Anda di halaman 1dari 27

JURNAL

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


ACARA II : SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN TRIGONAL

OLEH :
TRI JOHAN SAPUTRA
D061231011

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
HEXAGONAL DAN TRIGONAL
1
Tri Johan Saputra , 2M. Zidane A. Hasan
1
Praktikan Mineralogi dan Kristalografi, Laboratorium Petrografi, Departemen
Teknik Geologi, FakultasTeknik, Universitas Hasanuddin
2
Asisten Mineralogi dan Kristalografi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Mineral adalah suatu padatan yang homogen (sejenis), yang terbentuk di alam
dan tersusun atas komposisi kimia dan atom yang terkonfigurasi dengan baik, dan
sebagian besar terbentuk atas proses anorganik. Mineral memiliki sifat dan bentuk
tertentu yang dalam keadaan padat sebagai perwujudan dari hasil susunan yang teratur
didalamnya.. Mineral dengan bentuk yang teratur disebut sebagai kristal. Cabang dari
mineralogi yang mempelajari tentang sifat geometri dari kristal terutama perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) kristal adalah ilmu yang
dinamakan kristalografi. Didalam kristalografi dikenal adanya sistem kristal yang
mengatur tata letak atom di dalam kristal. Praktikum ini bermaksud untuk mengenal dan
memahami sistem kristal Hexagonal dan Trigonal. Adapun hasil yang diperoleh pada
praktikum ini yaitu terdapat 4 sumbu kristal yaitu a, b, c, dan d. Pada sistem kristal
Heksagonal dan Trigonal mempunyai sistem kristal a : b : d ≠ c, dimana a = b = d tidak
sama dengan c, memiliki sudut kristalografi α = β = 90º, γ = 120º. Peraga pertama dan
ketiga merupakan sistem kristal Trigonal, dimana peraga pertama memiliki nilai kristal
(1) Herman Mauguin = 6/m, 2/m, 2/m, (2) Schoenflies= D 6h dengan kelas kristal
Trigonal Dypiramidal dan bentuk kristal Prisma. Dan peraga ketiga memiliki nilai kristal
(1) Herman Mauguin =3/m, 2/m, 2/m (2) Shoenflies = D3h dengan klas dan bentuk kristal
yaitu Trigonal Dypiramidal dan Trigonal Dypiramid. Sedangkan peraga kedua dan
keempat dengan sistem kristal Hexagonal, dimana pada peraga 2 memiliki nilai kristal
(1) Herman Mauguin =3/m, 2/m, 2/m . (2) Schoenflies= D3d. dengan klas dan bentuk
kristal yaitu Hexagonal Scalenohedral dan Scalenohedral Dan pada peraga 4 memiliki
nilai kristal (1) Herman Mauguin =6/m, 2/m, 2/m (2) Schoenflies = D2h. Dengan kelas
dan bentuk kristalnya adalah Dyhexagonal Dypiramid dan Hexagonal dypiramidal.
Kristalografi merupakan
ilmu pengetahuan kristal
yang
dikembangkan untuk
mempelajari pertumbuhan
kristal, termasuk
bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi
merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk
tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral.
Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal
dan memahami sistem Kristal
Heksagonal
dan Trigonal.
Kristalografi merupakan
ilmu pengetahuan kristal
yang
dikembangkan untuk
mempelajari pertumbuhan
kristal, termasuk
bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi
merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk
tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral.
Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal
dan memahami sistem Kristal
Heksagonal
dan Trigona
Kristalografi merupakan
ilmu pengetahuan kristal
yang
dikembangkan untuk
mempelajari pertumbuhan
kristal, termasuk
bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi
merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk
tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral.
Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal
dan memahami sistem Kristal
Heksagonal
dan Trigonal
Kristalografi merupakan
ilmu pengetahuan kristal
yang
dikembangkan untuk
mempelajari pertumbuhan
kristal, termasuk
bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi
merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk
tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral.
Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal
dan memahami sistem Kristal
Heksagonal
dan Trigonal
Kristalografi merupakan
ilmu pengetahuan kristal
yang
dikembangkan untuk
mempelajari pertumbuhan
kristal, termasuk
bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi
merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk
tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral.
Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal
dan memahami sistem Kristal
Heksagonal
dan Trigonal
Kata kunci: Elemen Kristal, Sistem kristal Hexagonal, Sistem Kristal Trigonal
I. Pendahuluan mulia. Kenyamanan dan kualitas

