Anda di halaman 1dari 53

Makalah Difinisi Kristalografi dan

Mineralogi
Budi Wijaya 2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 3
1.1.Latar Belakang ................................................................................. 3
1.2.Tujuan .............................................................................................. 4
1.3.Outcome pembelajaran .................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 5
2.1.Definisi Kristal ............................................................................... 5
2.1.1Sistem Kristal dan Dasar Penggolonganya ................................... 8
2.2.1. Sistem Isometrik / Kristal Kubus ................................. 9
2.2.2. Sistem Tetragonal ........................................................ 15
2.2.3. Sistem Hexagonal ........................................................ 20
2.2.4. Sistem Trigonal............................................................ 23
2.2.5. Sistem Orthorhombik .................................................. 26
2.2.6. Sistem Monoklin.......................................................... 28
2.2.7. Sistem Triklin .............................................................. 30
2.2. Definisi Mineralogi ....................................................................... 32
2.2.1. Sifat-sifat fisik dari mineral.......................................... 34
BAB III PENUTUP ................................................................................. 52
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 54


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan
kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun
diatas permukaan bumi,kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.
Untuk mempelajari semua tentang Bumi dimulai dari pembentuk bumi yang
paling dasar yaitu mineral. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita,
dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar
sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis
karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat
yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara
terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.




Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 4



1.2. Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa yang telah mengikuti mata ajaran ini diharapkan telah mampu
memahami karakteristik mineral secara megaskopis, memahami klasifikasi
mineral dan teori pembentukannya serta asosiasinya pada suatu batuan, mineral
ekonomis dan batu permata.

Oleh karena itu setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. memahami pengertian kristal dan mineral,
b. mengerti bagaimana menentukan klasifikasi sistem kristal dan mineral,
c. mengerti bagaimana asosiasi mineral pada suatu batuan,
d. mengerti bagaimana pembentukan suatu mineral,
1.3. Outcome Pembelajaran:
Pengetahuan/Pemahaman (Knowledge/Understanding):
a. Memiliki pemahaman dan pengertian tentang kristal dan mineral,
b. Memiliki pemahaman dan pengertian tentang bagaimana mendeskripsi kristal
dan mineral,
c. Memiliki pemahaman dan pengertian tentang klasifikasi kristal dan mineral,
d. Memiliki pemahaman dan pengertian tentang genesa mineral,
e. Memiliki pemahaman dan pengertian tentang asosiasi mineral dalam batuan,
Keterampilan (Skills):
a. Memiliki keterampilan tentang bagaimana mendeskripsi sistem kristal,
b. Memiliki keterampilan tentang bagaimana mendeskripsi dan menentukan nama
mineral baik di laboratorium maupun di lapangan,
c. Memiliki keterampilan tentang bagaimana mencari mineral (mineral hunting) di
lapangan,
Kemampuan (Ability/Capability):
a. Mampu mengidentifikasi kristal dan mineral secara megaskopis,
b. Mampu mengklasifikasikan kristal dan mineral berdasarkan karakteristiknya,
c. Mampu melakukan pencarian mineral berdasarkan genesa dan asosiasi mineral

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 5

dalam batuan,

Sikap (Attitude):
1. Memiliki penghayatan terhadap kristal dan mineral,
2. Memiliki sikap percaya diri dalam menentukan sistem kristal dan nama
mineral,
3. Memiliki kepekaan terhadap aplikasi mineral dalam kehidupan sehari-hari,


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Kristal
Menurut bahasanya Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos
yang berarti es atau sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan padatan
homogen yang dibatasi oleh bidang-bidang datar(bidang muka) yang teratur dan
mempunyai susunan atom dan molekul dalam keadaan teratur pula. Selain dari
definisi ini terdapat pula berbagai definisi Kristal dari beberapa ahli.
1.Wikipedia
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
2.Snechal
Kristal merupakan padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi
tertentu.
3.Djauhari Noor
Kristal di definisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di
dalamnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita pahami bahwa Kristal merupakan
benda padat yang memiliki bentuk tertentu dan teratur secara geometris hal ini
dikarenakan sinkronisasi antar atom dan molekul yang membentuk Kristal
tersebut.
Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang
teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisikimia tertentu yang membentuk
ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang
mengikuti hukum geometri tertentu.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 7

Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai Kristal, diantaranya
adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada
setiap kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat
kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada
sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah
ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari
"kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu.
Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal
ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material
kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik
atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika
kristal. Dalam struktu rdielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat
ditemukan seperti yang dijelaskan dalamkristal fotonik. Kristalografi adalah ilmu
- ilmu yang mempelajari tentang:
- Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk
luar yang membatasinya.
- Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping
mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal
lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
- Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
- Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).
Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh
bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non
kristalin.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 8

2.2.Sistem Kristal dan Dasar Penggolonganya
Jika kita berbicara mengenai mineral, tidak akan terlepas dari bahan yang
menjadi penyusun mineral tersebut. Mineral mineral umumnya merupakan
gabungan atau senyawa dari berbagai unsur. Senyawa senyawa ini dalam
pertumbuhannya akan membentuk bangun bangun simetris atau asimetris
yang disebut kristal.
Sedangkan bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali
ragamnya, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang sangat rumit. Bentuk-
bentuk Kristal yang terdapat di bumi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok dasar. Pembagian ini berdasarkan jumlah sumbu Kristal, letak atau
posisi sumbu krisatal terhadap sumbu lain, besarnya parameter masing-masing
sumbu dan simetri sumbu c dari sumbu Kristal.
Dari beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 kelas, tapi untuk sementara kita mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut
meliputi:

1. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan bayangan dari yang lain. Bidang
simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah.

2. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 9

3. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama
dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat
kristal dari bidang pasangannya.
Kristal dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system
kristal. Ke-7 kelompok sistem kristal itu yaitu :
1. sistem isometric / reguler
2. sistem hexagonal
3. sistem trigonal
4. sistem tetragonal
5. sistem orthorombik
6. sistem monoklin
7. sistem triklin
2.2.1. Sistem Cubic = Isometric
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang
tiga dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama
panjang dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem
lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 10

Ketentuan :
Sumbu a = b = c
Sudut = = = 90
Karena Sb a = Sb b = Sb c
Disebut juga Sb a

Cara Menggambar :
a
=
^ b
-
= 30
a : b : c = 1 : 3 : 3




.
Krital kubus menurut bentuknya dibagi menjai 3(tiga) yaitu kubus sederhana
(simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus
berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana,
Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua
sudut (pojok) kubus.
Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan
terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 11

Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok
kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang
ditunjukkan dengan atom warna merah).




Gambar 1 Sistem Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 12





1. Tetaoidal
Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
dua.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90
o

Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal
dodecahedron, pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan
tetrahedron.
System
(1)
Class Name
(2)
AXES
P
l
a
n
e
s

C
e
n
t
e
r

Herman-
Maugin
Symbols (3)
2-
Fold
3-
Fold
4-
Fold
6-
Fold
I
s
o
m
e
t
r
i
c

Tetartoidal 3 4 - - - - 23
Diploidal 3 4 - - 3 yes 2/m 3
Hextetrahedr
al
3 4 - - 6 - 4 3m
Gyroidal 6 4 3 - - - 432
Hexocahedra
l
6 4 3 - 9 Yes 4/m 3 2/m

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 13

Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit,
Maghemit, Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.
2. Diploida
Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
dua, dan tiga bidang kaca dan satu pusat.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90
o

Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron,
rhombik dodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.
Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit,
Laurit, dan lain-lain
3. Hextetrahedral
Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
empat, dan enam bidang kaca.
Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
Sudut : Ketiga-tiganya 90
o

Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan
hekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan
tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit,
Rhodizit, dan lain-lain.
4. Gyroida
Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2
Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu
putar tiga, dan enam sumbu putar dua
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90
o


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 14

Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron,
serta yang jarang trisoctahedron dan tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.
5. Hexoctahedral
Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m
Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga
dimensi dengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan
sumbu putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu pusat.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90
o

Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium.
Dan kadang-kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.
Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah,
Platina, Perak, Emas, Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit,
Piroklor, kelompok Garnet, sebagian besar kelompok Spinel, Uraninit dan
lain-lain.
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah
gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992).



Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 15

2.2.2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

Ketentuan :
Sb a = b c
Sudut = = = 90
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari atau b.
Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bnetuk
Columnar (Panjang), sumbu c lebih pendek dari sumbu
a b disebut bnetuk stout (gemuk

Cara Menggambar :
a
=
^ b
-
= 30
a : b : c = 1 : 3 : 6


Gambar 2 Sistem Tetragonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 16

a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
System
(1)
Class Name
(2)
AXES
P
l
a
n
e
s

C
e
n
t
e
r

Herman-
Maugin
Symbols (3)
2-
Fold
3-
Fold
4-
Fold
6-
Fold
T
e
t
r
a
g
o
n
a
l

Dispheoidal 1 - - - - - 4
Pyramidal - - 1 - - - 4
Dipyramidal - - 1 - 1 yes 4/m
Scalenohedra
l
3 - - - 2 - 4 2m
Ditetragonal
pyramidal
- - - - 4 - 4mm
Trapezohedr
al
4 - 1 - - - 422
Ditetragonal-
Dipyramidal
4 - 1 - 5 yes
4/m 2/m
2/m

1. Tetragonal Disphenoidal
Kelas : Ke-22, Simetri : 4bar
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 17

Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa
yang jarang seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.

2. Tetragonal Pyramidal
Kelas : Ke-21, Simetri : 4
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.
3. Tetragonal Dipyramidal
Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang
simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit,
Narsarsukit, Meta-Zeunerit, Leucit, Fergusonit, dan Scheelit
4. Skalenohedral / Scalahedral
Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 18

Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar
dua, dan dua bidang simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism,
tetragonal prism, tetragonal dipyramid, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : Kalkopirit dan Stannit termasuk Akermanit,
Hardistonit, Melilit, Urea, Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit
5. Ditetragonal Piramid/ Ditetragonal Pyramidal
Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang
simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal pyramid, dan pedion.
Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan
Routhierit.
6. Trapezohedral/ Trapezohedral
Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua,
semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 19

Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
7. Ditetragonal Bipiramid/ Ditetragonal Dipyramidal
Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima
sumbu simetri.
Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90
o

Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal
prism, tetragonal prism, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-
Torbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit,
Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-lain.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 20


Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992) dan Kalkopirit (atau
tembaga-besi sulfida).





2.2.3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 21

panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Gambar 3 Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut
40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Kelas : ke-14
Simetri : 6
Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 22

Hexagonal Bipramid
Kelas : ke-16
Simetri : 6/m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
Dihexagonal Piramid
Kelas : ke-18
Simetri : 6 m m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri
Dihexagonal Bipiramid
Kelas : ke-20
Simetri : 6/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang
simetri masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi
dan satu pusat
Trigonal Bipiramid
Kelas : ke-1
Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
Ditrigonal Bipiramid
Kelas : ke-17
Simetri : 6bar 2m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4
bidang simetri

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 23

Hexagonal Trapezohedral
Kelas : ke-19
Simetri : 6 2 2
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah
quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo.
1977)dan beril.



2.2.4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 24

terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi
= = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak
lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
Gambar 4 Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu
c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan
sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut
40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Kelas : ke-12
Simetri : 3 2
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 25

Ditrigonal Piramid
Kelas : ke-11
Simetri : 3m
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
Ditrigonal Skalenohedral
Kelas : ke-13
Simetri : 3bar 2/m
Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini
adalah tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)



Gbr.tourmaline and quartz

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 26


2.2.5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90).

Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
Bisfenoid
Kelas : ke-7
Simetri : 2 2 2

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 27

Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar
Piramid
Kelas : ke-6
Simetri : 2 m
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar dua dan 2 bidang
Bipiramid
Kelas : ke-8
Simetri : 2/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.
ketiga sumbu dan sebuah pusat
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah
stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992) dan topas.



Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 28


2.2.6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90),
sedangkan tidak tegak lurus (miring).
Gambar 6 Sistem Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
Sfenoid
Kelas : ke-4

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 29

Simetri : 2
Elemen Simetri : 1 sumbu putar
Doma
Kelas : ke-3
Simetri : m
Elemen Simetri : 1 bidang simetri
Prisma
Kelas : ke-5
Simetri : 2/m
Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah
azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992) dan
augit.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 30



2.2.7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya.
Gambar 7 Sistem Triklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 31

Pedial
Kelas : ke-1
Simetri : 1
Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Pinakoidal
Kelas : ke-2
Simetri : 1bar
Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

Gbr. Felspar albit


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 32

2.2. MINERALOGI

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya.
Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral
mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing
diartikan sebagai bahan bukan ormanik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi
perlu diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum
untuk definisinya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.



Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 33

Batasan-batasan definisi mineral :
1. Suatu bahan alam
Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga
manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun
kadang-kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai
suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan
kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral.
NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di laboratorium disebut
Natrium Chlorida.

2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :
- Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan
kristal, gores, belahan dll.
- Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api
oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan, dll.

3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :
- Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C)
Native Silver (Ag), dll.
- Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO
4
),
Cassiterite (SnO
2
).
- Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek.


4. Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral
yang lebih luas :
- Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral
yang merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organik.
Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.

5. Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan
menjadi senyawa lain yang Jebih sederhana oleh proses fisika.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 34


6. Dapat berupa padat, cair dan gas.
- Berupa zat padat : Quartz (SiO
2
), Barite (BaSO
4
)
- Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H
2
O)

2.2.1 Sifat-sifat fisik dari mineral :
Warna (Colour)
Perawakan kristal (Crystal habit)
Kilap (Luster)
Kekerasan (Hardness)
Gores (Streak)
Belahan (Cleavage)
Pecahan (Fracture)
Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
Berat jenis (Specific gravity)
Rasa dan bau (Tasteand odour)
Kemagnetan
Derajat ketransparanan
Nama mineral dan rumus kimia

Warna (colour)








Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 35

Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan
sebagian dipantulkan (refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat
pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama idochromatic.
Misal : Sulfur warna kuning.
Magnetite Hitam
Pyrite warna kuning loyang

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain,
sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya,
disebut dengan nama allochromatic.

Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah
Abu-abu
Kuning
Coklat gelap
Merah muda
Biru bervariasi
Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, warna
berubah-ubah menjadi :
Merah muda
Coklat hitam
Violet
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu
pada mineral disebut dengan nama chromophroses.
Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses
dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 36

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
Chlorite - Hijau..............Cholor (greak)
Albite - Putih...............Albus (latin)
Melanite - Hitam.............Melas (greek)
Erythrite - Merah ...............Erythrite
(greek) (sel darah merah)
Rhodonite - Merah Jambu...Erythrite(greek)

b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan tak berwarna hexagonal
Graphite hitam hexagonal

c. Pengotoran dari mineral
Mineral : Silica tak berwarna
Jasper merah
Chalsedon coklat hitam
Agate asap/putih
Perawakan kristal (crystal habit)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka
mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai
sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk
mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi.
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang
tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun
perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 37

Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975)
yaitu :
A. Elongated habits (meniang/berserabut)
Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : - Tourmaline
- Pyrolusite
- Wollastonite
Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : - Asbestos
- Gypsum
- Silimanite
- Tremolite
- Pyrophyllite
Menjarum (acicular) :
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : - Natrolite
- Glaucophane
Menjaring (Reticulate) :
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring
Contoh : - Rutile
- Cerussite
Membenang (filliform) :

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 38

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh : - Silver
Merabut (capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : - Cuprite
- Bysolite (variasi dari Actionalite)
Mondok (stout, stubby, equant) :
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan
sumbu c lebih pendek dad sumbu yang lainnya.
Contoh : - Zircon
Membintang (stellated):
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang
Contoh: - Pirofilit
Menjari (radiated) :
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : - Markasit
- NatroHt
B. Flattened habits (lembaran tipis)
Membilah (bladed) :
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh
Contah : - Kyanite
- Glaucophane
- Kalaverit
Memapan (tabular)

