Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL


1.1 PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara
umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada
kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien.
Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam
keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam
banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atomatomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya.Suatu bahan non-kristalin biasa
disebut bahan amorf atau seperti gelas.Terkadang bahan seperti ini juga disebut
sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas.
Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (latent heat of
fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai
cairan, bukan padatan.Topik ini kontroversial, Silahkan lihat gelas untuk
pembahasan lebih lanjut.Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah
ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari
"kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu,
dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di
alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara
atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal
tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
Bahan pembentuk Kristal dapat berupa pelarutan air, hidrotermal dan
dalam larutan yang menghasilkan pada pembekuan magma atau pada rekristalisasi
dan dalam keadaan padat. Perawakan Kristal terbentuk sebagai adanya kejadian
atau proses geologi :
a. Proses eksogenik, yaitu proses rekristalisasi yang dipengaruhi oleh
gaya-gaya asal luar.

b.

Prose endogenik, yaitu prose dimana Kristal berasal dari kristalisasi

c.

magma.
Prose tektonik lampung, merupakan proses dari suatu mineralisasi

dan berasosiasi dengan jalur magmatic dan zona pelapukan.


Adapun cirri-ciri yang khas dari Kristal adalah :
1.
Bersifat padat
2.
Mempunyai kekerasan tertentu
3.
Menunjukan sifat kelistrikan dan kemagnetan
4.
Mempunyai ikatan kimia
5.
Mempunyaistruktur dalam dasar teori
Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri
adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi
intinya, untuk dapat mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang
kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk, gambar-gambar dari kristal
disebut Kristalografi. Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu
menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu
Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat mempelajari Geologi.
Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal tentang Bumi
mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-sifat fisik, struktur, hingga gejalagejala yang terjadi didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar
tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara khusus nantinya. Dan
pada tahap pertama yang harus dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materimateri pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat mempelajari materi
pada tingkat-tingkat selanjutnya yang ada dalam ruang lingkup studi Teknik
Geologi.
Kristalografi menjelaskan urutan materi pembentuk Bumi ini. Dari yang
terkecil yaitu kristal, mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan kita
pelajari selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang
mineral, mulai dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan
dinamakan dengan Mineralogi.
Mineral mempunyai pengertian yang berlainan di kalangan orang awam.
Sering diartikan sebagai bahan yang bukan organik atau zat-zat anorganik dalam
obat. Misalnya perbedaan antara vitamin dan mineral. Mineral-mineral juga sering
diartikan sebagai cebakan bijih (ore), dan sering kita dengar mineral deposit.
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang
sistematis.

Pada tahun 1995 the International Mineralogical Association telah


mengajukan definisi baru tentang definisi material. Mineral adalah suatu unsur
atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk
dari hasil proses geologi.
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi
kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadangkadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.
Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa
mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Sebagaimana kita ketahui ada
mineral yang berbentuk lempeng, tiang, limas, dan kubus.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud
sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral,
kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,
sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan
sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan
demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi
yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya
bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Mineral
sangat penting untuk didalami lebih dahulu sebelum mengetahui lebih lanjut.
Sebetulnya mineral merupakan partikel-pertikel yang terkecil yang diskrit yang
menyusun batuan. Sedangkan batuan dan monomineral menyusun kerak bumi
sampai inti bumi.

1.1.2.

Maksud dan Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi


Maksud dan tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi

adalah:

a. Mengenal bentuk-bentuk Kristal yang banyak corak ragamnya dan


dapat menggolongkan dalam kelompok-kelompok klasifikasi kristal
b. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk
kristal.
c. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.
d. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal
yang dimiliki semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi
1.1.3.

orthogonal maupun proyeksi stereografis.


Manfaat
Laporan praktikum kristalografi dan mineralogi ini selain sangat bermanfaat

bagi setiap mahasiswa pertambangan dalam pengenalan kristal dan mineral sebagai
dasar ilmu pembelajaran bagi mahasiswa, juga bermanfaat bagi segenap komponen
dalam jurusan teknik pertambangan dalam rangka peningkatan kepustakaan pada
Jurusan Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang.
1.2.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan
mineralogi adalah:
a. Pembahasan tentang definisi
b. Istilah terkait
c. Metode analisis
d. Mineralogi fisik dan kimia
e. Kristalisasi
f. Sifat bentuk dan klasifikasi kristal
g. Genesa
h. Determinasi
i. Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam

1.3.

