Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Disusun Oleh:
Noviera Ellsen
21100119130042

LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN


BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Petrologi, Acara Batuan Beku Non Fragmental yang disusun oleh
praktikan bernama Noviera Ellsen telah diperiksa dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Petrologi.

Semarang, 10 Maret 2020

Asisten Acara, Praktikan,

Eka Ismiatul Azizah Noviera Ellsen


NIM : 21100117120025 NIM : 21100119130042
BAB I

HASIL DESKRIPSI

I.1. Peraga KPG-1

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 3 Maret 2020
No Peraga KPG-1
Struktur Masif
Tekstur  
Ukuran butir Halus
Granularitas Fanerik
Tingkat kristalisasi Holokristalin
Bentuk kristal Subhedral

Komposisi
 Warna putih bening  Transparan
Kuarsa  Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,65 g/cm3
SiO2  Diamagnetik  Kelompok silikat
25%  Kekerasan 7 SM  Konkoidal
 Cerat warna putih  Brittle
 Warna putih  Opak-translusen
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,62-2,76
Plagioklas
 Diamagnetik g/cm3
Na-AlSi3O8
 Kekerasan 6-6,5 SM  Kelompok silikat
50%
 Cerat warna putih  Uneven/konkoidal
 Brittle
 Warna hitam  Transparan
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,7-3,3
Biotit
 Paramagnetik g/cm3
K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2
 Kekerasan 2,5-3 SM  Kelompok silikat
10%
 Cerat warna putih  Uneven
 Brittle-fleksibel
 Warna hitam  Transparan-translusen
Honblende  Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,9 g/cm3
(Ca,Na)2-  Paramagnetic  Kelompok silikat
3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2
 Kekerasan 5-6 SM  Uneven
15%
 Cerat warna abu-abu  Brittle
Sketsa Panjang 9,5 cm
Lebar 8 cm
Tinggi 3 cm

Diorit Porfir (Thrope and Brown, 1985)


Nama batuan
Porfir Diorit Kuarsa (Russell B. Travis, 1955)

Thrope and Brown

Russell B. Travis

I.2 Peraga J-2

LEMBAR DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 3 Maret 2020
No Peraga J-2
Struktur Masif
Tekstur  
Ukuran butir Sedang
Granularitas Faneroporfiritik
Tingkat kristalisasi Holokristalin
Bentuk kristal subhedral

Komposisi
 Warna hitam  Transparan-translusen
Honblende  Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,9 g/cm3
(Ca,Na)2-  Paramagnetic  Kelompok silikat
3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2
 Kekerasan 5-6 SM  Uneven
25%
 Cerat warna abu-abu  Brittle
 Warna putih bening  Transparan
Kuarsa  Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,65 g/cm3
SiO2  Diamagnetik  Kelompok silikat
40%  Kekerasan 7 SM  Konkoidal
 Cerat warna putih  Brittle
 Warna putih  Opak-translusen
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,62-2,76
Plagioklas
 Diamagnetik g/cm3
Na-AlSi3O8
 Kekerasan 6-6,5 SM  Kelompok silikat
35%
 Cerat warna putih  Uneven/konkoidal
 Brittle

Sketsa Panjang 16 cm
Lebar 10 cm
Tinggi 7 cm
Diorit Porfir (Thrope and Brown, 1985)
Nama batuan
Porfir Diorit Kuarsa (Russell B. Travis, 1955)

Thrope and Brown

Russell B. Travis
I.3 Peraga J-22/D-3

LEMBAR DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 3 Maret 2020
No Peraga J-22/D-3
Struktur Masif
Tekstur  
Ukuran butir Halus
Granularitas Porfiroafanitik
Tingkat kristalisasi Holokristalin
Bentuk kristal Euhedral

Komposisi
 Warna putih  Opak-translusen
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,62-2,76
Plagioklas
 Diamagnetik g/cm3
Na-AlSi3O8
 Kekerasan 6-6,5 SM  Kelompok silikat
50%
 Cerat warna putih  Uneven/konkoidal
 Brittle
 Warna hitam  Transparan
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,7-3,3
Biotit
 Paramagnetik g/cm3
K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2
 Kekerasan 2,5-3 SM  Kelompok silikat
50%
 Cerat warna putih  Uneven
 Brittle-fleksibel
Sketsa Panjang 10 cm
Lebar 8 cm
Tinggi 4 cm

Andesit porfir (Thrope & Brown, 1985)


Nama batuan
Porfiri andesit (Russell B. Travis, 1955)

Thrope and Brown

Russell B. Travis
I.4 Peraga 7

LEMBAR DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 3 Maret 2020
No Peraga 7
Struktur Masif
Tekstur  
Ukuran butir Halus
Granularitas Faneroporfiritik
Tingkat kristalisasi Holokristalin
Bentuk kristal Anhedral

