Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, termasuk sejarah,
komposisi, struktur, dan proses yang terjadi di dalamnya. Ilmu geologi
melibatkan penelitian tentang batuan, mineral, fosil, struktur geologis,
proses geodinamika, dan banyak aspek lainnya yang terkait dengan bumi.
Kristalografi dan mineralogi adalah dua bidang yang terkait
erat dengan geologi. Dalam geologi, pengetahuan tentang kristalografi dan
mineralogi penting karena mineral dan batuan adalah komponen utama dari
kerak bumi.
Secara bahasa kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani
crystallon yang berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada
semua padatan transparan pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti
menulis Dahulu istilah ini digunakan untuk studi ilmiah kristal.
Kristalografi adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur kristal dan
sifatsifatnya. Kristalografi melibatkan studi tentang pengaturan tiga
dimensi atom atau molekul dalam suatu kristal dan bagaimana pengaturan
ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari materi tersebut.
Secara bahasa kata “Minerologi” terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan
organik (anorganik). Mineralogi adalah cabang ilmu geologi yang
mempelajari mineral, yaitu zat padat anorganik yang memiliki komposisi
kimia yang khas dan struktur kristal yang teratur. Ilmu ini berfokus pada
identifikasi, klasifikasi, sifat fisik dan kimia, serta pembentukan mineral.
Terkait dengan peranan praktikum kristalografi mineralogi dalam
mengidentifikasi sistem kristal suatu mineral maupun klasifikasi mineral,

1
maka kita perlu mengetahui cara menentukan perbandingan panjang sumbu
setiap sistem kristal. Oleh karena itu diadakanlah praktikum untuk
pengamatan dan pembelajaran dalam acara “Kristalografi Dan
Mineralogi”.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dalam mengikuti praktikum kristalografi mineralogi ini agar
dapat mempelajari dan menentukan sistem kristal maupun kelas kristal
berdasarkan Herman Mauglin serta Mendeskripsikan bentuk kristal
berdasarkan parameter penggambaran, jumlah, dan posisi sumbu kristal dan
bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal.

1.2.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari praktikum mineralogi dan kristalografi ini adalah


sebagai berikut :

1. Mengetahui apa itu kristal dan kristalografi

2. Menegetahui apa saja sistem kristal

3. Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.

4. Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.

5. Mengetahui pembagian mineral.

6. mengetahui sifat – sifat fisik mineral

1.2.3 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan :

1. Buku penuntun praktikum kristalografi dan mineralogi.

2
2. Alat tulis.

3. Peraga kristalografi.

4. Klipboard.

5. Lembar deskripsi.

6. Laptop ataupun komputer untuk mencari referensi tentang mineral yang


dideskripsi.

7. Mistar

8. Busur

Adapun bahan yang digunakan

1. Buku penuntun praktikum kristalografi dan mineralogi

2. Peraga kristalografi

3. Lembar deskripsi

4. Lembar asistensi

5. Kartu kontrol

6. Web untuk mencari deskripsi

7. Aplikasi krystalshaper

8. Kertas HVS

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kristalografi
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem
kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari
mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom
dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan
polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisikimia tertentu
yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang
halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.

Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gambaran-gambaran


dari kristal. Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga
mempunyai bentuk tertentu yang disebut bentuk kristal. Kristal adalah padatan
dimana atom molekul, dan ion penyusunnya tersusun secara teratur dan polanya
berulang dalam tiga dimensi. Secara umum, cairan membentuk kristal ketika mereka
memadat. Dalam kondisi ideal, hasilnya dapat berupa kristal tunggal dimana semua
atom padatan “menggantung” dari kristal atau struktur kristal yang sama. Namun
secara umum, sebagian besar kristal, terbentuk secara bersamaan untuk membentuk
padatan polikristalin.Misalnya sebagian besar logam yang kita temui setiap hari
adalah polikristal

Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:

 Sifat geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu


kristal yag menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk
bidang luar yang membatasiya.