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 39

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal
tidak terlalu jauh.
Contoh: - Barite
- Hematite
- Hypersthene
Membata (blocky) :
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara
tebal dan lebar hampir sarna.
Contoh: - Microline
Mendaun (foliated) :
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah
dikupas / dipisahkan.
Contoh : - Mica
- Talc
- Chorite
Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh : - Gypsum
- Millerite
Membulu (plumose) :
Bentuk kristal yang tersu5un membentuk tumpukan bulu.
Contoh : - Mica
C. Rounded habits (membutir)
Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 40

Contoh : - Malachite
- Opal
- Hemimorphite

Membulat (colloform):
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh: - Glauconite
- Cobaltite
- Bismuth
- Geothite
- Franklinite
- Smallite
Membulat jari (colloform radial)
Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk
jari.
Contoh : - Pyrolorphyte
Membutir (granular)
Contoh : - Olivine - Niveolite
- Anhydrite - Cryollite
- Chromite - Cordirite
- Sodalite - Cinabar
- Alunite - Rhodochrosite
Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh: - Opal (variasi Hyalite)

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 41

- Gibbsite
- Pisolitic Limestone
Stalaktif (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping
Contoh : - Geothite
Mengginjal (reniform) :
Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : - Hematite
Kilap (luster)






Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan
(refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila
makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang
dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari kilapnya
contohnya batubara.
Macam-macam kilap :
a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias
sama dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 42

b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks
bias antara 2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)
c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai
warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari
mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.

Macam-Macam Kilap bukan logam :
1. Kilap Kaca (Vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.
Contoh : - Quartz - Carbonates - Sulphates
- Spinel - Silicates - Fluorite
- Garnet - Leucite - Corondum
- Halite yang segar
2. Kilap intan (adamantile luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau
permata.
Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile
3. a. Kilap Lemak (greasy luster)
Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi.
- Halite yang sudah terkena udara.
b. Kilap Lilin (waxy luster)
Merupakan kilap seperti lilin yang khas
Contoh : - Serpentine
- Cerargyrenite

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 43

Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak,
akibat proses oksidasi.
4. Kilap Sutera (silky luster)
Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau
berserabut (parallel fibrous structure)
Contoh: - Asbestos
- Selenite (Variasi gypsum)
- Serpentine
- Hematite
5. Kilap Mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk
lembaran dan menyerupai mutiara.
Contoh : - Talc
- Mica
- Gypsum
6. Kilap Tanah (earthy luster) Kilap buram (dull luster)
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang
masuk tidak dippntulkan kembali.
Contoh : - Kaoline
- Diatoea
- Montmorilonite
- Pyrolusite
- Chalk
- variasi ochres

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 44


Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan
logam, ` perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis
kilap bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat
penting dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu
mineral tertentu.


Kekerasan (hardness)

Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan (straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan
jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala
mohs yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs :
talc Mg
3
Si
4
O
10
(OH)
2

gypsum CaSO
2
2H
2
O
calcite CaCO
3

fluorite CaF
2

apatite Ca
5
(PO
4
)3F
orthoclase K(AlSi
3
O
8
)

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 45

quartz SiO
2

topaz Al
2
SiO
4
(FOH)
2

corundum Al
2
O
3

diamond C
Misal suatu mineral digores dengan calsite (H = 3) ternyata mineral itu
tidak tergores, tetapi dapat tergores dengan fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan
alat sederhana yang terdapat disekitar kita.


Misal :
kuku jari manusia H = 2,5
kawat tembaga H = 3
pecahan kaca H = 5,5
pisau baja H = 6
kikir baja H = 6,5
lempeng baja H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh
kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
Gores (streak)


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 46

Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan
penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan
keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat
dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.
Mineral yang warnanya terang biasanya
mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : Quartz - putih/ tak berwarna
Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang
lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Luecite - warna abu-abu dan gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna
gores yang lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Pyrite - warna kuning dan gores hitam
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang
sama.
Contoh : Cinnabar - warna dan gores merah
Belahan (cleavage)



Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastis
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 47

selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil,
yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari
kualitas permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah
melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata
dan sukar pecah selain bidang belahannya.
Contoh : calcite
Baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang
belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak
melalui bidang belahannya.
Contoh : feldspar
Jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas,
tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan
tidak rata.
Contoh : staurolite
Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat,
tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : beryl
Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak
terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan
permukaan yang tidak rata.
Contoh : apatite

