Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KRISTAL ISOMETRIK DAN TETRAGONAL

Rezky Rhamadhan1, Gabriel Gery Wisal Hamka2


1
Rezky Rhamadhan , Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi, Departemen Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin
Gabriel Gery Wisal Hamka2, Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi, Departemen Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

“Kristalografi” berasal dari bahasa Yunani crystallon= tetesan dingin/beku,


dengan makna meluas kepada semua padatan transparan pada derajat tertentu, dan grapein
= menulis Kristalografi merupakan sains eksperimental yang bertujuan menentukan
susunan atom dalam zat padat. Kata Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari
Mineralogi tetapi pada ilmu ini lebih berfokus mempelajari kristal . Tetapi karena bentuk-
bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral. Praktikum ini dilakukan dengaan
bermaksud untuk mengenal dan memahami sistem kristal yaitu Isometrik dan Tetragonal
yang terbagi menjadi 6 yaitu Isometrik, Tetragonal, Trigonal, Heksagonal, Monoklinik dan
Triklinik, tetapi pada acara 1 kali ini akan berfokus pada Isometrik dan Tetragonal .
Adapun metode yang percobaan pada praktikum ini adalah tahap persiapan, tahap analisis
data, tahap pengisian LKP/data dan tahap pengerjaan jurnal. Hasil yang didapatkan dari
praktikum ini adalah 3 sumbu kristal yaitu a,b, dan c. Pada sistem kristal Isometrik
mempunyai sifat kristal a:b:c, adalah a = b = c, α = β = γ = 900. Pada sistem kristal
Tetragonal mempunyai sifat kristal a:b:c adalah a = b ≠ c, a+ +b- = 300. Bentuk kristal
Isometrik pada sampel 1 yaitu berbentuk Cube dengan klas Hexoctahedral; sampel 2
berbentuk Prizma Tetragonal dengan klas Dytetragonal Dypiramidal; untuk sistem
tetragonal sampel 3 bentuk Tristetrahedron dengan klas Tetrahedron; dan sampel 4
berbentukPrizma Tetragonal ,dengan klas kristal Dyetragonal Pyramidal .

Kata kunci : Mineral, Krsitalorafi, Mineralogi, Isometrik, Tetragonal, Sistem Kristal

I. PENDAHULUAN Batuan merupakan benda

1.1 Latar Belakang alam yang tersusun atas kumpulan

mineral penyusun kerak bumi yang


menyatu secara padat maupun Kristalisasi dapat terjadi dari

berserakan. Pembentukan batu larutan, hal ini merupakan hal yang

merupakan hasil proses alam. Di umum yaitu bila larutan telah jenuh,

dalam batu terdapat satu atau Benda Gas dengan unsur kimia

beberapa jenis mineral. Batu dapat tertentu akan dapat mengkristal,

terbentuk melalui proses kristalisasi unsur tersebut misalnya belerang,

magma, sendimentasi dan juga kristalisasi terjadi dari larutan

metamorfisme. Dari proses peleburan, uap atau gas. mineral, tipe

pembentukan tersebut, jenis batu ini di kenal ada dua macam yaitu

dapat dibedakan menjadi batuan metamik mineral dan oleh karena itu

beku, batuan sedimen dan batuan praktikum ini bertujuan untuk

metamorf. memberikan pemahaman kepada

Di alam mineral dijumpai praktikan terkait sistem kristal akan

bermacam-macam dengan berbagai lebih lanjut dibahas terutama sistem

bentuk yang bervariasi, terkadang kristal isometrik dan sistem kristal

hanya terdiri dari sebuah kristal atau tetragonal.

gugusan kristal-kristal dalam rongga- 1.2 Maksud dan Tujuan

rongga atau celah batuan, tetapi Adapun maksud dan tujuan

umumnya mineral dijumpai sebagai diadakannya praktikum ini adalah

kumpulan butiran kristal yang agar praktikan dapat mendeskripsi

tumbuh bersama membentuk batuan. serta mengetahui sifat, sistem,

Monoklin, Triklin. elemen, nilai dan kelas kristalnya.