ALAT YANG DIGUNAKAN

1.3.1 PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI.


Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah:
a. Alat tulis
b. Busur derajat
c. Penggaris segitiga (1 set)
d. Pensil warna
e. Drawing Pen (0,1)
f. Lembar sementara

BAB II
KRISTALOGRAFI

2.1 DASAR TEORI


2.1.1. KRISTAL
Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangbidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya
selalu tertentu dan teratur.Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang
datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam
permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti polapola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara
bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya
dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis
bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal
tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b. Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses
fisika
c. Terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :
a. jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
b. macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
c. sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
d. Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak
mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi
tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat
atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi

ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya,

kebanyakan

logam

yang

kita

temui

sehari-hari

merupakan

polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien.
Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Kristal juga dapat didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya
anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan
bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya
tertentu dan teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa
bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar
ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal
itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
Adapun pendapat dari para ahli yang mengemukakan suatu kristal baik
berdasarkan asumsi maupun dari penelitian dan juga percobaan diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pliny adalah orang yang pertama kali mempublikasikan kristal dalam bukunya
yang berjudul Natural History.
2. Nicholas Steno (1639-1686), berdasarkan hasil tes dan percobaannya dengan
kristal kuarsa, maka keluar dalil yang berbunyi sama lebih dikenal dengan
ketetapan suatu sudut kristal kristal atau ( The Law Contancy Of Interpasial
Angeles ) yang menyatakan bahwa :
A. Sudut antara dua bidang kristal dalam suatu individu kristal yang tetap
atau konstan walaupun bidang-bidang kristalnya bergeser tempat karena
pertumbuhan kristal itu sendiri.Sudut antara dua bidang kristal sama
besarnya dengan sudut yang bersamaan pada individu lainnya setiap jenis
mineral yang sama.
B. Gugliemini (1655-1750), menganalisa struktur kristal berdasarkan pada
adanya ketetapan arah belahan pada kristal.
3. Hauy
(1743-1822),
mempublikasikan
teorinya
kristaldisebutkandengan

Traite

dikenaldenganataudisebutdengan

De
hokum

tentang

Mineralogy
Hauy

struktur

yang
yang

diantaranyaitusumburefensidimanadapatdiketahuisumbudanposisidaribidangm
uka Kristal dapatjugaditentukan.
4. Roma
De
Isle
(1736)
adalah

orang

yang

pertama

melakukanpengukuransudut

kali
Kristal

denganmenggunakanalatGeniometerkontak.
5. JohanesKepler
(1661)
menyatakanketentuanbentuk

Kristal

yang

berdasarkanpadaketetapanarahdaribelahan Kristal.
6. Brafis (1849) memperkenalkan 14 ruangdansisi Kristal yang diantaranya
adalah:
a)

Triklinik

b)

Monoklinik

c)

Orthorombik

d)

Cubic

2.1.2. Proses Pembentukan Kristal


Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
1) Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada
skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau
lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan
membentuk kristal.Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2) Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa
melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadangkadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang
terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan
lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis
atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
3) Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah
struktur kristalnya, sedangkan susunan u nsur kimia tetap (rekristalisasi).
Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena
terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga
kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun,

komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor
lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
2.1.3. Kenampakan Kristal
Bidang-bidang data rang terdapat di permukaan Kristal atau yang disebut
bidang muka Kristal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Kristal yang
mempunyai bidang muka Kristal yang sama bentuknya dan Kristal yang bidang
kristalnya tidak sama bentuknya.

Gambar 2.1 kristal dengan bidang muka Kristal yang sama .

Gambar 2.2 kristal dengan bidang muka Kristal yang tidak sama.

Adapula bentuk Kristal lainnya yang disebut bentuk kembar atau Kristal
kembaran yang merupakan gabungan bentuk-bentuk Kristal yang terdiri dari dua atau
lebih bentuk sederhana yang sama. Atau dapat juga terdiri dari dua atau lebih bentukbentuk kombinasi yang sama. Bentuk kembar merupakan hasil pertumbuhan Kristal
secara khusus dan mengikuti hukum-hukum tertentu.

Gambar 2.3 bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk sederhana.

Gambar 2.4 bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk kombinasi.

