Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan biasanya berupa
agregat mineral-mineral yang telah mengeras, (Kosmono). Batuan menurut
genesanya (asal batuan) dibagi menjadi batuan beku, metamorf/malihan,
sedimen, dan piroklastis. Batuan beku berasal dari lava atau lahar, batuan
piroklastis berasal dari material erupsi eksplosif volkan selain lava atau lahar,
batuan sedimen berasal dari materi-materi batuan yang diendapkan pada suatu
tempat, batuan metamorf atau malihan berasal dari perubahan batuan beku,
sedimen maupun piroklastis. Mineral utama selalu terdapat dalam batuan beku
terbentuk dari kristalisasi magma, merupakan mineral yang dominan dan
menentukan nama batuan, misalnya kuarsa (SiO2), K2O, NaSiO2. 7 mineral
utama pembentuk batuan 1. Kuarsa, 2. Feldspar, 3. Feldspatoid (feldspathoid),
4. Piroksen (pyroxene), 5. Horenblende (hornblende), 6. Biotit, dan 7. Olivin.
Ke-7 mineral tsb dijumpai dalam jumlah yang banyak, dan disebut mineral -
mineral penting (essen-tial minerals) ; sedangkan mineral lain yang jumlahnya
sedikit, disebut mineral tambahan/pelengkap (accessory minerals), seperti :
magnetit, ilmenit, apatit, kalsit, dan lain-lain. Mineral diidentifikasi melalui
beberapa cara, yaitu dengan mempelajari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat
optiknya. Aspek sifat fisik yang dipelajari adalah : sifat optik (pemantulan dan
pembiasan, kilap, warna dan goresan, dan luminesensi), kekerasan, belahan dan
pecahan, Berat Jenis, sifat magnet, sifat listrik, sifat permukaan, dan
radioaktivitas.
Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batu gamping yang
mengkristal setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi pada batu
gamping atau marmer dalam masa kristalin yang berlapis dan berupa stalaktit
dan stalakmit. Kalsit yang berkomposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam
keadaan murni dan tidak, tergantung kepada kandungan mineral pengotornya.

1
Mineral pengotor ini terbentuk karena adanya subtitusi unsur Ca oleh unsur
logam seperti Mg, Fe, Mn. Dalam prosentase tertentu mineral pengotor kalsit
akan membentuk mineral kapur lain seperti dolomit, ankerit dan kutnakorit.

1.2. Maksud dan Tujuan

Makalah ini dibuat bermaksud untuk memperkenalkan dan memberikan


gambaran tentang proses kegiatan tambang mineral kalsit, sehingga pembaca
mengetahui cara penggalian, pemuatan, pengangkutan, pengolahan serta
pemasarannya.

2
BAB II
KETERDAPATAN BAHAN GALIAN

2.1. Genesa dan Mineralogi Kalsit


Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur
kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3). Jenis
mineral ini terjadi karena penghabluran kembali larutan batugamping akibat
pengaruh air tanah/hujan. Endapan kalsit ditemukan berupa pengisian rongga,
tekanan dan kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-
tempat. Mempertimbangkan cara terbentuknya dan sifat batugamping klastik
maupun batugamping non klastik, kemungkinan dijumpai endapan kalsit sangat
besar didaerah batugamping non klastik. Kemungkinan akan menjadi
bertambah besar tentang keberadaan endapan kalsit apabila batugamping non
klastik mengalami proses perlipatan/tektonik sehingga terbentuk rekahan
dimana endapan kalsit berada. Oleh sebab itu pada umumnya didapatkannya
kalsit berkelompok mungkin dapat luas ataupun sempit penyebarannya.
Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit juga dapat terbentuk
karena proses metamorfose kontak atau regional pada batugamping yang
diterobos oleh batuan beku yakni batugamping kristalin. Kalsit dengan
komposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam bentuk murni, bergantung pada
kandungan mineral pengotornya. Mineral pengotor ini terbentuk karena adanya
subtitusi unsur Ca oleh unsur logam, seperti Mg, Fe, Mn.