4
 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar, bahwa disampig
mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,
juga mempelajari kombinasi antara satu betuk kristal dengan bentuk kristal
lainya yang masih dalam suatu sistem kristalografi, ataupun dalm arti kembaran
dari kristal yang terbentuk kemudian.
 Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbuh-sumbuh kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
 Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur ( susunan atom-atomnya), besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh
bidang kristal, sehinga akan dikenal dua zat zaitu kristalin dan non kristalin.
Di alam jarang dijumpai mineral yang berbentuk kristal ideal, kemungkinan
dijumpai tidak dalam bentuk kristal akan tetapi dinamakan kristal karena mempunyai
susunan atom atau molekul dalam keadaan yang teratur. Kristal juga dibatasi oleh
bidang-bidang datar (bidang muka) yang teratur. Sifat keteraturan susunan tersebut
tercermin oleh wajah luar kristal yang terdiri dari bidang-bidang datar (bidang-bidang
kristal) dengan jumlah tertentu. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai
kristalisasi.

2.1.1 Definisi Kristal


Kata kristal berasal dari bahasa yunani yaitu crystallon yang berarti tetesan
yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk
menyeragamkan pendapat para ahli, kristal merupakan zat padat homogen, anisotrop
dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu
dan teratur. Ciri-ciri kristal adalah permukaannya terdiri dari bidang-bidang datar
ataupun polieder (bidang banyak) yang teratur. Bidang-bidang ini disebut sebagai
bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan
besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya

5
ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal,
sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat
kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai
parameter.
Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai kristal, diantaranya adalah
padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan proses
fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada setiap kristal
tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis.
Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material
tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam
ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk
pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu. Berbagai bentuk
kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada
jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga
keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin mungkin
menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek
piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam
struktu periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang
dijelaskan dalam kristal fotonik.

Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian:
1. Tidak termasuk didalamnya zat cair dan gas
2. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika
3. Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri mengandung pengertian :
• Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
• Macam bentuk dari kristal tetap

6
• Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap

2.1.2 Sistem Kristal


1. Sistem Kristal Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ )
tegak lurus satu sama lain (90˚).
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral
Cara Menggambar sistem Kristal Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3. Dan sudut antar sumbunya a +Ʌbˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a + memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ.

7
Gambar 1.1 Sistem kristal isometrik
Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai
Tabel 2.1 Contoh Mineral Isometrik
Nama Gambar Keterangan
Mineral
Mineral ini
terdapat
didaerah
Gold Kalimantan
Utara.

Mineral ini
kebanyakan
terdapat di
Pyrit daerah
Besuku,
Jawa timur.

Mineral ini
terdapat di
daerah
Galena bangka
belitung.

2. Sistem Kristal Tetragonal


Sistem ini dikenal juga dengan sistem quadratic. Terdiri dari 3 buah sumbu:
a, b, dan c; Sb c ¹ sumbu a = b; =g = b = a c= 90°; Karena Sb a = Sb b disebut
juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb
c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih

8
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. Penggambarannya: L a+ / b- =
30° ; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
Sistem Kristal Tetragonal Di bagi Menjadi 7 Kelas Yaitu:
1) Piramid
2) Bipiramid
3) Bisfenoid
4) Trapezohedral
5) Ditetragonal piramid
6) Skalenohedral
7) Ditetragonal bipiramid

Cara Menggambar sistem Kristal Tetragonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Gambar 1.2 Sistem Kristal Tetragonal

Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai


Tabel 2.2 Contoh Mineral Tetragonal
Nama Gambar Keterangan

9
Mineral
Mineral ini
banyak
terdapat di
Kalkopirit daera
sulawesi
tengah.
Mineral ini
terdapat di
sulawesi
Hardistonit selatan.

Mineral ini
terdapat di
daerah jawa
Luzonit barat.

3. Sistem Kristal Hexagonal


Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
 Sistem  ini dibagi menjadi 7:
 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid

10
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid

Cara Menggambar sistem Kristal Hexagonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk
sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Gambar 1.3 Sistem Kristal Heksagonal

Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai


Tabel 2.3 Contoh Mineral Hexagonal
Nama Gambar Keterangan
Mineral

11
Mineral ini
terdapat
Hematit didaerah Jawa
Barat

Mineral ini
terdapat di
Dolomit daerah
Kliripan,
Yogyakarta

Mineral ini
terdapat di New
Kuarsa York

4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal
Setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
 Trigonal pyramid
 Trigonal Trapezohedral

12
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral

Cara Menggambar sistem Kristal Trigonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Gambar 1.4 Sistem Kristal Trigonal

Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai


Tabel 2.4 Contoh Mineral Trigonal
Nama Gambar Keterangan
Mineral
Mineral ini
Turmalin terdapat di
daerah
kalimantan
Barat.