Pecahan (fracture)


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 48




Apabila suatu mineralmendapatkan tekanan yang melampaui batas
plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau
kulit bawang.
Contoh : quartz
Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing
tajam, serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.
Contoh : copper
Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil
dengan ujung pecahan masih mendekati bidang dasar.
Contoh : muscovite
Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang
pecahannya kasar dan tidak teratur.
Contoh : calcite
Splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti
tanah.
Contoh : kaoline
Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkakan, penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi
tepung halus.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 49

Contoh : calcite
sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau
dengan tidak berkurang menjadi tepung.
Contoh : gypsum
malleable ialah apabila mineral ditempa dengan
palu akan menjadi pipih.
Contoh : gold
ductile ialah apabila mineral ditarik dapat
bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka
mineral akan kembali seperti semula.
Contoh : silver
flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan
kemana-mana dengan mudah.
Contoh : olivine

Berat jenis (Specific gravity)
Berat jenis merupakan berat dari suatu zat yang terkandung didalam suatu
mineral tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara uji sample di laboraturium
terhadap mineral tertentu dengan cara mengukur kadar zat yang terkandung di
dalam mineral tersebut.
Kemagnetan
Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam
beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Paragmagnetik
Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan
(tidak menyeluruh).
Contoh : Limonit (FeO
2
).

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 50

2. Diagmagnetik
Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat
kemagnetan.
Contoh : Batubara (C).
3. Magnetik
Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan.
Contoh : Hematite (Fe
2
O
3
).
Derajat ketransparanan
Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah
mineral-mineral yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya.
Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya :
Opaque
Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki
system kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang),
Gelas
Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai system
kristal,
Sehingga bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila
dipandang dari bagian depan mineral (trasparan).
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas
kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin
atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu
oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa,
yaitu:
(a) Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai
dimensi sama, isometrik.

Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 51

(b) Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya
ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan
mempunyai struktur _brus atau berserat.
(c) Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.
Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.
(d) Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti
asikular,liformis,membilah,dll.

Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,
seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau
penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris
(sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur
(elastic), dan fleksibel.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 52

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah penulis kemukakan dalam penulisan sebagai
berikut :
1. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,
struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Kristalografi adalah
suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari tentang sifat-sifat
geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Suatu
kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002).
2. Mineralogi adalah salah satu cabang imu geologi yang mempelajari
tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk
kesatuan antara lain mempelajari sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Mineralogi terdiri dan kata
mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian
berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai
bahan bukan ormanik (anorganik). Maka pengertian yang jelas dan batas
mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dan
kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.




Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 53

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.


Makalah Difinisi Kristalografi dan
Mineralogi
Budi Wijaya 54


DAFTAR PUSTAKA
http://kucinggeje.blogspot.com/2008/10/kristalografi-dasar.html (diunduh 21/09/2014 8.45pm)
www.geology.com (diunduh 22/09/2014 8.45am)
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm(diunduh 22/09/2014 8.00am)
www.geology.about.com(diunduh 22/09/2014 8.43pm)
http://geologitfugm.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html (diunduh
22/09/2014 8.43pm)
http://ceweperminyakantoraja.blogspot.com/2013/01/7-sistem-kristal-pada-
mineral.html(diunduh 22/09/2014 8.43pm)
http://aiyizyuz.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-dan-kisi-bravais.html(diunduh
22/09/2014 8.43pm)
http//Wikipedia/mineralogi(diunduh 22/09/2014 8.43pm)
http://krismintpunpar.blogspot.com/2012/06/definisi-kristalografi.html(diunduh
22/09/2014 8.43pm)
http://warmada.staff.ugm.ac.id/Lectures/TKG_1105-KristMinr.pdf(diunduh
22/09/2014 8.43pm)
http://youngminer.files.wordpress.com/2012/10/isi-laporan-akhir-praktikum-
krismin3.docx (diunduh 22/09/2014 8.43pm)

Anda mungkin juga menyukai