2.2. Tempat Ditemukan

Kalsit pada umumnya dijumpai berasosiasi dengan batugamping


khususnya pada batugamping non klastik. Kalsit yang bernilai ekonomis
didapatkan antara lain :

 Daerah Istimewa Yogyakarta : Samigaluh Kabupaten Kulon Progo,


Semanu, Ponjong dan Tepus Kabupaten Gunung Kidul.

3
 Jawa Timur : Klepu, Beji, Ledok Gelem, Poko Kecamatan Pringkuku;
Talem, Gunung Tumpuk, Kepil, Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tanen,
Bukit Gubik, Kalidawe, Denok, Panggung, Wuni, Tulungrejo,
Kabupaten Tulungagung,; Bantur Selatan, Wonogoro, Gedongan,
Sumbermanjing wetan, Sendangbiru, Tambakrejo, Bowotrate,
Kabupaten Malang.
 Nusa Tenggara Barat : Desa Sari Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.
 Sulawesi Selatan : Bojong Kabupaten Jenoponto.
2.3. Jenis – Jenis Mineral Kalsit
1. Flow Stone
Adalah kalsit yang terdeposisi (diendapkan) pada lorong gua.

Gambar 2.1 : Flowstone

2. Grous
Adalah kumpulan kalsit yang berkumpul (terbentuk) dialiran air atau
kemiringan tanah. Aliran ini banyak mengandung carbon dioksida
(CO2), semakin CO2 menguap atau memuai, calsit yang terbentuk
semakin banyak.

4
Gambar 2.2 : Grous

3. Stalagtit
Adalah formasi kalsit yang menggantung.
4. Stalagmit
Adalah formasi yang menjulang keatas dibawah atap stalagtit.

Gambar 2.3 : Stalacgit dan Stalagmit

5. Pearls
Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam dibawah
tetesan air, disebut pearls karena bentuknya seperti mutiara.

5
Gambar 2.4 : Pearls

6. Rimstone Pool
Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi
pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang
bersusun-susun.

Gambar 2.5 : Rimestone Pool

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Teknik Eksplorasi

Seperti telah diuraikan diatas kalsit terdapat berkelompok berasosiasi


dengan batugamping. Oleh sebab itu kalsit ditambang dengan mempergunakan
peralatan sederhana antara lain seperti gancu dan linggis. Demikian sederhanya dan
tidak memerlukan keahlian khusus sehingga dapat dilaksanakan oleh
masyarakat/pertambangan rakyat. Kalsit dapat pula dikumpulkan dari hasil
sampingan penambangan batugamping. Endapan mineral kalsit merupakan mineral
penyusun batugamping, yakni kegiatan eksplorasi ini dilakukan secara berjenjang
dengan pengeboran dan peledakan atau dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti dijelaskan diatas.

Gambar 3.1 : Penampakan potensi kalsit di Kecamatan Bogorejo

7
Di Indonesia penambangan kalsit dilakukan secara tambang terbuka, karena
endapannya berupa perbukitan dan dataran diingkungan pegunungan kapur. Ada
juga penambangan kalsit di daerah gua-gua kapur yang keberadaannya bersamaan
dengan endapan fospat. Eksplorasi mineral kalsit berasosiasi dengan batugamping
yang umumnya dikerjakan adalah untuk menghitung volume cadangan dan
mengetahui kualitas cadangan, sedangkan kegiatan awal berupa pencarian endapan
(propeksi) umunya jarang dilakukan, karena endapan batugamping telah diketahui
keberadaannya dan mudah ditemukan. Tahapan kegiatan eksplorasi antara lain
dapat dilakukan sebagai :

 Pemetaan topografi
 Pengambilan sampel bongkah
 Pemboran inti
 Analisa sampel (sifat fisik, mekanik, maupun kimia)
 Perhitungan cadangan

Gambar 3.2 : Lahan Quarry Tambang Batugamping dan Kalsit.