Beberapa bentuk sederhana masing-masing dapat sepenuhnya


membentuk sebuah Kristal, sedangkan yang lain hanya dapat membentuk
Kristal bila merupakan gabungan yang terdiri dari dua atau lebih bentukbentuk sederhana yaitu bentuk kombinasi saja. Sering pula dijumpai bentuk
Kristal yang memang berbentuk seperti sebuah prisma yaitu panjang
pendeknya ditentukan oleh adanya dua buah bidang sejajar yang memotong
prisma tersebut. Bentuk ini disebut dengan bentuk terbuka. Kedua bidang
sejajar itu adalah sepasang bidang basis sedangkan pada bentuk piramida alas
ditentukan oleh adanya sebuah bidang basis. Kecuali prisma dan piramida
lainnya merupakan bentuk kristal tertutup.

10

Bentuk terbuka :

Gambar 2.5 prisma tetragonal

Gambar 2.6 piramidal tetragonal

Gambar 2.7 prisma heksagonal

Gambar 2.8 piramidal heksagonal

Gambar 2.9 prisma rombis

Gambar 2.10 piramidal trigonal

11

Bentuk tertutup :

Gambar 2.11 bisfenoidal tetragonal

Gambar 2.12 bipiramidal tetragonal

Gambar 2.13 rombo dodekaeder

Gambar 2.14 triakis tetraeder

Gambar2.15 kombinasi antara prisma

Gambar 2.16 romboeder.

heksagonal dengan bipiramidal heksagonal.

12

2.1.4. Sumbu Kristalografi


Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Dimana kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan proyeksi
orthogonal.
Keterangan sumbu dan sudut:

C+

a. Sumbu a :

yang tegak lurus

ab+

b-

sumbu

a+

bidang kertas.
b. Sumbu b :

pada

sumbu

yang horisontal pada bidang


kertas.
c. Sumbu c

C-

sumbu

yang vertikal pada bidang


kertas.

Gambar 2.17 sumbu kristalografi

2.1.5. Sumbu Simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600)
akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan
menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi putar.
Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah
dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua
kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyre, bila empat tetragyre,
bila enam heksagyre dan seterusnya.

Gambar 2.18 sumbu simetri biasa

Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada
kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
Dalam gambar, nilai simetri gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).

13

Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui
pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka
simetri itu.
2.1.6. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang
lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Bidang simetri utama
Bidang simetri utama merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah
sumbu simetri utama Kristal dan membagi bagian yang sama besar. Bidang
simetri utama juga dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian,yaitu:
1. Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h
2. Bidang simetri utama vertical yangdinotasikan dengan v.

Gambar 2.19 gambar bidang simetri utama pada system Kristal hexahedron.

b. Bidang simetri tambahan ( intermediet/diagonal)


Bidang simetri diagonal merupakan bidang sitmetri yang dibuat hanya
melalui satu sumbu simetri utama Kristal. bidang ini sering disebut dengan
diagonal saja dengan notsi (d).

Gambar 2.20
kedudukan 2 buah bidang simetri tambahan/diagonal pada bentuk Kristal hexahedron .

2.1.7. Titik Simetri atauPusat Simetri


Pusat simetri adalah titik dalam Kristal dimana melaluinya dapat dibuat garis
lurus,sedemikan rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak
yang sama,diijumpai kenampakan yang sama (tepi,sudut,bidang). Pusat simetri selalu

14

berhimpit dengan pusat Kristal,tetapi pusat Kristal belum tentu merupakan pusat
simetri.
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari
pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya.
2.1.8. Sudut Kristalografi
Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan sumbusumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

: sudut yang dibentuk antara

C+

sumbu b dan sumbu c

a+

b+

: sudut yang dibentuk antara


sumbu c dan sumbu a

: sudut yang dibentuk antara


C-

Gambar 2.21 sudut kristalografi

15

2.1.9. Dasar Pembagian Sistem Kristalografi


Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:

hol
hko

hkl

okl

(001
)

(100)

(010)

Gambar 2.22 gambar tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan sumbu kristalografi