13
Mineral ini
Sturmanit terdapapat
di daerah
Cipanas,
Garut,
Jawa
Barat.
Mineral ini
Brusit terdapat di
daerah
jawa
tengah

5. Sistem Kristal Orthorombik


Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid

Cara Menggambar sistem Kristal Orthorombik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya

14
pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Gambar 1.5 Sistem Kristal Orthorombik


Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai
Tabel 2.5 Contoh Mineral Orthorombik
Nam Gambar Keterangan
a
Mine
ral
Mineral ini
Olivi ditemukan
n didaerah
pantai
Kepulauan
Ouahu,
Hawai.

Mineral ini
Topa ditemukan di
z daerah Jawa
Barat

15
Mineral ini
Barit banyak
ditemkan di
daerah
Kalimantan
tengah

6. Sistem Kristal Monoklin


Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
 Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
 Sfenoid
 Doma
 Prisma
Cara Menggambar sistem Kristal Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

16
Gambar 1.5 Sistem Kristal monoklin

Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpa


Tabel 2.6 Contoh Mineral Monoklin
Nama Gambar Keterangan
Mineral
Mineral ini
Hornblende terdapat di
kalimantan
tengah.

Biotit Mineral ini


terdapat di
sumatra
utara.

Mineral ini
Epidot terdapat di
daerah jawa
barat.

7. Sistem Kristal triklin


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ
tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
 Pedial

17
 Pinakoidal

Cara Menggambar sistem Kristal Triklin


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut
80˚ terhadap c+.

Gamabr 1.7 Sistem Kristal Triklin

Beberapa contoh mineralnya dan letak yang sering dijumpai


Tabel 2.7 Contoh Mineral Triklin
Nama Gambar Keterangan
Mineral
Mineral ini
Labradorit terdapat di
daerah Laos,
amerika
Serikat.

18
Mineral ini
Kaolinit terdapat di
provinsi
hubei.

Mineral ini
Albit terdapat di
daerah
malaya.

2.1.3 Pemanfaatan dan Penerapan Ilmu Kristalografi


Manfaat dari mempelajari kristalografi dari segi pengetahan adalah kita
memiliki pemahaman dan pengertian tentang kristal dan mineral, Kita memiliki
pemahaman dan pengertian tentang bagaimana mendeskripsi kristal dan mineral,
Memiliki pemahaman dan pengertian tentang klasifikasi kristal dan mineral,
memiliki pemahaman dan pengertian tentang genesa mineral, memiliki
pemahaman dan pengertian tentang asosiasi mineral dalam batuan, Sedangkan
dari segi keterampilan kita akan dapat memiliki keterampilan tentang bagaimana
mendeskripsi sistem kristal, memiliki keterampilan tentang bagaimana
mendeskripsi dan menentukan nammineral baik di laboratorium maupun di
lapangan serta memiliki keterampilan tentang bagaimana mencari mineral di
lapangan. Penerapan ilmu kristalografi adalah agar kita bias membayangkan
bentuk mineral itu sendiri, karena untuk menjumpai mineral tunggal sangat sulit
untuk ditemukan di Indonesia.

2.2 Minerologi

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana

19
mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan
dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka
pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu di
ketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk
definisinya.

2.2.1 Definisi Mineral


Menurut Ilmu Geologi mineral adalah zat padat yang terjadi secara
alami dalam kerak bumi dan memiliki komposisi kimia yang khas serta
struktur kristal yang teratur. Mineral terbentuk melalui proses geologi yang
kompleks dan dapat ditemukan dalam berbagai jenis batuan. Ciri utama
mineral adalah keberadaan struktur kristalnya, yang berarti partikel-partikel
penyusunnya tersusun secara teratur dalam bentuk pola kristal.
Proses pembentukan mineral melibatkan interaksi kompleks antara bahan
kimia, tekanan, suhu, dan waktu dalam lingkungan geologi. Salah satu proses
pembentukan mineral yaitu proses pembentukan magma, dimana mineral dapat
terbentuk melalui pendinginan dan kristalisasi magma yang terbentuk di dalam
kerak bumi. Magma adalah campuran cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur
dan senyawa kimia yang meleleh.
Definisi Mineral Menurut Beberpa Ahli:
 LG.Berry dan B.Mason,1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk
secara anorganik, mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
 D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks,1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu,dibentuk oleh proses alam anorganik.
 A.W.R Potter dan H.Robinson

20
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau
suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun
tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat di buat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat
sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisik dan kimia tetap dan berupa unsur
tunggal atau senyawa.