8
3.2. Teknik Penambangan

Kegiatan awal penambangan meliputi kegiatan pembersihan lahan


pengupasan lapisan tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan di mulai dari atas
membuat jalan sambil mengerjakan kegiatan pengambilan bahan galian. Kemudian
tahap selanjutnya adalah penambangan batuan secara berjenjang dengan
pengeboran dan peledakan atau dengan menggunakan peralatan sederhana.

Di Indonesia, penambangan kalsit dilakukan secara tambang terbuka,


karena endapannya berupa perbukitan dan dataran dilingkungan pegunungan kapur.
Ada juga penambangan kalsit didaerah gua-gua kapur yang keberadaanya
bersamaan dengan endapan posfat.

Sistem tambang Quarry (Kuari adalah jenis tambang terbuka yang


diterapkan untuk menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral
industri (industrial minerals), misalnya penambangan batugamping, marmer,
granit, andesit dan sebagainya). Beberapa perusahan biasanya menerapkan sistem
jalan Side hill (Side hill type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan
mineral industri yang letaknya di lereng bukit atau endapannya membentuk
bukit). sistem kerja diterapkan mulai dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore. Baru
kegiatan utama penambangan yang terdiri dari pembongkaran, pemuatan, dan
pengangkutan. Dan di bawah ini akan dijelaskan secara lebih spesifik dari kegiatan
pertambangan.
 Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan merupakan suatu kegiatan dilakukan sebelum
pengupasan lapisan penutup. Kegiatan ini dikerjakan bila pada suatu
lahan yang akan ditambang terdapat pohon-pohon besar atau semak-
semak, sehingga jika tidak dilakukan pembersihan lahan akan
mengganggu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup. Pembersihan
lahan juga sekaligus pembersihan tanah pucuk (topsoil) dengan
ketebalan tertentu.

9
 Pengupasan Lapisan Penutup (Striping Over Burden)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengupas lapisan tanah penutup
sehingga batugamping yang memenuhi syarat dapat ditambang dengan
mudah. Lapisan penutup ini dapat berupa tanah, batuan lapuk, atau
batuan yang menutupi bahan galian yang akan ditambang.
Lapisan penutup biasanya berupa batugamping keras. Pengupasan
dilakukan dengan bantuan hydraulic rock breaker atau alat lainnya.
 Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk melepaskan material dari
batuan asalnya agar material tersebut dapat lepas atau terbongkar
sehingga mudah untuk dilakukan penanganan selanjutnya.
Pembongkaran untuk batugamping yang keras atau keprus yang keras
dilakukan dengan hydraulic rock breaker, sedangkan untuk keprus yang
lunak cukup dengan menggunakan backhoe.
 Pemuatan (Loading)
Pemuatan merupakan kegiatan memindahkan material hasil
pembongkaran ke alat angkut. Alat muat yang dapat di gunakan antara
lain backhoe dan wheel loader. Hasil bongkarannya biasanya
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum di muat ke alat angkut.
 Pengangkutan (Hauling)
Alat angkut yang digunakan berupa dump truck, yang berfungsi
mengangkut material hasil bongkaran ke tempat penimbunan sementara
sebelum di bawa ke pengolahan.

10
Gambar 3.3 : Backhoe dan proses pemindahan material.

Gambar 3.4 : Material kalsit dan dump trcuk sebagai alat pengangkut.

11
3.3. Pengolahan

Pengolahan kalsit hanya bertujuan untuk memperoleh ukuran butir dan


tingkat kadar CaCO3 sesuai dengan spesifikasi pasar. Pengolahan dapat dilakukan
secara sederhana, yaitu dengan menghilangkan kotoran yang melekat. Kemudian
dilakukan penghancuran dan di ayak sesuai dengan ukuran yang di inginkan.

Untuk mendapatkan ukuran butir halus (<12 mesh) dipecahkan dengan


hammer mill, dan untuk mendapatkan ukuran yang sangat halus (-200 mesh)
digunakan super mill. Produk kalsit hasil penambangan yang dapat dikonsumsikan
langsung oleh indusrtri, dikenal dengan nama heavy calcite.