16

2.1.10. Simbol Weiss dan Miller


Indeks Weiss dan Miller adalah sala satu indeks yang sangat penting, karena
indeks ini diguakan dalam semua ilmu matematika dan struktur kristalografi. Indeks
Weiss dan Miller pada kristalografi menunjukan adanya perpotongan sumbu-sumbu
utama atau sisi-sisi sebuah Kristal. Nilai-nilai pada inndeks ini dapat ditentukan
dengan menentukan salah satu bidang atau sisi Kristal dan memperhatikan apakah sisi
atau bidang tersebut memotong sumbu utama pada Kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang
harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan Weiss itu
sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati

beberapa nilai dari perpotongan

sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi
atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu Kristal.
Pada dasarnya, indeks Weiss dan Miller tidak jauh berbeda. Karena apa yang
dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang
dengansumbu simetri Kristal. Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai indeks.
Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya dijadikan peyebut,
dengan nilai pembilang sama dengan satu. Maka pada Weiss nilai perpotongan
tersebut menjadi pembilang dengan penyebut sama dengan satu. Untuk indeks Weiss,
memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas, yaitu jikasisi atau bidang
tidak memotong sumbu ( nilai perpotongan sumbu sama dengan nol ).
SIMBOL WEISS

SIMBOL MILLER =

Bagian yang terpotong


Satuan ukur
Satuan ukur

Bagian
terpotong
Simbol Weiss digunakan
dalamyang
penggambaran
Kristal ke dalam bentuk
proyeksi orthogonal dan proyeksi streografis. Symbol Miller digunakan sebagai
symbol bidang dan symbol bentuk suatu Kristal.
2.1.11. Kristalografi
Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon yang
berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua padatan transparan
pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti menulis.
Kristalografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat
geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau
pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.
Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.

17

a. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping


mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal
lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran
dari kristal yang terbentuk kemudian.
b. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
c. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidangbidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu
kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga
dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidangbidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini
disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang
saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu
baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
1

1. Kristal
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi
penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan
dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat
diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang mempelajari bentuk luar
kristal serta cara penggambarannya.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa
sifat-sifat mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak
hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atomatom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal / mineral.
2. Komposisi kimia kerak bumi

18

a. Kerak
b. Mantel, dan
c. Isi bumi
Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah
kerak samudra berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel
dikenal dengan Mohorovicic discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X,
penyelidikan kristalografi sinar X telah mengembangkan pengertian kita tentang
hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
a.

Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari

suatu jenis kristal.


b.

Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk

memprediksi struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan
tekanan
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua
macam ikatan yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
a.

Isomorfisme
Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta
keamanan dari pada kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.

b.

Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih
satu macam kristal. perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi
polimerfic sebagai morfic, trimorficdan seharusnya. Polimorfisme menunjukan
bahwa struktur kristal tidak hanya ditentukan oleh unsur kimia saja akan tetapi
dapat disebabkan juga oleh unsur dari susunan atom yang dibangaun kristal.
1.

Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik

2.

Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal


balik

Contoh : Markasit menjadi pyrite


c.

Pseudomorfisme
Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan

kimianya proses ini dikenal sebagai proses pseudomorfisme.


Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :
1.

Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi


perubahan sistem dari pada kristalografinya.

2.

Unsur lama diganti unsur baru.

19

Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang


baru.
1) Daya Ikat dalam Kristal
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin
adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan
dengansifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur,
kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal
berhubungan secara langsung terhadap daya ikat
Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh
yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan
kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen,
logam dan van der Waals.
2) Identifikasi Kristal
Untuk dapat mengelompokan Kristal kedalam tujuh sistem serta 32 kelas, maka
dipanjang perlu untuk mengrtahui cara-cara penentuan dari sistem dan kelas kristal
adalah :
a. Ambil sampel kristal yang akan di diskripsikan.
1) Perkiraan letak sumbu-sumbu simetri utama dengan mengingat bahwa sumbu
vertikal c adalah sumbu yang terpendek atau terpanjang, kecuali sistem cubic.
2) Tentukan konstanta Kristalografi, meliputi : besar sudut antara
sumbu dan Axial Rationya.
3) Kelompok kristal tersebut kedalam sistemnya berdasarkan
konstanta Kristalografinya.
b. Langkah dalam penentuan kelas kristal adalah :
2)

1) Ambil sampel kristal yang akan di diskripsikan


Tentukan sistem kristalnya.
3) Tentukan unsur-unsur simetrinya, meliputi : sumbu-sumbu simetri
berikut nilai sumbunya dan bidang simetrinya serta pusat
simetrinya.Tentukan kelas kristalnya berdasarkan pada ciri-ciri
pemilikan simetri di atas, dengan cara menyusun.
2.2. CARA KERJA
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu

ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal


hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut
dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri
dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem
yang didasarkan pada:
Perbandingan panjang sumbu kristalografi