2.2.1 Sifat Sifat Fisik Mineral


1. Warna
Warna Adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak),
seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral tidak
tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada
mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
2. Kilap
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap
bukanlogam. Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang
mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit.
Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
 Kilap kaca (vitreous luster)

21
memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit,
kuarsa, halit.
 Kilap intan (adamantine luster)
memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.
 Kilap sutera (silky luster)
memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum
 Kilap damar (resinous luster)
memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin
 Kilap mutiara (pearly luster)
memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit
kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
 Kilap lemak (greasy luster)
menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin
 Kilap tanah (earthy) atau kirap guram (dull) kenampakannya buram
seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonite.

Gambar 2.1 Warna – warna Mineral

3. Kekerasan
Kekerasan Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang

22
dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai
kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral
tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang
dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs.
Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral
terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.
Gambar 2.8 Tabel Skala Mohs

4. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu
keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari
bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda.
Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah.
Contohnya:
 Pirit Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
 Hematit Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite Ceratnya abu-abu kehijauan

23
 Biotite Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase: Ceratnya putih

5. Belahan
Belahan Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang
belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan,
yaitu :
 Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang belahan agak sukar
 Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain
 Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah
pada arah lain dengan mudah
 Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan
pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar.
 Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata,
sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada
untuk membentuk pecahan.
6. Pecahan
Pecahan adalah cara mineral memecah ketika terpapar tekanan atau
patah. Beberapa jenis pecahan yang umum termasuk pecahan concoidal
(patahan tidak beraturan dengan permukaan yang halus) dan pecahan serat
(patahan berbentuk serat-serat panjang). Misalnya, kuarsa memiliki pecahan
concoidal.
7. Berat jenis

24
Berat adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian
mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y
gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir
mineral tersebut.
8. Sifat dalam
Sifat Dalam Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk
mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.
Yang termasuk sifat ini adalah:
 Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh
kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
 Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti
emas, tembaga.
 Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh,
contoh gypsum.
 Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah
dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh
mineral talk, selenit.
 Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi
patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya,
contoh: muskovit.
9. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai ferromagnetik bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet
seperti magnetik, phirhotit. Mineral mineral yang menolak gaya magnet
disebut Diamagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat

25
magnetik atau tidak kita gantungkan pada sesuatu tali/benang sebuah
magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet
tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut megnetik.
Kuat tidaknya bisa kita lihat dari besar kecilnya sudut yang di buat dengan
benang tersebut dengan garis vertikal.

2.2.3. Golongan Mineral


1. Mineral Native dan Element
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada
kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada
umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa
dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat
memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
sistem kristalnya adalah isometrik.
Contoh Mineral Native element :

 Sulfur (S)
 Tembaga (Cu)
 Perak (Ag)

Gambar 2.3 Contoh Native Element (Perak (Ag) )

2. Mineral Sulfida

26
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral kelas ini
pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki
kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-
tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan
sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang
ada disekitarnya. Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap
logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan
memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan
dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.
Beberapa contoh Mineral Sulfida :

 Galena (PbS)
 Sfalerit (ZnS)
 Pyrit (FeS2

Gambar 2.1 Contoh mineral Sulfida ( Galena (PbS) )

3. Mineral Oksida
Mineral oksida merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur
tertentu dengan gugus anion oksida (O2-). Mineral oksida terbentuk sebagai
akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya
lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali

27
sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan,
timah dan aluminium.
Beberapa contoh mineral oksida antara lain:
 Korondum (Al2O3)
 Hematit (Fe2O3)
 Kalssiterit (SnO2)

Gambar 2.5 Contoh mineral Oksida ( Hematit (Fe2O3 )

4. Mineral Halida
Halida, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang
elektronegatif, seperti Cl, Br, F, dan I. Proses terbentuk mineral halida dapat
melibatkan beberapa mekanisme. Mineral halida sering kali terbentuk melalui
proses pengendapan evaporit, di mana air yang mengandung garam
terperangkap dalam lingkungan yang kering dan menguap, meninggalkan
endapan mineral garam.
Beberapa contoh mineral halida :

 Halit ( Nacl)
 Fluorit (CaF2)
 Selestit (Zn,FeS)

28
Gambar 2.7 Contoh mineral Halida ( Halit ( Nacl) )

5. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh
endapan bangkai plankton. karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan
pada daerah karst yang membentuk gua (caves).
Beberapa contoh mineral karbonat :