Komposisi
 Warna hijau gelap  Transparan
Piroksen  Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 3,2-3,4 g/cm3
XY(Si,Al)2O6  Diamagnetik  Kelompok silikat
40%  Kekerasan 5 SM  Konkoidal
 Cerat warna putih  Brittle
 Warna putih  Opak-translusen
 Kilap nonlogam (kaca)  Berat jenis 2,62-2,76
Plagioklas
 Diamagnetik g/cm3
Ca-AlSi3O8
 Kekerasan 6-6,5 SM  Kelompok silikat
60%
 Cerat warna putih  Uneven/konkoidal
 Brittle

Sketsa Panjang 8 cm
Lebar 7 cm
Tinggi 5 cm
Gabbro porfir (Thrope & Brown, 1985)
Nama batuan
Porfiri gabbro (Russell B. Travis, 1955)

Thrope and Brown

Russell B. Travis
I.5 Peraga KPG-38

LEMBAR DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 3 Maret 2020
No Peraga KPG-38
Struktur Vesikular Skorian
Tekstur  
Ukuran butir Halus
Granularitas Afanitik
Tingkat kristalisasi Holohyalin
Bentuk kristal -

Komposisi
 Warna hitam
 Diamagnetik
Gelasan
 Transparan-translusen
100%
 Kilap nonlogam (kaca)
 Brittle

Sketsa Panjang 11 cm
Lebar 11 cm
Tinggi 7,5 cm
Nama batuan Skorea (Russell B. Travis, 1955)

Thrope and Brown

Russell B. Travis
BAB II

PETROGENESA

II.1 Peraga KPG-1

Peraga KPG-1 menunjukkan warna abu-abu sampai kecoklatan, bertekstur massif,


mempunyai ukuran butiran kristal yang kecil, granularitas fanerik, mempunyai tingkat
kristalisasi holokristalin (tersusun atas 100% kristal), dan mempunyai bentuk kristal
subhedral. Komposisi mineral pembentuk batuannya adalah kuarsa sebanyak 25%, Na-
plagioklas sebanyak 50%, biotit sebanyak 10%, dan hornblende sebanyak 15%. Dengan
demikian, batuan yang terbentuk mempunyai nama diorit porfir (Thrope and Brown, 1985)
atau porfir diorit kuarsa (Russell B. Travis, 1955).

Batuan diorit kuarsa merupakan diorit yang mengandung kuarsa. Nama ini digunakan
untuk kelompok batuan beku yang memiliki ukuran kasar-sedang dan terbentuk sebagai
intrusi, baik secara sill maupun dike di kerak benua. Diorit terbentuk di atas batas lempeng
konvergen yaitu subduksi lempeng samudra yang menghunjam lempeng benua yaitu volcanic
arc/continental arc. Partial melting dari lempeng samudra menciptakan magma basaltis yang
mengintrusi batuan granit di lempeng benua. Kemudian, terjadi pencampuran magma granit
dengan magma basaltis. Magma ini akan bercampur dan membentuk magma intermediet.
Lelehan magma ini mengkristal lambat di bawah permukaan dan akan membentuk diorit
kuarsa.
II.2 Peraga J-2

Peraga J-2 mempunyai warna abu-abu sampai krem. Peraga ini mempunyai struktur
massif, ukuran butiran kristal sedang, granularitas faneroporfiritik, tingkat kristalisasi
holokristalin, dan bentuk kristal subhedral. Komposisi mineral pembentuknya yaitu
hornblende sebanyak 25%, kuarsa sebanyak 40%, dan Na-plagioklas sebanyak 35%. Menurut
klasifikasi Russel B. Travis (1955) batuan diklasifikasikan menjadi porfir diorit kuarsa dan
menurut Thrope & Brown (1985), batuan ini diklasifikasikan ke dalam batuan diorite porfir.

Batuan ini dinamakan diorit yang digunakan untuk kelompok batuan beku yang
memiliki ukuran kasar-sedang dan terbentuk sebagai intrusi, baik secara sill maupun dike di
kerak benua. Diorit terbentuk di atas batas lempeng konvergen yaitu subduksi lempeng
samudra yang menghunjam lempeng benua yaitu volcanic arc/continental arc. Partial
melting dari lempeng samudra menciptakan magma basaltis yang mengintrusi batuan granit
di lempeng benua. Kemudian, terjadi pencampuran magma granit dengan magma basaltis.
Magma ini akan menjadi magma intermediet. Lelehan magma ini mengkristal lambat di
bawah permukaan dan akan membentuk diorit.
II.3 Peraga J-22/D-3

Peraga J-22/D-3 memiliki warna hitam keabu-abuan, strukturnya massif, memiliki


ukuran butiran kristal yang halus, granularitas porfiroafanitik, tingkat kristalisasi
holokristalin, dan bentuk kristal euhedral. Peraga batuan ini memiliki komposisi mineral Na-
plagioklas sebanyak 50% dan biotit sebanyak 50% pula. Menurut klasifikasi Russell B.
Travis (1955) batuan ini digolongkan sebagai andesit porfir dan menurut Thrope & Brown
(1985), batuan ini digolongkan sebagai batuan porfiri andesit.