20

a. Letak atau posisi sumbu kristalografi


b. Jumlah sumbu kristalografi
c. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
2.2.1

Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessular)


Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu yang

sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan
yang lainnya. Kristal yang termasuk dalam system ini selalu mempunyai poros
kristalografi utama yang saling memotong tegak lurus. Nilai ketiga poros tersebut
dapat dua atau empat satuan panjang dan masing-masing poros tersebut adalah sama.
Sumbu-sumbu tersebut sering di beri nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini memiliki
3 buah kelas dimana setiap kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang
berbeda-beda, sudut = = = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga
Sb a. Penggambarannya: C+

a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 :

30o
a+

b+

Gambar 2.23 sudut dan sistem kristal reguler

System kubik ini meiliki 3 buah kelas,dimana setiap kelas memiliki unsurunsur simetri yang berbeda-beda, seperti:
a. Kelas Spinel atau holohedral, dimana unsure-unsur simetrinya yaitu:
9 bidang simetri
6 sumbu simetri diagonal
4 sumbu simetri trigonal
3 sumbu simetri tetragonal
1 pusat simetri
Contoh mineral dalam kelas ini adalah Magnetit, intan, dan spinel yang
merupakan

octahedron.

Mineral

garnet

dalam

rombododekahedron dan lusit dalam bentuk trapezohedron.


b. Kelas pirit,unsure-unsur simetrinya sebagai berikut:
3 bidang simetri-bidang sumbu
4 sumbu simetri trigonal
3 sumbu simetri diagonal
1 pusat simetri.
Mineral yang khusus untuk kelas ini adalah mineral Pirit.
c. Kelas tetrahidrit,unsur-unsur simetrinya adalah sebagai berikut:
6 bidang simetri-bidang diagonal dari kelas Holohedral
3 sumbu simetri diagonal

21

bentuk

4 sumbu simetri trigonal


Mineral yang khusus untuk kelas ini adalah mineral Zink blende.
Dalam system reguler terdapat beberapa kelompok utama,yaitu:
a. Kubus,yang dibatasi oleh 6 bidang dan bujur sangkar yang saling tegak
lurus. Termasuk dalam kelompok ini adalah,Pirit, Galenit, halit, Kobaltit,
fluorit, Smaltit,Argentit, Serargirit, Kuprit.
b. Octahedron atau bidang delapan,dibatasi oleh 8 segitiga sama sisi. Ini
terdpat antara lain pada Kromit,Kobaltit, Kuprit, Fluorit. Franklinit,
Galenit, Magnetit, pirit, Spinel.
c. Rombododekahedron,atau bidang belah ketupat dua belas yang dibatasi
oleh dua belas belah ketupat. Terdapat antara lain pada Kuprit, Garnet,
Borasit, magnetit, Sfalerit.
d. Pentagondodekahedron,atau bidag segilima du belas yng dibatasi oleh
dua belas segi lima. Terdapat antara lain pada pirit,kobaltit,Smaltit.
e. Tetrahedron,atau bidang empat yang dibatasi oleh empat buah segitiga
sama sisi. Terdapat antara lain pada Borasit, Sfalerit, tetrahidrit.

22

Gambar 2.24 Kesatuan bentuk system regular.

2.2.2

Sistem Tetragonal ( quadratic )


Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang

masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam
kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; Sb c sumbu a = b; = =
= c =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih
pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk
Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.
penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

C+

30o
a+

b+

Gambar 2.25 Sudut dan sitem Kristal Tetragonal

Perbedaan system ini dengan system isometric adalah logrpada satuan


panjang poros-poros kristalografi. Dua poros a dan b mempunyai satuan
panjang yang sama sedangkan poros C dapat lebih panjang ataupun lebih
pendek dari keduanya. Poros c dapat bernilai empat atau biosa juga
merupakan tetragiroida.

23

Bentuk utama kelompok ini ialah:


a. Piramida Tetragonal,yang sesuai dengan octahedron pada system
regular,tetapi sebagai ganti segitiga sama sisi,piramida itu dibatasi
oleh segitiga sama kaki. Bentuk semacam ini antara lain terdapat pada
mineral Zirkon.
b. Batang,sedikit banyak mirip dengan kubus pada system regular.
Bidang sisinya yang keatas terbentuk dari empat segi empat dan kedua
ujungnya tertutup oleh segi empat. Seperti halnya

piramida,yang

berbentuk batang inipun dapat pula menjadi pendek (tertekan ),atau


memanjang (tertarik) bentuknya. Sering terlihat sebagai penutup kedua
ujung batang itu sebuah piramida yang duduk tegak lurus atau terputar
45 o. ini merupakan suatu kombinasi antara bentuk batang dan
piramida. Selain itu masih terdapat banyak lagi kombinasi lainnya.
2.2.3

Sistem Sumbu Heksagonal


Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal

yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif sampai ke positif
adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu vertikal di sebut sumbu c
dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. Ciri sistem ini ialah mempunyai
poros tambahanseh logngga poros kristalografi berjumlah 4. sudut 1= 2 = 3 = 90o;
sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d
terletak dalam bidang horisontal dan membentuk

60 Sumbu c dapat lebih

panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya:

a+ / b- = 17o ;

a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan

satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.


C+

d+

a+

17o

39o

b+

Gambar 2.26 sudut dan sistem kristal heksagonal

24

Kesimetrian dalam kelas ini disusun oleh elemen-elemennya adalah sebagai


berikut:
7 Bidang simetri
1 sumbu simetri heksagonal
6 sumbu simetri diagonal
Mineral-mineral yang memiliki bentuk kristal dalam sistem ini adalah Apatit,
Beril, kuarsa temperatur tinggi dan lain-lain. Bentuk ang terpenting dalam kristal ini
adalah:
a. Bentuk Piramida,dibatasi oleh duua belas segitiga sama kaki. Terdapat
anatar lain pada kuarsa dan Apatit.
b. Bentuk Batang,sisi sisi tegaknya terbentuk oleh enam buah persegi
panjang yang kedua ujungnya tertutup oleh segi enam yang teratur.
c. Rombohedron,atau bidang enam,dibatasi oleh enam buah bidang belah
ketupat berbentuk sama karena namanya ang sesuai itu maka bentuk ini
tidak termasuk kepada bentuk

kristal yang rombus. Bentuk yang

termasuk Rombohedron ini dalam alam terdapat sangat banyak antara lain
kalsit.
d. Skalenohedron,mirip piramida,tetapi garis batas bagian tengahnya tidak
terletak pada satu bidang datar,melainkan silang menyilang dan tinggi
rendah. Semua bentuk ini dapat saling berkombinasi,sama halnya seperti
pada sistem kristal lainnya. Ciri utama sistem ini ialah , bahwa dalam
irisan melintang sistem kristal ini selalu dapat dikenal adanya bentuk segi
enam sama sisi.
2.2.4

Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)


Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana

ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya.
Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c
adalah sumbu terpanjang. Sumbu b disebut sumbu makro dan sumbu a disebut sumbu
brakhia. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbusumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai
contoh makro pinacoid. Penggambarannya:
sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6.
C+

30o
a+

b+

25

a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan

Gambar 2.27 sudut dan sistem kristal orthorombic

Kesimetrian dari system Orthorombic memiliki tiga elemen simetri seperti:


a. bidang simetri-bidang sumbu
b. summbu simetri diagonal-sumbu kristalografi pusat simetri.
Banyak mineral yang system kristalnya dalam orthorombik seperti Topaz,
Olivin, barit, Sulfur, Natrolit dan lain-lain. Bentuk yang paling terkenal,ialah:
a. Piramida Rombus,yang dikelilingi delapan buah segitiga bersisi
tidak sama. Bidang dasar piramida ini merupakan suatu belah
ketupat. Bentuk piramida rombus terutama terdapat pada mineral
sulfur.
b. Batang Rombus,dibatasi oleh 4 buah segi empat yang kedua
ujungnya tertutup oleh bidang berbentuk belah ketupat. Apabila
poros verticalnya lebih panjang dibandingkan kedua poros
lainnya,dan salah satunya poros horizontalnya lebih panjang,maka
dapat dibayangkan sebuah batang yang berdiri dan dua buah
batang

yang

mendatar

menurutkan

poros-porosnya

yang

horizontal.

2.2.5

Sistem Rombohedral (trigonal)


Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal

yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 90 0.
sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya.
Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o; penggambarannya:
ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada sistem
heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3.
C+

Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.

d+
b+

a+

17o

39o

26

Gambar 2.28 sudut dan sistem kristal rombohedral

Kesimetrian yang dibangun oleh sistem ini adalah sebagai berikut :


3 bidang simetri-tiga bidang sumbu vertikal
1 sumbu simetri trigonal
1 pusat simetri
Mineral-mineral yang termasuk dalam sistem kristal ini adalah kalsit, dolomit,
kuarsa temperatur rendah, tormalin dan lain-lain.
2.2.6

Sistem Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,


monoclinohedral)

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama
panjang. Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu

45o

Penggambarannya:

b di sebut sumbu orto.

a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c

adalah sumbu terpanjang; sumbu b adalah sumbu terpendek.


C+

b+

a+

27

Gambar 2.29 sudut dan sistem kristal monoklin

Kesimetrian dari sistem monoklin menghasilkan elemen-elemen simetri,


seperti
1 bidang simetri-dibentuk oleh sumbu a dan c
1 sumbu simetri diagonal, yaitu sumbu b kristallografi
1 pusat simetri
Mineral-mineral yang terpenting dalam sistem ini dan banyak terdapat di
berbagai batuan seperti ortoklas, augit, hornblende, muskovit, klorit, dan banyak lagi.
2.2.7

Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)


Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak

lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.


Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal,
sumbu b di sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek.
Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b :
c = 1 : 4 : 6. Sumbu-sumbu kristalografi tidak membuat sudut yang saling tegak lurus
80odengan yang lainnya. Tetapi membuat sudut bermacam-macam. Sudutatau 90 o , satu
45o

sudut tersebut adalah ciri khas untuk sistem ini. Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut
sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, dan dua sumbu lainnya adalah sumbu b lebih
panjang disebut sumbu makro, sedangkan sumbu a lebih pendek dari yang lainnya
disebut sumbu brakhia.
C+

b+

a+
Gambar 2.30 sudut dan sistem kristal triklin

28

Kesimetrian dari siatem ini adalah hanya memiliki sebuah unsur simetri yaitu
pusat simetri. Hal ini diakibatkan dari susunan parallel dalam membentuk Kristal.
Mineral-mineral yang terpenting dalam system ini adalah minera dalam
kelompok plagioklas dan mineral kianit sebagai mineral metamorfik.
2.3 DESKRIPSI KRISTAL
2.3.1. Penentuan Kelas Simetri
Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32 klas
kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang
dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem
tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal
mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin
mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut
simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu
simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).
2.3.1.1.

Menurut Herman Mauguin

a. Sistem Reguler
1. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4
atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a
tersebut.
i. Bagian ini dinotasikan dengan :

2
m

4
m ,

4 ,4

,2

ii. Angka menunjukan nilai sumbu dan huruf m


menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu
a tersebut.
2. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu
simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
3. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang
tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.

29

Bagian ini di notasikan:

2
m

, 2 , m atau tidak ada.

Contoh:
....................

4
m

b. Klas Pentagonal icossitetrahedral ........

432

c. Klas Hextetrahedral

43m

a. Klas Hexoctahedral

4
m

2
m

2
m

.....................

2
m

d. Klas Dyakisdodecahedral ......................

2
m

432
43m

e. Klas Tetratohedris....................... 2 3

23-

b. Sistem Tetragonal
1. Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan:

4
m

,4, 4

2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini di notasikan:

2
m

, 2, m atau tidak ada.

3. Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan


ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
inetrmediet tersebut.
Bagian ini di notasikan:

2
m , 2 , m atau tidak ada.

Contoh :

30

4
m ,

a. Klas Ditetragonal bipyramidal.........

2
m

4
m ,

2
m ,

2
m ,

2
m

b. Klas Tetragonal trapezohedral..........

422

422

c. Klas Ditetragonal pyramidal.............. 4 m m 4 m m


d. Klas Tetragonal scalenohedral.........

4 2 m 4 2 m

e. Klas Tetragonal bipyramidal..............

4
m

4
m

f. Klas Tetragonal pyramidal................. 4

4 - -

g. Klas Tetragonal Bisphenoidal............. 4

4 - -

c. Sistem Hexagonal dan Trigonal


1. Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) dan
ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c
tersebut.
Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3
2. Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada
tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
2
m

Bagian ini di notasikan:

, 2 , m atau tidak ada.

3. Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan


ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
2
m

Bagian ini di notasikan:

, 2, m atau tidak ada.

Contoh :
a)

Kelas Dihexagonal bipyramidal.............