1.1 Latar Belakang hidup yang dinikmati manusia

Kristalografi dan Mineralogi modern saat ini tidak lepas dari

adalah cabang ilmu geologi yang penggunaan sumber daya mineral.

mempelajari tentang segala hal yang Hampir semua barang yang kita

berhubungan dengan mineral, proses gunakan dibuat dari bahan yang

kristalisasi mineral dan bersumber dari alam. Makanan kita

keterdapatannya di lapangan. Sejak juga berasal dari tumbuhan yang

zaman batu, manusia telah mendapatkan nutrisi unsur dari

menggunakan mineral dalam mineral yang lapuk menjadi tanah.

peradabannya yang dapat dilihat Pertanian, konstruksi, industri,

pada lukisan gua dengan cat merah elektronik, transportasi, seni dan

dari pigmen hematit. Dalam budaya merupakan aktivitas yang

perkembangannya, manusia mulai dalam satu aspek membutuhkan

melebur mineral logam untuk mineral. Mineral sangat penting

kebutuhan sehari-hari seperti pada sebagaimana makanan, air, dan udara

artifak makam Mesir Kuno dari bagi manusia. (Winarno,2020)

Zaman Perunggu. Peradaban tulisan I.2 Maksud Dan Tujuan

kuno dari berbagai budaya seperti Adapun maksud dan tujuan dari

Yunani, Babilonia, Cina, Sansekerta, praktikum ini adalah:

dan Islam juga telah menyebutkan 1. Mengetahui sistem kristal

keberadaan mineral terutama batu hexagonal dan trigonal.


