tegak lurus sumbu tersebut. Menurutnya ada 4 kelompok simbol, yaitu :

a. Sistem Isometris, terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok pertama menunjukkan


nilai sumbu a, kelompok kedua menunjukkan nilai sumbu simetri yang tegak
lurus terhadap bidang (111), dan ketiga menunjukkan sumbu diagonal yang
bernilai dua atau adanya bidang diagonal.
Contohnya : 4 3 2 ; 43 2

m m
b. Sistem Tetragonal, Hexagonal dan Trigonal simbolisasi terdiri dari 3 kelompok
yaitu kelompok pertama menunjukkan nilai sumbu a, kelompok kedua
menunjukkan besarnya nilai sumbu a dan bidang simetri yang tegak lurus
terhadap bidang tersebut, kelompok ketiga menunjukkan sumbu intermedier
antara sumbu a dan b yang menembus sumbu c (bagi tetragonal), dan sumbu
yang terletak antara sumbu a dan d-, atau d- dan b bagi hexagonal dan trigonal.
Contohnya : 4 2 2 ; 6mm ; 62m
m m m
c. Sistem Ortorombis atau Rombis, terdiri dari 3 kelompok, kelompok pertama
menunjukkan nilai sumbu a, kelompok kedua menunjukkan nilai sumbu b dan
ketiga menunjukkan nilai sumbu c.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


Contohnya : 2 2 2
m m m
d. Sistem Monoklin dan Triklin. Untuk sistem Monoklin hanya terdiri dari satu
kelompok yang menunjukkan sifat sumbu b, dapat bernilai 2 atau tidak sama
sekali dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Untuk sistim Triklin adalah 1 yang artinya terdapat titik pusat atau 1 artinya tidak
ada unsur simetri.
Mengingat adanya perbedaan dalam jumlah dan macam unsur simetri pada
kristal-kristal, maka tujuh sistem kristal yang ada dibagi lagi dalam 32 kelas kristal,
yaitu :

1. Sistem Isometris/Regulerterdiri atas 5 kelas, yaitu :


a. Hexoktahedral (0h)
b. Pentagonal ikositetrahedral (0)
c. Hextetrahedral (Td)
d. Dyaxisdodekahedral (Th)
e. Tetrahedral pentagonal dodekahedral (T)
2. Sistem Tetragonal terdiri atas 7 kelas, yaitu :
a. Ditetragonal bipiramidal (D4h)
b. Tetragonal trapezohedral (D4)
c. Ditetragonal pyramidal (C4v)
d. Tetragonal skalenohedral (D2id)
e. Tetragonal bipiramidal (C4h)
f. Tetragonal bisfenoidal (S4)
g. Tetragonal pyramidal (C4)
3. Sistem Hexagonal terdiri atas 6 kelas, yaitu :
a. Dihexagonal bipiramidal (D6h)
b. Hexagonal trapezohedral (D6)
c. Dihexagonal pyramidal (C6v)
d. Ditrigonal bipiramidal (D3h)
e. Hexagonal bipiramidal (C6h)
f. Hexagonal pyramidal (C6)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4. Sistem Trigonal terdiri atas 6 kelas, yaitu :
a. Trigonal pyramidal (C3)
b. Trigonal rombohedral (C3i)
c. Trigonal bipiramidal (C3h)
d. Trigonal trapezohedral (D3)
e. Ditrigonal skalenohedral (D3d)
f. Ditrigonal pyramidal (C3v)
5. Sistem Rombis/Orthorombisterdiri atas 3 kelas, yaitu :
a. Rombis bipiramidal (D2h)
b. Rombis bisfenoidal (D2)
c. Rombis pyramidal (C2v)
6. Sistem Monoklin terdiri atas 3 kelas, yaitu :
a. Monoklin prismatis (C2h)
b. Monoklin domatis (C1h / Cs)
c. Monoklin sfenoidal (C2)
7. Sistem Triklin terdiri atas 2 kelas, yaitu :
a. Triklin pinakoidal (C1 / S2)
b. Triklin asimetris / pedial (C1)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


BAB III
PROSEDUR KERJA

Pertama-tama untuk membuat sistem kristal Isometrik, pertama menentukan


nilai setiap sumbu dengan perbandingan sumbu a=b=c dengan perbandingan (1 : 3 :
3) dengan perbesaran 3 kali. Kemudian menggambar garis sumbu c sesuai dengan
perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu,menggambar garis sumbu b+ sebesar
90° (tegak lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a sebesar 30° terhadap sumbu
b-.
Kedua, untuk membuat sistem kristal Tetragonal, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a = b≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan perbesaran 3 kali..
Kemudian tarik sumbu c sesuai dengan perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu
tarik sumbu b+ sebesar 90° (tegak lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+
sebesar 30° terhadap sumbu b-.
Ketiga, untuk membuat sistem kristal Trigonal, pertama tentukan nilai setiap
sumbu a=b= d ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 2 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20° terhadap
sumbu b- dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
Kempat, untuk membuat sistem kristalHexagonal, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a=b= d ≠ c dengan perbandingan (2 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 3
kali. Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu
tarik sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20°
terhadap sumbu b- dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
Kelima, untuk membuat sistem kristal Orthorombik, pertama tentukannilai
setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 4 : 6) dengan perbesaran 3 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 30° terhadap
sumbu b-.
Keenam, untuk membuat sistem kristal Monoklin, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (4 : 2 : 6) dengan perbesaran 3 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 45° terhadap
sumbu b-.
Dan yang terakhir ketujuh, untuk membuat sistem kristalTriklinl, pertama
tentukan nilai setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan
perbesaran 3 kali. Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan.
Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar 80° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a
sebesar 45° terhadap sumbu b-.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sistem Kristal Isomertrik

Gambar 4.1 Menggambar sumbu c+ dan sumbu c- (Mayang, 2019)

Gambar 4.2 Menggambar sumbu b+ dan sumu b- (Mayang, 2019)


FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI
09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.3 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

4.1.2 Sistem Kristal Tetragonal

Gambar 4.4 Menggambar sumbu c+ dan sumbu c- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.5 Menggambar sumbu b+ dan sumu b- (Mayang,2019)

Gambar 4.6 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4.1.3 Sistem Kristal Hexagonal

Gambar 4.7 Menggambar sumbu c+ dan sumbu c- (Mayang, 2019)

Gambar 4.8 Menggambar sumbu b+ dan sumu b- (Mayang,2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.9 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

Gambar 4.10 Menggambar sumu d+ dan d- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4.1.4 Sistem Krsital Trigonal

Gambar 4.11 Menggambar sumbu c+ dan sumbu c- (Mayang, 2019)

Gambar 4.12 Menggambar sumbu b+ dan sumu b- (Mayang,2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.13 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

Gambar 4.14 Menggambar sumu d+ dan d- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4.1.5 Sistem Kristal Orthorombik

Gambar 4.15 Menggambar sumbu c+ dan sumbu c- (Mayang, 2019)

Gambar 4.16 Menggambar sumbu b+ dan sumu b- (Mayang,2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.16 Menggambar sumbu c+ dan c_ (Mayang, 2019)


4.1.6 Sistem Kristal Monoklin

Gambar 4.17 Menggambar sumbu c+ dan c- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.18 Menggambar sumbu b+ dan b- (Mayang, 2019)

Gambar 4.19 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4.1.7 Sistem Kristal Triklin

Gambar 4.20 Menggambar sumbu c+ dan c_ (Mayang, 2019)

Gambar 4.21 Menggambar sumbu b+ dan b- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL

Gambar 4.22 Menggambar sumbu a+ dan a- (Mayang, 2019)

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


4.2 Pembahasan

4.2.1 Sistem Kristal Isomentrik


Pertama-tama untuk membuat sistem kristal Isometrik, pertama menentukan
nilai setiap sumbu dengan perbandingan sumbu a=b=c dengan perbandingan (1 : 3 :
3) dengan perbesaran 3 kali. Kemudian menggambar garis sumbu c sesuai dengan
perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu,menggambar garis sumbu b+ sebesar
90° (tegak lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a sebesar 30° terhadap sumbu
b-.
4.2.2 Sistem Kristal Tetragonal
Kedua, untuk membuat sistem kristal Tetragonal, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a = b≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan perbesaran 3 kali..
Kemudian tarik sumbu c sesuai dengan perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu
tarik sumbu b+ sebesar 90° (tegak lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+
sebesar 30° terhadap sumbu b-.
4.2.3 Sistem Kristal Trigonal
Ketiga, untuk membuat sistem kristal Trigonal, pertama tentukan nilai setiap
sumbu a=b= d ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 2 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20° terhadap
sumbu b- dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
4.2.4 Sistem Kristal Hexagonal
Kempat, untuk membuat sistem kristal Hexagonal, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a=b= d ≠ c dengan perbandingan (2 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 3
kali. Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu
tarik sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20°
terhadap sumbu b- dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
4.2.5 Sistem Kristal Orthorombik
Kelima, untuk membuat sistem kristal Orthorombik, pertama tentukannilai
setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 4 : 6) dengan perbesaran 3 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 30° terhadap
sumbu b-.
4.2.6 Sistem Kristal Monoklin
Keenam, untuk membuat sistem kristal Monoklin, pertama tentukan nilai
setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (4 : 2 : 6) dengan perbesaran 3 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 45° terhadap
sumbu b-.
4.2.7 Sistem Kristal Triklin
Dan yang terakhir ketujuh, untuk membuat sistem kristalTriklinl, pertama
tentukan nilai setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan
perbesaran 3 kali. Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan.
Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar 80° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a
sebesar 45° terhadap sumbu b-.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ilmu pertambangan sangat erat kaitannya dengan sumber daya alam.


Karena pada dasarnya ilmu tambang dimaksudkan agar kita yang mempelajarinya
dapat mengambil dan mengelola hasil sumber daya alam tersebut. Mineral
merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi tujuan dari mempelajari ilmu
tambang, terutama mineral-mineral yang berharga atau bernilai ekonomis. Oleh
karena itu, perlu pengkajian lebih dalam mengenai mineral itu sendiri.
Kristalografi adalah cabang dari ilmu mineralogi yang mempelajari sifat
geometris dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar, struktur dalam dan hubungannya dengan sifat fisik dari suatu mineral. Kristal
adalah suatu bangun polieder atau bidang banyak yang teratur dan dibatasi oleh
bidang-bidang datar dengan jumlah tertentu.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Untuk laboratorium kursi dan meja agar lebih diperbanyak agar kami bisa
menggambar dengan tidak sempit.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Untuk kakak-kakak asisten agar bisa lebih pelan menjelaskan materi dan
tidak terburu dan juga selalu sabar mengajari kami.

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENGENALAN SUMBU KRISTAL


DAFTAR PUSTAKA

FEBRIANTO MAYANG FEBRIANI ALI


09320170081 09320180218

Anda mungkin juga menyukai