Adapun tujuan dari praktikum ini 6. Busur 1800, 3600

ialah: 7. Penggaris 30 cm

1. Untuk mengetahui cara 8. Clipboard

menggambar dan 9. Drawing pen

mendeskripsikan sistem 10. Penghapus

kristal Isometr dan

Tetragonal. II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Untuk menetahui bentuk, klas 2.1 Mineralogi dan Kristalografi

serta sifat-sifat dari sistem Mineralogi adalah cabang dari

kristal Isometrik dan ilmu geologi yang mempelajari

Tetragonal. tentang mineral, karakteristik bentuk

3. Untuk mengetahui elemen, fisik dan komposisi kimianya, sistem

nilai serta Indeks bidang dari kristalografinya, teknik identifikasi

suatu kristal. dan penggolongan mineral, serta

1.3 Alat dan Bahan aplikasinya dalam ilmu kebumian dan

Adapun alat dan bahan yang cabang ilmu lainnya.

digunakan dalam praktikum ini ialah: Studi Mineralogi mempelajari

1. LKP (Lembar deskripsi segala hal terkait properti fisik dan

Proyeksi Kubus, Stereografi) kimia mineral, bertujuan untuk

2. Pensil identifikasi jenis mineral dan

3. Pensil Warna membedakan antara mineral yang

4. ATK (Alat Tulis Kertas) satu dengan mineral lainnya. Properti

5. Sampel peraga fisik adalah segala kenampakan


mineral terkait struktur geometri proses pendinginan. Kristal juga

kristal, sedangkan properti kimia sering disebut sebagai hablur atau

meliputi komposisi unsur-unsur balur, mengacu pada sifat fisik yang

kimiawi mineral baik yang berupa menandainya, karena kristal bersifat

unsur utama (major element) ataupun hablur. Ilmu yang mempelajari

unsur jejak (trace element). tentang sistem penggambaran dan

Mineral di alam hadir dalam sifat simetri kristal disebut

berbagai variasi ukuran, dapat hadir “KRISTALOGRAFI”. Kristalografi

berukuran gigantic (>1 m), tetapi juga sangat penting di dalam pembelajaran

bisa hadir dalam ukuran “MINERALOGI”, karena mineral

mikrokristalin-kriptokristalin mineral selalu memiliki bentuk kristal yang

(<1 mm). Mineral-mineral berukuran dikenal dengan sifat KRISTALIN.

kasar sangat mudah untuk 2.2 Sistem Kristal

diidentifikasi melalui pengamatan Terbentuknya sebuah kristal

mata biasa, tapi tidak demikan halnya yang mana setiap bagian merupakan

dengan mineral-mineral berukuran yang serba sama, bentuk tiga dimensi

sangat halus. dari kristal dibentuk olehh bidang-

Kristal berasal dari bahasa Yunani bidang datar yang terlihat dari luar

yaitu “Krustallos”, terdiri atas dan bidang tersebut ditentukan oleh

“kruos” yang artinya beku dan barisan atom-atom bagian dalam.

“stellein” yang artinya dingin. Jadi Semua kristal memperlihatkan

kristal mengacu pada kedua kata perbedaan sudut dari simetri dan juga

tersebut berarti membeku karena jumlah unsur-unsur simetrinya


Terdapat 7 sistem kristal yaitu sistem dibedakan berdasarkan cara

kristal isometrik, sistem kristal mendapatkan nilai simetrinya.

tetragonal, sistem kristal hexsagonal, Gire, atau sumbu simetri biasa,

sistem kristal trigonal, sistem kristal cara mendapatkan nilai simetrinya

orthorombik, sistem kristal monoklin adalah dengan memutar kristal pada

dan sistem kristal triklin. Namun, porosnya dalam satu putaran penuh.