Proses pengolahan yang lain adalah melalui proses kalsinasi terhadap batu
gamping sebagai bahan baku. Produk dari proses ini merupakan kalsit dari jenis
light calcite. Dalam proses kalsinasi, terlebih dahalu dilakukan reduksi ukuran
terhadap batu kapur lalu dimasukkan ke dalam tungku dan dipanaskan sampai suhu
1000 – 3000 C yang menghasilkan kapur tohor dan gas CO2. Apabila dilakukan
penambahan air yang secukupnya terhadap kapur tohor dan penamabahan kapur
kembali untuk mengikat unsur Ca, maka akan diperoleh CaCO3 dan air. CaCO3
inilah yang dikenal dengan light calcite.

12
Gambar 3.5 : Proses kalsinasi kalsit.

Dalam reaksi tersebut yang pertama adalah proses pembakaran batu kapur
(kalsinasi), lalu dimasukan kedalam tungku dan dipanaskan pada suhu lebih dari
900oC yang menghasilkan kapur tohor (quicklime) dan gas CO2. kemudian CaO
yang terbentuk dicampur dengan air dan diaduk. Maka terbentuklah senyawa
kalsium hidroksida atau Ca(OH)2. Kalsium hidroksida yang telah kemudian
disaring untuk memisahkan senyawa-senyawa pengotor. Ca(OH)2 yang telah
disaring kemudian direaksikan dengan CO2 untuk membentuk CaCO3 dan air
(H2O). Endapan CaCO3 hasil reaksi diatas kemudian disaring dan dikeringkan.
Selanjutnya kalsium hidroksida dihaluskan menjadi powder CaCO3. inilah yang
dikenal dengan light calcite.

Gambar 3.6 : Proses reduksi kalsit menggunakan jaw crusher.

13
Gambar 3.7 : Proses penghalusan menggunakan hammer mill

Gambar 3.8 : Hasil Pengolahan

14
BAB IV

PEMANFAATAN DAN PEMASARAN

4.1. Manfaat Mineral Kalsit

Manfaat kalsit sekarang ini telah mencakup berbagai sector yang didasarkan
pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut, diantaranya di sector pertanian,
industry kimia, industry makanan, industry logam dan lainnya. Disini akan lebih
dijelaskan tentang proses pembuatan gelas dalam industri kimia.

4.1.1. Proses Pembuatan Gelas

Kaca atau gelas adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab
dengan kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi masyarakat luas banyak yang belum
mengerti tentang senyawa unik ini. Kaca atau gelas apabila dipandang dari segi
fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun
dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang
sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara
teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang
tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa
alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya. Kaca memiliki sifat-
sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat
kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses
pembentukannya

15
a. Bahan - bahan gelas
- SiO2 :
o Didapat dari kuarsa (bahan pokok pembuatan gelas).
o Melebur pada suhu tinggi dan membentuk cairan bening.
o Dengan penggunaan silika ini, pengembangan gelas akibat
perubahan suhu akan kecil.-
- Na2O :
o Didapat dari abu soda (soda ash) atau natrium karbonat
o Memperbesar pemuaian-
o Mempertinggi daya tahan terhadap kejutan suhu tetapi
menurunkan akan sifat ketahanlamaan dari gelas.-
- Cao atau MgO :
o Didapat dari batu kapur atau batu dolomit-
o Penurun suhu lebur-
o Mempertinggi sifat ketahanlamaan gelas-
- B2O3 :
o Didapat dari borax (Na2B4O7.10H2O)-
o Untuk gelas yang pemuaiannya kecil dan gelas boro silikat-
- Al2O3 :
o Didapat dari Felspar atau nephelin syenit-
o Menaikkan suhu lebur dan viskositas dari masa gelas-
o Memperbaiki sifat tahan lama.-
- PbO :
o Dicampur dengan silika membentuk gelas “flint” (gelas mutu
tinggi) untuk rumah tangga.

