LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGGAMBARAN SUMBU KRISTAL
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pertambangan sangat erat kaitannya dengan sumber daya alam. Karena
pada dasarnya ilmu tambang di maksudkan agar kita yang mempelajarinya dapat
mengambil dan mengelola hasil sumber daya alam tersebut. Mineral merupakan
salah satu sumber daya alam yang menjadi tujuan dari mempelajari ilmu tambang,
terutama mineral-mineral yang berharga atau bernilai ekonomis. Oleh karena itu,
perlu pengkajian lebih dalam mengenai mineral itu sendiri.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap
dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya
anorganik, homogen, dan bersifat padat. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu
yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam
bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaanya.
Sedangkan kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau
molekul yang teratur, berulang secara 3 (tiga) dimensi (3D) yang dapat mendifraksi
sinar X. Kristal bisa juga dikatakan penyusun mineral atau kristal bisa dikatakan
mineral, namun mineral belum tentu bisa dikatakan sebagai kristal, karena ada
beberapa mineral yang memiliki bentuk tidak beraturan. Dalam mempelajari dan
memahami geometri kristal tentu dibutuhkan sebuah pengelompokkan daripada
masing-masing bentuk kristal tersebut.
Pengelompokkan ini haruslah sistematis dan dapat menjelaskan sifat
masingmasing dari jenis kristal tertentu. Berdasarkan sifat simetrinya, yaitu bidang
dan sumbu simetri, bentuk kristal dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu : Isometrik (Kubik),
Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin. Tujuh sistem
bentuk kristal ini kemudian dapat di kelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang di miliki
oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari 5 (lima) kelas, sistem Tetragonal
mempunyai 7 (tujuh) kelas, sistem Orthorhombik memiliki 3 (tiga) kelas, Hexagonal
7 (tujuh) kelas dan Trigonal 5 (lima) kelas. Oleh karena itu, maka perlu akan di
lakukan kajian khusus mengenai tentang mineral dan Kristal ( Karyono 2013).
IRA RIZKY AMELIA MUAMMAR
09320180139 09320190124
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGGAMBARAN SUMBU KRISTAL
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal.
1.2.1 Tujuan
a. Praktikan mampu memahami apa itu kristal, mineral, kristalografi dan
mineralogi.
b. Praktikan dapat memahami proses pembentukan kristal.
c. Praktikan dapat menggambarkan 7 (tujuh) macam sistem kristal.
d. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian kristal.
e. Praktikan dapat mengetahui sumbu pada kristal.
1.3.1 Alat
a. Pensil mekanik
b. Drawing pen 4 (empat) warna
c. Penggaris 30 cm
d. Busur derajat 360°
e. Alat tulis menulis
1.3.2 Bahan
a. Modul
b. Kertas kalkir A4
c. Kertas grafik A4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kristalografi
2.2 Kristal
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
2.2.2 Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan
bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang
kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh
beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang
mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal.
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu
tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal
berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.
Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
A. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
1. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
2.Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
3.Terbentuknya oleh proses alam
B. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :
1. jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
2. macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
3. sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
d. Trapezohedral
e. Ditetragonal Piramid
f. Skalenohedral
g. Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
a. Hexagonal Piramid
b. Hexagonal Bipramid
c. Dihexagonal Piramid
d. Dihexagonal Bipiramid
e. Trigonal Bipiramid
f. Ditrigonal Bipiramid
g. Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya,
bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam,
kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α =
β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling
tegak lurus (90˚).
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
terhadap sumbu c+ dengan panjang 9 cm, lalu tarik sumbu a+ sebesar 30° terhadap
sumbu b- dengan panjang 3 cm. Kemudian untuk kristal monoklin , pertama tentukan
nilai setiap sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (4: 2 : 6) dengan perbesaran 3 kali,
(12 : 6 : 18). Kemudian tarik sumbu c dengan panjang 18 cm. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+ dengan panjang 6 cm, lalu tarik sumbu a+
sebesar 45° terhadap sumbu b- 12 cm.
Terakhir pada sistem kristal triklin pertama tentukan nilai setiap
sumbu a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan perbesaran 3 kali, (3 : 9 :
18). Kemudian tarik sumbu c dengan panjang 18 cm. Setelah itu tarik sumbu b+
sebesar 80° terhadap sumbu c+ dengan panjang 9 cm, lalu tarik sumbu a sebesar
45° terhadap sumbu b- dengan panjang 3 cm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil
18). Kemudian tarik sumbu c dengan panjang 18 cm. Setelah itu tarik sumbu b+
sebesar 90° terhadap sumbu c+ dengan panjang 9 cm, lalu tarik sumbu a+ sebesar
30° terhadap sumbu b- dengan panjang 3 cm.
4.2.6 Sistem Kristal Monoklin
Untuk membuat sistem kristal Monoklin, pertama tentukan nilai setiap sumbu
a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (4: 2 : 6) dengan perbesaran 3 kali, (12 : 6 : 18).
Kemudian tarik sumbu c dengan panjang 18 cm. Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar
90° terhadap sumbu c+ dengan panjang 6 cm, lalu tarik sumbu a+ sebesar 45°
terhadap sumbu b- 12 cm.
4.2.7 Sistem Kristal Triklin
Untuk membuat sistem kristal Triklin, pertama tentukan nilai setiap sumbu a
≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 5) dengan perbesaran 3 kali, (3 : 9 : 15).
Kemudian tarik sumbu cdengan panjang 15 cm. Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar
80° terhadap sumbu c+ dengan panjang 9 cm, lalu tarik sumbu a sebesar 45°
terhadap sumbu b- dengan panjang 3 cm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
Adapun proses pembentukan kristal terdiri dari beberapa fase, yaitu fase cair
ke padat, fase gas ke padat (sublimasi), dan fase padat ke padat. Bagian-bagian
kristal terdiri dari sumbu utama, sumbu bidang, sumbu simetri, dan pusat centrum.
Sistem kristal terdiri atas 7 (tujuh) yaitu, Isometrik, Tetragonal, Trigonal,
Hexagonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://mjayasaputra.blogspot.com/2016/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kristal
http://krismintpunpar.blogspot.com/2012/06/definisi-kristalografi.html
http://sinauedutekno.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kristal-dan-unsur-simetri.html