 Kalsit (CaCO3)
 Aragonit (CaCO3)
 Dolomit (CaMg)

Gambar 2.10 Contoh mineral Karbonat ( Kalsit (CaCO3) )

6. Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Beberapa contoh mineral Sulfat :
 Barit (BaSO4)

29
 Celestit (SrSO4)

Gambar 2.13 Contoh mineral Sulfat ( Barit (BaSO4)

7. Mineral Fosfat
Mineral fosfat adalah kelompok mineral yang mengandung fosfat, yaitu
senyawa kimia yang terdiri dari atom fosfor (P) yang terikat dengan oksigen (O)
dan sering kali mengandung unsur lain seperti kalsium (Ca), aluminium (Al),
fluor (F), dan lain-lain. Mineral fosfat umumnya ditemukan dalam batuan fosfat
dan sering kali memiliki warna yang bervariasi, termasuk putih, hijau, biru,
merah, atau cokelat.
Contoh Mineral Fosfat :
 Apatit (Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)
 Monasit (Ce,La)PO4)
 Turqois (CuAl6(PO4)4(OH8)4H2O)

Gambar 2.16 Contoh mineral Fosfat ( Apatit (Ca5(PO4)3(F,Cl,OH) )

8. Silika

30
Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan
mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok
mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O.
Beberapa contoh mineral Silika :
 Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(F,OH)2
 Kuarsa (SiO2)
 Amfibol Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2

Gambar 2.20 Contoh mineral Silika (Biotit) K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)


(F,OH)2)

2.2.4 Pemanfaatan Dan Penerapan Ilmu Mineralogi


Pemanfaatan dari ilmu mineralogi yaitu dapat mengetahui jenis kandungan
mineral yg terdapat dalam batuan yg akan di tambang, dapat memperkirakan jumlah
kandungan mineral yg terdapat pada lokasi tambang, dapat mengetahui kualitas
mineral bahan tambang, dapat mengetahui sifat sifat yg terkandung dalam mineral
batuan yg akan di tambang. Sedangkan penerapan ilmu mineralogi adalahagae kita
dapat mengetahui sifat fisik dari mineral yang telah didieskripsi beserta genesa dan
asosiasinya. Dan juga dapat mengetahui kegubaan dari mineral mineral yang
telah dideskripsi.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan laporan ini dapat ditarik kesimpulan :

1). Kristal adalah benda padat yang tersusun secara teratur dan terstruktur,
sedangkan kristalografi adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur kristal.

2). Ada beberapa macam sistem kristal di antaranya adalah, sistem kristal
isometrik, sistem kristal tetragonal, sistem kristal heksagonal, sistem kristal
trigonal, sistem kristal orthorombik, sistem kristal monoklin, sistem kristal triklin.

32
3). Penggambaran sistem kristal isometrik dengan perbandingan 1:3:3, tetragonal
dengan perbandingan 1:3:6, hexagonal dengan perbandingan 3:1:6, trigonal dengan
perbandingan 1:3:6, ortorombik dengan perbandingan 1:4:6, monoklin dengan
perbandinga 1:4:6, triklin dengan perbandingan 1:4:6

4). Mineral adalah zat padat yang terjadi secara alami dalam kerak bumi dan
memiliki komposisi kimia yang khas serta struktur kristal yang teratur dan
mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan.

5). Mineral terbagi dalam 8 golongan yaitu golongan silika ,golongan native
element, golongan oksida,golongan halida, golongan sulfida, golongan sulfat,
golongan fosfat dan golongan karbonat.

6). Sifat – sifat fisik mineral, diantaranya yaitu seperti warna yang memberikan
kesan mineral apabila terkena cahaya, kilap yang merupakan kesan mineral akibat
pantulan cahaya, kekerasan yang merupakan ketahanan mineral terhadap suatu
goresan, cerat yang merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk),
ataupun belahan yang merupakan kenampakan mineral berdasarkan kemampuanya
membelah melalui bidang – bidang belah yang rata dan licin.

3.2 Saran

Untuk kedepanya diharapkan lab mampu untuk menyediakan mineral


tunggal murni sehingga pendeskripsian dapat lebih jelas dipahami oleh praktikan
agar praktikan dapat mendeskripsikan secara langsung. Selain itu diharapkan juga
kepada praktikan untuk kedepanya dapat lebih disiplin dan melengkapi alat
praktikum yang telah ditentukan.

33

Anda mungkin juga menyukai