16
b. Cara Pembuatan Gelas
Cara Pembuatan Gelas :
Mempunyai 5 tahapan :
1. Penyiapan Bahan
2. Peleburan Bahan
3. Pembentukan
4. Anealing
5. Perbaikan Bentuk

1. Penyiapan Bahan
o Bahan-bahan sebelum diolah perlu dibersihkan atau dimurnikan
karena mempengaruhi dalam proses dan mutu gelas-
o Bahan harus berkadar besi rendah (kurang 0,5%) agar gelas yang
dibuat- berwarna bening cerah. Bahan-bahan digiling halus dan
dicampur menurut perbandingan sesuai dengan jenis gelas yang
dibuat
o Dilebur dalam tungku peleburan-
2. Peleburan Bahan
a. Cara peleburannya ada beberapa cara :
o Peleburannya dengan pot atau krus.
o Dilakukan sejak jaman dahulu, dimana masa gelas ditempatkan
dalam suatu bejana tahan api, dan bejana itu dibakar dalam
tungku sampai masa yang ada dalam bejana melebur. Kemudian
dari bubur gelas ini diambil sedikit demi sedikit bila akan dibuat
benda yang diingini
b. Peleburan dengan tungku bak.
o Tungku bak ini biasanya dibagi menjadi 2 ruangan dimana ruang
pertama merupakan ruang untuk meleburkan, sedangkan ruang
kedua untuk pengadukan, sehingga masa gelas homogen dan
bebas dari gelembung udara.

17
o Untuk industri yang bekerja kontinu dan industri modern dari
ruang 2 ini masa bubur gelas itu langsung dikerjakan menjadi
produk yang macam-macam bentuknya, dan perlengkapan
peralatan yang dipasang tidak sama, tergantung pada jenis
produknya.

3. Pembentukan
Dan setelah peleburan maka proses selanjutnya adalah pembentukan gelas
.
4. Anealing
Adalah suatu proses dimana benda gelas setelah dibentuk, perlu dipanasi
pada suhu kurang lebih 500 atau 6000C dan suhu ini diturunkan secara
perlahan-lahan. Sebab bila masa gelas, dimana waktu dibentuk masih dalam
keadaan panas, lalu dibiarkan segera mendingin di udara biasa umumnya
akan mudah pecah, akibat perubahan kejutan suhu.
Dalam proses pembuatan kaca lembaran, ruang pembentukan dengan ruang
anealing, biasanya bersatu, sebab pembentukannya dilakukan dengan
mesin. Dalam pabrik-pabrik botol, alat makan minum, dan lain-lain ruang
anealing terpisah dengan ruang peleburan.

5. Perbaikan Bentuk
Benda-benda gelas setelah dibentuk, biasanya masih memiliki sisi-sisi yang
belum baik atau tajam, ini perlu diperbaiki. Misalnya pada mulut botol,
biasanya digurinda agar tidak tajam atau dipanasi agar meleleh. Untuk kaca
lembaran biasanya, hanya dipotong menurut ukuran pasaran saja. Pada
perbaikan bentuk ini, sering terjadi benda gelas itu pecah, dan pecahan gelas
itu disebut “cullet”, dikumpulkan dan dileburkan lagi dalam tungku.

18
4.2. Pemasaran

Industri pengguna kalsit jumlahnya lebih banyak daripada phospat. Dengan


demikian volume total permintaannya lebih besar dari produk phospat.
Perkembangan peningkatan tarat/gaya hidup masyarakat Indonesia mempengaruhi
kualitas produk yang dipergunakannya. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan
permintaan akan barang-barang yang diproduksi dengan menggunakan bahan baku
kalsit, seperti keramik, perabotan rumah tangga, ban mobil dan sebagainya. Hal
ini tentunya akan meningkatkan permintaan terhadap produk kalsit yang diproduksi
perusahaan. Namun demikian perusahaan sampai saat ini perusahaan baru
mendapatkan peluang untuk memasok produk kalsit ke beberapa industri pengguna
dengan volume lebih 3.500 ton/bulan. Dengan demikian perusahaan hanya
mengasumsikan untuk menjual kalsit sejumlah 150 ton/hari. Volume ini pada tahun
pertama diasumsikan hanya terpenuhi 75%, tahun kedua 90% dan baru tahun ketiga
akan dipenuhi 100%.

Saat ini harga pasar untuk kalsit dengan kandungan C2O5 sebesar 82%
berkisar antara Rp. 475,- s/d Rp, 525,- franko gudang pembeli Jakarta. Harga
tersebut juga dipengaruhi oleh biaya angkut antara gudang penjual dengan pembeli
serta kehalusan (Mess) dari produk. Perubahan volume permintaan dan penawaran
atas produk kalsit (Demand & Supply), memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap harga pasar.

1. Pasar domistik yang menjadi sasaran pasar perusahaan antara lain adalah
 Industri Keramik
 Industri Perabot Rumah Tangga
 Industri Sanitair
 Industri Ban Mobil
 Industri Pertanian
 Dan masih banyak lagi.

19
2. Pasar Eksport
Pasar eksport yang mungkin untuk dilayani oleh perusahaan adalah
negara-negara agraris dan negara-negara industri pengguna phospat dan
atau kalsit seperti Jepang, Thailand, China dan sebagainya.

4.3. Produk Pemasaran

Gambar 4.1 : Produksi Industri dengan bahan Kalsit

NO NAMA PRODUK JENIS HARGA


1 Semen Tiga Roda 50kg Portland Cement Rp. 73.000,-
2 Semen Tiga Roda 40kg Portland Cement Rp. 62.000,-
3 Pupuk Kompos Padat Rp. 6.000,0/kg
4 Pupuk Kompos Cair Rp. 30.000,-/500ml
Tabel 4.1 : Harga jual produk semen dan pupuk.

20
BAB V

REKLAMASI

5.1. Pengertian

Anda semua pasti sudah pernah mendengar istilah reklamasi disebut-sebut.


Apalagi jika dihubungkan dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.
Berita-berita dampak buruk yang diakibatkan oleh reklamasi di tanah air, sangat
banyak bisa anda dapatkan dari media massa secara online.

Kalau reklamasi di negara kita ternyata banyak “menuai badai”,


mengapakah negera-negara maju lainnya banyak yang malah bergiat dalam
mereklamasi wilayahnya. Apakah ada sisi positif dari reklamasi itu?

Pengertian reklamasi yaitu dihubugkan dengan kegiatan pertambangan


yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam
kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi
agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

Reklamasi dikenal dengan 3 istilah yaitu :

a. Reklamasi
Reklamasi artinya membuat kondisi menjadi lebih baik, serta tidak
mengandung implikasi pemulihan kekondisi asal tetapi lebih
mengutamakan fungsi dan azas pemanfaatan lahan.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara
optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun
sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Revegetasi merupakan suatu
usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang.

21
c. Restorasi
Restorasi adalah tindakan untuk membawa ekosistem yang telah
terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi asalnya
sedangkan tujuan utama restorasi terumbu karang adalah untuk peningkatan
kualitas terumbu yang terdegradasi dalam hal dan fungsi ekosistem.

Gambar 5.1 : Proses reklamasi lahan bekas tambang

22
BAB VI

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu gamping, dengan unsur


kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai
sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan
transparan. Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs);
bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk
sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit
yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu,
dan hitam. Kalsit dipergunakan untuk keperluan pertanian, industri kimia, industri
makanan, industri metalurgi, industri konstruksi.

5.2. Saran

Dalam makalah ini hanya berisi sedikit penjelasan tentang mineral kasit dan
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
harapan kami kepada pembaca dengan dibuatnya makalah ini bisa menambah
wawasan tentang mineral kalsit dari proses eksplorasi, penambangan, pengolahan
hingga pemasarannya. Dan kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sukandarrumidi. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

http://www.slideshare.net/toniwijaya1/proposal-pendirian-setup-manufacture-
phospat-kalsit

http://www.scribd.com/doc/182593098/Genesa-dan-mineralogy-kalsit#scribd

http://fitriyatunnurjannah2503.blogspot.co.id/2014/04/teknologi-produk.html

https://hudawaudchemistry.wordpress.com/2013/11/08/proses-pembuatan-gelas/

https://www.google.co.id

24

Anda mungkin juga menyukai