yang akan di bahas disini hanyalah Bila terdapat dua kali kenampakan

sistem kristal hexagonal dan sistem yang sama dinamakan digire, bila tiga

kristal trigonal Bentuk kristal yang trigire, empat tetragire , heksagire,

terdapat di bumi sangat banyak sekali dan seterusnya.

ragamnya, dari bentuk yang paling Giroide adalah sumbu simetri

sederhana sampai yang sangat rumit. yang cara mendapatkan nilai

2.3 Sumbu, Sudut, dan Bidang simetrinya dengan memutar kristal

Simetri pada porosnya dan

Sumbu simetri adalah garis memproyeksikannya pada bidang

bayangan yang dibuat menembus horisontal. Dalam gambar, nilai

pusat kristal, dan bila kristal diputar simetri giroide disingkat tetragiroide

dengan poros sumbu tersebut sejauh dan eksagiroide. Penulisan nilai

satu putaran penuh akan didapatkan simetrinya dengan cara

beberapa kali kenampakan yang menambahkan bar pada angka simetri

sama. Sumbu simetri dibedakan itu. Kristal mempunyai bentuk 3

menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan dimensi, yaitu panjang, lebar, dan

sumbu inversi putar. Ketiganya tebal atau tinggi.Tetapi dalam


penggambarannya dibuat 2 dimensi tersebut membagi kristal melalui dua

sehingga digunakan proyeksi sumbu utama sumbu kristal, Bidang

orthogonal. simetri aksial ini dibedakan menjadi

Sudut simetri adalah sudut antar dua, yaitu bidang simetri vertikal,

sumbu-sumbu yang berada dalam yang melalui sumbu vertical dan

sebuah kristal. Sudut-sudut ini bidang simetri horisontal, yang

dimulai pada titik persilangan sumbu- berada tegak lurus terhadap sumbu c.

sumbu utama pada kristal yang akan Bidang simetri menengah adalah

sangat berpengaruh pada bentuk dari bidang simetri yang hanya melalui

kristal itu sendiri. Letak bidang kristal satu sumbu kristal.Bidang simetri ini

terhadap susunan salib sumbu kristal sering pula dikatakan sebagai bidang

adalah, α : sudut yang dibentuk antara simetri diagonal.

sumbu b dan sumbu c, β : sudut yang 2.4 Sistem Isometrik


dibentuk sumbu a. Sistem isometrik adalah

Bidang simetri adalah bidang sistem yang paling simetris mungkin

bayangan yang dapat membelah dalam ruang tiga dimensi (Desy

kristal menjadi dua bagian yang sama, Alvira 2020). Hal ini terdiri dari tiga

dimana bagian yang satu merupakan sumbu kristalografi panjang yang

pencerminan dari bagian yang lain. sama dan di sudut kanan satu sama

Bidang simetri ini dapat dibagi lain. Ini berbeda dari sistem lain

menjadi dua, yaitu bidang simetri dalam banyak hal. Kristal isometrik

aksial dan bidang simetri menengah. tidak polarisasi cahaya. Selain itu,

Bidang simetri aksial bila bidang sumbu kristalografi, sementara


mereka menjadi beberapa elemen sama dengan sumbu b dan sama

simetri, bukan sumbu prinsip simetri, dengan sumbu c. Dan juga memiliki

seperti halnya dalam sistem lain. sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal

Semua bentuk kristal isometrik ini berarti, pada sistem ini, semua

adalah bentuk tertutup dan eksklusif sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak

untuk sistem ini. Tidak ada kristal lurus satu sama lain (90˚).

isometrik akan memiliki wajah yang


Berikut pembagian klas pada
dimiliki piramida, prisma,
Sistem isometrik:
rhombohedrons, scalahedrons,

kubah, sphenoids, pinacoids atau

pedions.

Sistem ini juga disebut sistem


Gambar 2.4.1 Sistem Isometrik
kristal regular, atau dikenal pula
Tabel 2.4.2 Klas Isometrik
dengan sistem kristal kubus atau

kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 1.Hextetrahedral


Symmetry Klas
dan saling tegak lurus satu dengan - Kelas : 31
- Simetri Bar : 4 3 m
yang lainnya. Dengan perbandingan - 3 Sudut 900

2.Gyroidal Symmetry
panjang yang sama untuk masing- Klas
- Kelas : 30
masing sumbunya. - Simetri Bar : 4 3 2
- 3 Sudut 900
Pada kondisi sebenarnya,
3.Diploidal Symmetry
sistem kristal Isometrik memiliki Klas
- Kelas : 29
axial ratio (perbandingan sumbu a = - Simetri Bar : 2/m bar
3
b = c, yang artinya panjang sumbu a - 3 Sudut 900
4.Tetartoidal Pada kondisi sebenarnya,
Symmetry Klas
- Kelas : 28 Tetragonal memiliki axial ratio
- Simetri Bar : 2 3
- 3 Sudut 900 (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang

artinya panjang sumbu a sama dengan


2.5 Sistem Tetragonal
sumbu b tapi tidak sama dengan
Dalam kristalografi, tetragonal
sumbu c. Dan juga memiliki sudut
merupakan satu dari tujuh sistem
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
kristal dan mempunyai tujuh buah
berarti, pada sistem ini, semua sudut
kelas. Tetragonal merupakan hasil
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak
dari pemanjangan bentuk dasar cubic
lurus satu sama lain (90˚).
sehingga bentuk dasar cubic tersebut

menjadi prism. Tetragonal

mempunyai dua buah bentuk bravais

lattice yaitu simple tetragonal dan

centered tetragonal.

Sama dengan sistem Isometrik,

sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu Gambar 2.5.1 Sistem Tetragonal

kristal yang masing-masing saling Pada penggambaran dengan

tegak lurus. Sumbu a dan b menggunakan proyeksi orthogonal,

mempunyai satuan panjang sama. sistem kristal Tetragonal memiliki

Sedangkan sumbu c berlainan, dapat perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 :

lebih panjang atau lebih pendek. Tapi 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis

pada umumnya lebih panjang. dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik


garis dengan nilai 3, dan sumbu c intermediet bernilai 2 dan ada atau

ditarik garis dengan nilai 6 (nilai tidaknya bidang simetri tegak lurus

bukan patokan, hanya perbandingan). sumbu diagonal tersebut.

Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = B. Schoenfilies

30˚. Hal ini menjelaskan bahwa 1. Di pandang dari sumbu c,

antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ maka ada dua kemungkinan yaitu

terhadap sumbu bˉ. bernilai 4 atau bernilai 2. Kalau

sumbu c bernilai 4, klas O (oktaeder).


2.6 Herman Mauguin dan
Kalau sumbu c bernilai 2, termasuk
Schoenfilies Isometrik
klas T (Tetraeder).
A. Herman Mauguin
2. Di pandang bidang simetrinya
Pada sistem ini biasanya ada
kalua mempunyai :bidang simetrinya
tiga bagian :
horizontal, bidang simetri vertical dan
Bagian 1 : Menunjukkan nilai sumbu
bidang simetri diagonal maka
a, mungkin bernilai 4, 2 dan ada atau
dinotasikan dengan h.
tidaknya bidang simetri yang tegak
a.Bidang simetri horizontal dan
lurus sumbu a tersebut.
bidang simetri vertical maka
Bagian 2 : Menunjukkan ada atau
dinotasikan denan h.
tidaknya sumbu simetri bernilai 3 dan
b.Bidang simetri vertical dan bidang
ada atau tidaknya bidang simetri
simetri diagonal maka dinotasikan
vertical yang tegak lurus dengan
dengan v.
sumbu tersebut.
c.Bidang simetri diagonal saja
Bagian 3 : Menunjukkan ada atau
dinotasikan d.
tidaknya sumbu simetri diagonal /
3. Notasi h, v atau d dituliskan di B. Schoenfilies

kana nagak kebawah dan notasi huruf 1. Di pandang nilai dari sumbu

O atau T. yang tegak lurus dengan sumbu c,

2.7 Herman Mauguin dan maka ada dua kemungkinan yaitu

Schoenfilies Tetragonal bernilai 2 atau tidak bernilai. Kalau

A. Herman Mauguin sumbu c bernilai 2, termasuk klas D

Pada bagian ini biasanya (Diedrick) kalua sumbu c tidak

terdiri atas 3 bagian: bernilai termasuk klas C (Cyclick).

Bagian 1 : Menunjukan nilai sumbu c, 2. Ke kana nagak ke bawah

mungkin bernilai 4 atau 4bar dan ada notasi D atau C dituliskan nilai sumbu

atau tidaknya bidang simetri yang c nya.

tegak lurus sumbu a tersebut. 3. Di pandang bidang simetrinya

Bagian 2 : Menunjukkan ada atau kalua mempunyai :

tidaknya sumbu a yang bernilai 2 atau a. Bidang simetri horizontal, bidang

ada atau tidaknya bidang simetri simetri vertical, bidang simetri

vertical yang tegak lurus dengan diagonal maka dinotasikan h.

sumbu a tersebut. b. Bidang simetri horizontal, bidang

Bagian 3 : Menunjukan ada atau simetri vertical maka dinotasikan h.

tidaknya sumbu simetri diagonal c. Bidang simetri vertical, bidang

intermediet bernilai 2 dan ada atau simetri diagonal maka dinotasikan v.

tidaknya bidang simetri d. Bidang simetri diagonal saja di

diagonal/intermediet yang tegak lurus notasikan d.

sumbu diagonal tersebut.


III. METODE PRAKTIKUM 4. Melengkapi LKP atas sampel

Pada praktikum kali ini, kita yang di amati

menggunakan empat sampel peraga 5. Membuat laporan sementara

dalam pelaksanaan praktikum. 3.3 Tahap Asistensi

Tahapan yang harus diperhatikan Ada pun keiatan yang

dalam pelaksanaan praktikum kali ini dilakukan dalam tahap asistensi

adalah : adalah:

3.1 Tahap Sebelum Praktikum 1. Melakukan perbaikan lembar kerja

Adapun tahapanan-tahapan praktikum (LKP)


yang dilakukan sebelum
2. Merevisi Jurnal
pengambilan data yaitu :
3.4 Penyusunan Jurnal
1. Asistensi Acara
Dalam penyusunan jurnal ada
2. Mengerjakan Tugas Pendahuluan
beberapa tahap yang harus dilakukan
3. Membuat Proyeksi
pada saat penyusunan jurnal
4. Mempersiapkan LKP
diantaranya:
3.2 Tahap Praktikum
1. Tahap Penyusunan
Adapun tahapan-tahapan
2. Asistensi Jurnal
yang dilakukan pada saat praktikum
3. Revisi Jurnal
yaitu:
4. Mencetak Jurnal
1. Cek Alat
5. Pengumpulan jurnal
2. Melakukan responsi Umum
6. Penilaian
3. Mengambil sampel yang

disediakan
(0,0,1) (0,1,-1)
Persiapan
(0,1,1) (1,-1,0)
(1,0,0) (0,-1,1)
(0,1,1)
(0,1,0)
Pelaksanaa
n (1,1,0)
(0,1,-1)
(1,0,-1)
Asistensi (0,-1,-1)

Berdasarkan deskripsi tersebut

didapatkan kelas kristal


Jurnal
Hexoctrahedral dan bentuk kristal

Gambar 3.1 Diagram Alir kubus.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel I

Pada sampel pertama dengan

nomor peraga ISO19, sistem kristal Gambar 4.1.1 ISO19


Isometrik, dengan sifat a=b=c, dan 4.2 Sampel II
sudut kristal α = β = γ = 900. Memiliki Pada sampel kedua dengan
elemen kristal 3A4, 4A3, 6A2, 9Pc, nomor peraga Tetra4, sistem kristal
dengan nilai kristal Herman Isometrik, dengan sifat a=bc, dan
Manguine yaitu 3/m, 0, 2/m, dan
sudut kristal α = β = γ = 900. Memiliki
nilai kristal Schoenfilies yaitu Oh
elemen kristal A4, 4A2, 5Pc, dengan
Nilai indicens bidang antara lain :
nilai kristal Herman Manguine yaitu
4/m, 2/m,2/m dan nilai kristal yaitu Dh. Nilai indicens bidang

Schoenfilies yaitu 2Dh. Nilai indicens antara (0,1,1) lain :

bidang antara lain : (1,0,-1)

(0,1,0) (0,-1,1)

(0,-1,0) Berdasarkan uraian di atas


(0,0,1)
didapatkan kelas kristal
Berdasarkan deskripsi di
Hexetetrahedral, dan bentuk kristal
dapatkan kelas kristal Dytetragonal
Tristetrahedron.
dypiramida, dan bentuk kristal

Prizma tetragonal

Gambar 4.3.2 ISO3

Gambar 4.2.1TETRA 4 4.4 Sampel IV

Pada sampel ketiga dengan


4.3 Sampel III
nomor peraga Tetra10, sistem kristal
Pada sampel ketiga dengan
Tetragonal, dengan sifat a=b≠c, dan
nomor peraga Iso3, sistem kristal
sudut kristal α = β = γ = 900. Memiliki
Tetragonal, dengan sifat a=b=c, dan
elemen kristal 4A2,A4,5Pc dengan
sudut kristal α = β = γ = 900. Memiliki
nilai kristal Herman
elemen kristal A4, 4A2,5Pc, dengan
Manguine yaitu 4/m,2/m.2/m dan
nilai kristal Herman Manguine yaitu
nilai kristal Schoenfilies yaitu
4, 2, 2, dan nilai kristal Schoenfilies
D2h.Nilai indeces bidang antara lain
kristal tetragonal a : b : c = 1 : 3
(0,1,0) (0,0,1) : 3.

(1,1,0) (1,0,1) 2. Bentuk kristal Isometrik pada


(1,0,0) (0,1,1) sampel 1 yaitu berbentuk kubus
(0,0,-1) dengan klas Hexoctahedral;
(1,0,-1) sampel 2 berbentuk Prizma
(0,1,-1) Tetragonal dengan klas
Berdasarkan deskripsi Dytetragonal Dypiramidal;
untuk sistem tetragonal sampel
didapatkan kelas kristal Tetragonal
3 bentuk Tristetrahedron
Dypiramida dan bentuk kristal Prism dengan klas Hexatetrahedral ;
and Dypiramida dan sampel 4 berbentuk Prism
and Dypiramida,dengan klas
kristal Tetragonal Dypiramidal

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4.4.1 TETRA 10

Audia, Lushy 2010. Kristalografi.


V. KESIMPULAN Malang : Universitas
Negeri Malang.
Setelah melakukan praktikum Alvrida, Desy 2020. Sistem Kristal
Isometrik.
dapat disimpulkan bahwa : www.id.scribd.com diakses
9 September 2023
1. Cara penggambaran sistem
Harris, Muhammad 2017. Siklus
Isometrik dan tetragonal yaitu, Batuan : Pengertian,
harus memperhatikan terlebih Proses dan Klasifikasinya.
dahulu perbandingan sumbu, Kristalografi . (2016) .
dimana kedua system memiliki p2kstekom.ac.id. Diakses
tanggal 8 September 2023.
perbandingan sumbu sistem Dari www.p2kstekom.ac.id
isometrik a : b : c = 1: 3 : 6, /Tanpa Penulis
untuk sumbu pada sistem
Prayitno, Budi. 2016.
Panduan praktikum
kristalografi & Mineralogi.
Pekanbaru : Universitas
Islam Riau.

Anda mungkin juga menyukai