Andesit merupakan batuan umum kerak benua yang biasanya terbentuk di atas zona
subduksi. Batuan ini terbentuk akibat pelelehan lempeng samudra karena subduksi. Subduksi
di zona ini merupakan sumber magma yang jika naik ke permukaan akan membentuk andesit.
Selain itu, andesit juga bisa terbentuk di ocean ridges dan oceanic hotspot karena partial
melting. Andesit juga bisa terbentuk selama letusan di struktur dalam lempeng benua karena
magma sumber meleleh di dalam kerak benua atau tercampur dengan kerak benua tersebut.
Andesit porfir mengandung dua kristal yang berbeda. Magma yang membentuknya ialah
magma intermediet. Ketika magma meletus, sisa lelehan magma yang belum terkristal akan
mengkristal dengan cepat akibat suhu dingin dan membentuk kristal kecil. Sementara itu,
magma yang sudah mengkristal dengan lambat di bawah permukaan akan membentuk kristal
yang besar. Akhirnya, terbentuk batuan dengan dua jenis kristal yang berbeda.
II.4 Peraga 7

Peraga 7 memiliki warna hijau kehitaman, berstruktur masif, memiliki ukuran butir
kristal halus, granularitasnya faneroporfiritik, tingkat kristalisasi holokristalin, dan bentuk
kristalnya anhedral. Komposisi mineralnya adalah piroksen sebanyak 40% dan Na-plagioklas
sebanyak 60%. Dengan demikian, batuan ini termasuk batuan gabbro porfir (Thrope &
Brown, 1985) dan porfiri gabbro (Russell B. Travis, 1955).

Batuan gabbro terbentuk dari magma basa terlihat dari komposisi kristal dan
warnanya yang gelap. Batuan gabbro terbentuk di arah yang lebih dalam dari kerak samudra
karena laju pendinginan magma akan lebih lambat sehingga kristal dapat berkembang. Di
kerak benua, gabbro ditemukan di aliran lava tebal yang bersifat basa dan terjadi pendinginan
yang lambat sehingga kristal yang terbentuk bisa besar. Gabbro juga bisa terbentuk di
plutonik dalam yang terjadi ketika magma mengiriman material basaltis yang mengkristal
sebelum naik ke permukaan.
II.5 Peraga KPG-38

Peraga KPG-38 berwarna hitam dengan lubang berwarna kuning. Peraga ini memiliki
tekstur vesikular skorian, dengan ukuran butir kristal halus, granularitas afanitik, tingkat
kristalisasi holohyalin (100% gelasan) dan tidak memiliki bentuk kristal. Menurut klasifikasi
Russell B. Travis (1955), peraga batuan ini digolongkan sebagai batuan skoria.

Saat terjadi peningkatan tekanan magma, gas yang terlarut dapat exsolve dan
membentuk vesikula. Vesikula bisa terjebak saat magma mengalami pembekuan. Biasanya
vesikula berukuran kecil dan bulat, serta tidak saling menimpa. Batuan ini terbentuk dari
batuan piroklastik lava yang dikeluarkan gunung berapi. Lava yang membentuknya kaya gas
tapi kurang kental yang mencirikan magma basa. Ketika batuan cair meningkat di dalam pipa
vulkanik, gas mulai terbentuk dan membentuk gelembung besar dalam lava. Busur
magmatisme yang bisa mengeluarkan batuan piroklastik bersifat basa adalah mid oceanic
ridge atau island arc.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Mineralogi.2019.Buku Panduan Praktikum Mineralogi.Semarang: Teknik


Geologi Universitas Diponegoro

Fatma, Desy.2019.Batu Diorit: Pengertian – Proses Terbentuk – Manfaatnya di


https://ilmugeografi.com (diakses 7 Maret 2020)

Fauqi, Arriqo.2014.Macam-Macam Batuan Piroklastik di https://arriqofauqi.web.ugm.ac.id


(diakses 9 Maret 2020)

Geost, Flysh.2016.Batu Diorit dan Proses Pembentukannya di https://www.geologinesia.com


(diakses 9 Maret 2020)

Geost, Flysh.2016.Batu Gabro dan Proses Pembentukannya di


https://www.geologinesia.com (diakses 9 Maret 2020)

Geost, Flysh.2016.Batuan Andesit dan Proses Pembentukannya di


https://www.geologinesia.com (diakses 9 Maret 2020)

Prasetyo, Wahyu.2014.7 Busur Magmatisme dan Produk yang Dihasilkan.Semarang (diakses


9 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai