Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-


sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam, sifat
fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam
mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di
bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah.

Pengetahuan tentang “kristal” sangat erat kaitannya dengan bentuk


mineral dan penggolongan mineral dalam suatu sistem kristal. Sedangkan
pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Untuk
mempelajari struktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal
dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh karena beberapa hal penting
diatas maka praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan untuk mengenal
lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan.

Dalam pembahasan mata kuliah ini akan dijelaskan tentang sistem kristal,
unsur simetri kristal, proyeksi penggambaran kristal, simbolisasi kristal,
perawakan pada mineral dan genesa mineral serta sifat-sifat mineral.

Hal yang mendasari pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan


praktikum ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
kristalografi dan mineralogi.

1
1.2 Maksud Dan Tujuan
A. Maksud

Pada kristalografi agar kita dapat mengetahui tentang sifat-sifat geometri


dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,
struktur dalam (internal), sistem-sistem kristal dan sifat-sifat fisis lainnya.

Sedangkan pada mineralogi, agar kita dapat mengetahui tentang mineral,


baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.

B. Tujuan
1. Kristalografi:
a. Memahahami definisi dari kristalografi
b. Mengetahui klasifikasi sistem kristal
c. Menggambarkan semua bentuk kristal
2. Mineralogi:
a. Mengetahui definisi dari mineralogi
b. Mempelajari sifat fisis mineral
c. Mengetahui serta mengerti kegunaan dan genesa suatu mineral
d. Mengetahui komponen-komponen yang terkandung dalam suatu
mineral

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pertemuan praktikum yang pertama dengan agenda acara I
penggambaran sistem kristal, dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 17 September 2018
Waktu : 09.00- 12.10 WIT
Tempat : Ruang Laboratorium Teknik Geologi Universitas Papua

Pertemuan praktikum yang Sembilan dengan agenda acara II


identifikasi sifat fisik mineral, dilaksanakan pada :

Hari : Senin
Tanggal : 12 November 2018
Waktu : 09.30- 12.10 WIT
Tempat : Ruang Laboratorium Teknik Geologi Universitas Papua

2
1.4 Alat Dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam praktikum kristalografi:
 Millimeter blok
 Penggaris 30cm
 Busur derajat
2. Bahan yang digunakan dalam praktikum kristalografi
 Penghapus
 Pensil warna
3. Alat yang digunakan dalam praktikum mineralogi:
 Kuku dengan skala kekerasan mohs 2,5
 Kaca pembesar
 Keping porselin dengan skala kekerasan mohs 7
 Uang logam dengan skala kekerasan mohs 4-4,5
 Penggaris
4. Bahan yang digunakan dalam praktikum mineralogi
 Sampel mineral
 Pensil warna

1.5 Prosedur Kerja

1.5.1 Kristal

1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk praktikum.


2. Setelah itu, mulailah menggambar sesuai dengan petunjuk yang ada
pada modul yang telah dibagikan.
3. Gambarlah dengan cermat dan teliti.
4. Jika sudah selesai menggambar, warnailah pada masing-masing
bidang Kristal.
5. Terakhir berikan keterangan pada setiap gambar Kristal seperti system
Kristal, kelas Kristal, Proyeksi Orthogonal (perbandingan sudut, dan
panjang masing-masing sumbu).

1.5.2 Mineralogi
1. Pertama, kita harus menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk
praktikum.
2. Selanjutnya kita langsung mendeskripsi masing-masing mineral yang
telah disiapkan. .
3. Setelah itu kita gambar sketsa mineral yang telah kita deskripsi tadi.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 KRISTALOGRAFI

A. Pengertian Kristal

Kristal merupakan suatu padatan yang atom molekul atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam
padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara
umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristalin. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu cairan
tergantung pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan
tekanan ambient. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal dengan sebagai
kristalisasi.

4
Kristal terbentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan
kristalisasi. Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir
kristal. Semakin lama proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal
semakin kecil. Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan)
yakni gipsum, halit, kalsit dan belerang.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari


kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur
dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

1. Sifat geometri
Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar
yang membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping
mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga
mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya
yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari
kristal yang terbentuk kemudian.
3. Struktur dalam
Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter.
4. Sifat fisis Kristal
Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).
Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh
bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non
kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi,
suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga
dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat

5
didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini
disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka
kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan
yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.

B. Unsur-unsur simetri Kristal

Bidang simetri adalah Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih
lanjut menjadi kelas-kelas kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan klasifikasi
kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di
dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi :

1. Bidang simetri

Bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang
simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal
melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan
menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan
bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.

2. Sumbu simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan

6
menjadi tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan
berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya

3. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat Kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak
yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata
lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut
berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
melalui pusat kristal dari bidang pasangannya. Dari tujuh sistem kristal dapat
dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada
jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri
dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga.

C. Bentuk Kristal
Kristal adalah suatu bentuk berbidang banyak yang tetap, dibatasi dengan
permukaan-permukaan yang licin diduga terbentuk oleh suatu gabungan kimia
dengan pengaruh kekuatan atom yang ada di dalamnya, setelah mengalami
kondisi yang sesuai, berubah dari keadaan yang semula didalam keadaan cair atau
berupa gas, menjadi padat.
Jika mineral mengkristal dan tidak ada gangguan maka akan menghasilkan
bentuk-bentuk kristal tertentu. Setiap mineral akan mempunyai satu atau lebih
bentuk mineral 3 yang khas. Bentuk-bentuk mineral ini dihasilkan oleh adanya
ikatan antar atom penyusunnya yang teratur.
Ada beberapa tahapan dalam pembentukan kristal dan setiap tahapan yang di
alami oleh suatu kristal akan berpengaruh terhadap sifat-sifat dari kristal tersebut.
Tahapan tersebut akan bergantung pada bahan dasar dan kondisi lingkungan
dimana tempat kristal tersebut terbentuk. Adapun fase-fase pembentukan kristal
yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal yaitu :

1. Fase cair ke padat

7
Kristalisasi suatu cairan akan terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam
maupun industri. Pada fase ini cairan sebagai dasar pembentuk kristal akan terjadi
proses pemadatan dan membentuk suatu kristal. pada proses tersebut akan
dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi)
Kristal akan terbentuk langsung dari uap menjadi padat tanpa melalui fase
cair. Bentuk kristal yang demikian ini pada umumnya berukuran kecil dan bisa
juga akan berbentuk rangka. Pada fase ini, kristal akan terbentuk oleh adanya hasil
sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan suatu lingkungan. Pada
umumnya gas-gas ini merupakan hasil aktifitas vulkanis dari gunung api yang
akan menjadi beku oleh karena adanya perubahan temperature.

3. Fase padat ke padat


Proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan
temperatur. Susunan unsur kimianya akan tetap (rekristalisasi), sedangkan yang
akan berubah hanya struktur kristalnya saja. Pada fase ini perubahan terjadi pada
kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena adanya tekanan dan temperatur
yang berubah, maka kristal tersebut akan berubah bentuk dari unsur-unsur
fisiknya. Sedangkan komposisi maupun unsur kimianya tidak berubah jika tidak
ada faktor lain yang mempengaruhi kecuali tekanan dan temperatur.

D. Proyeksi Penggambaran kristal


1. Proyeksi Orthogonal
Digunakan untuk mendapatkan gambar tiga dimensional dari suatu bentuk
kristal diatas bidang kertas. Penggambaran tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut:

Tabel 2.1.1 Proyeksi orthogonal

N Sistem Kristal Perbandingan Sudut antar sumbu


o Sumbu
1 Isometrik a:b:c=1:3:3 a+^b-=30 °
2 Tetragonal a:b:c=1:3:6 a+^b-=30 °
3 Hexagonal a:b:c=1:3:6 a+^b-=20 ° ; d+^b-
=40 °

8
4 Trigonal a:b:c=1:3:6 a+^b-=20 ° ; d+^ b- =
40 °
5 Orthorombik a:b:c=sembarang a+^b-=30 °
6 Monoklin a:b:c=sembarang a+^b-=45 °
7 Trinklin a:b:c=sembarang a+^b-=45 ° ; ^c-=80
°

E. Indeks Miller dan Weiss

Indeks miler dan weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, simbol
weiss ini di pakai dalam penggambaran kristal kebentuk proyeksi orthogonal.
Indeks miller dan weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan
sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai
pada indeks ini dapat di tentukan dengan menentukan salah satu bidang atau sisi
kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-
sumbu utama (a,b,dan c) pada kristal tersebut.

Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang


harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks miler dan weiss
itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan
sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi
atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.

Pada dasarnya indeks miler dan weiss tidak jauh berbeda. Karena apa yang di
jelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang
dengan sumbu simetri kristal. Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai
indeks. Bila pada miler nilai perpotongan yang telah di dapat sebelumnya
dijadikan penyebut, dengan nilai pembilang dengan nilai penyebut sama dengan

9
satu. Untuk indeks weiss memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak
terbatas , yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan
sumbu sama dengan nol)

F. Sistem Kristal
Terdapat banyak sekali kemungkinan bentuk kristal di alam, tetapi kristal-
kristal ini dapat diklasifikasikan menjadi 7 kelompok dan 32 kelas, yang disebut
sistem kristal. Ke 7 kelompok beserta kelas-kelasnya sistem kristal yaitu:

1. Sistem Isometrik atau Kristal Kubus


Sitem isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang
dan sama sudut potong satu sama lain. Sistem ini berbeda dengan sistem lain dari
berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.

Gambar 2.1.1. Sistem kristal isometric (Kamil Ismail. 2009)

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio


perbandingan sumbu a=b=c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan panjang
sumbu b dan sama dengan sumbu c. dan juga memiliki sudut kristalografi
α=β=γ=90º. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya (α, β dan γ)
tegak lurus satu sama lain (90º).

10
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai satu, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b-=30º. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30º terhadap sumbu b-.

Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 kelas:

a. Tetratoidal
b. Gyroida
c. Diploida
d. Hextetrahedral
e. Hexoctahedral

2. Sistem Tetragonal

Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b
mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, tetragonal memiliki axial ratio perbandingan


sumbu) a=b≠c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α=β=γ=90º. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinnya ( α, β, dan γ ) tegak lurus
satu sama lain (90º).

Gambar 2.1.2. Sistem kristal tetragonal (Kamil Ismail. 2009)

11
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a:b:c = 1:3:6.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6, sudut antara a dan b =
30º, sedangkan b dengan c = 90º.

Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horizontal yang bersudut
90º dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak
lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua
sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90º terhadap satu sama lain, dan dua
sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit

(atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh dari sistem kristal Tetragonal,


contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah: anatase, zircon, rutile,
cristobalite, wulfenite, scapolite, cassiterite, dan lain-lain.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas

a. Piramid
b. Bipiramid
c. Bisfenoid
d. Trapezohedral
e. Ditetragonal piramid
f. Skalenohedral
g. Ditetragonal bipiramid

3. Sistem kristal Hexagonal

Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling
membentuk sudut 120º satu terhadap yang lain. Sumbu a, b, dan d mempunyai
panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang). Bagaimanapun sistem heksagonal dan sistem
trigonal tak serupa dengan lima sistem kristal yang lain dalam hubungan antar
perpotongan sumbu kristalnya. Sementara sistem yang lain menggukan tiga
sumbu perpotongan kristal, sistem heksagonal dan trigonal menggunakan empat

12
sumbu berpotongan. Dengan enam sudut pada bidangnya dan satu sumbu
vertikalnya.

Gambar 2.1.3 Sistem kristal hexagonal (Kamil Ismail. 2009)

Sistem ini dibagi menjadi 7 :

a. Hexagonal piramid
b. Hexagonal bipiramid
c. Dihexagonal piramid
d. Dihexagonal bipiramid
e. Trigonal bipiramid
f. Ditrigonal bipiramid
g. Hexagonal trapezohedral

4. Sistem Kristal Trigonal

Beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem heksagonal demikian


pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya. Trigonal memiliki axial ratio a = b = d ≠ c, yang


artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tetapi
tidak sama dengan sumbu c. dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90º ; γ
= 120º. Hal ini berarti, pada sistem ini sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120º terhadap sumbu y.

13
Gambar 2.1.4. Sistem kristal Trigonal (Kamil Ismail. 2009)

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik gari dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b- = 20º ; d-^b+ = 40º. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20º terhadap sumbu b- dan sumbu d- membentuk sudut 40º
terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas

a. Trigonal piramid
b. Trigonal trapezohedral
c. Ditrigonal piramid
d. Ditrigonal skalenohedral
e. Rombohedral

5. Sistem Kristal Orthorombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi ini sebenarnya, sistem kristal
orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c, yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus.

14
Gambar 2.1.5. Sistem kristal Orthorombik (Kamil Ismail. 2009)

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a: b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sitem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 30. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b-.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas :

a. Bisfenoid
b. Piramid
c. Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal orthorhombik ini adalah


stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (ellant, chris. 1992).

6. Sistem Kristal Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimmilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetai sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.

15
Gambar 2.1.6. Sistem kristal monoklin (Kamil Ismail. 2009)

Pada kondisi sebenarnya, sistem monoklin memiliki axial ratio a≠b≠c, yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90º ≠ γ. Hal ini berarti,
pada ancer ini sudut α dan β saling tegak lurus 90º, sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 30º. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45º terhadap sumbu b-.

Sistem monoklin dibagi menjadi 3 kelas :

a. Sfenoid
b. Doma
c. Prisma

7. Sistem Kristal Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu misteri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axial ratio a ≠ b ≠ c,


yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90º. Hal ini

16
berarti, pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.

Gambar 2.1.14. Sistem kristal trinklin (Kamil Ismail. 2009)

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^b- = 45º ; b-^c+ = 80º. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45º terhadap sumbu b- dan b+ membentuk sudut 80º
terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas, yaitu:

a. Kelas pinakoid
b. Kelas pedial

2.2 MINERALOGI
A. Pengertian Mineral

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari


mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari sifat-sifat fisik, kimia dan optik, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya. Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang
pengertian mineral. Adapun pengertian mineral adalah sebagai berikut :

L.G. Berry dan B. Mason, 1959 : Mineral adalah suatu benda padat homogen
yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia
pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun teratur.

17
D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 : Mineral adalah suatu bahan padat
yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk
oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 : Mineral adalah suatu zat atau bahan
yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas
tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk
di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

B. Penggolongan mineral

Berdasarkan susunan kimia dan struktur kristalnya, maka berdasarkan


klasifikasi yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal
(James D. Dana , 1951), adalah sebagai berikut:

1. Elemen native
Elemen nativ atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang.
2. Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S 2-). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah


gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).

18
3. Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH-). Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung
antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit
(SnO2). Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-
unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite
MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
4. Halida
Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur-unsur logam bersenyawa
dengan unsur-unsur Halogen (Chlorine, Bromine, Flourine dan Iodine).
Umumnya ditemui dalam sejumlah Lingkungan Geologi. Beberapa diantaranya
ditemui dalam sequen evaporite, seperti Halite (NaCl), hal ini merupakan alterasi
dari Lapisan-lapisan batuan sedimen yang mengandung evaporite seperti Gypsum,
Halite dan Batuan Potash (batuan berkalium-Karbonat) dalam sebuah sequen yang
sempurna antara lapisan dengan batuan-batuan seperti Marl dan Limestone.
Halides yang lainnya seperti Flourite terbentuk lapisan-lapisan hidrothermal.
Golongan Halides bersifat sangat lunak (Kekerasannya antara 2 – 4,5),
mempunyai sumbu simetri kristal yang berbentuk kubik, Berat Jenis cenderung
rendah. Contoh mineral-mineral golongan Halides antara lain Sylvite (KCl),
Cryolite (Na3AlF6), Atacamite [Cu2ClC(OH)5].
5. Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO 3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.

19
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas karbonat ini juga
termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3). Beberapa contoh mineral yang
termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite
(CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah
niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

6. Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4)2- . Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada
daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.Pada kelas sulfat
termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti
sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite


(barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit
dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral
chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

7. Fosfat
Fosfat adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan Phospate
(PO4)3-. Ribuan species dari golongan ini dapat dikenali, namun keberadaannya
tidaklah berlimpah. Beberapa Phospates, seperti Arsenic merupakan mineral yang
utama, tetapi kebanyakan anggota-anggotanya secara keseluruhan membentuk
kelompok-kelompok dari oksidasi sulfides.

8. Silikat
Silikat adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah
satu dari Si – O tetrahedra (SiO4)4- tunggal atau berantai. Silikat adalah golongan
mineral yang paling besar dan sangat berlimpah-limpah keberadaannya, dalam hal
ini silikat adalah unsur pokok penyusun batuan beku dan batuan metamorf.

20
Mineral-mineral silikat cenderung bersifat : keras, berwarna transparant
(jernih dan tembus cahaya) hingga translucent (tembus cahaya) dan mempunyai
Berat Jenis rata-rata sama. Pada umumnya dalam semua struktur silicat, silicon
berada diantara 4 atom oksigen (kecuali yang terbentuk pada tekanan yang
ekstrim).

C. Genesa Mineral
Magma dapat diartikan sebagai leburan silikat yang mengandung berbagai
macam unsur kimia, baik unsur logam, semi logam bukan logam ataupun unsur-
unsur pembentuk gas (volatil). Magma terdapat pada lingkungan suhu dan
tekanan tinggi, dan diperkirakan terdapat pada kedalaman 40 kilometer atau lebih
dibawah permukaan bumi.

Magma bersifat mobile dan salah satunya mobilitasnya adalah berupa instrusi
yang menuju kepermukan bumi dan masuk kedalam retakan batuan yang ada di
kulit bumi.Dalam perjalannyanya, instrusi magma yang mengalami penuruan suhu
maupun tekanan yang mengakibatkan terjadinya kristalisasi mineral silikat.
Endapan galian yang terbentuk bersama-sama dengan batuan di sekelilingnya
disebut sebagai endapan bahan galian singenetik dan endapan yang terbentuk
sesudah terjadinya batuan disebut sebagai epigenetik.

1. Dissiminasi (penghamburan)
Sebagai penghamburan mineral dalm batuan beku yang mengkristal pada
tempat dalam dan bila yang terhambur tadi bermuai, maka sebagai satu kesatuan,
batuan dapat dianggap sebagai mineral bahan galian.
2. Sugresi (pemisahan)
Istilah yang dipakai pada endapan mineral bahan galian yang mengkristal
terlebih dahulu. Pada saat magma mulai mengkristal kemudian terpisah dari
magma tersebut karena sifat fisik yang berbeda, misalnya karena berat jenis yang
berbeda.

21
3. Injeksi
Sesudah terjadinya pemisahan, kemudian diikuti dengan injeksi sehingga
pengumpulan bahan galian berpindah ketempat lain, bahkan pada tempat
terbentuk semula..
4. Sublimasi
Pengendapan langsung dari uap atau gas. Pembentukan bahan galian ini
merupakan proses yang kecil bila dibandingkan dengan proses lainnya. Letak
prinsip proses tersebut adalah pada penurunan suhu dan tekanan. Terjadinya
endapan ini karena bereaksinya dua atau lebih gas-gas.
5. Metasomatisme kontak

Intrusi magma yang telah menjadi padat mempunyai sisa magma berupa
cairan atau gas yang mempunyai suhu tinggi. Bila bersentuhan dengan dinding
atau celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi yang menghasilkan mineral
baru.

6. Proses hydrothermal

Hasil akhir dari proses pembekuan magma yang mengadakan intrusi adalah
cairan sisa magma yang juga masih mengandung konsentrasi logam yang terdapat
dalam magma dan tidak ikut dalam proses pembekuan sebelumnya. Cairan ini
dinamakan cairan hydrothermal yang membawa logam ke tempat pengendapan
baru.

7. Proses sedimentasi

Proses sedimentasi perlu dibedakan dengan evaporasi karena adanya


perbedaan mekanisme, dimana pada proses sedimentasi, pengendapan mineral
terjadi akibat proses kimiawi, organik dan fisik.

Sedangkan pada evaporasi endapan terjadi karena mineral terlarut dalam air.
Kemudian akan tinggal sebagai bahan padat setelah terjadinya evaporasi. Endapan
yang terjadi akibat sedimentasi yang penting adalah endapan besi, mangan,
tembaga, uranium, posfat, belerang dan lempung.

22
Batuan beku umumnya sumber bahan galian setelah melalui proses pelapukan
kimia atau fisik, dimana proses pelarutan oleh air merupakan salah satu hasil
pelapukan kimia yang sangat berperanan di dalam pengendapan mineral besi,
mangan, tembaga dan posfat.

D. Sifat-sifat fisik mineral

Berikut ini adalah Sifat-sifat fisik dari mineral yaitu :

1. Warna (Colour)
2. Gores (Streak)
3. Kilap (Luster)
4. Kekerasan (Hardness)
5. Perawakan Kristal (Crystal Habits)
6. Belahan (Cleavage)
7. Pecahan (Fracture)
8. Derajat ketransparanan
9. Rasa dan bau (Tasteand odour)
10. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
11. Kemagnetan

1. Warna (Colour)

Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan
sebagian dipantulkan (refleksi)

a. Idiochromatic (Warna mineral yang tetap)


Misal : Sulfur (kuning), Magnetit (hitam), Pirit (kuning), Malachit (hijau),
Azurite (biru)

23
Gambar 2.2.1. Azurite (Kamil Ismail. 2009)

Gambar 2.2.2. Malachite (Kamil Ismail. 2009)

b. Allochromatic (Ada variasi warna).


Misal : Kuarsa tidak berwarna tapi karena pengotoran warna dapat berubah-
ubah menjadi violet, merah jambu, coklat kehitam-hitaman dan lain
sebagainya.

c. Chromophores (kehadiran ion asing)


Misalnya : Ion-ion Cu yang tertekan oleh proses hidrasi merupakan
Chromosphores dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna
hijau dan biru.

2. Gores/cerat (streak)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada
permukaan keping porselin. Bila mineral kekerasan > 6 cara menumbuk mineral
sampai halusmenjadi berupa tepung.

24
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh :
 Quarzts – putih/tak berwarna
 Gypsum – putih/tak berwarna
 Calsit – Tak berwarna.
Mineral bukan logam (non metalic mineral ) dan berwarna gelap akan
memberikan gores lebih terang daripada warna mineralnya sendiri. Contoh:
 Leucosite – Warna abu-abu gores putih
 Dolomite – warna kuning sampai merah jambu gores putih.
Mineral yang mempunyai kilap logam kadang-kadang mempunyai warna
gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Contoh :
 Pyrit – warna kuning, gores hitam.
 Copper – warna merah tembaga gores hitam
 Hematite – warna abu-abu kehitaman gores merah.
 Cinnabar – warna dan goresnya merah

Gambar 2.2.3. Contoh cerat (Kamil Ismail. 2009)

3. Kilap (luster)

Kenampakan permukaan mineral karena pantulan cahaya. Intensitas kilap


tergantung dari indeks bias suatu mineral, makin besar indeks bias mineral, makin
besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Macam-macam kilap :

 Kilap Logam (Metallic Luster) Contoh : Galena, Native Metal, Sulphide,


Pyrite

25
Gambar 2.2.4. Galena (Kamil Ismail. 2009)
 Kilap Setengah Logam (Sub Metallic Luster) Contoh : Cuprite, Hematite,
Cinnabar, Alabandit

Gambar 2.2.5. Cuprite (Kamil Ismail. 2009)


Macam-macam kilap bukan logam :
 Kilap Kaca (vitreous luster) Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca
atau gelas. Contoh :Quartz,Carbonates, Sulphates, Silicates, Spinel,
Garnet, Leucite, Fluorite, Corondum, Halite.

Gambar 2.2.6. Spinel(Kamil Ismail. 2009)


 Kilap Intan (adamantine luster) Kilap yang sangat cemerlang yang
ditimbulkan oleh intan atau permata. Contoh : Diamond, Cassiterite,
Sulphur, Sphalerite, Zircon, Rutile.

26
Gambar 2.2.7. Diamond (Kamil Ismail. 2009)

 Kilap Lemak (greasy luster) Kilap dengan permukaan yang licin seperti
berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.Contoh : Nephelin yang
sudah teralterasi, Halit yang sudah terkena udara.

Gambar 2.2.8. Halit (Kamil Ismail. 2009)

Gambar 2.2.9. Nephelin (Kamil Ismail. 2009)

 Kilap lilin (waxy luster)Kilap seperti lilin yang khas. Contoh : Kalsedon,
Serpentine, Cerargyrite.

27
Gambar 2.2.10. Serpentine (Kamil Ismail. 2009)

Gambar 2.2.11. kalsedon (Kamil Ismail. 2009)

 Kilap Sutera (silky luster) Kilap seperti sutera, pada mineral-mineral yang
pararel atau berserabut (pararel fibrous structur). Contoh :Asbestos,
Selenite (variasi gipsum), Serpentine, Hematit.

Gambar 2.2.12. Asbestone (Kamil Ismail. 2009)

 Kilap Mutiara (pearly luster) Kilap yang ditimbulkan oleh mineral


transparan yang berbentuk lembaran yang menyerupai
mutiara.Contoh :Talc, Mica, stellerite, Gypsum.

28
Gambar 2.2.13. stellerite (Kamil Ismail. 2009)

Gambar 2.2.14. Talc (Kamil Ismail. 2009)

 Kilap Tanah (earthy luster) Kilap yang ditunjukkan menyerupai tanah


Contoh :Kaoline, Montmorilonite, Chalk, Diatomea, Pyrolusite, variasi
ochres.

Gambar 2.2.15. Montmorilonite (Kamil Ismail. 2009)

4. Kekerasan (hardness)
Daya tahan mineral terhadap penceratan (Scratching) atau penggoresan.
Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan

29
mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui
kekerasannya.

Tabel 2.2.1. Alat penguji skala mohs

Alat penguji Derajat kekerasan Mohs


Kuku manusia 2,5
Kawat tembaga 3
Pecahan kaca 5,5 – 6
Pisau baja 5,5 – 6
Kikirbaja 6,5 – 7

Tabel 2.2.2. Skala kekerasan mohs center

Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolute

1 Talek Mg3Si4O10(OH)2 1

30
Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolute

2 Gipsum CaSO4·2H2O 3

3 Kalsit CaCO3 9

4 Fluorit CaF2 21

Ca5(PO4)3(OH–,Cl–
5 Apatit 48
,F–)

Feldspar
6 KAlSi3O8 72
Ortoklas

7 Kuarsa SiO2 100

31
Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolute

8 Topaz Al2SiO4(OH–,F–)2 200

9 Korundum Al2O3 400

10 Intan C 1600

5. Perawakan Kristal (Crystal Habits)


A. Elongated habits (meniang/berserabut)
 Meniang ( Columnar ) : Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk
tiang. Contohnya :Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.

Gambar 2.2.16. Tourmaline (Kamil Ismail. 2009)

 Menyerat(Fibrous) : Bentukkristalmenyerupai serat Contohnya :Asbestos,


Gypsum, Silimanite, Tremolit

32
Gambar 2.2.17. Asbestos (Kamil Ismail. 2009)

 Menjarum ( Acicular ) : Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum


kecil. Contohnya :Natrolite, Glaucophane.

Gambar 2.2.18. Natrolite (Kamil Ismail. 2009)

B. Flattened habits (lembaran tipis)


 Membilah ( Bladed ) : Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai
bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contohnya :Kyanite, Glaucophane, Kalaverit.

Gambar 2.2.19. Kyanite (Kamil Ismail. 2009)

33
 Memapan ( Tabular ) : Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,
dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contohnya :Barite, Hematite,
Hypersthene.

Gambar 2.2.20. Barite (Kamil Ismail. 2009)

C. Rounded Habits
 Mendada ( Mamillary) : Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada
( breast like ). Contohnya :Malachite, Opal, Hemimorphite.

Gambar 2.2.21. Malachite (Kamil Ismail. 2009)

 Membutir ( Granular ) : Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.


Contohnya :Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite.

34
Gambar 2.2.22. Soladite (Kamil Ismail. 2009)

 Mengginjal ( Reniform ) : Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.


Contohnya :Hematite.

Gambar 2.2.23. Hematit (Kamil Ismail. 2009)

6. Belahan (Cleavage)
A. Jenis-Jenis Belahan (Cleavage)
1) Sempurna (perfect) : Bila mineral mudah terbelah melalui bidang
belahannya.
Contohnya : Kalsit, Muskovit,Galena, dan Halit.
2) Baik (good) : mudah terbelah memotong atau tidak melalui bidang
belahanya
contohnya : Feldspar
3) Jelas (distinct) : bidang belahan terlihat jelas ,tetapi mineral sukar
membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.Contohnya : Staurolit,
Scopalit,Hornblenda,Anglesit
4) Tidak sempurna (imperfect) : Apabila mineral sudah tak terlihat arah
belahannya dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contohnya : Apatit

35
Gambar 2.2.24. Tipe belahan (Kamil Ismail. 2009)

Gambar 2.2.25. Macam-macam jenis belahan (Kamil Ismail. 2009)

7. Pecahan
A. Jenis-Jenis Pecahan (fracture)
 Hackly : Pecahan mineral seperti pecahan besi runcing-runcing
tajam,serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi. Contohnya : Perak
,Platina, Tembaga, Emas

Gambar 2.2.26. Hackly (Kamil Ismail. 2009)

 Chonchoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit


bawang. Contohnya:Kuarsa, Serisit,Rutil

36
Gambar 2.2.27.Choncoidal (Kamil Ismail. 2009)

 Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah


kecil-kecil dengan ujung pecahan mendekati bidang datar. Contohnya
Muscovite, Biotite, Talk dan Mineral lempung.
 Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan
bidang pecahnya kasar dan tidak teratur. Contohnya ; Calsite, Marcasite,
Chromitte,

Gambar 2.2.28. uneven (Kamil Ismail. 2009)

 Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil


dan tajam menyerupai benang atau berserabut. Contohnya : Flourit,
Antigorite,

37
Gambar 2.2.29. splintery (Kamil Ismail. 2009)

8. Derajat Ketransparanan (degree of transparency)


1. Opaque atau tidak tembus cahaya mineral tidak dapat meneruskan cahaya.
2. Transparant mineral dapat meneruskan cahaya.
3. Translucent atau keruh mineral tidak jelas.
9. Rasa dan Bau (Taste and Odor)

Rasa hanya dijumpai pada mineral-mineral yang bersifat cair seperti:

a. Astringet : Rasa yang dimiliki logam


b. Sweetist Astringet : Rasa seperti pada tawas.
c. Saline : Rasa yang dimiliki garam.
d. Alkaline : Rasa seperti pada soda.
e. Bitter : Rasa seperti garam pahit.
f. Cooling : Rasa seperti rasa sendawa.
g. Sour : Rasa seperti asam belerang

Bau yang ada pada mineral :

a. Alliaceous : Bau seperti bawang


b. Shulphurous : Bau belerang yang sangat menyengat
c. Bituminous : Seperti bau aspal
d. Fetid : Bau seperti telur busuk
e. Argillaceous : Bau seperti lempung basah

10. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)


 Elastic (kenyal) : Dapat meregang bila ditarik,dan kembali
seperti semula bila dilepaskan. Contonya : Muskovit, Hematit.

Gambar 2.2.30. muskovit (Kamil Ismail. 2009)

38
 Flexsible : Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-
mana dengan mudah.Contoh: Talk.

Gambar 2.2.31. Talk (Kamil Ismail. 2009)

 Sectile: Apabila mineral mudah terpotong pisau. Contohnya :


Gipsum

Gambar 2.2.32. Gipsum(Kamil Ismail. 2009)

 Brittle(Rapuh) mudah hancur. Contoh: Kuarsa

39
Gambar 2.2.33. kuarsa(Kamil Ismail. 2009)

11. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnit. Dikatakan
sebagai Ferromagnetik bilamana mineral dengan mudah tertarik gaya magnetik,
seperti mineral Magnetit dan Pyrrotite. Mineral-mineral yang menolak gaya
magnit disebut mineral Diamagnetik ; dan mineral yang hanya tertarik oleh gaya
kuat dari elektromagnetik dkatakan sebagai Paramagnetik .

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

40
3.1. Kristalografi (Penggambaran sistem kristal)
Terdiri dari :
A. Kelas kristal hexahedron
B. Kelas kristal pentagonal dodecahedron
C. Kelas kristal tetragonal prisma orde I
D. Kelas kristal tetragonal bypirmid orde I
E. Kelas kristal hexagonal prisma orde I dan hexagonal bipyramid orde I
F. Kelas kristal trigonal prisma orde II dan Trigonal bypiramid orde II
G. Kelas kristal orthorhombic brachy, makro, basalt pynacoid
H. Kelas kristal kombinasi triklin, brachy, makro, basalt pinacoid
I. Kelas kristal triklin hemybipyramid
J. Kelas kristal monoklin hemibipyramid
K. Kelas kristal monoklin, clino, ortho, basalt pinacoid
L. Kelas kristal kombinasi monoklin, clino, ortho, basalt pinacoid
M. Kelas kristal hexagonal prisma orde I
N. Kelas kristal trigonal bypiramid orde I

3.2. Mineralogi (Deskripsi mineral)


Terdiri dari
A. Belerang F. Bauksit
B. Kalkopirit G. Spalerite
C. Pirit H. Kalsit
D. Galena I. Kuarsa
E. Dolomit J. Pirolusin

41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN KRISTAL


A. Sistem Reguler
1. Hexahedron
Penggambaran kristal ini menggunakan perbandingan 1 : 3 : 3 dan
diperbesar menjadi 2: 6: 6 memiliki sudut kristalografi α=β=γ=90º dan tiga
jumlah sumbu yaitu a, b dan c dengan proyeksi sumbu a- dan b+ = 30º.

65
Kelas ini memiliki elemen Simetri yang paling simetri untuk bidang tiga
dimensi dengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu
putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu pusat. Contoh mineral yang
umum adalah Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina.

2. Pentagonal dodecahedron
Penggambaran kristal ini menggunakan perbandingan 1 : 3 : 3 memiliki
sudut kristalografi α=β=γ=90º dan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c dengan
proyeksi sumbu a- dan b+ = 30º.

Kelas ini memiliki elemen Simetri empat sumbu putar tiga dan dan tiga
sumbu putar dua. Contoh mineral utama yaitu Changcenit, korderoit, gersdorffit,
langbenit, dan lain-lain.

B. Sistem Tetragonal
1. Tetragonal prisma orde 1

Penggambaran kristal ini menggunakan jumlah sumbu yaitu a, b dan c


perbandingan 1 : 3 : 6 memiliki sudut kristalografi α=β=γ=90º dan tiga jumlah
sumbu yaitu a, b dan c dengan proyeksi sumbu a- dan b+ = 30º.

Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu putar empat, empat sumbu
putar dua, contoh mineralnya adalah apophylit, torbernit, zircon, hausmmannit,
dan lain-lain

2. Tetragonal bypiramid orde 1

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan 1 : 3 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α=β=γ=90º
serta memiliki proyeksi sumbu a- dan b+ = 30º.

Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu putar empat, contoh
mineralnya adalah wulfenite, pinnoit, piypit, dan richelit.

C. Sistem Hexagonal
1. Hexagonal Prisma Orde 1 dan Hexagonal Bipyramid Orde 1

66
Penggambaran kristal ini menggunakan empat jumlah sumbu yaitu a, b, c dan
d dengan perbandingan b : d : c = 3 : 1:6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=90º, γ=120º serta memiliki proyeksi sumbu a - dan b+ = 17º dan d- dan b+ =
39º.

Kelas ini memiliki elemen simetri satu bidang putar tiga, tiga bidang putar
dua, tiga bidang simetri. Contoh mineralnya anggota kelompok kalsit seperti
korundum, hematite, dan lain-lain.

2. Hexagonal Prisma Orde 2 dan Hexagonal Bipyramid Orde 2

Penggambaran kristal ini menggunakan empat jumlah sumbu yaitu a, b, c dan


d dengan perbandingan b : d : c = 3 : 1 : 6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=90º, γ=120º serta memiliki proyeksi sumbu a - dan b+ = 17º dan d- dan b+ =
39º.

Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu putar enam, enam sumbu putar
dua, tujuh bidang simetri masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah
satu sumbu rotasi pada satu pusat. Contoh mineral yang adalah Beryl,
Molibdenit, pyrhotit dan nikelin.

D. Sistem Trigonal
1. Trigonal Bipyramid Orde 1
Penggambaran kristal ini menggunakan empat jumlah sumbu yaitu a, b, c dan
d dengan perbandingan b : d : c = 3 : 1 : 6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=γ≠90º serta memiliki proyeksi sumbu a- dan b+ = 17º dan d- dan b+ = 39º.
Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu putar enam, satu bidang simetri.
Contoh mineralnya adalah laurelit, liotit, dan reederit-(y).
2. Trigonal Prisma Orde 2

Penggambaran kristal ini menggunakan empat jumlah sumbu yaitu a, b, c dan


d dengan perbandingan b : d : c = 3 : 1 : 6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=γ≠90º serta memiliki proyeksi sumbu a- dan b+ = 17º dan d- dan b+ = 39º.
Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu putar enam, tiga sumbu putar dua,
dan empat bidang simetri. Contoh mineralnya adalah benitoit dan ofretit.

67
E. Sistem Orthorombik
1. Orthorombik Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c
dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=γ=90º serta memiliki proyeksi sumbu a- dan b+ = 30º.

Kelas ini memiliki elemen simetri tiga sumbu putar dua dengan sebuah
bidang simetri yang berpotongan tegak lurus dengan ketiga sumbu dan sebuah
pusat, semua sumbunya tidak sama panjang. Contoh mineralnya kelompok barit
seperti belerang, olivine, staurolit, andalusit, dan lain-lain.
2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi
α=β=γ=90º serta memiliki proyeksi sumbu a - dan b+ = 30º. Kelas ini memiliki
elemen simetri tiga sumbu putar dua dan semuanya tidak sama panjang. Contoh
mineralnya epsomit.

F. Sistem Monoklin
1. Monoklin Clino, Ortho, Basalt Pinacoid

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α = γ
= 90º ≠ β serta memiliki proyeksi sumbu a - dan b+ = 45º. Kelas ini memiliki
elemen simetri satu sumbu putar dan semuanya tidak sama panjang. Contoh
mineralnya adalah booltwoodit, halotrichit, franklinfurnaceit, dan lain-lain.
2. Monoklin Hemibipyramid

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α = γ
= 90º ≠ β serta memiliki proyeksi sumbu a - dan b+ = 45º. Kelas ini memiliki
elemen simetri satu sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus dan tidak ada yang sama panjang. Contoh mineralnya
adalah akanthit, aktinolit, boulangerit, dan lain-lain.

68
G. Sistem Triklin
1. Kombinasi Triklin Branchy, Makro, Basalt Pinacoid

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α ≠ β
≠ γ ≠ 90º serta memiliki proyeksi sumbu c- dan a+ = 45º dan c- dan b+ = 80º.
Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu pusat dan tiga sumbu
kristalnya tidak sama panjang serta tidak ada sumbu yang tegak lurus. Contoh
mineralnya adalah albit, inesit, jamesit, dan lain-lain.
2. Triklin Hemibipyramid

Penggambaran kristal ini menggunakan tiga jumlah sumbu yaitu a, b dan c


dengan perbandingan a : b : c = 1 : 4 : 6 dan memiliki sudut kristalografi α ≠ β
≠ γ ≠ 90º serta memiliki proyeksi sumbu c- dan a+ = 45º dan c- dan b+ = 80º.
Kelas ini memiliki elemen simetri satu sumbu pusat dan tiga sumbu
kristalnya tidak sama panjang serta tidak ada sumbu yang tegak lurus. Contoh
mineralnya adalah amesit, epistolit, dan lain-lain.

4.2 PEMBAHASAN MINERAL


Dalam pembahasan mineral ini meliputi pendiskripsian dari semua mineral
dan terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini
hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral itu meliputi beberapa sifat
fisiknya seperti : Warna, gores/cerat, kilap, kekerasan, perawakan Kristal, belahan,
pecahan, nama mineral, kegunaan mineral, dan genesa mineral. Berikut beberapa
mineral yang telah di deskripsi :
a. Mineral Belerang
Pada alat peraga 18 atau mineral pertama memiliki warna kuning, cerat yang
ditimbulkan setelah digoreskanpada keeping porselin memiliki warna putih, kilap
yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap lemak, kekerasan dari
mineral ini berkisar antara 2,5 skala mhos, perawakan kristal yang terbentuk pada
bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ), belahan yang tampak
yaitu belahan tidak sempurna, pecahan dari mineral ini yaitu konkoidal karena
setelah pecah menimbulkan kesan seperti pecahan botol atau kulit bawang, derajat

69
kejernihan dari mineral ini adalah translucent, mineral ini terbentuk pada daerah
vulknikanisme, dan biasanya ditemukan di daerah sekitar gunung api. Terbentuk
oleh kegiatan gas-gas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari bumi
prosesini berkaitan dengan rangkaian gunung api aktif
b. Mineral Bauksit

Pada alat peraga 4 atau mineral kedua memiliki warna hitam keabuan, cerat
yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna
hitam, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap tanah,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 5,5 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ), belahan
yang tampak yaitu belahan jelas, pecahan dari mineral ini yaitu uneven pecahan
mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar dan tidak teratur,
derajat kejernihan dari mineral ini adalah opaque, Terbentuk akibat batuan asal
laterisasi yang di pengaruhi oleh perubahan temperature secara terus menerus
Setelah melakukan pendeskripsian dengan seksama dan melihat sifat fisik mineral
ini dapat melalukan pemberian nama sesui dengan ciri sisik mineral ini yaitu
mineral bauksit.
c. Mineral Dolomit
Pada alat peraga 12 atau mineral ketiga memiliki warna putih, cerat yang
ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna putih,
kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap tanah, kekerasan
dari mineral ini berkisar antara 2,5 skala mhos, perawakan kristal yang terbentuk
pada bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ), belahan yang
tampak yaitu belahan tidak jelas, pecahan dari mineral ini yaitu earthy pecahan
mineral yang menunjukan permukaan hancur seperti tanah, derajat kejernihan dari
mineral ini adalah opaque, mineral ini terbentuk pada lingkungan sedimen melalui
proses hidrotermal dan terapat dalam urat-urat yang berasosiasi bersma
fluorit,barit dan kalsit. Setelah melakukan pendeskripsian dengan seksama dan
melihat sifat fisik mineral ini dapat melalukan pemberian nama sesui dengan ciri
sisik mineral ini yaitu mineral dolomit.

d. Mineral Galena
Pada alat peraga 1 atau mineral keempat memiliki warna abu-abu, cerat yang
ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna abu-abu
kehitaman, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap logam,

70
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 2,5 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membata, belahan yang tampak
yaitu belahan jelas, pecahan dari mineral ini yaitu uneven pecahan mineral yang
menunjukan permukaan kasar dan tidak teratur, derajat kejernihan dari mineral ini
adalah opaque, mineral ini terbentuk karena proses hidrotermal pada endapan
mesotermal pada suhu 200-300 C.Setelah melakukan pendeskripsian dengan
seksama dan melihat sifat fisik mineral ini dapat melalukan pemberian nama sesui
dengan ciri sisik mineral ini yaitu mineral galena.

e. Mineral Kalkopirit
Pada alat peraga 20 atau mineral kelima memiliki warnakuning keemasan,
cerat yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna
hitam, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap logam,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 3,5 – 4 skala mhos, perawakan kristal
yang terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ),
belahan yang tampak yaitu belahan tidak jelas, pecahan dari mineral ini yaitu
konkoidal mineral menyerupai pecahan botol atau kulit bawang, derajat
kejernihan mineral ini adalah opaque, mineral ini terbentuk melalui proses
hidrotermal, terutama terdapat dalam deposit mesotermal bersama pirit,turmalin
dan kuarsa. Setelah melakukan pendeskripsian dengan seksama dan melihat sifat
fisik mineral ini dapat melalukan pemberian nama sesui dengan ciri sisik mineral
ini yaitu mineral kalkopirit.

f. Mineral Kalsit
Pada alat peraga 13 atau mineral keenam memiliki warna putih, cerat yang
ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna putih,
kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap kaca, kekerasan
dari mineral ini berkisar antara 3 skala mhos, perawakan kristal yang terbentuk
pada bidang kristal menyerupai seperti membata, belahan yang tampak yaitu
belahan sempurna, pecahan dari mineral ini yaitu uneven pecahan mineral yang
menunjukan permukaan kasar dan tidak teratur, derajat kejernihan dari mineral ini
adalah translucent, mineral ini terbentuk pada unsur hidrotermal dan biasa
ditemukan pada urat hidrotermal serta terbentuk bersama dengan pirit dan

71
tourmaline. Setelah melakukan pendeskripsian dengan seksama dan melihat sifat
fisik mineral ini dapat melalukan pemberian nama sesui dengan ciri sisik mineral
ini yaitu mineral kalsit.

g. Mineral Kuarsa
Pada alat peraga 7 atau mineral ketujuh memiliki warna putih keabuan, cerat
yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna
putih, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap kaca,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 7 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membata, belahan yang tampak
yaitu belahan tidak sempurna, pecahan dari mineral ini yaitu konkoidal pecahan
mineral menyerupai pecahan botol atau kulit bawang, derajat kejernihan dari
mineral ini adalah translucent, mineral ini terbentuk pada lingkungan batuan beku,
pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen. Setelah melakukan
pendeskripsian dengan seksama dan melihat sifat fisik mineral ini dapat
melalukan pemberian nama sesui dengan ciri sisik mineral ini yaitu mineral
kuarsa.

h. Mineral Pirit
Pada alat peraga 17 atau mineral kedelapan memiliki warna hitam keabuan,
cerat yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna
hitam, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap logam,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 6,5 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ), belahan
yang tampak yaitu belahan tidak jelas 1 arah, pecahan dari mineral ini yaitu
konkoidal pecahan mineral menyerupai pecahan botol atau kulit bawang, derajat
kejernihan dari mineral ini adalah opaque, terbentuk melalui proses hidrotermal,
terutama terdapat dalam deposit mesotermal. Setelah melakukan pendeskripsian
dengan seksama dan melihat sifat fisik mineral ini dapat melalukan pemberian
nama sesui dengan ciri sisik mineral ini yaitu mineral pirit.

i. Mineral Pirolusit
Pada alat peraga 19 atau mineral kesembilan memiliki warna hitam, cerat
yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna

72
hitam, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap tanah,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 6,5 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membutir ( granular ), belahan
yang tampak yaitu belahan jelas, pecahan dari mineral ini yaitu uneven pecahan
mineral yang menunjukan permukaan kasar dan tidak teratur , derajat kejernihan
dari mineral ini adalah opaque, terbentuk akibat proses pembekuan magma asam
dalam gang. Setelah melakukan pendeskripsian dengan seksama dan melihat sifat
fisik mineral ini dapat melalukan pemberian nama sesui dengan ciri sisik mineral
ini yaitu mineral pirolusit.

j. Mineral Sfalerit
Pada alat peraga 9 atau mineral kesepuluh memiliki warna abu-abu, cerat
yang ditimbulkan setelah digoreskan pada keeping porselin memiliki warna
putih, kilap yang tampak setelah dikenai cahaya tampak seperti kilap kaca,
kekerasan dari mineral ini berkisar antara 6,5 skala mhos, perawakan kristal yang
terbentuk pada bidang kristal menyerupai seperti membulat jari, belahan yang
tampak yaitu belahan tidak jelas, pecahan dari mineral ini yaitu konkoidal
pecahan mineral menyerupai pecahan botol atau kulit bawang,, derajat kejernihan
dari mineral ini adalah opaque, terbentuk melalui proses hidrotermal, terdapat
urat-urat dan berasasosiasi dengan pirotit. Setelah melakukan pendeskripsian
dengan seksama dan melihat sifat fisik mineral ini dapat melalukan pemberian
nama sesui dengan ciri sisik mineral ini yaitu mineral sfalerit.

73
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kristalografi adalah salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari


tentang sistem kristal, sifat-sifat geometri, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dalam kristalografi dijelaskan bahwa materi pembentuk muka bumi dimulai dari
urutan yang paling kecil yaitu kristal, mineral dan kemudian batuan. Jadi mineral
tersusun atas suatu sistem kristal. Dalam praktikum ini kita dapat menemukan
lima sistem kristal pada sampel mineral yaitu Isometrik (Galena dan Pirit),
Trigonal (Cinabar), Monoklin (Feldspar, Amphibol, Asbes dan Muskovit),
Orthorombik (Aragonit dan barit) serta hexagonal (Calcite)

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral seperti cara terjadinya, sifat fisiknya, sifat kimianya dan kegunaannya.
Dengan mempelajari ilmu mineralogi kita dapat mengenal mineral-mineral apa
saja yang terdapat di bumi, bagaimana keterdapatannya dan mengetahui manfaat
mineral itu sendiri. Dalam praktikum ini kita dapat mendeskripsikan mineral
menjadi empat kelompok mineral yaitu mineral sulfida contohnya Galena (PbS),
Cinabar (HgS) dan Pirit (FeS2) , mineral silika contohnya Amphibol
(Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH)2), Muskovit (AlSi3O10), Felspar (KAlSi3O8) dan
Asbes (Mg6(OH)6(Si4O11)H2O), mineral karbonat contohnya Aragonit (CaCO3)
dan Calcite (CaCO3)] serta mineral sulfat yaitu Barite (BaSO4)

5.2 SARAN

Sebelum melakukan praktikum mineralogi, selain memberikan materi


diharapkan para asisten memberikan contoh dan membimbing praktikan agar
dapat mendeskripsikannya dengan benar dan tepat.

74
Daftar Pustaka

 Daniel Setiawan. 2013. Praktikum Geologi Dasar. Semarang : UNDIP.


[internet]
http://www.academia.edu/4917381/PRAKTIKUM_GEOLOGI_DASAR
[diakses pada 13 Mei 2017, pukul 14:17 WIT].
 Geissler patiran. 2017. PPT Kristalografi dan Mineralogi. Sorong : UNIPA.
 Kamil Ismail. 2009. Sistem kristal. [internet] tersedia dalam
http://kamilismail.blogspot.com/2009/03/unsur-unsur simetri-kristal.html.
[diakses pada 24 Maret 2017, pukul 17.15 WIT]
 Nheyta. 2011. Sistem kristal. [internet] tersedia dalam
http://nheyta.blogspot.com/2011/04/sistem Kristal-mineral.html [diakses pada
24 Maret 2017, pukul 18.31 WIT]
 Pranowo Ibnu. 2013. Laporan krismin. [internet] tersedia dalam
https://www.scribd.com/mobile/doc/150115784/laporan-kristalografi-dan-
mineralogi-krismin?_e_pi=7%2CPAGE_ID10%2C8679406635. [diakses
pada 14 April 2017, pukul 18.31 WIT]
 R. E. Smallman dan Bishop R. J. 2000. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa
Material (Edisi ke enam). Jakarta : UI. [internet] tersedia dalam
https://books.google.co.id/books?id=fwdVw-
rst04C&pg=PA18&lpg=PA18&dq=proyeksi=penggambaran=kristal&source=
bl&ots=ctxj2wlvh6&sig=1-
HZUJcKSoS6DwBcJ4wjpYWnTDQ&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage
&q=proyeksi%20penggambaran%20kristal&f=false [diakses pada 8 Mei
2017, pukul 00:06 WIT]
 Wiki pedia [internet] tersedia dalam http://Wikipedia.org/wiki/Kristal
[diakses pada 19 April 2017, pukul 20.14 WIT]

75

Anda mungkin juga menyukai