2. Menentukan Nilai herman II. Tinjauan Pustaka

mauguin dan schonflies dan 2.1 Pengertian Mineralogi dan

nilai elemen kristal. Kristalogarfi

3. Menentukan kelas dan bentuk Kata "Kristal" berasal dari

kristal. bahasa Yunani “crystallon” yang

1.3 Alat Dan Bahan berarti tetesan yang dinginatau beku.

Alat dam bahan yang Menurut pengertian kompilasi yang

digunakan dalam praktikum ini diambil untuk menyeragamkan

adaalah: pendapat para ahli maka, kristal

1. LKP (Lembar deskripsi Proyeksi adalah bahan padat homogen,

Kubus dan Stereografi) biasanya anisotrop dan tembus

2. Pensil cahaya serta mengikuti hukum-

3. Pensil Warna hukum ilmu pasti sehingga susunan

4. Sampel Peraga bidangnya memenuhi hukum

5. Busur 180o dan 360o geometri; Jumlah dan kedudukan

6. Penggaris 30 cm bidang kristalnya selalu tertentu dan

1.4 Tahap sebelum praktikum teratur. Kristal juga dapat diartikan

1. Asistensi Acara sebagai suatu padatan yang atom,

2. Pengerjaan tugas molekul, atau ion penyusunnya

Pendahuluan terkemas secara teratur dan polanya

3. pembuatan Proyeksi berulang melebar secara tiga

4. Persiapan LKP dimensi. Ilmu yang mempelajari

tentang sistem penggambaran dan


sifat simetri kristal disebut sebagai gambaran dari susunan atom

“kristalografi”. Kristalografi sangat yang teratur, jumlah dan kedudukan

penting di dalam pembelajaran bidang-bidang kristalnya tertentu dan

minerologi, karena mineral selalu teratur. Hal itu, dapat didefinisikan

memiliki bentuk kristal yang dikenal bahwa setiap mineral pastilah kristal

dengan sifat kristalin. Dalam the namun tidak semua kristal adalah

dictionarry of geology (Berry, 1983), mineral. Setiap mineral yang telah

kristal adalah bahan padat yang mengalami perubahan komposisi

secara kimia homogen dengan kimia, baik secara substitusi

bentuk geometri tetap, sebagai penggantian dan pengurangan, maka

gambaran dari susunan atom yang mineral tersebut telah terubah

teratur, dibatasi oleh bidang banyak sehingga membentuk nama mineral

(polyhedron), dengan jumlah dan yang berbeda. Begitu juga dengan

kedudukan bidangbidang kristalnya mineral yang secara komposisi kimia

tertentu dan teratur. Mineral sama, namun susunannya berubah.

memiliki sifat selalu kristalin, karena Tidak semua kristal adalah mineral

mineral memiliki bentuk tertentu., namun mineral harus kristalin,

mineral didefinisikan sebagai suatu terbentuk di alam, secara alamiah

bahan padat, anorganik, terbentuk di dan anorganik. Kristal dapat saja

alam secara alamiah dan kristalin. terbentuk di alam secara alamiah,

Jadi, kristalin artinya tersusun atas tetapi jika tidak terbentuk secara

unsur unsur kimia yang homogen anorganik, maka bukanlah mineral.

dengan bentuk geometri tetap Kristal juga dapat terbentuk secara


alamiah dalam tubuh manusia atau definisi tersebut, maka dapat

Binatang ,ketika dilakukan disimpulkan bahwa secara umum,

pengamatan secara optis kristall mineral dapat didefinisikan sebagai

kristal tersebut menunjukkan sifat bahan padat, anorganik, yang

kristalin. Namun, jenis kalsit dalam terbentuk secara alamiah di alam,

sifat kristal tersebut bukanlah kristalin (yaitu yang secara kimia

mineral, karena tidak terbentuk homogen dengan bentuk geometri

secara anorganik. Begitu juga dengan tetap, sebagai gambaran dari susunan

tulang dan karang gigi. Batubara, atom yang teratur, dibatasi oleh

cangkang fosil, gelas kristal, bidang banyak (polyhedron), jumlah

batubata dan lain-lain juga dapat dan kedudukan bidang-bidang

dikategorikan kristal, namun kristalnya tertentu dan teratur.

bukanlah mineral. Ilmu (Mulyaningsih,2018).

mineral sendiri dapat di dipelajari


2.2.Parameter Sumbu Kristal
dalam mineralogi. Mineralogi adalah
Sumbu kristal adalah garis
salah satu cabang ilmu geologi yang
bayangan lurus yang
mempelajari tentang sifat fisik
menghubungkan dan menembus
(termasuk optik), mekanik dan
muka / bidang muka kristal, melalui
kimiawi dari mineral, struktur kristal
pusat kristal. Dalam sistem
dan kristalisasinya, asosiasi dengan
kristalografi, kristal ada yang
mineral yang lain dan
memiliki tiga (3) sumbu kristal dan
keterdapatannya di alam.
ada yang memiliki empat (4) sumbu
Jadi, mengacu pada definisi-
kristal. Sumbu sumbu kristal tersebut
kita simbolkan , yaitu sumbu a, dan c, sudut dibentuk oleh sumbu b

sumbu b dan sumbu c (Gambar 2.1). dan a dan sumbu γ dibentuk oleh

Sumbu a memiliki kedudukan secara sumbu a dan c

lateral yang dibentuk oleh dua

bidang kristal yang saling

berhadapan menembus bidang pada

sisi depan dan bidang pada sisi

belakang. Sumbu b memiliki

kedudukan secara horizontal yang


Gambar 2.1 Parameter Sumbu Kristal
dibentuk oleh dua bidang kristal

yang saling berhadapan menembus 2.2.1 Bidang Simetri


Bidang simetri adalah suatu
bidang pada sisi kanan dan bidang
bidang imajiner yang memotong
pada sisi kiri. Sumbu c adalah sumbu
kristal menjadi dua bagian yang
vertikal yang menembus bidang pada
saling mencerminkan satu sama lain,
sisi atas dan sisi bawah. emua sumbu
oleh karenanya sering disebut
kristal tersebut selalu melalui dan
sebagai cermin kristal. Suatu kristal
bertemu di pusat kristal. Garis-garis
dapat memiliki beberapa bidang
bayangan dari masing-masing sumbu
simetri. Misalnya, sebuah bola
kristal tersebut berkedudukan
memiliki bidang simetri yang tak
tertentu, membentuk sudut sumbu
terbatas. Suatu kubik memiliki
kristal. Sudut sumbu kristal
beberapa bidang simetri sebagaimana
disimbolkan dengan notasi α, β dan
gambar di bawah. Bidang simetri
γ. Sudut α dibentuk oleh sumbu b
disimbolkan secara internasional
dengan huruf m yang berasal dari artinya muncul dua kenampakan

kata mirror ‘cermin’. Pada identik pada satu rotasi penuh.

penggambarannya dalam sketsa, Selanjutnya, terdapat sumbu lipat

bidang simetri dapat diarsir berbeda tiga (3, triad), sumbu lipat empat (4,

dengan bidang kristal dengan garis tetrad), sumbu lipat enam (6, hexad),

batas yang tegas. dan seterusnya bergantung berapa

jumlah kenampakan identik muncul.

Sumbu simetri sering disebut sumbu

putar/ sumbu rotasi yang secara

internasional disimbolkan dengan n,

yang mana n adalah bilangan


Gambar 2.2 Bidang Simetri
sejumlah kenampakan identik dalam
2.2.2 Sumbu Simetri
satu putaran penuh, n = 1, 2, 3, 4,
Sumbu simetri kristal adalah
atau 6
suatu garis imajiner yang ketika

suatu kristal dirotasi pada poros

sumbu tersebut satu putaran penuh

(360°), terdapat lebih dari satu


Gambar 2.3 Sumbu Simetri
kenampakan yang sama/identik.
2.2.3 Pusat Simetri
Dalam satu rotasi, sisi identik akan
Suatu kristal disebut memiliki
muncul pada besaran sudut tertentu.
pusat simetri jika tiap titik pada
Jika kenampakan identik muncul
permukaan kristal memiliki satu titik
setiap putaran 180°, maka disebut
yang identik pada sisi yang
sumbu lipat dua (2, diad) yang
berseberangan dan berjarak sama sama. Oleh karena itu, penentuan

dengan pusat tersebut. Atau dengan unsur simetri dalam suatu kristal

kata lain, tiap bidang sisi kristal juga akan mempermudah klasifikasi dan

mempunyai pasangan sisi yang identifikasi mineral. Terdapat 6 (atau

7 jika heksagonal dan trigonal

dipisahkan) sistem kristal utama

berdasarkan perbandingan panjang


berseberangan yang berjarak sama
sumbu dan sudut perpotongannya,
dengan pusat tersebut. Pusat simetri
yang kemudian dapat diturunkan
sering disebut sebagai inversi yang
menjadi 32 kelas kristal (Klein dan
disimbolkan secara internasional
Philpotts, 2017).
dengan huruf i atau ī, sedangkan
Suatu sistem dapat memiliki
penggambaran pada sketsa ditandai
banyak variasi bentuk eksternal
dengan titik.
kristal, namun pada prinsipnya
Gambar 2.4 Pusat Simetri
memiliki unsur simetri yang sama.
2.3 Sistem Kristal
Pada jurnal ini sistem yang di bahas
Sifat internal kristal yang
adalah sistem kristal hexagonal dan
memiliki dimensi dan simetri
sistem kristal trigonal.
tertentu sebagaimana dijelaskan
2.3.1 Sistem Hexagonal
sebelumnya merupakan dasar
Sistem ini mempunyai 4 sumbu
pengelompokan sistem dan kelas
kristal, dimana sumbu c tegak lurus
kristal. Kristal dengan unsur simetri
terhadap ketiga sumbu lainnya.
yang sama umumnya memiliki
Sumbu a, b, dan d masing-masing
kenampakan dan sifat optik yang
membentuk sudut 120˚ terhadap satu garis dengan nilai 1, pada sumbu b

sama lain. Sambu a, b, dan d ditarik garis dengan nilai 3, dan

memiliki panjang sama. Sedangkan sumbu ditarik garis dengan nilai 6

panjang c berbeda, dapat lebih (nilai bukan patokan, hanya

panjang atau lebih pendek perbandingan). Dan sudut antar

(umumnya lebih panjang). sumbunya a+^b- = 20˚ ; d-^b+= 40˚.

Pada kondisi sebenarnya, Hal ini menjelaskan bahwa antara

sistem kristal Hexagonal imemiliki sumbu a+ memiliki nilai 20˚

axial ratio (perbandingan sumbu) a = terhadap sumbu b- dan sumbu d-

b = d ≠ c yang artinya panjang membentuk sudut 40˚ terhadap

sumbu a sama dengan sumbu b dan sumbu b+.

sama dengan sumbu d, tapi tidak Sistem kristal hexagonal ini

sama dengan sumbu c. Dan juga dibagi menjadi 7 kelas yaitu sebagai

memiliki sudut kristalografi α = β = berikut:

90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada  Hexagonal Piramid

sistem ini, sudut α dan β saling tegak  Hexagonal Bipramid


lurus dan membentuk sudut 120˚  Dihexagonal Piramid
terhadap sumbu γ.  Dihexagonal Bipiramid
Pada penggambaran dengan
 Trigonal Bipiramid
menggunakan proyeksi orthogonal,
 Ditrigonal Bipiramid
sistem Hexagonal memiliki
 Hexagonal Trapezohedral
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 :
Beberapa contoh mineral
6. Artinya, pada sumbu a ditarik
dengan sistem kristal Hexagonal ini
adalah quartz, corundum, hematite, sama dengan sumbu b dan sama

calcite, dolomite, apatite. dengan sumbu d, tapi tidak sama

(Mondadori, Arlondo. 1977). dengan sumbu c. Dan juga memiliki

Gambar 2.5 Sistem Hexagonal sudut kristalografi α =β = 90˚ ; γ =

120˚. Hal ini berarti,pada sistem ini,

sudut α dan β saling tegak lurus


2.3.2 Sistem Trigonal dan membentuk sudut120˚
Sistem ini mempunyai nama terhadap sumbu γ. Pada
lain yaitu Rhombohedral, selain itu penggambaran dengan
beberapa ahli memasukkan sistem ini menggunakan proyeksi
kedalam sistem kristal Hexagonal. orthogonal,sistem kristal Trigonal
Demikian pula dengan cara memiliki perbandingan sumbu a : b :
penggambarannya yang juga c = 1 : 3 :6. Artinya, pada sumbu
sama. Perbedaannya, bila pada a ditarikgaris dengan nilai 1, pada
siatem Trigonal setelah terbentuk sumbu b kristal tetragonal hampir
bidang dasar, yang terbentuk segi mirip dengan sistem kristal
enam, kemudian dibentuk segitiga isometrik. Sistem kristal ini memiliki
dengan menghubungkan dua titik tiga sumbu kristal utama yang
sudut yang melewati satu titik masing-masing juga saling tegak
sudutnya.Pada kondisi sebenarnya, lurus, yaitu a, b, c.
Trigonal memiliki axial ratio Sistem kristal ini terbagi dalam 5
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , kelas, yaitu piramidal,
yang artinya panjang sumbu a rhombohedral, ditrigonal piramidal,
trapezohedral dan hexagonal Penentuan klas simetris dari

skalenohedral. 1) Trigonal kristal hexagonal dan trigonal dapat

piramidal 2) Trigonal trapezohedral; didasarkan pada prinsip berikut:

dicirikan oleh termasuk ke dalam 1. Herman Mauguin

kelas ke 12 dengan sistem simetri 32 Bagian 1 : Menunjukkan nilai

memiliki 1 sumbu putar tiga dan 3 sumbu c,mungkin bernilai 6, 3, atau

sumbu putar dua. 3) Ditrigonal 3 dan adaatau tidaknya bidang

piramidal; dicirikan oleh termasuk simetri yangtegak lurus sumbu c

ke dalam kelas kristal ke 11 dengan tersebut

sifat simetri kristal 3m memiliki 1 Bagian 2 : Menunjukkan ada atau

sumbu putar tiga dan 3 bidang tidaknyasumbu a bernilai 2 dan

simetri 4) Ditrigonal skalenohedral; ada atautidaknya bidang simetri

dicirikan pleh termasuk ke dalam vertikal yangtegak lurus dengan

kelas kristal ke 13, dengan sifat sumbu tersebut.

simetri 3bar 2/m memiliki 1 bidang Bagian 3 :Menunjukkan ada atau

putar tiga, 3 bidang putar dua dan 3 tidaknyasumbu simetri

bidang simetri 5) Rombohedral diagonal/intermedietbernilai 2 dan

dicirikan oleh bentuknya yang atau tidaknya bidangsimetri

rhombis Contoh mineral dengan diagonal/intermediet yangtegak

sistem kristal trigonal adalah lurus sumbu diagonal tersebut

tourmaline dan cinabar (Mondadori, 2. Schonflies.

Arlondo. 1977). Bagian 1: dipandang nilai dari

sumbu yangtegak lurus dengan


sumbu c, makaada dua -Bidang simetri diagonal saja

kemungkinan yaitu bernilai2 atau makadinotasikan dengan d.

tidak bernilai. Kalau sumbu cbenilai

2 maka termasuk kelas

D(Didrick). Kalau sumbu c

tidakbernilai, maka termasuk

kelas c(cyclick). b. Gambar 2.6 Sistek kristal trigonal


Bagian 2: ke kanan agak kebawah

notasi Datau C dituliskan nilai

sumbu c nya.c.

Bagian 3: dipandang bidang

simetrinya:kalau mempunyai :

-Bidang simetri horizontal, 2.3.3 Proyeksi Stereografis

bidangsimetri vertikal dan bidang kristal dan mineral memiliki

simetridiagonal maka dinotasikan sifat simetri kristal. Sifat simetri

dengan h. kristal dapat ditentukan dengan

-Bidang simetri horizontal diproyeksikan secara stereografis..

danbidang simetri vertikal Parameter-parameter proyeksi

makadinotasikan dengan h. stereografis tersebut meliputi rotasi

-Kalau bidang simetri vertikal (diputar 360o ), inversi (dibalik 360o

danbidang simettri diagonal ), rotoinversi (putarbalik) dan

makadinotasikan dengan v. refleksi (pencerminan).

1. Rotasi (r)
Sifat rotasi ditentukan dengan 3. Roto-inversi (𝑖)
Sifat rotoinversi ditentukan
frekuensi bentuk kristal yang sama
dengan frekuensi bentuk kristal
jika kristal diputar dalam 360o.
yang sama jika kristal diputar
Kubus memiliki 4x bentuk yang
sambil diinversi dalam 360o.
sama ketika diputar 360o. Balok
Kubus memiliki 6x bentuk yang
memiliki 2x bentuk yang sama
sama ketika dirotoinversi 360o.
ketika diputar 360o, dan handphone
Balok memiliki 2x bentuk yang
memiliki 1x bentuk yang sama
sama ketika dirotoinversi 360o,
ketika diputar 360o.
dan handphone memiliki 1x
2. Inversi (i)
bentuk yang sama ketika
Sifat inversi ditentukan dengan
dirotoinversi 360o.
frekuensi bentuk kristal yang

sama jika kristal diinversi dalam

360o . Kubus memiliki 4x inversi 4. Refleksi (m)

bentuk yang sama ketika diinversi Sifat refleksi ditentukan

360o untuk 4 arah inversi yang dengan frekuensi bentuk kristal

berbeda. Balok memiliki 2x yang sama jika kristal

bentuk yang sama ketika diinversi direfleksikan melalui bidang

360 o
untuk 4 arah inversi yang reflektor sejajar dengan tiap-tiap

berbeda, dan handphone memiliki sumbunya. Kubus memiliki 6

1x bentuk yang sama ketika bentuk yang sama ketika ketika

diinversi 360o untuk 4 arah inversi dipasang reflektor yang sejajar

yang berbeda. pada tiap-tiap sumbunya. Balok


memiliki 2x bentuk yang sama

ketika dipasang reflektor yang asistensi

sejajar pada tiap-tiap sumbunya,

dan handphone (tidak simetris)


Jurnal
persiapan
Pada praktikum kali ini, terdapat

empat sampel peraga yang di


Pelaksanan Praktikum
gunakan yaitu Trig 3, Heksa 6, Trig

1 dan Heksa 3. Tahapan yang harus

di perhatikan dalam praktikum kali

ini adalah :

3.1. Tahap Pendahuluan Praktikum

memiliki 1x bentuk yang sama Adapun tahapan tahapan yang

ketika dipasang reflektor yang dilakukan sebelum praktikun adalah;

sejajar dengan tiap-tiap 1. Asistensi acara


sumbunya.
2. Membuat proyeksi
Gambar 2.6 Proyeksi
Stereografi 3. Mempersiapkan LKP

III. Metodologi 3.2 Tahap Pelaksanaan


Praktikum
Adapun tahapan tahapan yang
dilakukan pada saat praktikum yaitu:

1. Pengecekan alat

2. Responsi umum
3. Pengambil sampel (1) (2)
Gambar 4.1 (1) Sampel Trig 3
4. Pelengkapan LKP (2) Proyeksi Tetra 10

5. Pembuatan laporan sementara Replika kristal pertama

dengan nomor replika Trig 3


3.3 Tahab Asistensi
Adapun kegiatan yang dilakukan termasuk ke dalam sistem kristal

pada tahap asistensi sebagai berikut: trigonal karena memiliki karena

memiliki 4 sumbu yaitu a, b, c,dan d


1. Melakukan perbaikan LKP
dimana perbandingan sumbunya
2. Merevisi jurnal
yaitu a = b=d ≠ c serta
3.2.Penyusun Jurnal
perbandingan sudutnya yaitu α = β =
Dalam penyusun jurnal ada
γ = 120° dengan elemen kristal A6,
beberapa tahap yang harus dilakukan
6A2, 7PC. Herman Mauguin 6/m,
di antaranya:
2/m, 2/m. schoenflies D6h.
1. Tahap penyusun
Ditrigonal pyramidal dan ditrigonal
2. Asistensi jurnal
prymid adalah klas dan bentuk
3. Revisi jurnal
kristal terdapat di Trig 3.
4. Mencetak jurnal
4.2 Heksa 6
5. Pengumpulan jurnal

6. Penilian

IV.Pembahasan

4.1 Trig 3

(1) (2)
Gambar 4.2 (1) Sampel Heksa 6
(2) Proyeksi Heksa 6
Replika kristal kedua dengan Replika kristal ketiga dengan

nomor replika heksa 6 termasuk ke nomor replika Trig 1 termasuk ke

dalam sistem kristal heksagonal dalam sistem kristal trigonal karena

karena memiliki karena memiliki 4 memiliki karena memiliki 4 sumbu

sumbu yaitu a, b, c, dan d dimana yaitu a, b, c, dan d dimana

perbandingan sumbunya yaitu a = b perbandingan sumbunya yaitu a = b

= c ≠ d serta perbandingan sudutnya =d ≠ c serta perbandingan sudutnya

yaitu α = β = 90°, γ = 120° dengan yaitu α = β = γ = 120° dengan

elemen kristal A3,. Herman Mauguin elemen kristal A3, 3A2, 4PC. Herman

3/m, 2/m ,2/m. schoenflies D3d. Mauguin 3/m, 2/m, 2/m elemen
Hexagonal Scalenohedral dan kristal schoenflies D3h. Trigonal

Scalenohedral adalah kelas dan Dypiramidal dan Trigonal

bentuk kristal yang terdapat di Heksa Dypiramid adalah kelas dan bentuk

6 kristal terdapat di Trig 1.

4.4 Heksa 3

4.3 Trig 1

(1) (2)
Gambar 4.3 (1) Sampel Heksa 3
(2) Proyeksi Heksa 3

(1) (2) Replika kristal keempat dengan


Gambar 4.3 (1) Sampel Trig 1
(2) Proyeksi Trig 1 nomor replika Heksa 3 termasuk ke
dalam sistem kristal Heksagonal ˚,γ =120˚. Sedangkan sistem

karena memiliki karena memiliki kristal trigonal adalah sistem

34sumbu yaitu a, b, c, dan d dimana kristal dengan panjang sumbu

perbandingan sumbunya yaitu a = b a=b=d≠c dengan sudut sumbu

= c ≠ d. serta perbandingan sudutnya perpotongan α = β = γ = 120˚.

yaitu α = β = 90° γ = 120° dengan 2. Menentukan element kristal

elemen kristal 5A4, 6A3, 8A2, 13Pc. Herman Mauguin dan

Herman Mauguin 6/m, 2/m, 2/m. Schoenflies, yaitu menggunakan

schoenflies D2h. Dyhexagonal 4 sampel peraga, dimana

Dypiramid dan Hexagonal Herman manguin dan schoenflis

dypiramidal adalah klas dan bentuk masing masing peraga ;

kristal yang terdapat di peraga Heksa a. Trig 3 ; Herman Mauguin

3 6/m, 2/m, 2/m dan

schoenflies D6h.

b. Heksa 6; Herman Mauguin


VI. Kesimpulan
3/m, 2/m ,2/m dan
Setelah melakukan praktikum,
schoenflies D3d
praktikan telah mengetahui:
c. Trig 1 ; Herman Mauguin
1. Sistem kristal hexagonal dan
3/m, 2/m , 2/m. Dan
sistem kristal trigonal . Sistem
schoenflies D3h
Kristal Hexagonal adalah sistem
d. Heksa 3; Herman Mauguin
kristal dengan panjang sumbu
6/m, 2/m, 2/m dan
yaitu a=b=c≠d dengan sudut
schoenflies D2h
sumbu perpotongan α = β = 90
3. Menentukan kelas dan bentuk

kristal yaitu dengan

menggunakan empat sampel

peraga dimana kelas dan

bentuk kristal masing masing

peraga;

a. Trig 3 ; kelas Trigonal

Dypiramidal dan bentuk

prisma

b. Heksa 6 ; kelas Hexagonal

Scalenohedral dan bentuk

Scalenohedral

c. Trig 1 ; kelas Trigonal

Dypiramidal dan bentuk

Trigonal Dypiramidal

d. Heksa 6 ; kelas

Dyhexagonal Dypiramid

dan bantuk Hexagonal

Pyramidal.

DAFTAR PUSTAKA

Balfas, M. D., 2015. Geologi Untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Hakim, N., 2016. Panduan Praktikum Kristalografi da Minerolgi, pp. 4-6.
Hibbard, M., 1992. Minerology: A Geologist's point of view. Boston: s.n.
Muryaningsi, S., 2018. KRISTALOGRAFI & MINERALOGI. Yogyakarta:
AKPRIND PRESS.
Pellant, C., 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley Limited.
Warno, T. & Marin, J., 2020. Buku Ajar Miinerologi. Semarang: Tri Warno dan
Jenian Marin.
Wermada, T., 2004. Agrominerology (Minerology Untuk Ilmu Pertanian).
Yogyakarta: UGM.

Anda mungkin juga menyukai