6
m

2
m

2
m

31

6
m

2
m

2
m

b) Kelas Dihexagonal trapezohedral........... 6 2 2

6 2 2

c) Kelas Dihexagonal pyramidal.................6 m m

6 m m

6
d) Kelas Hexagonal bipyramidal.................. m
6
m

- -

e) Klas Hexagonal pyramidal.....................6

6 - -

f) Klas Ditrigonal bipyramidal...................6 m 2

6m2

Atau

62m

6 - -

g) Klas Trigonal bipyramidal.....................6


h) Klas Ditrigonal scalenohedral............... 3

2
m

6 2 m

2
m

i) Klas trapezohedral................................. 3 2

3 2 -

j) Klas Ditrigonal pyramidal..................... 3 m

3 m

atau

3m

3 - m

k) Kelas Trigonal rhombohedral............. 3

3 - -

l) Kelas Trigonal pyramidal................... 3

3 - -

d. Sistem Orthorombic
1. Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang
tegak lurus terhadap sumbu a tersebut
Dinotasikan:

2
m

,2,m

2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini di notasikan:

2
m

, 2, m

3. Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang


simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Di notasikan:

2
m

,2

Contoh :

32

2
a. Kelas Orthorombic bipyramidal.............. m
2
m

2
m

2
m

2
m

2
m

b. Kelas Orthorombic bisphenoidal.............. 2 2 2

2 2 2

c. Kelas Orthorombic pyramidal................... m m 2

m m 2

e. Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
2
m

a. Kelas Prismatik.....................................................
b. Kelas Sphenoidal..................................................

c. Kelas Domestik....................................................

f. Sistem Triklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1. Mempunyai titik simetri

klas pinacoidal 1

2. Tidak mempunyai unsur simetri

klas assymetric 1

2.3.1.2.

Menurut Schoenflish

a. Sistem Reguler
1. Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu
sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
a. Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(octaeder).
b. Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T
(tetraeder).
2. Bagian II :

Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila

kristal tersebut mempunyai:


Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v)

Dinotasikan dengan h

Bidang simetri diagonal (d)


a. Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v)

33

Dinotasikan dengan h

b. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v)

\ Dinotasikan dengan v

c. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)

Dinotasikan dengan d

Contoh :
1. Klas Hexoctahedral.............................................................

Oh

2. Klas Pentagonal icositetrahedral..........................................

3. Klas Hextetrahedral.............................................................

Td

4. Klas Dykisdodecahedral......................................................

b. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin,


Dan Trinklin
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(diedrish).
b. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
(cyklich).
Bagian II :

Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di


sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.

Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal

(v)

Bidang simetri diagonal

(d)

Dinotasikan dengan h

a. Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal

(v)

Dinotasikan dengan h

b. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal

(d)

Bidang simetri vertikal

(v)

Dinotasikan dengan v

c. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)

Contoh :

34

Dinotasikan dengan d

1. Kelas Ditetragonal pyramidal....................................... C4v


2. Kelas Ditetragonal bipyramidal................................... D4h
3. Kelas Tetragonal scalenohedral................................... D2d
4. Kelas Tetragonal trapezohedral................................... D
5. Kelas Tetragonal bipyramidal..................................... C4h
6. Kelas Tetragonal pyramidal........................................ C4
7. Kelas Tetragonal bispenoidal...................................... S4
8. Kelas Dihexagonal pyramidal..................................... D6h
9. Kelas Dihexagonal bipyramidal.................................. C6h
10. Kelas Hexagonal trapezohedral................................... D6
11. Kelas Hexagonal bipyramidal..................................... C6h
12. Kelas Hexagonal pyramidal........................................ C6
13. Kelas Trigonal bipyramidal........................................ C3h
14. Kelas Trigonal trapezohedral..................................... D3
15. Kelas Trigonal rhombohedral.................................... C3i
16. Kelas Trigonal pyramidal........................................... C3
17. Kelas Ditetragonal scalenohedral............................... D3d
18. Kelas Ditetragonal bipyramidal................................... D3h
19. Kelas Ditetragonal pyramidal...................................... C3v
20. Kelas Orthorombic pyramidal..................................... C2v
21. Kelas Orthorombic bisphenoidal................................. D2
22. Kelas Orthorombic bipyramidal.................................. D2h
23. Kelas Prismatik........................................................... C2h
24. Kelas Spenoidal.......................................................... C2
25. Kelas Domatic............................................................ C1h
26. Kelas Pinacoidal......................................................... Ci
27. Kelas Asymetric......................................................... C1

35

Anda mungkin juga menyukai